ABSTRAK
Daerah penelitian terletak di Kecamatan Masaran, Kedawung dan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Tata
guna lahan di daerah ini adalah permukiman penduduk, lahan pertanian, dan industri, sehingga
kebutuhan air terus meningkat. Metode geolistrik salah satu metode yang sering digunakan untuk
mengetahui potensi air tanah. Akuisisi data dilakukan sebanyak 12 titik menggunakan konfigurasi
Schlumberger dengan panjang lintasan elektroda arus 150 200 m dan panjang listasan elektroda
potensial 0,5 5 m. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software IP2win dan Rockwork.
Hasil interpretasi geolistrik dan informasi hidrologi daerah penelitian menghasilkan 3 lapisan batuan
yaitu: Lapisan permukaan (Topsoil) memiliki nilai resistivitas 0 30 ohm.m. Lapisan Lempung
memiliki nilai resistivitas 1 20 Ohm.m. Lapisan Batupasir memiliki nilai resistivitas 30 150
ohm.m. Distribusi sebaran potensi air tanah digambarkan dalam bentuk peta kedalaman, peta
ketebalan dan peta pola aliran air tanah. Tipologi akuifer yang berkembang di daerah penelitian
merupakan akuifer dangkal dengan kedalaman kurang dari 50 m dan akuifer dalam dengan kedalaman
lebih dari 50 m. Kedalaman akuifer di Kecamatan Kedawung 15 46 mdpt, di kecamatan Masaran 14
86 mdpt dan di Kecamatan Sidoharjo 11 64 mdpt. Ketebalan akuifer di Kecamatan Kedawung 30
106 m, di kecamatan Masaran 67 160 m dan di Kecamatan Sidoharjo 47 180 m. Hasil penelitian
menunjukan arah aliran air tanah yaitu berasal dari kaki gunung lawu atau sebelah Tenggara menuju
kea rah sungai Bengawan Solo atau sebelah Barat Laut. Potensi air tanah dengan produktivitas tinggi
menyebar di sebelah Tenggara atau di kaki Gunungapi Lawu dan di sebelah Barat Laut daerah
penelitian.
Kata Kunci : Geolistrik, Akuifer, Sragen
1. Pendahuuan
Air tanah merupakan salah satu sumber alam yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan mahluk hidup. Saat ini penggunaan air tanah tidak hanya digunakan untuk air
minum, mandi dan mencuci saja. Namun, air tanah dibutuhkan untuk keperluan industri dan
pertanian. Pertumbuhan penduduk semakin bertambah dan perkembangan industri semakin
pesat mengakibatkan kebutuhan air tanah semakin meningkat sedangkan sumber air tanah
masih terbatas.
Eksplorasi merupakan salah satu cara untuk mengetahui potensi air tanah di suatu daerah.
Eksplorasi air tanah ini dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya menggunakan
metode geolistrik 1 D (Aryanto, et al., 2016; Lukman, et al., 2016; Darsono, et al., 2017),
Metode ground penetrating radar (GPR), dan Metode elektromagnetik (Glenn, et al., 1991).
Survei geolistrik merupakan salah satu cara yang efektif digunakan untuk eksplorasi air tanah.
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA
Kelebihan dari metode ini adalah biaya yang digunakan murah dan tidak memerlukan waktu
yang lama. Selain diguanakan untuk mengetahui potensi air tanah metode geolistrik juga
dapat digunakan untuk mengetahui sebaran intrusi air laut (Hastuti, et al., 2015; Santoso, et
al., 2013; Frohlich & Urish, 2002) dan untuk keperluan eksplorasi panas bumi (Chbaane, et
al., 2017)
Secara administrasi daerah penelitian berada di Kecamatan Kedawung, Kecamatan
Masaran dan Kecamatan Sidoharjo. Ketiga Kecamatan tersebut termasuk kedalaman
Kabupaten Sragen di sebelah Selatan seperti Gambar 1. Kondsi lahan di daerah penelitian
digunakan untuk pertanian kering, pertanian basah, permukiman penduduk dan industri (BPS
Sragen, 2015). Morfologi Kecamatan Kedawung merupakan perbukitan landai dengan
ketinggian 116 m diatas permukaan laut. Kecamatan Masaran dan Kecamatan Sidoharjo
merupakan dataran rendah dengan keinggian 83 93 m diatas permukaan laut. Berdasarkan
data dari dinas Pengairan DPU kabupaten Sragen curah hujan di Kecamatan Kedawung 131
mm, Kecmaatan Masaran 124 mm dan Kecamatan Sidoharjo 178 mm (BPS Sragen, 2015)
Potensi air tanah di sekitar daerah penelitian memiliki produktivitas sedang sampai
tinggi. Litologi batuan penyusun akuifer adalah pasir, kerikil dan pasir endapan Gunungapi
Lawu (Aryanto, et al., 2016; Darsono, et al., 2017; Darsono, et al., 2016). Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui litologi batuan penyusun akuifer dan potensi air tanah di
kecamatan Kedawung, Kecamatan Masaran, dan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.
potensial (MN/2) adalah 0,5 10 m dan jarak elektroda arus (AB/2) 150 200 m. konfigurasi
susunan elektroda seperti pada Gambar 3.
(1)
Dimana merupakan nilai resistivitas semu (ohm.m), I adalah arus listrik (mA), V
beda potensial (mV), dan K merupakan faktor geometri. Besarnya nilai faktor geometri untuk
konfigurasi schlumberger sebagai berikut :
(2)
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA
Dengan:
K = faktor geometri
AB = Jarak elektroda arus (m)
MN = Jarak elektroda potensial (m)
Nilai resistivitas semu yang diperoleh dari lapangan kemudian dilakukan proses
pengolahan data untuk memperoleh nilai resistivitas sebenarnya dan ketebalan lapisan.
Interpretasi data menggunakan model master kurva dengan memplot jarak elektroda arus vs
resistivitas semu ( AB/2 vs ) (Flathe, 1962). Metode lain adalah menggunakan algoritma
pemodelan kedepan (forward modeling) dan pemodelan kebelakang (inversion modeling)
(Zohdy, 1989). Pada penelitian ini perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data
adalah IP2WIN. Hasil dari proses pengolahan data adalah nilai resistivitas sebenarnya,
kedalaman dan ketebalan lapisan batuan. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai
resistivitas batuan antara lain porositas, kandungan mineral dan saturasi air. Batuan sedimen
meliki nilai tahanan jenis lebih rendah dibandingkan dengan nilai tahanan jenis batuan beku.
Batuan sedimen yang terisi oleh air tanah memiliki nilai tahanan jenis 10-100 ohm.m (Loke,
2004)
2.1. Geologi Regional
Van Bammelan (1994) membagi fisiografi jawa tengah menjadi 5 satuan fisiografi yaitu
: Pegunungan Selatan, depresi Randublatung, Zona Rembang, Zona Solo dan Zona Kendeng.
Daerah penelitian termasuk kedalam Zona Solo, Zona Solo terbagi menjadi dua Subzona yaitu
Solo bagian tengah yang dibentuk oleh deretan Gunungapi Kuarter dan dataran antar
Gunungapi seperti Gunung Lawu, Gunung Wilis, Gunung Kelud, dan pegunungan Tengger.
Kedua adalah Subzona Ngawi bagian Utara. Subzona ini pada umumnya dibentuk oleh
endapan aluvial dan endapan Gunungapi.
Berdasarkan peta geologi Kabupaten Sragen seperti pada Gambar 4. Geologi daerah
penelitian merupakan endapan Alluvium (Qa) yang terdiri dari Kerakal, Kerikil, Pasir dan
Lempung. Selain itu disekitar daerah penelitian ditemukan Endapan Undak (Qt) yang tersusun
oleh Konglomerat, Batupasir dan Lempung. Sebelah Selatan daerah penelitian merupakan
Formasi endapan Gunung Api Lawu (Ql) yang tersusun oleh Batupasir Gunungapi,
BatuLempung - Lanau Gunungapi, Breksi Gunungapi dan Lava. Di sebelah Barat daerah
penelitian merupakan Formasi Notopuro (Qn) Formasi ini terletak tidak selaras dengan
Formasi Kabuh. Litologi penyusun Formasi ini merupakan Breksi lahar berseling dengan
Batupasir Tufaan dan Konglomerat vulkanik. Selain Formasi Notopuro ditemukan batuan dari
Formasi Pucangan dan Kalibeng. Formasi Pucangan (Qp) berumur Pliosen Akhir - Plistosen.
Litologi penyusun Formasi ini terdiri dari Konglomeratan, Batupasir, Batupasir
Tufaan,Lempung dan Breksi bagian bawah. Formasi Formasi Kalibeng (Tmpk) dengan
susunan litologi Napal pejal dan sisipan Batupasir Tufaan, dan Batupasir Gampingan. Geologi
sebelah Utara daerah penelitian merupakan Formasi Kerek. Formasi ini yang terbentuk pada
Miosen Awal - Miosen Akhir. Formasi ini terdiri dari litologi Napal, Batugamping,
Batulempung, Batupasir Gampingan, Batulempung Gampingan dan Batupasir Tufaan. Selain
Formasi Kerek ditemukan juga anggota Banyak Formasi Kalibeng dan Formasi Kalibeng.
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA
2. Akuifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir dengan produktivitas sedang
sampai tinggi menyebar di wilayah Sragen bagian Timur.
3. Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dengan produktivitas sedang dengan
penyebaran setempat ditemukan di Kabupaten Sragen bagian Utara.
4. Akuifer dengan aliran melalui celah atau sarang dengan produktivitas rendah sampai
langka menyebar di Kabupaten Sragen bagian Utara dan beberapa tempat ditemukan
Kabupaten Sragen bagian Barat.
3. Hasil Penelitian
3.1. Pengolahan data
Interpretasi data geolistrik dilakukan menggunakan software IP2win, Hasil dari
pengolahan tersebut merupakan nilai resistivitas setiap lapisan batuan, ketebalan lapisan dan
kedalaman lapisan batuan sperti pada Tabel 1. Setelah memperoleh nilai tahanan jenis batuan
kemudian dikorelasikan dengan peta geologi untuk mengetahui litologi batuan.
Tabel 1. Hasil pengolahan data geolistrik.
titik
GL Ro Kedalaman ketebalan Litologi
7.40 0.00 0.75 0.75 Topsoil
10.61 0.75 1.04 0.29 Lempung
gl-1 0.51 1.04 2.26 1.22 Lempung
1.74 2.26 2.67 0.41 Lempung
24.81 2.67 103.34 100.67 Pasir
45.40 0.00 0.75 0.75 Topsoil
52.40 0.75 2.12 1.37 Pasir
gl-4 20.90 2.12 17.02 14.90 Lempung
91.30 17.02 48.12 31.10 Pasir
20.40 48.12 136.02 87.90 Pasir
0.79 136.02 200.00 63.98 Lempung
16.60 0.00 0.75 0.75 Topsoil
10.20 0.75 3.85 3.10 Lempung
gl-2 93.40 3.85 15.15 11.30 Pasir
9.25 15.15 46.45 31.30 Lempung
126.00 46.45 141.75 95.30 Pasir
10.10 141.75 200.00 58.25 Lempung
12.90 0.00 3.07 3.07 Topsoil
gl-8 1.98 3.07 6.05 2.98 Lempung
15.20 6.05 150.05 144.00 Lempung
195.00 150.05 200.00 49.95 Pasir
17.19 0.00 0.75 0.75 Topsoil
9.49 0.75 3.45 2.70 Lempung
gl-6 106.80 3.45 14.25 10.80 Pasir
11.19 14.25 34.66 20.41 Lempung
72.72 34.66 120.00 85.34 Pasir
16.40 0.00 0.75 0.75 Topsoil
0.53 0.75 1.08 0.33 Lempung
gl-12 34.50 1.08 1.78 0.70 Pasir
1.67 1.78 3.07 1.29 Lempung
5.53 3.07 51.07 48.00 Lempung
27.50 51.07 319.07 268.00 Pasir
gl-11 19.80 0.00 0.75 0.75 Topsoil
0.62 0.75 0.91 0.16 Lempung
4.49 0.91 5.37 4.46 Lempung
80.60 5.37 9.08 3.71 Pasir
2.79 9.08 22.28 13.20 Lempung
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA
diinterpretasikan sebagai pasir, lapisan ini diperkirakan sebagai lapisan akuifer. Lapisan ini
menebal dari titik gl-4 sampai gl-10 dengan ketebalan 34 - 180 m.
garis-garis yang menghubungkan nilai resistivitas akuifer yang sama (Gambar 7). Dari peta
tersebut diketahui sebaran nilai resistivitas akuifer air tanah 25 195 ohm.m. Kedawung nilai
resistivitas akuifer 75 155 ohm.m. Di Kecamatan Masaran nilai resistivitas untuk lapisan
akuifer 20 - 75 ohm.m. Dikecamatan Sidoharjo nilai resistivitas akuifer 75 - 200 ohm.m. Nilai
resistivitas tersebut menunjukan batuan yang memiliki potensi sumbar air tanah yang baik
(Loke, 2004).
Acknowledgements
Dalam penelitian ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Tirta
Persada Water
Resource yang telah memberikan bantuan data dalam penelitian ini, serta
dukungan
masyarakat di di Kecamatan Kedawung, Kecamatan Masaran dan
Kecamatan Sidoharjo.
Daftar Pustaka