net/publication/368019562
CITATIONS READS
0 130
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Amadhan Takwir on 26 February 2023.
Abstrak
Informasi hidro-oseanografi seperti arus dan batimetri suatu perairan sangatlah dibutuhkan misalnya dalam
pengembangan wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan dan pola arus serta bentuk
karakteristik topografi di Teluk Meleura. Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus 2020 bertempat di
perairan Teluk Meleura, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Pengambilan data arus menggunakan
layangan arus dengan metode langrangian dan pengambilan data batimetri menggunakan Map Sounder
Garmin GPS Map 421 s dengan metode pemeruman. Pengolahan batimetri menggunakan metode kriging.
Data tersebut diklasifikasi berdasarkan klasifikasi Van zuidam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
MSL diperoleh sebesar 140 cm. Arah angin pada Agustus 2020 lebih dominan dari arah Timur dan Timur
Laut. Kecepatan arus pada saat pasang menunjukkan bahwa kecepatan arus terendah yaitu 0,06 m/s dan
tertinggi yaitu 0,21 m/s dengan arah arusnya ke arah Barat Daya dan saat surut kecepatan arus terendah yaitu
0,04 m/s dan kecepatan arus tertinggi yaitu 0,16 m/s dengan arah arusnya kearah Timur dan Utara.
Karakteristik topografi dasar perairan Teluk Meleura merupakan perairan dangkal dengan kedalaman 0-24 m.
Bentuk topografi pantai maupun dasar perairan bervariasi berdasarkan klasifikasi kemiringan pantai mulai
dari lereng datar hingga curam dengan tingkat persentase kelerengan pantai berkisar 0,93-69,32%.
Abstract
Hydro-oceanographic information such as currents and bathymetry of a water is very much needed for
example in tourism development. This study aims to determine the speed and pattern of currents as well as
the shape of the topographic characteristics in Meleura Bay. This research was conducted in August 2020 in
the waters of Meleura Bay, Muna Regency, Southeast Sulawesi. current data retrieval using a current drouge
with the Langrangian method and bathymetry data retrieval using the Garmin GPS Map Sounder Map 421 s
with the zigzag method. Bathymetry processing using kriging method. The data is classified based on the
Van zuidam classification. The results showed that the MSL value obtained was 140 cm. The wind direction
in August 2020 is more dominant than the East and Northeast. Current velocity at high tide show that the
lowest current velocity is 0,06 m/s and the highest is 0,21 m/s with the current direction towards the
Southwest and at low tide the lowest current speed is 0,04 m/s and the highest is 0,16 m/s with the current
direction towards the East and North. The basic topographic characteristics of Meleura Bay waters are
shallow waters with a depth of 0-24 m. The shape of the topography of the coast and the bottom of the water
varies based on the classification of the coastal slope from flat to steep slopes with the percentage level of the
slope of the orphanage ranging from 0,93-69,32%.
Key words : Wind direction, Sea surface current, Bathymetry, Tidal, Meleura Bay
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jsl
Sapa Laut Agustus 2022. Vol.7(3): 145-153
dilakukan pada saat pasang dan surut sebanyak Data batimetri dikoreksi terhadap
2 kali pengulangan. kedudukan permukaan air laut (MSL, Zo,
dan TWLt) pada waktu pengukuran kemudian
b. Pengukuran batimetri
dilakukan koreksi terhadap jarak tenggelam
Pengambilan data batimetri diukur
transduser (koreksi transduser) agar diperoleh
pada perairan sepanjang 1 km dengan pola
kedalaman sebenarnya. Reduksi (koreksi)
‘zigzag’ dari arah pantai menuju laut lepas lalu
terhadap pasang surut air laut diperoleh
kembali menuju ke titik pertama. Alat yang
dengan rumus (Mashrukin, 2014):
digunakan dalam pengukuran batimetri yaitu
Map Sounder Garmin GPS Map 421 S dengan
rt = TWLt – (MSL+ ).............................. (2)
menggunakan alat transportasi perahu.
Keterangan:
2. Pengumpulan data sekunder
rt :
Besarnya reduksi (koreksi) yang
Data angin berupa arah dan kecepatan
diberikan kepada hasil pengukuran
angin periode Agustus tahun 2020 yang
kedalaman pada waktu t
diperoleh dari Badan Meteorologi,
TWLt : Kedudukan permukaan laut
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
sebenarnya (true water level) pada
Betoambari Baubau. Data Pasang Surut
waktu t
periode Agustus tahun 2020 diperoleh dari
MSL : Muka air laut rata-rata (mean sea
hasil pengukuran oleh TNI-AL (Tentara
level)
Nasional Indonesia-Angkatan Laut) Baubau.
: Kedalaman muka surutan dibawah
Data DEM untuk topografi pantai didapat
msl
dengan mendownload di situs
http://tides.big.go.id/DEMNAS/. Selanjutnya menghitung kedalaman
sebenarnya, yaitu dengan rumus sebagai
3. Pengolahan dan Analisis Data berikut:
a. Data arus
D = dT – rt.................................... (3)
Data yang diperlukan yaitu
kecepatan dan arah arus. Nilai kecepatan arus
Keterangan:
diperoleh dengan rumus (Hasriyanti, 2015):
D : Kedalaman sebenarnya
..................... (1) dT : Kedalaman terkoreksi transduser
rt : Reduksi (koreksi) pasang surut laut
Dimana: V = Kecepatan arus (m/s)
S = Panjang tali (m) Data kedalaman laut yang telah
t = Waktu (s) dikoreksi menggunakan persamaan (3)
selanjutnya diklasifikasi secara spasial
b. Data topografi perairan menggunakan perangkat lunak Sistem
Data yang diperlukan untuk Informasi Geografis. Data kedalaman ini
mengetahui karakteristik topografi perairan diinterpolasi menggunakan metode Kriging.
adalah data pasang surut, batimetri dan DEM. Kemudian diklasifikasi kembali kedalaman
1. Data pasang surut perairan menggunakan klasifikasi Van Zuidam
Pasang surut dianalisa menggunakan yang disajikan pada Tabel 1 untuk
metode Admiralty menghasilkan besarnya nilai memperoleh peta kelerengan perairan di
komponen-komponen harmonik pasang surut Teluk Meleura. Klasifikasi kedalaman
air laut sehingga dapat dihitung nilai menggunakan nilai kontur pada peta dan diberi
Formzahl untuk mengetahui tipe pasang surut warna untuk mewakili tiap kedalaman.
dan chart datum (Zo) yang akan digunakan
sebagai koreksi data kedalaman laut untuk
memperoleh kedalaman laut sebenarnya
(Mashrukin, 2014).
2. Data Batimetri
Tabel 1. Klasifikasi kemiringan lereng (slope) lahan dan dasar perairan pantai Teluk Meleura
Sifat Kelas Lereng (%) Morfologi (°)
Datar hingga hampir datar 0-2 0-2
Agak miring atau landai 2-7 2-4
Miring dengan besaran yang tinggi atau
7-15 4-8
bergelombang
Agak curam 15-30 8-16
Curam 30-70 16-35
Sangat curam 70 -140 35-55
Curam Sekali > 140 > 55
Sumber: Modifikasi Yuniastuti, dkk (2017) setelah diolah (2022)
c. Model Elevasi Digital untuk topografi 2) klik classify sehingga akan muncul,
pantai seperti gambar di sampingnya
3) Classes pilih menjadi 5 (lima)
Karakteristik topografi pantai 4) Isikan persentase kemiringan lereng
diperoleh berdasarkan data Model Elevasi sebagai berikut: 8, 15, 25, 40, dan yang
Digital citra SRTM, yang selanjutnya diolah kelima biarkan saja. Lalu OK.
menggunakan ArcGIS dengan memodifikasi
langkah-langkah yang dikembangkan Yumai, 4. Konversi Data Raster Kemiringan Lereng
dkk. (2019) sebagai berikut: Menjadi Polygon
1. Pemotongan Data DEMNAS Sesuai Konversi data raster hasil reclass
Dengan Batas Administrasi menjadi data vektor (shp), caranya:
Siapkan data DEM dan batas Arctoolbox > 3D Conversion tool > From
wilayah yang akan kita buat kemiringan raster > Raster to polygon. Klasifikasi
lerengnya. Cara memotong DEM: kelas lereng bertujuan untuk mengetahui
Arctoolbox > Spatial Analyst Tool > bentuk topografi pantai pada area studi.
Extraction > Extract By Mask. Setelah itu Klasifikasi kelas lereng tersebut merupakan
menginput data DEMNAS dan dipotong hasil modifikasi dari Simanjuntak, dkk.
sesuai dengan Administrasi. (2017) sebagaimana disajikan pada Tabel
2. Membuat Kemiringan Lereng Data Raster 2.
Prosesnya dengan menggunakan Tabel 2. Penentuan faktor topografi (LS)
tools Slope dengan proses sebagai berikut: berdasarkan klasifikasi kelas lereng pantai
Arctoolbox > 3D Analyst Tool > Raster Teluk Meleura
Surface > Slope. Setelah itu menginput data Nilai Faktor
Kelas
DEM yang sudah dipotong tadi dan Topografi Keterangan
Lereng
merubah output measurement dengan (LS)
Percent Rise (Persentase) karena 0-8% 0,40 Datar
kelerengan menggunakan Persentase. 8-15% 1,40 Landai
3. Mengklasifikasikan Tingkat Kemiringan 15-25% 3,10 Agak curam
Lereng 25-40% 6,80 Curam
Jika proses analisis Slope selesai, > 40% 9,50 Sangat
maka dilakukan Reclass kelas kemiringan curam
lereng sesuai dengan kelas kemiringan Sumber: Modifikasi Simanjuntak, dkk. (2017).
lereng yang dibutuhkan. Kelas lereng yang
digunakan pada Tabel 2. Proses klasifikasi Hasil dan Pembahasan
ini dengan menggunakan tools Reclassify 1. Pola dan Kecepatan Arus Permukaan di
dengan proses: Arctoolbox > 3D Analyst Perairan Meleura
tool > Raster Reclass > Reclassify. Setelah Hasil penelitian secara umum
itu menginput data Slope selanjutnya menunjukkan bahwa nilai kecepatan arus
diklasifikasikan berdasarkan 5 kelas sesuai permukaan pada area studi berkisar antara
dengan Tabel 2 dengan petunjuk pengisian: 0,06-0,21 m/s pada kondisi pasang dan 0,04-
1) Input raster > isi data raster hasil proses 0,16 m/ pada kondisi surut. Secara lengkap
kemiringan lereng hasil penelitian tersebut disajikan pada Tabel
3. Kecepatan arus permukaan rata-rata
mencapai 0,14 m/s relatif lebih tinggi dari 0,11 bahwa arus permukan pada area studi
m/s pada kondisi surut. Pada kondisi pasang, termasuk kategori arus lambat. Kondisi yang
nilai kecepatan arus tertinggi mencapai 0,21 demikian masih sesuai bagi kegiatan wisata
m/s terjadi di Stasiun 8 dan terendah yaitu 0,06 pantai. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
m/s pada stasiun 2 dan 3. Pada kondisi surut Wabang, dkk. 2017 bahwa kecepatan arus 0-
kecepatan arus tertinggi mencapai 0,06 m/s di 0,17 m/s hingga 0, 17-0,34 m/s tergolong
Stasiun 10 dan terendah yaitu 0,04 m/s di sangat sesuai hingga sesuai untuk wisata
stasiun 7. Kondisi tersebut menunjukkan bahari kategori Pantai
.
Tabel 3. Nilai kecepatan dan arah arus saat kondisi pasang dan surut di perairan Pantai Meleura
Kecepatan Arus
Waktu (WITA) Arah Arus
Stasiun Koordinat (m/s)
Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
122.756656 BT –
1 16:57 - 0,10 - Selatan -
4.927228 LS
122.757031 BT – Barat
2 17:12 - 0,06 - -
4.926519 LS Laut
122.756753 BT –
3 17:28 - 0,06 - Utara -
4.925897 LS
122.756236 BT –
4 17:40 - 0,12 - Utara -
4.926239 LS
122.757069 BT –
5 18:04 - 0,17 - Selatan -
4.928258 LS
122. 757967 BT –
6 18:14 - 0,16 - Timur -
4.927047 LS
122.758633 BT – Barat Timur
7 18:27 11:12 0,18 0,04
4.928931 LS Daya Laut
122.760264 BT –
8 18:37 11:28 0,21 0,11 Barat Tenggara
4.929761 LS
122.761781 BT – Timur
9 18:49 11:40 0,19 0,14 Barat
4.930686 LS Laut
122.763464 BT –
10 19:02 11:51 0,19 0,16 Tenggara Utara
4.931447 LS
Tabel 5. Klasifikasi kemiringan lahan dan dasar perairan pantai Teluk Meleura
di setiap stasiun penelitian
Jarak
Kedalaman Persentase
Kelandaian kedalaman 2 Klasifikasi
Stasiun perairan kelerengan
(m) m dari garis kemiringan
(tgβ) pantai (%)
pantai (m)
A 2 35,01 0,06 7,27 Miring
B 2 62,92 0,03 4,05 Landai
C 2 49,28 0,04 5,16 Landai
D 2 207,60 0,01 1,23 Datar
E 2 274,07 0,01 0,93 Datar
F 2 65,49 0,03 3,89 Landai
G 6 9,91 0,61 69,32 Curam
H 2 9,92 0,20 25,33 Agak curam
b. Kemiringan pantai
Hasil perhitungan kemiringan pantai
secara umum menunjukkan bahwa nilai
persentase kemiringan lereng pada area studi
berkisar antara 0,93-69,32% dan klasifikasi
kemiringan lereng berada pada lereng datar
hingga curam. Secara lengkap hasil
perhitungan ini disajikan pada Tabel 6. Hasil
perhitungan jarak dari garis pantai hingga pada
Gambar 7. Peta Batimetri Teluk Meleura, garis kontur 2 m kemudian diolah pada
Kabupaten Muna. microsoft excell, lalu diklasifikasi
menggunakan klasifikasi Van Zuidam
menggunakan perangkat sistem informasi
5. Kondisi Topografi geografis. Berdasarkan klasifikasi ini
a. Kelerengan kemiringan terendahnya yaitu kemiringan
Hasil analisis spasial pada Gambar 8 landai pada stasiun D dan E dengan persentasi
menunjukkan bahwa karakteristik topografi 0,93-1,23 % dan kemiringan tertingginya yaitu
laut maupun pantai bervariasi mulai dari kemiringan Curam pada Stasiun G dengan
lereng datar hingga sangat curam. Parameter persentase 69,32%. Kenampakan kemiringan
kelerengan dalam pengembangan kawasan pantai diidentifikasi pada semua stasiun
wisata pantai merupakan salah satu faktor penelitian secara spasial disajikan pada
layak atau tidaknya suatu kawasan dijadikan Gambar 9.
sebagai destinasi wisata. Standar kelas lereng Kemiringan lereng pantai
untuk kesesuaian lahan untuk dapat dijadikan menunjukkan bahwa terdapat variasi kelas
sebagai tujuan destinasi wisata pantai yaitu 0- kemiringan. Kemiringan pantainya semakin
8% termasuk kategori baik, 8-15% termasuk besar kearah mulut teluk. Hal ini ditunjukkan
kategori sedang, > 15% termasuk kategori pada kemiringan lereng pantai sebelah Selatan
buruk (Purwanto, 2013). Berdasarkan standar pada Stasiun A cenderung miring dengan nilai
kesesuaian kelas lereng ini dapat dinyatakan persentase sebesar 7,27%. Pantai sebelah Barat
Daya pada Stasiun B memiliki lereng pantai
cuku landai dengan nilai persentase sebesar Bentuk topografi pantai maupun dasar perairan
4,05%. Di dalam teluk (Stasiun C, D, E dan F) bervariasi berdasarkan klasifikasi kemiringan
memiliki lereng pantai datar hingga lereng pantai mulai dari lereng datar hingga Curam
landai dengan nilai persentase sebesar 0,93 - dengan tingkat persentase kelerengan pantai
5,16%. Pantai sebelah Barat Laut pada Stasiun berkisar 0,93-69,32%.
G memiliki lereng pantai curam dengan nilai
persentase sebesar 69,32%. Pantai sebelah Daftar Pustaka
Utara pada Stasiun H yang terletak di mulut
teluk memiliki lereng pantai agak curam Apriliansyah., Purnama, D., Johan, Y dan
dengan nilai persentase sebesar 25,33%. Di Renta, P. P. 2018. Analisis Parameter
dalam teluk (Stasiun C, D, E dan F) memiliki Oseanografi Dan Lingkungan Ekowisata
lereng pantai datar hingga landai disemua Pantai Di Pantai Kota Bengkulu. Jurnal
stasiun tersebut merupakan lokasi wisata, Enggano. 3 (2): 211-227.
berdasarkan klasifikasi kemiringan pantai Chasanah, I., Purnomo, W. P dan Haerudin.
(Tabel 5) menunjukkan bahwa lokasi tersebut 2017. Analisis Kesesuaian Wisata Pantai
memungkinkan untuk dijadikan sebagai Jodo Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing
tempat wisata. Hal ini diperkuat dengan Kabupaten Batang. Jurnal Pengelolaan
pernyataan Chasanah, dkk. (2017) bahwa Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 7 (3):
kemiringan pantai merupakan faktor yang 235-243.
mempengaruhi keamanan pengunjung dalam Fadilah., Suripin dan Sasongko, D, P. 2014.
melakukan aktivitas wisata pantai sehingga Menentukan Tipe Pasang Surut dan Muka
kemiringan lereng yang datar sampai landai Air Rencana Perairan Laut Kabupaten
sangat sesuai untuk kegiatan wisata. Bengkulu Tengah Menggunakan Metode
Admiralty. Jurnal Maspari. 6 (1): 1-12.
Gafar, A., Sadarun, B dan Siang, D. R. 2017.
Pengelolaan dan Pengembangan
Ekowisata Pantai Meleura desa Lakarinta
Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna.
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan. 2 (3).
ISSN 2502-664X.
Gani, A., Halili dan Afu, A.O.L. 2017. Bentuk
Topografi Perairan Desa Tanjung Tiram
Menggunakan Metode Pemeruman
(Sounding). Jurnal Sapa Laut. 2 (2): 31-
36. E-ISSN 2503-0396.
Lolong, M dan Masinambow, J. 2011.
Penentuan Karakteristik dan Kinerja
Hidro Oceanografi Pantai (Study Kasus
Gambar 9. Analisis Spasial Kontur Pantai Inobonto). Jurnal Ilmiah Media
Kemiringan Pantai Teluk Meleura. Engineering. 1 (2): 127-134. ISSN 2087-
9334.
Simpulan Masrukhin, A. A. M, Sugianto, N. D dan
Berdasarkan hasil penelitian dapat Satriadi, A. 2014. Studi Batimetri Dan
disimpulkan bahwa kondisi arus permukaan, Morfologi Dasar Laut Dalam Penentuan
topografi pantai dan dasar perairan Teluk Jalur Peletakan Pipa Bawah Laut
Meleura memungkinkan bagai kegiatan (Perairan Larangan-Maribaya, Kabupaten
pariwisata pantai. Kecepatan arus permukaan Tegal). Jurnal Oseanografi. 3 (1): 94-
di perairan Teluk Meleura berkisar antara 104.
0,06-0,21 m/s pada kondisi pasang dan 0,04- Purwanto, A. 2013. Evaluasi Kesesuaian
0,16 m/s pada kondisi surut. Pola arus Lahan Untuk Pariwisata Pantai
permukaan pada saat pasang lebih dominan Kura-Kura di Kecamatan Sungai Raya
kearah Barat Daya dan pada saat surut Kepulauan Kabupaten Bengkayang
dominan kearah Timur dan Utara. Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal
Karakteristik topografi dasar perairan Teluk Edukasi. 11 (2).
Meleura merupakan perairan dangkal dengan Riadi, E., Zainuri, M., Purwanto dan Wijaya,
kedalaman bervariasi mulai dari 0-24 m.
Pola Arus Dan Karakteristik Topografi (Mida,Dkk) 152
Sapa Laut Agustus 2022. Vol.7(3): 145-153