Anda di halaman 1dari 13

PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2

PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)


13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

APLIKASI GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN POTENSI AKUIFER AIR


TANAH: STUDI KASUS DI KECAMATAN MASARAN, KEDAWUNG DAN
SIDOHARJO, KABUPATEN SRAGEN

Muhamad Defi Aryanto 1


Feri Andianto 2
Ahmad Taufiq 3
1
Independent researcher, Jl jangga terisi Desa Pegagan Kec. Losarang Kab Indramayu
2
CV Tirta Persada, Kabupaten Sragen Sragen
3
Pusat Litbang Sumber Daya Air, Kementerian PUPR
Email : aryanto.defi@yahoo.com, ahmadrentcar@gmail.com

ABSTRAK
Daerah penelitian terletak di Kecamatan Masaran, Kedawung dan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Tata
guna lahan di daerah ini adalah permukiman penduduk, lahan pertanian, dan industri, sehingga
kebutuhan air terus meningkat. Metode geolistrik salah satu metode yang sering digunakan untuk
mengetahui potensi air tanah. Akuisisi data dilakukan sebanyak 12 titik menggunakan konfigurasi
Schlumberger dengan panjang lintasan elektroda arus 150 200 m dan panjang listasan elektroda
potensial 0,5 5 m. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software IP2win dan Rockwork.
Hasil interpretasi geolistrik dan informasi hidrologi daerah penelitian menghasilkan 3 lapisan batuan
yaitu: Lapisan permukaan (Topsoil) memiliki nilai resistivitas 0 30 ohm.m. Lapisan Lempung
memiliki nilai resistivitas 1 20 Ohm.m. Lapisan Batupasir memiliki nilai resistivitas 30 150
ohm.m. Distribusi sebaran potensi air tanah digambarkan dalam bentuk peta kedalaman, peta
ketebalan dan peta pola aliran air tanah. Tipologi akuifer yang berkembang di daerah penelitian
merupakan akuifer dangkal dengan kedalaman kurang dari 50 m dan akuifer dalam dengan kedalaman
lebih dari 50 m. Kedalaman akuifer di Kecamatan Kedawung 15 46 mdpt, di kecamatan Masaran 14
86 mdpt dan di Kecamatan Sidoharjo 11 64 mdpt. Ketebalan akuifer di Kecamatan Kedawung 30
106 m, di kecamatan Masaran 67 160 m dan di Kecamatan Sidoharjo 47 180 m. Hasil penelitian
menunjukan arah aliran air tanah yaitu berasal dari kaki gunung lawu atau sebelah Tenggara menuju
kea rah sungai Bengawan Solo atau sebelah Barat Laut. Potensi air tanah dengan produktivitas tinggi
menyebar di sebelah Tenggara atau di kaki Gunungapi Lawu dan di sebelah Barat Laut daerah
penelitian.
Kata Kunci : Geolistrik, Akuifer, Sragen
1. Pendahuuan
Air tanah merupakan salah satu sumber alam yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan mahluk hidup. Saat ini penggunaan air tanah tidak hanya digunakan untuk air
minum, mandi dan mencuci saja. Namun, air tanah dibutuhkan untuk keperluan industri dan
pertanian. Pertumbuhan penduduk semakin bertambah dan perkembangan industri semakin
pesat mengakibatkan kebutuhan air tanah semakin meningkat sedangkan sumber air tanah
masih terbatas.
Eksplorasi merupakan salah satu cara untuk mengetahui potensi air tanah di suatu daerah.
Eksplorasi air tanah ini dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya menggunakan
metode geolistrik 1 D (Aryanto, et al., 2016; Lukman, et al., 2016; Darsono, et al., 2017),
Metode ground penetrating radar (GPR), dan Metode elektromagnetik (Glenn, et al., 1991).
Survei geolistrik merupakan salah satu cara yang efektif digunakan untuk eksplorasi air tanah.
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

Kelebihan dari metode ini adalah biaya yang digunakan murah dan tidak memerlukan waktu
yang lama. Selain diguanakan untuk mengetahui potensi air tanah metode geolistrik juga
dapat digunakan untuk mengetahui sebaran intrusi air laut (Hastuti, et al., 2015; Santoso, et
al., 2013; Frohlich & Urish, 2002) dan untuk keperluan eksplorasi panas bumi (Chbaane, et
al., 2017)
Secara administrasi daerah penelitian berada di Kecamatan Kedawung, Kecamatan
Masaran dan Kecamatan Sidoharjo. Ketiga Kecamatan tersebut termasuk kedalaman
Kabupaten Sragen di sebelah Selatan seperti Gambar 1. Kondsi lahan di daerah penelitian
digunakan untuk pertanian kering, pertanian basah, permukiman penduduk dan industri (BPS
Sragen, 2015). Morfologi Kecamatan Kedawung merupakan perbukitan landai dengan
ketinggian 116 m diatas permukaan laut. Kecamatan Masaran dan Kecamatan Sidoharjo
merupakan dataran rendah dengan keinggian 83 93 m diatas permukaan laut. Berdasarkan
data dari dinas Pengairan DPU kabupaten Sragen curah hujan di Kecamatan Kedawung 131
mm, Kecmaatan Masaran 124 mm dan Kecamatan Sidoharjo 178 mm (BPS Sragen, 2015)
Potensi air tanah di sekitar daerah penelitian memiliki produktivitas sedang sampai
tinggi. Litologi batuan penyusun akuifer adalah pasir, kerikil dan pasir endapan Gunungapi
Lawu (Aryanto, et al., 2016; Darsono, et al., 2017; Darsono, et al., 2016). Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui litologi batuan penyusun akuifer dan potensi air tanah di
kecamatan Kedawung, Kecamatan Masaran, dan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.

Gambar 1. Peta daerah daerah penelitian survey geolistrik


2. Metode Penelitian
Metode geofisika merupakan salah satu cara untuk mengetahui kondisi bawah
permukaan berdasarkan parameter fisika. Diantara parameter fisika yang berhubungan dengan
akuifer air tanah adalah resistivitas atau batuan. Metode geolistrik merupakan cabang dari
ilmu geofisika yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan
berdasarkan nilai resistivitas batuan. Akuisisi data dilakukan sebanyak 12 titik menyebar di
kecamatan Kedawung, Kecamatan Masaran dan Kecamatan Sidoharjo (Gambar 1Gambar 2).
Akuisi data menggunakan konfigurasi yang digunakan adalah Schlumberger. Jarak elektroda
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

potensial (MN/2) adalah 0,5 10 m dan jarak elektroda arus (AB/2) 150 200 m. konfigurasi
susunan elektroda seperti pada Gambar 3.

Gambar 2. Sebaran titik geolistrik di daerah penelitian.

Gambar 3. Susunan elektroda konfigurasi schlumberger (Telford & Sheriff, 1990)


Data yang diperoleh dari lapangan adalah nilai arus listrik yang diinjeksikan ke permukaan
tanah dan beda potensial antar elektroda. Nilai resistivitas semu yang terukur dapat dihitung
menggunakan persamaan (1):

(1)

Dimana merupakan nilai resistivitas semu (ohm.m), I adalah arus listrik (mA), V
beda potensial (mV), dan K merupakan faktor geometri. Besarnya nilai faktor geometri untuk
konfigurasi schlumberger sebagai berikut :

(2)
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

Dengan:
K = faktor geometri
AB = Jarak elektroda arus (m)
MN = Jarak elektroda potensial (m)

Nilai resistivitas semu yang diperoleh dari lapangan kemudian dilakukan proses
pengolahan data untuk memperoleh nilai resistivitas sebenarnya dan ketebalan lapisan.
Interpretasi data menggunakan model master kurva dengan memplot jarak elektroda arus vs
resistivitas semu ( AB/2 vs ) (Flathe, 1962). Metode lain adalah menggunakan algoritma
pemodelan kedepan (forward modeling) dan pemodelan kebelakang (inversion modeling)
(Zohdy, 1989). Pada penelitian ini perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data
adalah IP2WIN. Hasil dari proses pengolahan data adalah nilai resistivitas sebenarnya,
kedalaman dan ketebalan lapisan batuan. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai
resistivitas batuan antara lain porositas, kandungan mineral dan saturasi air. Batuan sedimen
meliki nilai tahanan jenis lebih rendah dibandingkan dengan nilai tahanan jenis batuan beku.
Batuan sedimen yang terisi oleh air tanah memiliki nilai tahanan jenis 10-100 ohm.m (Loke,
2004)
2.1. Geologi Regional
Van Bammelan (1994) membagi fisiografi jawa tengah menjadi 5 satuan fisiografi yaitu
: Pegunungan Selatan, depresi Randublatung, Zona Rembang, Zona Solo dan Zona Kendeng.
Daerah penelitian termasuk kedalam Zona Solo, Zona Solo terbagi menjadi dua Subzona yaitu
Solo bagian tengah yang dibentuk oleh deretan Gunungapi Kuarter dan dataran antar
Gunungapi seperti Gunung Lawu, Gunung Wilis, Gunung Kelud, dan pegunungan Tengger.
Kedua adalah Subzona Ngawi bagian Utara. Subzona ini pada umumnya dibentuk oleh
endapan aluvial dan endapan Gunungapi.
Berdasarkan peta geologi Kabupaten Sragen seperti pada Gambar 4. Geologi daerah
penelitian merupakan endapan Alluvium (Qa) yang terdiri dari Kerakal, Kerikil, Pasir dan
Lempung. Selain itu disekitar daerah penelitian ditemukan Endapan Undak (Qt) yang tersusun
oleh Konglomerat, Batupasir dan Lempung. Sebelah Selatan daerah penelitian merupakan
Formasi endapan Gunung Api Lawu (Ql) yang tersusun oleh Batupasir Gunungapi,
BatuLempung - Lanau Gunungapi, Breksi Gunungapi dan Lava. Di sebelah Barat daerah
penelitian merupakan Formasi Notopuro (Qn) Formasi ini terletak tidak selaras dengan
Formasi Kabuh. Litologi penyusun Formasi ini merupakan Breksi lahar berseling dengan
Batupasir Tufaan dan Konglomerat vulkanik. Selain Formasi Notopuro ditemukan batuan dari
Formasi Pucangan dan Kalibeng. Formasi Pucangan (Qp) berumur Pliosen Akhir - Plistosen.
Litologi penyusun Formasi ini terdiri dari Konglomeratan, Batupasir, Batupasir
Tufaan,Lempung dan Breksi bagian bawah. Formasi Formasi Kalibeng (Tmpk) dengan
susunan litologi Napal pejal dan sisipan Batupasir Tufaan, dan Batupasir Gampingan. Geologi
sebelah Utara daerah penelitian merupakan Formasi Kerek. Formasi ini yang terbentuk pada
Miosen Awal - Miosen Akhir. Formasi ini terdiri dari litologi Napal, Batugamping,
Batulempung, Batupasir Gampingan, Batulempung Gampingan dan Batupasir Tufaan. Selain
Formasi Kerek ditemukan juga anggota Banyak Formasi Kalibeng dan Formasi Kalibeng.
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

Gambar 4. Peta geologi daerah penelitian (Sukardi & Budhitrisna, 1992)


2.2. Hidrogeologi Regional
Kabupaten Sragen termasuk kedalam Cekungan Air Tanah (CAT) Karanganyar -
Boyolali. Djaeni, (1982) membagi hidrologi kabupaten sragen berdasarkan produktivitas dan
penyebarannya menjadi 4 katagori yaitu :
1. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir dengan produktivitas sedang sampai
tinggi menyebar dibagian tengah atau daerah sepanjang sungai bengawan Solo.
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

2. Akuifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir dengan produktivitas sedang
sampai tinggi menyebar di wilayah Sragen bagian Timur.
3. Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dengan produktivitas sedang dengan
penyebaran setempat ditemukan di Kabupaten Sragen bagian Utara.
4. Akuifer dengan aliran melalui celah atau sarang dengan produktivitas rendah sampai
langka menyebar di Kabupaten Sragen bagian Utara dan beberapa tempat ditemukan
Kabupaten Sragen bagian Barat.
3. Hasil Penelitian
3.1. Pengolahan data
Interpretasi data geolistrik dilakukan menggunakan software IP2win, Hasil dari
pengolahan tersebut merupakan nilai resistivitas setiap lapisan batuan, ketebalan lapisan dan
kedalaman lapisan batuan sperti pada Tabel 1. Setelah memperoleh nilai tahanan jenis batuan
kemudian dikorelasikan dengan peta geologi untuk mengetahui litologi batuan.
Tabel 1. Hasil pengolahan data geolistrik.
titik
GL Ro Kedalaman ketebalan Litologi
7.40 0.00 0.75 0.75 Topsoil
10.61 0.75 1.04 0.29 Lempung
gl-1 0.51 1.04 2.26 1.22 Lempung
1.74 2.26 2.67 0.41 Lempung
24.81 2.67 103.34 100.67 Pasir
45.40 0.00 0.75 0.75 Topsoil
52.40 0.75 2.12 1.37 Pasir
gl-4 20.90 2.12 17.02 14.90 Lempung
91.30 17.02 48.12 31.10 Pasir
20.40 48.12 136.02 87.90 Pasir
0.79 136.02 200.00 63.98 Lempung
16.60 0.00 0.75 0.75 Topsoil
10.20 0.75 3.85 3.10 Lempung
gl-2 93.40 3.85 15.15 11.30 Pasir
9.25 15.15 46.45 31.30 Lempung
126.00 46.45 141.75 95.30 Pasir
10.10 141.75 200.00 58.25 Lempung
12.90 0.00 3.07 3.07 Topsoil
gl-8 1.98 3.07 6.05 2.98 Lempung
15.20 6.05 150.05 144.00 Lempung
195.00 150.05 200.00 49.95 Pasir
17.19 0.00 0.75 0.75 Topsoil
9.49 0.75 3.45 2.70 Lempung
gl-6 106.80 3.45 14.25 10.80 Pasir
11.19 14.25 34.66 20.41 Lempung
72.72 34.66 120.00 85.34 Pasir
16.40 0.00 0.75 0.75 Topsoil
0.53 0.75 1.08 0.33 Lempung
gl-12 34.50 1.08 1.78 0.70 Pasir
1.67 1.78 3.07 1.29 Lempung
5.53 3.07 51.07 48.00 Lempung
27.50 51.07 319.07 268.00 Pasir
gl-11 19.80 0.00 0.75 0.75 Topsoil
0.62 0.75 0.91 0.16 Lempung
4.49 0.91 5.37 4.46 Lempung
80.60 5.37 9.08 3.71 Pasir
2.79 9.08 22.28 13.20 Lempung
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

54.30 22.28 356.28 334.00 Pasir


11.67 0.77 0.77 0.00 Topsoil
2.78 0.77 4.71 3.94 Lempung
gl-5 54.41 4.71 10.93 6.22 Pasir
1.47 10.93 14.27 3.34 Lempung
28.89 14.27 331.78 317.51 Pasir
26.14 0.00 0.96 0.96 Topsoil
8.16 0.96 2.00 1.04 Lempung
gl-10 3.06 2.00 5.17 3.17 Lempung
16.34 5.17 86.38 81.21 Lempung
107.74 86.38 120.00 33.62 Pasir
12.80 0.00 0.75 0.75 Topsoil
1.38 0.75 1.06 0.31 Lempung
gl-15 18.10 1.06 1.98 0.92 Lempung
1.08 1.98 5.45 3.47 Lempung
8.93 5.45 64.44 58.99 Lempung
67.93 64.44 200.00 135.56 Pasir
11.88 0.00 0.75 0.75 Topsoil
1.91 0.75 1.19 0.44 Lempung
25.25 1.19 1.91 0.73 Pasir
gl-13 3.18 1.91 4.57 2.66 Lempung
50.59 4.57 7.94 3.37 Pasir
2.38 7.94 21.45 13.51 Lempung
174.24 21.45 200.00 178.55 Pasir
7.06 0.00 0.82 0.82 Topsoil
gl-17 2.03 0.82 3.40 2.58 Lempung
14.11 3.40 86.28 82.88 Lempung
69.15 86.28 200.00 113.72 Pasir
25.64 0.00 0.75 0.75 Topsoil
5.15 0.75 1.46 0.71 Lempung
48.71 1.46 2.52 1.05 Pasir
gl-9 6.40 2.52 8.70 6.19 Lempung
11.37 8.70 69.52 60.82 Lempung
98.91 69.52 156.11 86.59 Pasir
7.35 156.11 200.00 43.89 Lempung
13.90 0.00 0.75 0.75 Topsoil
1.00 0.75 1.26 0.51 Lempung
207.00 1.26 3.59 2.33 Pasir
gl-14 4.27 3.59 11.08 7.49 Lempung
45.80 11.08 35.68 24.60 Pasir
8.71 35.68 153.68 118.00 Lempung
55.40 153.68 200.00 46.32 Pasir

3.2. Penampang Melintang 2D


Korelasi dilakukan dengan cara menghubungkan titik-titik geolistrik menjadi
penampang dua dimensi. Korelasi penampang geolistrik dilakukan untuk mengetahui sebaran
akuifer didaerah penelitian. Pada penelitian ini korelasi geolistrik dibuat dalam 2 lintasan
yaitu lintasan A-A dan lintasan B-B.
Lintasan A-A' melintasi titik gl-4, gl-2, gl-6, gl-9, g-14, gl-17 dan gl-10 dengan arah
Tenggara Barat Laut (Gambar 5). Dari penampang melintang tersebut menggambarkan
lapisan paling atas merupakan batuan dengan nilai resistivitas kurang dari 10 ohm.m, batuan
ini diinterpretasikan sebagai Lempung dengan ketebalan 5 15 m. Lapisan ini diperkirakan
sebagai lapisan impermeable atau akuiklud. Lapisan batuan Lempung menyebar dari titik gl-4
sampai titik gl-14. Pada titik gl-17 dan gl-10 ditemukan batuan dengan nilai resistivitas 10- 30
ohm.m diinterpretasikan sebagai lapisan Lempung Pasiran, lapisan ini juga berfungsi sebagai
akuiklud. Lapisan kedua merupakan batuan dengan nilai resistivitas 30 - 200 ohm.m
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

diinterpretasikan sebagai pasir, lapisan ini diperkirakan sebagai lapisan akuifer. Lapisan ini
menebal dari titik gl-4 sampai gl-10 dengan ketebalan 34 - 180 m.

Gambar 5. Profil lintasan melintang dengan arah Tenggara - Barat LautA-A


Lintasan B-B' melintasi titik gl-5, gl-12, gl-10, gl-17, gl-14, gl-9 dan gl-15 dengan arah
Barat Daya Timur Laut seperti pada gambar Gambar 6. Lintasan B-B' memiliki kontur lebih
datar dibandingkan dengan lintasan A-A'. Pada lintsan ini lapisan pertama ditemukan batuan
dengan nilai reistivitas kurang dari 10 ohm.m, diinterpretasikan sebagai lapisan Lempung
yang berfungsi sebagai akuiklud. Lapisan ini menyebar dari titik gl-5 sampai gl-15 dengan
ketebalan 12 80 m.. Dibawah lapisan Lempung ditemukan batuan dengan nilai resistivitas
30 200 ohm.m, diinterpretasikan sebagai pasir yang berfungsi sebagai akuifer. Lapisan ini
menerus dari titik gl-4 sampai gl-10 dengan ketebalan 34 140 m.

Gambar 6. Profil lintasan B B dengan arah Barat Daya Timur Laut


4. Diskusi dan Pembahasan
Tipologi akuifer yang berkembang di Kecamatan Kedawung merupakan akuifer batuan
sedimen Gunungapi. Media penyusun batuan tersebut merupakan endapan Gunungapi Lawu
yang terdiri dari Batupasir Gunungapi dan Breksi Gunungapi. Tipologi akuifer di Kecamatan
Masaran dan Sidoharjo merupakan akuifer endapan aluvium. Media penyusun akuifer
tersebut adalah Lempung Pasiran, Pasir dan Kerikil.
Potensi akuifer digambarkan dengan peta sebaran isoresistivity, Peta kedalaman akuifer peta
ketebalan akuifer dan peta pola aliran air tanah. , Peta isoresistivity merupakan peta kontur
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

garis-garis yang menghubungkan nilai resistivitas akuifer yang sama (Gambar 7). Dari peta
tersebut diketahui sebaran nilai resistivitas akuifer air tanah 25 195 ohm.m. Kedawung nilai
resistivitas akuifer 75 155 ohm.m. Di Kecamatan Masaran nilai resistivitas untuk lapisan
akuifer 20 - 75 ohm.m. Dikecamatan Sidoharjo nilai resistivitas akuifer 75 - 200 ohm.m. Nilai
resistivitas tersebut menunjukan batuan yang memiliki potensi sumbar air tanah yang baik
(Loke, 2004).

Gambar 7. Sebaran Isoresistivity di daerah penelitian


Selain peta Isoresistivity penelitian ini juga menghasilkan peta ketebalan akuifer. Peta
ketebalan akuifer merupakan garis garis kontur yang menghubungkan nilai ketebalan
akuifer yang sama. Ketebalan akuifer dihitung dari bagian atas akuifer (top akuifer) atau
lapisan dengan litologi pasir sampai batas bagian bawah akuifer (bottom Akuifer). Dari
gambar tersebut diketahui ketebalan akuifer di Kecamatan Kedawung memiliki ketebalan
akuifer 30 - 106 m, di Kecamatan Masaran memiliki ketebalan akuifer67 160, dan di
Kecamatan Sidoharjo memiliki ketebalan akuifer 47 180 m. Dilihat dari kontur ketebalan
akuifer, akuifer air tanah menebal dari Timur ke arah Barat.
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

Gambar 8. Peta ketebalan akuifer di daerah penelitian.


Selain dibedakan berdasarkan media penyusun batuannya, Akuifer yang berkembang didaerah
penelitian dibedakan berdasarkan kedalamannya yaitu: pertama akuifer dangkal adalah jenis
akuifer yang memiliki kedalaman kurang dari 50 mdpt (meter dibawah permukaan tanah).
kedua akuifer dalam adalah akuifer yang memiliki kedalaman lebih dari 50 mdpt. Peta
kedalaman akuifer dibuat dengan menghubungkan garis-garis nilai kedalaman akuifer yang
sama dikur dari permukaan tanah (Error: Reference source not found). Dari peta tersebut
diketahui kedalaman akuifer air tanah di Kecamatan Kedawung berada pada kedalaman 10
40 mdpt, Di Kecamatan Masaran berada pada kedalaman 14 86 mdpt, Di Kecamatan
Sidoharjo berada pada kedalaman 11 64 mdpt. Berdasarkan peta tersebut daerah yang
memiliki akuifer dengan kedalaman lebih dari 70 mdpt adalah kecamatan Masaran dan
Kecamatan Sidoharjo atau bagian tengah daerah penelitian. Distribusi sebaran potensi air
tanah digambarkan dengan peta kontur pola aliran air tanah seperti pada Gambar 10.
Pembuatan peta kontur aliran air tanah menggunakan peta topografi yang diperoleh dari
elevasi titik geolistrik dan peta kedalaman akuifer. Dari peta kontur air tanah kemudian dibuat
pola aliran air tanah dengan cara membuat garis arah yang tegak lurus dengan garis kontur.
Dari peta tersebut diketahui arah aliran air tanah berasal dari area kaki gunungapi Lawu
sebelah Tenggara daerah penelitian menuju kea rah Barat Laut.
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

Gambar 9. Peta Kedalaman Akuifer di daerah penelitian.

Gambar 10. Peta pola aliran airtanah di daerah penelitian


5. Kesimpulan
Jenis akuifer yang berkembang di daerah penelitian merupakan akuifer dangkal dan akuifer
dalam. Media penyusun akuifer tersebut merupakan endapan sedimen Gunungapi Lawu dan
endapan alluvial. Berdasarkan hasil analisis geolistrik akuifer air tanah memiliki nilai
resistivitas 30 200 ohm.m yang diinterpretasikan sebagai pasir dan kerikil. Kedalaman
PROCEEDING, KONGRES & PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN KE-2
PERHIMPUNAN AHLI AIRTANAH INDONESIA (PIT-PAAI)
13 15 SEPTEMBER 2017, YOGYAKARTA

akuifer di Kecamatan Kedawung 15 46 mdpt, di kecamatan Masaran 14 86 mdpt dan di


Kecamatan Sidoharjo 11 64 mdpt. Distribusi aliran air berasal dari Tenggara daerah
penelitian atau daerah kaki Gunungapi Lawu menuju ke arah Barat Laut. Pengeboran sumur
air tanah dapat dilakukan sampai kedalaman 80 m untuk menembus lapisan akuifer tertekan
atau akuifer dalam.

Acknowledgements
Dalam penelitian ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Tirta
Persada Water
Resource yang telah memberikan bantuan data dalam penelitian ini, serta
dukungan
masyarakat di di Kecamatan Kedawung, Kecamatan Masaran dan
Kecamatan Sidoharjo.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai