Anda di halaman 1dari 6

POLA SEBARAN BATU KAPUR DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI

DIPOLE-DIPOLE: STUDI KASUS DESA SEGARAN KECAMATAN GEDANGAN


KABUPATEN MALANG

Dinda Larasati Inayah1), Daeng Achmad Suaidi2), Hari Wisodo3)

Program Studi Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang


Email : larasatidinda10@yahoo.co.id

ABSTRAK
Batu kapur tersebar dibeberapa daerah salah satunya kabupaten Malang khususnya bagian selatan.
Pertambangan yang dilakukan penduduk setempat dan pengelola hanya berdasarkan daerah yang tersingkap. Pola
sebaran batu kapur yang tidak terdeteksi dengan baik menyebabkan kurang efisien dan dapat merusak alam.
Memanfaatkan metode geolistrik konfigurasi Dipole-Dipole telah didapatkan nilai resistivitas bawah permukaan.
Hasil interpretasi bawah permukaan didapatkan melalui pengolahan data menggunakan software Res2Dinv.
Sehingga dugaan pola sebaran batu kapur dapat diketahui. Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa pola sebaran
batu kapur dapat ditemukan mulai dari timur laut hingga barat daya.

Key words : Batu Kapur, Resistivitas, Konfigurasi Dipole-Dipole, Res2Dinv,Malang.

PENDAHULUAN
Batuan Kapur (limestone) merupakan batuan sebagai bahan campuran beton non-pasir
yang termasuk dalam bahan galian sebagai sumber (Misdarpon,2007). Sehingga dapat dikatakan bahwa
mineral cadangan yang banyak ditemui didaerah-daerah dengan manfaat batu kapur yang relatif banyak maka
sekitar pantai. Menurut beberapa sumber, batuan kapur nilai ekonomis batu kapur juga relatif besar.
dapat ditemukan dibeberapa daerah di Indonesia, seperti Batu gamping (batu kapur) memiliki jumlah
Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur), yang cukup besar dan tersebar di daerah Kalipare,
Sumatera (Jambi, Bengkulu, Aceh, dll.), Kalimantan kecamatan Pagak, kecamatan Sumbermanjing Wetan,
(Barito, Kutai, Kalimantan Tengah, dll.), Sulawesi kecamatan Bantur, kecamatan Gedangan dan kecamatan
(Tonasadan Ujung Pandang), Nusa Tenggara (Timor Donomulyo. Batu gamping didaerah kabupaten Malang
dan Sumbawa), Maluku serta Papua (Kota Baru). lebih sering digunakan sebagai bahan bangunan,
Menurut Aulia, ketersediaan batuan kapur yang perkerasan jalan dan pemutih oleh penduduk setempat.
melimpah dapat dikatakan 3,5% -4% elemen di bumi Komposisi kimia batu gamping dikabupaten Malang
adalah kalsium dan 2% terdiri dari magnesium. secara umum sebargai berikut SiO2 2,26% , Al2O3
Ketersediaan batuan kapur yang melimpah ini 1,10% , Fe2O 0,98%, CaO 50,92% , MgO 0,74% dan
merupakan potensi yang besar terhadap pengembangan HD 42,67% (ESDM,2014).
industri lebih lanjut. Selain itu dimungkinkan juga Penduduk desa Segaran kecamatan Gedangan
bahwa 50% gas dan minyak bumi terjebak dibawah kabupaten Malang beberapa diantaranya bermata
permukaan batuan kapur. pencaharian sebagai tenaga pertambangan batu kapur.
Batu kapur memiliki nilai ekonomi yang Hasil eksplorasi batu kapur dapat dimanfaatkan melalui
tinggi. Di beberapa daerah Indonesia terdapat pabrik berbagai cara. Pemanfaatan terbanyak adalah menjual
yang memproduksi batu kapur dalam jumlah yang hasil eksplorasi kesuatu pabrik untuk diolah kembali.
relatif besar. Salah satunya yaitu PT. Gunung Kawi Selain itu hasil eksplorasi juga didistribusikan langsung
yang berada di Padalarang, Jawa Barat mampu ke toko bangunan dan beberapa diantaranya juga diolah
menghasilkan 320 ton batu kapur. Selain itu terdapat sendiri pihak pertambangan. Berdasarkan hasil
daerah yang telah menjalin kerja sama dalam wawancara harga jual batu kapur didaerah tersebut
pemanfaatan batu kapur. Salah satu daerah di Indonesia relatif tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
tersebut adalah kota Padang Panjang yang pernah mata pencaharian.
bekerja sama dengan PT. Riau Andalan Pulp dan Paper Sayangnya, masyarakat setempat tidak
(RAPP) (Verinita,2009). Secara umum kegunaan batu mengetahui pola sebaran batu kapur di wilayahnya.
gamping yaitu sebagai bahan baku semen, pembuatan Akibatnya, eksplorasi batu kapur dilakukan dengan cara
kapur tohor, pengolahan karet, pasta gigi, bahan mencari daerah-daerah singkapan. Selain itu pencarian
pemutih, bahan pengisi industri cat, penetrasi tanah dan daerah singkapan ini salah satunya juga dari info turun-
pembuatan beton. Salah satu penelitian menunjukkan temurun. Cara seperti ini dianggap kurang efisien,
bahwa limbah dari batu kapur juga dapat dimanfaatkan karena kemungkinan adanya potensi batu kapur yang
lebih banyak tidak dapat terdeteksi dan dapat merusak Set Alat Resistivitymeter
kestabilan lingkungan. Tongkat elektroda
Ada beberapa metode yang telah digunakan Kabel Rol
oleh beberapa peneliti untuk menentukan pola sebaran Palu
batuan kapur. Metode yang digunakan adalah (1) Meteran
Pemanfaatan HCl, pemanfaatan ini dapat digunakan Accu
dalam mendeteksi kadar CaCO3 pada suatu batuan.
Alat Tulis
Semakin banyak kadar CaCO3, maka reaksi kimia yang
GPS
ditunjukkan juga semakin terlihat. (rujukan (2) metode
Berikut merupakan rancangan penelitian yang
geolistrik, pada tahun 2005 Badmus dan Ayolabi
dilakukan
menggunakan metode geolistrik konfigurasi
Schlumberger untuk mengetahui sebaran batuan kapur
secara vertikal (sounding). Metode geolistrik resistivitas
sounding bertujuan untuk mempelajari variasi
resistivitas batuan dipermukaan bumi secara vertical
dan memberikan informasi secara 1D
(Maryanto,dkk,2014). Sehingga jika ingin mencari
persebaran secara horizontal kurang bagus.
Selanjutnya, penelitian ini dikembangkan lagi pada
tahun 2009 untuk mengetahui sebaran batuan kapur
secara horizontal (mapping) dengan tempat penelitian
yang sama yaitu Southwestern Nigeria (Badmus,2009).
Metode resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari
variasi resistivitas lapisan tanah bawah permukaan
secara horizontal dan memberikan informasi secara 2D
(Maryanto,dkk,2014). Konfigurasi dipole-dipole adalah
metode dalam pencarian variasi nilai resistivitas secara
vertikal maupun horizontal. Namun kekurangan
konfigurasi ini adalah kurang sensitif dalam pembacaan
variasi resistivitas secara vertikal.
Memanfatkan metode Geolistrik konfigurasi
dipole-dipole diharapkan dapat diketahui pola sebaran
yang lebih berpotensi untuk batuan kapur. Tujuan dari Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam
survey menggunakan metode listrik yaitu untuk penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga. Metode
menentukan distribusi resistivitas lapisan bawah yang dilakukan adalah observasi, pengambilan data dan
permukaan dengan membuat pengukuran dipermukaan analisis data. Dalam proses pengambilan data prosedur
tanah, dari pengukuran ini nilai resistivitas sebenarnya yang dilakukan adalah sebagai berikut:
dari lapisan bawah permukaan dapat diperkirakan Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
(Jatau,2014: 38). Metode geolistrik telah banyak Menentukan panjang lintasan yang merupakan
digunakan dalam pemetaan batuan kapur, prosedur lintasan pengambilan data dan memberi tanda
sounding-mapping juga banyak dilakukan. pada setiap jarak 10 m sebagai titik peletakan
Berdasarkan permasalahan diatas maka elektroda.
dilakukan penelitian dengan judul ‘Pola Sebaran Batu Meletakkan masing – masing elektroda pada titik-
Kapur dengan Menggunakan Metode Geolistrik titik dengan urutan C2 , C1, P1 dan P2 dimulai
Konfigurasi Dipole-Dipole: Studi Kasus Desa Segaran dari titik 0 m.
Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang’. Diharapkan Mengukur koordinat dan elevasi dari setiap titik
dengan adanya penelitian ini dapat lebih mengetahui sepanjang lintasan menggunakan GPS.
keadaan geologi sekitar pertambangan dan dapat Mengatur peralatan sesuai dengan konfigurasi
menjadi rujukan dalam pengembangan daerah maupun Dipole-Dipole, kabel-kabel dipasang sesuai
peneliti selanjutnya. dengan susunan elektroda pada Gambar 3.2.
Menghidupkan alat resistivitymeter, kemudian
METODE EKSPERIMEN dilakukan penembakan arus kedalam bumi dengan
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 7-8 menekan tombol enter.
Maret 2015 dan daerah penelitian berada pada sekitar Selanjutnya akan muncul nilai beda potensial
titik koordinat S 08o 14’ 91.1” E 112o 38’ 22.3”. Berikut (mV), nilai arus (mA) dan resistivitas semu (R)
merupakan peralatan yang dibtuhkan selama penelitian: pada display alat resistivitymeter.
selain itu batuan kapur yang terdapat pada lapisan
tersebut masih tercampur oleh clay sehingga terkadang
batuan kapur yang dijumpai pada lapisan tersebut
berwarna agak coklat dan mudah lapuk. Pada lapisan ini
dapat diperkirakan kadar CaCO3 yang terkandung
relatif sedikit dan batu kapur yang diperoleh harus
melalui proses pengolahan untuk mendapatkan batu
kapur dengan kadar CaCO3 yang dibutuhkan.
Gambar 1 Konfigurasi Elektroda Dipole-Dipole \ Bentangan warna untuk hasil interpretasi
selanjutnya dapat dikatakan memiliki nilai resistivitas
tinggi. Bentangan nilai tersebut memiliki nilai
resistivitas antara 1244 - 7704 .m. , perbedaan nilai ini
HASIL DAN PEMBAHASAN dapat diindikasikan bahwa batuan kapur yang terdapat
A. Hasil Penelitian dilapisan tersebut memiliki formasi yang semakin
1. Data Lintasan Singkapan kompak untuk lapisan yang mendekati warna ungu dan
Lintasan singkapan (Lintasan 3) digunakan dimungkinkan adanya pengotor yang memasuki lapisan
sebagai lintasan acuan dikarenakan pada lintasan tersebut.
ini terdapat anomali yang muncul dipermukaan,
lintasan ini terbentang sepanjang 150 m dengan 2. Data Lintasan 1
spasi elektroda 10 m terdapat pada koordinat S 8° Lintasan 1 terbentang sepanjang 130 m dengan
14' 59.6" E 112° 38' 10.2" sampai S 8° 14' 57.3" spasi elektroda yaitu 10 m terdapat pada koordinat
E 112° 38' 6.1". Hasil interpretasi lintasan yang S 8° 15' 1.3" E 112° 38' 11.9" sampai S 8° 15'
menggunakan software Res2Dinv dan titik 5.5" E 112° 38' 11.7". Hasil analisis lintasan 1
singkapan pada line 3 dapat dilihat pada Gambar 2 yang menggunakan software Res2Dinv dapat
dilihat pada Gambar 3

Gambar 3. Hasil Interpretasi Lintasan 1

Hasil interpretasi lintasan 1 sepanjang 130 m dan


berada pada ketinggian 410 m sampai 405 m
diatas permukaan laut (dpl). Dari Gambar 3 bentuk
bumi terlihat mengalami penurunan dari titik 0 m
yang merupakan bukit dari pertambangan namun
mengalami sedikit kenaikan permukaan pada titik
70 m. Titik 70 m sampai titik 100 m merupakan
Gambar 2. Kondisi Lapangan Pada Lintasan 3
daerah yang diduga memiliki kandungan batuan
Sesuai dengan pengamatan lapangan permukaan kapur dengan nilai resistivitas tinggi relatif
anomaly yang muncul terdapat pada jarak 30 m sampai dangkal, sehingga jika ingin melakukan
40 m, hal tersebut sesuai dengan hasil yang ditunjukkan penggalian dapat dialakukan pada daerah tersebut.
didalam Res2Dinv. Bentangan yang terdapat pada hasil
telah disesuaikan dengan keadaan lapangan yaitu 3. Data Lintasan 2
berkisar pada 600 – 9000 .m.
Lintasan 2 terbentang sepanjang 150 m dengan
Menurut informasi geologi, daerah penelitian
spasi elektroda yaitu 10 m terdapat pada koordinat
berada pada daerah formasi wonosari. Pada formasi ini
S 8° 15' 3.6" E 112° 38' 15.5" sampai S 8° 15'
tersusun atas tiga batuan yaitu batu gamping, napal
0.9" E 112° 38' 11.5". Hasil analisis lintasan 2
pasiran dan sisipan batu lempung, Hasil interpretasi
yang menggunakan software Res2Dinv dapat
yang memiliki nilai resistivitas antara 600 – 1244 .m. dilihat pada Gambar 4
dapat diindikasikan bahwa batuan kapur pada lapisan
tersebut memiliki formasi yang tidak terlalu kompak,
yang menggunakan software Res2Dinv dapat dilihat
pada Gambar 6

Gambar 4. Hasil Interpretasi Lintasan 2

Hasil interpretasi lintasan 2 sepanjang 150 m dan


berada pada ketinggian 385 m sampai 375 m Gambar 6. Hasil Interpretasi Lintasan 5
diatas permukaan laut (dpl). Dari bentuk lapisan
pada Gambar 4 didapatkan bahwa daerah yang Sesuai dengan keadaan lapangan daerah lintasan 5
mendekati titik 150 m semakin menanjak dan berada di pinggir jalan dan merupakan daerah yang
mengandung lebih banyak formasi batuan dengan merupakan kaki dari perbukitan yang terdapat pada
nilai resist tinggi yaitu lebih dari 7000 .m. Hal lintasan 4. Titik 0 m lintasan ini berada hampir
ini dikarenakan titik tersebut merupakan daerah mendekati daerah pertambangan, pada hasil
menuju perbukitan daerah pertambangan. Selain interpretasi diketahui bahwa mulai terdapat
itu lapisan batu kapur yang tercampur oleh clay perbedaan warna lapisan pada kedalaman 30 m dan
juga semakin menipis pada daerah menuju posisi mendekati titik 0 m. Sehingga dapat
perbukitan pertambangan. diperkirakan daerah yang menuju pertambangan
lebih banyak mengandung batuan kapur dengan
4. Data Lintasan 4 formasi yang lebih baik.
Lintasan 4 terbentang sepanjang 130 m dengan
spasi elektroda yaitu 10 m terdapat pada koordinat B. Pembahasan
S 8° 14' 54.1" E 112° 38' 25.7" sampai S 8° 14' Daerah penelitian berada pada sekitar titik S
54.5" E 112° 38' 21.7". Hasil analisis Lintasan 4 08o 14’ 91.1” E 112o 38’ 22.3” desa Segaran
yang menggunakan software Res2Dinv dapat kecamatan Gedangan kabupaten Malang. Sesuai
dilihat pada Gambar 5 dengan informasi geologi diketahui bahwa daerah
penelitian berada pada formasi wonosari, menurut
peta geologi pada formasi ini terkandung batuan
penyusun seperti napal pasiran, batu gamping dan
batuan lempung. Selain itu daerah penelitian juga
termasuk dalam lajur pegunungan selatan dengan
morfologi yaitu deretan perbukitan yang
Gambar 5. Hasil Interpretasi Lintasan 4
menggelombang dan berada antara 100 m sampai
400 m di atas permukaan laut (dpl).. Metode
Hasil interpretasi Lintasan 4 sepanjang 130 m dan geolistrik konfigurasi dipole-dipole dapat
berada pada ketinggian 385 m sampai 363 m digunakan dalam mendeteksi pendugaan pola
diatas permukaan laut (dpl). Sesuai dengan sebaran dalam cakupan daerah kecil pada daerah
keadaan lapangan titik 0 m merupakan daerah yang relatif besar. Lintasan yang digunakan
menuju sebuah perbukitan, sehingga dapat berjumlah 5 dengan rincian 1 lintasan sebagai
diindikasikan pada daerah tersebut semakin lintasan singkapan (dalam penelitian ini adalah
menuju titik 0 m maka formasi batu kapur yang lintasan 3) dan 4 lintasan sebagai lintasan
ditemui akan semakin kompak pada kedalaman pengambilan data.
yang relatif dangkal. Daerah pada titik 40 m – 80 Jarak titik 0 m pada tiap lintasan terhadap titik
m merupakan daerah yang berpotensi untuk koordinat lokasi pertambangan yaitu untuk lintasan
dilakukan proses pertambangan karena batuan 1 berjarak 210 m, lintasan 2 berjarak 281 m,
kapur dengan nilai resistivitas tinggi dapat lintasan 4 berjarak 375 m, lintasan 4 berjarak 282
ditemukan dengan kedalaman relatif dangkal. m dan lintasan singkapan berjarak 177m. Jarak titik
0 m antara lintasan 1 dan lintasan 4 diketahui
sejauh 347 m dan jarak titik 0 m antara lintasan 2
\5. Data Lintasan 5 dan lintasan 5 diketahui sejauh 428 m. Untuk jarak
Lintasan 5 terbentang sepanjang 130 m dengan 0 m antara lintasan 1 dan lintasan 2 berjarak 132 m
spasi elektroda yaitu 10 m terdapat pada koordinat dan jarak 0 m antara lintasan 4 dan 5 berjarak 136
S 8° 14' 57.0" E 112° 38' 22.4" sampai S 8° 14' m. Pada Gambar 4.14 diperlihatkan bagaimana
53.1" E 112° 38' 21.1". Hasil analisis Lintasan 5 posisi tiap lintasan terhadap pertambangan.
Dari hasil lintasan 1 dan 2 diketahui lapisan KESIMPULAN
kapur lebih banyak menuju perbukitan daerah Sebaran Batu Kapur
pertambangan dan pada lintasan 2 terlihat semakin Pengambilan data yang dilakukan pada tanggal 7
menuju daerah pertambangan formasi batuan dan 8 Maret 2015 menghasilkan interpretasi untuk
semakin kompak. Hasil lintasan 4 dan lintasan 5 setiap daerah yang diukur. Pengukuran dilakukan
didapatkan yaitu lapisan batuan kapur yang dengan 5 lintasan berbeda, hasil pengukuran untuk
memiliki nilai resistivitas cenderung besar berada tiap lintasan dapat dilihat pada Gambar 7. Dengan
pada kedalaman yang relatif lebih dalam, Sehingga uraian sebagai berikut:
jika ingin melakukan proses pertambangan
didaerah lintasan 4 dan lintasan 5 dapat Lintasan 1
dimungkinkan akan membutuhkan biaya yang Pola sebaran batu kapur di lintasan 1 lebih
relatif lebih besar. berpotensi pada titik 70 m sampai 100 m

Gambar 7. Pola Sebaran Batu Kapur

Warna-warna berbeda menunjukkan pendugaan dengan kedalaman kurang dari 15 m.


lapisan yang berada dibawah permukaan sesuai Lintasan 2
dengan nilai resistivitasnya, perbedaan ini dapat Pola sebaran batu kapur di lintasan 2 lebih
dikarenakan adanya zat pengotor, formasi berpotensi pada daerah menuju titik 150 m
kepadatan batuan yang terdapat pada lapisan dengan kedalaman kurang lebih 10 m.
tersebut dan nilai panas bumi. Lintasan 3
Dari besar kandungan yang diberikan, Pada titik 30 – 40 m merupakan daerah
bentangan arah yang hampir sama untuk beberapa ditemukannya singkapan batu kapur,
lintasan dan informasi dari kondisi geologi maka sehingga data lintasan 3 ini merupakan data
dapat disimpulkan bahwa sebaran batuan kapur yang digunakan sebagai acuan.
ditempat penelitian lebih berpotensi ditemukan Lintasan 4
pada bentangan daerah timur laut menuju barat Pola sebaran batu kapur di lintasan 4 lebih
daya dan adanya perbukitan dapat diidikasikan berpotensi pada titik 40 m sampai 80 m
bahwa adanya penumpukan batuan kapur dengan kedalaman kurang lebih 10 m.
didalamnya.
Lintasan 5 Tim Penyusun.2010.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Pola sebaran batu kapur di lintasan 5 lebih (Jilid Ke-5).Malang: Universitas Negeri
banyak ditemukan lapisan batu kapur dengan Malang.
campuran clay , pada titik 50 m sampai 65 m
dengan kedalaman kurang lebih 30 m Verinita & Lukito, Hendra.2009. Strategi
dimungkinkan terdapat batu kapur dengan Pengembangan Pemasaran Industri Kapur
formasi lebih kompak. Pertambangan Rakyat Di Kawasan Bukit
Dari besar kandungan yang diberikan dan Tui Dalam Upaya Mengentaskan
bentangan arah yang hampir sama untuk beberapa Kemiskinan Dan Peningkatan
lintasan maka dapat disimpulkan bahwa sebaran batuan Perekonomian Masyarakat.(Online),diakses 5
kapur ditempat penelitian lebih banyak ditemukan pada Mei 2015.
bentangan daerah timur laut menuju barat daya.

RUJUKAN
Andriyani,S.,Ramelan,A.H., & Sutarno.2010. Metode
Geolistrik Imaging Konfigurasi Dipole-
Dipole Digunakan Untuk Penelusuran
Sistem Sungai Bawah Tanah Pada Kawasan
Karst Di Pacitan, Jawa Timur, II(1):46-54.

Badmus,B.S. & Olatinsu, O.B.2009. Geoelectric


mapping and characterization of limestone
deposits of Ewekoro formation,
southwestern Nigeria.Journal of Geology
and Mining Research, 1(1):008-018, diakses
20 November 2014.

ESDM, Dinas. 2014. Data sumber daya mineral


dikabupaten Malang : dinas ESDM kab.
Malang.

Jatau,B.S.&E.Vincen,O.2014.Subsurface
Geophysical Mapping And Drilling Of
Aba Isu Limestone Deposit (Sheet 156e),
South-Eastern, Nigeria, 2(1): 38-47.

Looke,M.H.2000. Electrical imaging surveys for


environmental and engineering studies,
(Online), (moho.ess.uncla.edu.).diakses 25
November 2014.

Maryanto,Sukir,dkk.2014.Pedoman Praktikum
Workshop Geofisika.Malang:UB.

Misdarpon,Deddy & Nurjanah, Nunuy.2007.


Pemanfaatan Batu Berangkal Kapur Limbah
Industri Sebagai Agregat Untuk Beton Non-
Pasir.(Online),1(1),diakses 5 Mei 2015.

Telford,W.M.,Geldart,L.P. & Sheriff, R.E.1990.


Applied Geophysics.New York:Cambridge
University Press.

Anda mungkin juga menyukai