Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/368019562

POLA ARUS DAN KARAKTERISTIK TOPOGRAFI PADA KAWASAN TELUK


MELEURA KABUPATEN MUNA, SULAWESI TENGGARA

Article · December 2022


DOI: 10.33772/jsl.v7i3.29426

CITATIONS READS

0 130

3 authors, including:

Asmadin Asmadin Amadhan Takwir


University of Halu Oleo, Kendari, Indonesia Universitas Haluoleo
11 PUBLICATIONS   14 CITATIONS    14 PUBLICATIONS   15 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Thesis research View project

All content following this page was uploaded by Amadhan Takwir on 26 February 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sapa Laut Agustus 2022. Vol.7(3): 145-153 E-ISSN 2503-0396

POLA ARUS DAN KARAKTERISTIK TOPOGRAFI PADA KAWASAN TELUK


MELEURA KABUPATEN MUNA, SULAWESI TENGGARA

SEA SURFACE CURRENT PATTERNS AND TOPOGRAPHIC


CHARACTERISTICS IN THE MELEURA BAY AREA, MUNA REGENCY,
SOUTHEAST SULAWESI

Fitra Mida1, Asmadin2* dan Amadhan Takwir3

Jurusan Ilmu Kelautan, Program Studi Oseanografi,


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo.
Jl. H.E.A Mokodompit Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232, Sulawesi Tenggara
Email : asmadin@uho.ac.id

Diterima: 31 Juni 2022; Disetujui: 21 Agustus 2022

Abstrak
Informasi hidro-oseanografi seperti arus dan batimetri suatu perairan sangatlah dibutuhkan misalnya dalam
pengembangan wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan dan pola arus serta bentuk
karakteristik topografi di Teluk Meleura. Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus 2020 bertempat di
perairan Teluk Meleura, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Pengambilan data arus menggunakan
layangan arus dengan metode langrangian dan pengambilan data batimetri menggunakan Map Sounder
Garmin GPS Map 421 s dengan metode pemeruman. Pengolahan batimetri menggunakan metode kriging.
Data tersebut diklasifikasi berdasarkan klasifikasi Van zuidam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
MSL diperoleh sebesar 140 cm. Arah angin pada Agustus 2020 lebih dominan dari arah Timur dan Timur
Laut. Kecepatan arus pada saat pasang menunjukkan bahwa kecepatan arus terendah yaitu 0,06 m/s dan
tertinggi yaitu 0,21 m/s dengan arah arusnya ke arah Barat Daya dan saat surut kecepatan arus terendah yaitu
0,04 m/s dan kecepatan arus tertinggi yaitu 0,16 m/s dengan arah arusnya kearah Timur dan Utara.
Karakteristik topografi dasar perairan Teluk Meleura merupakan perairan dangkal dengan kedalaman 0-24 m.
Bentuk topografi pantai maupun dasar perairan bervariasi berdasarkan klasifikasi kemiringan pantai mulai
dari lereng datar hingga curam dengan tingkat persentase kelerengan pantai berkisar 0,93-69,32%.

Kata kunci : Arah angin, Arus, Batimetri, Pasut, Teluk Meleura.

Abstract
Hydro-oceanographic information such as currents and bathymetry of a water is very much needed for
example in tourism development. This study aims to determine the speed and pattern of currents as well as
the shape of the topographic characteristics in Meleura Bay. This research was conducted in August 2020 in
the waters of Meleura Bay, Muna Regency, Southeast Sulawesi. current data retrieval using a current drouge
with the Langrangian method and bathymetry data retrieval using the Garmin GPS Map Sounder Map 421 s
with the zigzag method. Bathymetry processing using kriging method. The data is classified based on the
Van zuidam classification. The results showed that the MSL value obtained was 140 cm. The wind direction
in August 2020 is more dominant than the East and Northeast. Current velocity at high tide show that the
lowest current velocity is 0,06 m/s and the highest is 0,21 m/s with the current direction towards the
Southwest and at low tide the lowest current speed is 0,04 m/s and the highest is 0,16 m/s with the current
direction towards the East and North. The basic topographic characteristics of Meleura Bay waters are
shallow waters with a depth of 0-24 m. The shape of the topography of the coast and the bottom of the water
varies based on the classification of the coastal slope from flat to steep slopes with the percentage level of the
slope of the orphanage ranging from 0,93-69,32%.

Key words : Wind direction, Sea surface current, Bathymetry, Tidal, Meleura Bay

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jsl
Sapa Laut Agustus 2022. Vol.7(3): 145-153

Pendahuluan pantai tersebut dengan topografi yang masih


Informasi karakteristik hidro- alami merupakan daya tarik tersendiri, seperti
oseanografi suatu perairan sangatlah daerah perairan yang masih terlindung dan
dibutuhkan (Lolong, dkk. 2011. Beberapa kondisi perairan yang relatif tenang dengan
parameter diantaranya arus dan batimetri. hamparan batuan cadas yang menjulang tinggi
Informasi kecepatan arus berkaitan dengan yang beberapa terdapat di tengah perairan.
kenyamanan wisatawan yang datang ke objek Sejauh ini belum ada informasi penelitian
ekowisata tersebut. Jika arus dalam keadaan tentang karakteristik topografi dan hidro-
kencang sebaiknya pengunjung tidak oseanografi seperti kondisi arus dan
melakukan aktivitas ekowisata karena akan karakteristik topografi diperairan tersebut.
berbahaya untuk keselamatan pengunjung Oleh karena pentingnya informasi tersebut,
yang datang. Jika kecepatan arus relatif tenang penelitian ini menjadi penting dikembangkan.
akan memberikan kenyamanan bagi wisatawan
Bahan dan Metode
yang ingin melakukan aktivitas ekowisata.
Penelitian dilaksanakan pada Maret
Kecepatan arus yang sangat sesuai 2020 - Januari 2022. Lokasi penelitian ini
untuk wisata adalah 0 - 0,17 m/s terletak di Teluk Meleura, Kabupaten Muna,
(Wabang, dkk. 2017). Pada Kedalaman yang Sulawesi Tenggara. Pengambilan data
diinginkan wisatawan juga dapat memberikan lapangan dilaksanakan pada 23 Agustus 2020.
kenyamanan selama berwisata, terutama bagi Pengolahan data dan analisis dilaksanakan di
pengunjung yang tidak bisa berenang. Dalam Laboratorium Komputasi SIG dan Pemodelan
FPIK UHO. Peta Lokasi penelitian disajikan
kegiatan ekowisata pantai, informasi batimetri pada Gambar 1.
sangat dibutuhkan untuk keselamatan
pengunjung (masyarakat) yang hendak Metode Pengumpulan Data
berenang dan lain-lain (Apriliansyah, dkk. Data yang dikumpulkan dalam
2018). Kedalaman yang baik untuk dijadikan penelitian ini terdiri dari data primer dan
ekowisata berenang adalah 0-3 m (Wabang, sekunder. Data primer terdiri dari data arus
dan batimetri. Data sekunder terdiri dari data
dkk. 2017). Berbagi teknik mengukur
pasut, angin dan DEM (Digital Elevation
kedalaman perairan dapat menggunakan Model).
metode Hidroakustik yang merupakan alat
ukur kedalaman pada medium air yang
menggunakan sistem pancara tunggal sebagai
pengirim dan penerima sinyal gelombang
suara, dapat mengukur kedalaman air secara
langsung dari kapal survei (Lubis, dkk. 2017).
Contoh alat yang menggunakan hidroakustik
ini adalah Map sounder.
Data batimetri diperoleh dari hasil
pengukuran langsung. Dimana dari data
kedalaman terkoreksi dihasilkan suatu peta
batimetri sehingga dapat diketahui gambaran Gambar 1. Lokasi Penelitian.
topografi dasar laut (Riadi, dkk. 2014).
1. Pengumpulan data primer
Pantai Meleura terletak di Desa Lakarinta, a. Pengukuran arus
Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna. Wisata
Metode pengambilan data arus laut
Pantai Meleura cukup potensial untuk
menggunakan layang arus. Metode yang
dikembangkan dan sangat mudah untuk digunakan adalah metode langrangian yaitu
dijangkau bagi wisatawan lokal (Gafar, dkk. mengukur menggunakan benda apung ke laut
2017). Potensi Sumber daya wilayah pesisir kemudian diukur jarak dan perpindahannya
(Irawan, dkk. 2018). Pengambilan data arus
Pola Arus Dan Karakteristik Topografi (Mida,Dkk) 146
Sapa Laut Agustus 2022. Vol.7(3): 145-153

dilakukan pada saat pasang dan surut sebanyak Data batimetri dikoreksi terhadap
2 kali pengulangan. kedudukan permukaan air laut (MSL, Zo,
dan TWLt) pada waktu pengukuran kemudian
b. Pengukuran batimetri
dilakukan koreksi terhadap jarak tenggelam
Pengambilan data batimetri diukur
transduser (koreksi transduser) agar diperoleh
pada perairan sepanjang 1 km dengan pola
kedalaman sebenarnya. Reduksi (koreksi)
‘zigzag’ dari arah pantai menuju laut lepas lalu
terhadap pasang surut air laut diperoleh
kembali menuju ke titik pertama. Alat yang
dengan rumus (Mashrukin, 2014):
digunakan dalam pengukuran batimetri yaitu
Map Sounder Garmin GPS Map 421 S dengan
rt = TWLt – (MSL+ ).............................. (2)
menggunakan alat transportasi perahu.
Keterangan:
2. Pengumpulan data sekunder
rt :
Besarnya reduksi (koreksi) yang
Data angin berupa arah dan kecepatan
diberikan kepada hasil pengukuran
angin periode Agustus tahun 2020 yang
kedalaman pada waktu t
diperoleh dari Badan Meteorologi,
TWLt : Kedudukan permukaan laut
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
sebenarnya (true water level) pada
Betoambari Baubau. Data Pasang Surut
waktu t
periode Agustus tahun 2020 diperoleh dari
MSL : Muka air laut rata-rata (mean sea
hasil pengukuran oleh TNI-AL (Tentara
level)
Nasional Indonesia-Angkatan Laut) Baubau.
: Kedalaman muka surutan dibawah
Data DEM untuk topografi pantai didapat
msl
dengan mendownload di situs
http://tides.big.go.id/DEMNAS/. Selanjutnya menghitung kedalaman
sebenarnya, yaitu dengan rumus sebagai
3. Pengolahan dan Analisis Data berikut:
a. Data arus
D = dT – rt.................................... (3)
Data yang diperlukan yaitu
kecepatan dan arah arus. Nilai kecepatan arus
Keterangan:
diperoleh dengan rumus (Hasriyanti, 2015):
D : Kedalaman sebenarnya
..................... (1) dT : Kedalaman terkoreksi transduser
rt : Reduksi (koreksi) pasang surut laut
Dimana: V = Kecepatan arus (m/s)
S = Panjang tali (m) Data kedalaman laut yang telah
t = Waktu (s) dikoreksi menggunakan persamaan (3)
selanjutnya diklasifikasi secara spasial
b. Data topografi perairan menggunakan perangkat lunak Sistem
Data yang diperlukan untuk Informasi Geografis. Data kedalaman ini
mengetahui karakteristik topografi perairan diinterpolasi menggunakan metode Kriging.
adalah data pasang surut, batimetri dan DEM. Kemudian diklasifikasi kembali kedalaman
1. Data pasang surut perairan menggunakan klasifikasi Van Zuidam
Pasang surut dianalisa menggunakan yang disajikan pada Tabel 1 untuk
metode Admiralty menghasilkan besarnya nilai memperoleh peta kelerengan perairan di
komponen-komponen harmonik pasang surut Teluk Meleura. Klasifikasi kedalaman
air laut sehingga dapat dihitung nilai menggunakan nilai kontur pada peta dan diberi
Formzahl untuk mengetahui tipe pasang surut warna untuk mewakili tiap kedalaman.
dan chart datum (Zo) yang akan digunakan
sebagai koreksi data kedalaman laut untuk
memperoleh kedalaman laut sebenarnya
(Mashrukin, 2014).

2. Data Batimetri

Pola Arus Dan Karakteristik Topografi (Mida,Dkk) 147


Sapa Laut Agustus 2022. Vol.7(3): 145-153

Tabel 1. Klasifikasi kemiringan lereng (slope) lahan dan dasar perairan pantai Teluk Meleura
Sifat Kelas Lereng (%) Morfologi (°)
Datar hingga hampir datar 0-2 0-2
Agak miring atau landai 2-7 2-4
Miring dengan besaran yang tinggi atau
7-15 4-8
bergelombang
Agak curam 15-30 8-16
Curam 30-70 16-35
Sangat curam 70 -140 35-55
Curam Sekali > 140 > 55
Sumber: Modifikasi Yuniastuti, dkk (2017) setelah diolah (2022)

c. Model Elevasi Digital untuk topografi 2) klik classify sehingga akan muncul,
pantai seperti gambar di sampingnya
3) Classes pilih menjadi 5 (lima)
Karakteristik topografi pantai 4) Isikan persentase kemiringan lereng
diperoleh berdasarkan data Model Elevasi sebagai berikut: 8, 15, 25, 40, dan yang
Digital citra SRTM, yang selanjutnya diolah kelima biarkan saja. Lalu OK.
menggunakan ArcGIS dengan memodifikasi
langkah-langkah yang dikembangkan Yumai, 4. Konversi Data Raster Kemiringan Lereng
dkk. (2019) sebagai berikut: Menjadi Polygon
1. Pemotongan Data DEMNAS Sesuai Konversi data raster hasil reclass
Dengan Batas Administrasi menjadi data vektor (shp), caranya:
Siapkan data DEM dan batas Arctoolbox > 3D Conversion tool > From
wilayah yang akan kita buat kemiringan raster > Raster to polygon. Klasifikasi
lerengnya. Cara memotong DEM: kelas lereng bertujuan untuk mengetahui
Arctoolbox > Spatial Analyst Tool > bentuk topografi pantai pada area studi.
Extraction > Extract By Mask. Setelah itu Klasifikasi kelas lereng tersebut merupakan
menginput data DEMNAS dan dipotong hasil modifikasi dari Simanjuntak, dkk.
sesuai dengan Administrasi. (2017) sebagaimana disajikan pada Tabel
2. Membuat Kemiringan Lereng Data Raster 2.
Prosesnya dengan menggunakan Tabel 2. Penentuan faktor topografi (LS)
tools Slope dengan proses sebagai berikut: berdasarkan klasifikasi kelas lereng pantai
Arctoolbox > 3D Analyst Tool > Raster Teluk Meleura
Surface > Slope. Setelah itu menginput data Nilai Faktor
Kelas
DEM yang sudah dipotong tadi dan Topografi Keterangan
Lereng
merubah output measurement dengan (LS)
Percent Rise (Persentase) karena 0-8% 0,40 Datar
kelerengan menggunakan Persentase. 8-15% 1,40 Landai
3. Mengklasifikasikan Tingkat Kemiringan 15-25% 3,10 Agak curam
Lereng 25-40% 6,80 Curam
Jika proses analisis Slope selesai, > 40% 9,50 Sangat
maka dilakukan Reclass kelas kemiringan curam
lereng sesuai dengan kelas kemiringan Sumber: Modifikasi Simanjuntak, dkk. (2017).
lereng yang dibutuhkan. Kelas lereng yang
digunakan pada Tabel 2. Proses klasifikasi Hasil dan Pembahasan
ini dengan menggunakan tools Reclassify 1. Pola dan Kecepatan Arus Permukaan di
dengan proses: Arctoolbox > 3D Analyst Perairan Meleura
tool > Raster Reclass > Reclassify. Setelah Hasil penelitian secara umum
itu menginput data Slope selanjutnya menunjukkan bahwa nilai kecepatan arus
diklasifikasikan berdasarkan 5 kelas sesuai permukaan pada area studi berkisar antara
dengan Tabel 2 dengan petunjuk pengisian: 0,06-0,21 m/s pada kondisi pasang dan 0,04-
1) Input raster > isi data raster hasil proses 0,16 m/ pada kondisi surut. Secara lengkap
kemiringan lereng hasil penelitian tersebut disajikan pada Tabel
3. Kecepatan arus permukaan rata-rata

Pola Arus Dan Karakteristik Topografi (Mida,Dkk) 148


Sapa Laut Agustus 2022. Vol.7(3): 145-153

mencapai 0,14 m/s relatif lebih tinggi dari 0,11 bahwa arus permukan pada area studi
m/s pada kondisi surut. Pada kondisi pasang, termasuk kategori arus lambat. Kondisi yang
nilai kecepatan arus tertinggi mencapai 0,21 demikian masih sesuai bagi kegiatan wisata
m/s terjadi di Stasiun 8 dan terendah yaitu 0,06 pantai. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
m/s pada stasiun 2 dan 3. Pada kondisi surut Wabang, dkk. 2017 bahwa kecepatan arus 0-
kecepatan arus tertinggi mencapai 0,06 m/s di 0,17 m/s hingga 0, 17-0,34 m/s tergolong
Stasiun 10 dan terendah yaitu 0,04 m/s di sangat sesuai hingga sesuai untuk wisata
stasiun 7. Kondisi tersebut menunjukkan bahari kategori Pantai
.
Tabel 3. Nilai kecepatan dan arah arus saat kondisi pasang dan surut di perairan Pantai Meleura
Kecepatan Arus
Waktu (WITA) Arah Arus
Stasiun Koordinat (m/s)
Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut
122.756656 BT –
1 16:57 - 0,10 - Selatan -
4.927228 LS
122.757031 BT – Barat
2 17:12 - 0,06 - -
4.926519 LS Laut
122.756753 BT –
3 17:28 - 0,06 - Utara -
4.925897 LS
122.756236 BT –
4 17:40 - 0,12 - Utara -
4.926239 LS
122.757069 BT –
5 18:04 - 0,17 - Selatan -
4.928258 LS
122. 757967 BT –
6 18:14 - 0,16 - Timur -
4.927047 LS
122.758633 BT – Barat Timur
7 18:27 11:12 0,18 0,04
4.928931 LS Daya Laut
122.760264 BT –
8 18:37 11:28 0,21 0,11 Barat Tenggara
4.929761 LS
122.761781 BT – Timur
9 18:49 11:40 0,19 0,14 Barat
4.930686 LS Laut
122.763464 BT –
10 19:02 11:51 0,19 0,16 Tenggara Utara
4.931447 LS

Gambar 4. Peta Pola Arus Permukaan Perairan Teluk Meleura


Pada Saat Kondisi Pasang (a) dan Surut (b).
Tabel 4. Komponen pasang surut perairan Teluk Meleura Agustus 2020
Lokasi : 122⁰ 75’ BT, 4⁰ 92’ LU
S0 M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
Fasa (deg) - 42,5 280 13 162,9 254 298 181 236 152,99

Pola Arus Dan Karakteristik Topografi (Mida,Dkk) 149


Sapa Laut Agustus 2022. Vol.7(3): 145-153

Amplitudo 140 54 16 10 9 35 22 9 0,78 0,90


(cm)
Sumber: Data Hidro-Oseanografi TNI AL Stasiun Baubau Agustus tahun 2020

Tabel 5. Klasifikasi kemiringan lahan dan dasar perairan pantai Teluk Meleura
di setiap stasiun penelitian
Jarak
Kedalaman Persentase
Kelandaian kedalaman 2 Klasifikasi
Stasiun perairan kelerengan
(m) m dari garis kemiringan
(tgβ) pantai (%)
pantai (m)
A 2 35,01 0,06 7,27 Miring
B 2 62,92 0,03 4,05 Landai
C 2 49,28 0,04 5,16 Landai
D 2 207,60 0,01 1,23 Datar
E 2 274,07 0,01 0,93 Datar
F 2 65,49 0,03 3,89 Landai
G 6 9,91 0,61 69,32 Curam
H 2 9,92 0,20 25,33 Agak curam

Hasil pemodelan pola arus saat pasang


dan surut di Perairan Meleura disajikan pada
Gambar 4 menunjukkan bahwa arah arus lebih
dominan mengarah kearah Barat Daya (a) dan
kecepatan arus lebih kuat dibandingkan pada
saat surut dan arah arus yang lebih dominan
mengarah Timur dan Utara (b).
Gambar 5. Mawar Angin Agustus 2020.
2. Angin
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa 2. Pasang Surut
kecepatan angin pada area studi tidak Hasil analisis kondisi pasang dan surut
signifikan ekstrim selama Agustus 2020 perairan Teluk Meleura menunjukkan bahwa
dengan arah angin dominan dari arah Timur nilai rata-rata muka air laut (mean sea
dan Timur Laut. Gaya pendorong angin tidak level/MSL) sebesar 140 cm. Perairan ini
memberikan pengaruh signifikan terhadap menunjukkan nilai bilangan Formhzal (F)
kecepatan dan pola arus permukaan di perairan adalah 0,81. Dengan demikian perairan
Teluk Meleura (Gambar 5). Nilai kecepatan tersebut memiliki tipe pasut campuran
arus dan pola arus permukaan di perairan condong ganda. Nilai bilangan formhzal 0,25
Teluk dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor < F < 1,50 adalah tipe pasang surut campuran
seperti pasang surut, topografi dasar perairan dengan tipe ganda lebih menonjol (condong
dan lain-lain. Kondisi tersebut dapat terjadi ganda) (Fadilah, dkk. 2014). Komponen utama
sebagaimana dilaporkan Yastikal, dkk (2012) pasang surut merupakan konstanta harmonik
bahwa karena pada mulut teluk kondisi arus disajikan pada Tabel 4. Data MSL tersebut
dapat dipengaruhi banyak faktor baik kondisi kemudian digunakan untuk mengoreksi data
yang terjadi pada luar teluk dan juga bagian batimetri, sehingga diperoleh data kedalaman
dalam teluk. Kondisi arus dapat dipengaruhi sebenarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
oleh gelombang pecah, pasang surut air laut, Gani, dkk. (2017) mengemukakan bahwa
topografi dasar perairan, serta juga dengan elevasi muka air laut selalu berubah setiap
aktivitas lalu lalang kapal. saat, maka diperlukan suatu elevasi yang
ditetapkan berdasarkan data pasang surut.
Nilai elevasi pasang surut yang dibutuhkan
adalah nilai rata-rata permukaan laut (MSL).
4. Batimetri

Pola Arus Dan Karakteristik Topografi (Mida,Dkk) 150


Sapa Laut Agustus 2022. Vol.7(3): 145-153

Hasil penelitian sebagaimana disajikan bahwa Pantai Meleura termasuk dalam


pada Gambar 7 menunjukkan bahwa kategori baik hingga buruk untuk tujuan
kedalaman perairan pada area studi berkisar 0- destinasi wisata pantai. Buruknya kelas
24 m. Terdapat variasi bentuk dasar perairan kesesuaian lahan untuk pariwisata bukan
yang menunjukkan bahwa kearah mulut teluk berarti Pantai Meleura ini tidak cocok untuk
perairan makin dalam. Di dalam teluk dijadikan tempat wisata, tetapi perlu adanya
kedalamannya mencapai 2 m. Pada mulut teluk usaha-usaha untuk meminimalisir faktor
kedalamannya mencapai 24 m. Karakteristik penghambat tersebut.
topografi dasar perairan Teluk Meleura masih
tergolong perairan dangkal. Kedalaman dasar
laut sampai kedalaman 200 m merupakan
perairan dangkal (Gani, dkk. 2017). Informasi
kedalaman perairan merupakan salah satu
faktor dalam pengukuran parameter fisik
lingkungan perairan kesesuaian wisata.
Berdasarkan kontur kedalaman 0-2 m pada
daerah studi sejauh ini digunakan untuk
kegiatan wisata seperti berenang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Wabang, dkk.
(2017) bahwa kedalaman yang sangat sesuai
untuk dijadikan sebagai wisata renang berkisar
0-3 m. Gambar 8. Peta Kelerengan Pantai Teluk
Meleura, Kabupaten Muna.

b. Kemiringan pantai
Hasil perhitungan kemiringan pantai
secara umum menunjukkan bahwa nilai
persentase kemiringan lereng pada area studi
berkisar antara 0,93-69,32% dan klasifikasi
kemiringan lereng berada pada lereng datar
hingga curam. Secara lengkap hasil
perhitungan ini disajikan pada Tabel 6. Hasil
perhitungan jarak dari garis pantai hingga pada
Gambar 7. Peta Batimetri Teluk Meleura, garis kontur 2 m kemudian diolah pada
Kabupaten Muna. microsoft excell, lalu diklasifikasi
menggunakan klasifikasi Van Zuidam
menggunakan perangkat sistem informasi
5. Kondisi Topografi geografis. Berdasarkan klasifikasi ini
a. Kelerengan kemiringan terendahnya yaitu kemiringan
Hasil analisis spasial pada Gambar 8 landai pada stasiun D dan E dengan persentasi
menunjukkan bahwa karakteristik topografi 0,93-1,23 % dan kemiringan tertingginya yaitu
laut maupun pantai bervariasi mulai dari kemiringan Curam pada Stasiun G dengan
lereng datar hingga sangat curam. Parameter persentase 69,32%. Kenampakan kemiringan
kelerengan dalam pengembangan kawasan pantai diidentifikasi pada semua stasiun
wisata pantai merupakan salah satu faktor penelitian secara spasial disajikan pada
layak atau tidaknya suatu kawasan dijadikan Gambar 9.
sebagai destinasi wisata. Standar kelas lereng Kemiringan lereng pantai
untuk kesesuaian lahan untuk dapat dijadikan menunjukkan bahwa terdapat variasi kelas
sebagai tujuan destinasi wisata pantai yaitu 0- kemiringan. Kemiringan pantainya semakin
8% termasuk kategori baik, 8-15% termasuk besar kearah mulut teluk. Hal ini ditunjukkan
kategori sedang, > 15% termasuk kategori pada kemiringan lereng pantai sebelah Selatan
buruk (Purwanto, 2013). Berdasarkan standar pada Stasiun A cenderung miring dengan nilai
kesesuaian kelas lereng ini dapat dinyatakan persentase sebesar 7,27%. Pantai sebelah Barat
Daya pada Stasiun B memiliki lereng pantai

Pola Arus Dan Karakteristik Topografi (Mida,Dkk) 151


Sapa Laut Agustus 2022. Vol.7(3): 145-153

cuku landai dengan nilai persentase sebesar Bentuk topografi pantai maupun dasar perairan
4,05%. Di dalam teluk (Stasiun C, D, E dan F) bervariasi berdasarkan klasifikasi kemiringan
memiliki lereng pantai datar hingga lereng pantai mulai dari lereng datar hingga Curam
landai dengan nilai persentase sebesar 0,93 - dengan tingkat persentase kelerengan pantai
5,16%. Pantai sebelah Barat Laut pada Stasiun berkisar 0,93-69,32%.
G memiliki lereng pantai curam dengan nilai
persentase sebesar 69,32%. Pantai sebelah Daftar Pustaka
Utara pada Stasiun H yang terletak di mulut
teluk memiliki lereng pantai agak curam Apriliansyah., Purnama, D., Johan, Y dan
dengan nilai persentase sebesar 25,33%. Di Renta, P. P. 2018. Analisis Parameter
dalam teluk (Stasiun C, D, E dan F) memiliki Oseanografi Dan Lingkungan Ekowisata
lereng pantai datar hingga landai disemua Pantai Di Pantai Kota Bengkulu. Jurnal
stasiun tersebut merupakan lokasi wisata, Enggano. 3 (2): 211-227.
berdasarkan klasifikasi kemiringan pantai Chasanah, I., Purnomo, W. P dan Haerudin.
(Tabel 5) menunjukkan bahwa lokasi tersebut 2017. Analisis Kesesuaian Wisata Pantai
memungkinkan untuk dijadikan sebagai Jodo Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing
tempat wisata. Hal ini diperkuat dengan Kabupaten Batang. Jurnal Pengelolaan
pernyataan Chasanah, dkk. (2017) bahwa Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 7 (3):
kemiringan pantai merupakan faktor yang 235-243.
mempengaruhi keamanan pengunjung dalam Fadilah., Suripin dan Sasongko, D, P. 2014.
melakukan aktivitas wisata pantai sehingga Menentukan Tipe Pasang Surut dan Muka
kemiringan lereng yang datar sampai landai Air Rencana Perairan Laut Kabupaten
sangat sesuai untuk kegiatan wisata. Bengkulu Tengah Menggunakan Metode
Admiralty. Jurnal Maspari. 6 (1): 1-12.
Gafar, A., Sadarun, B dan Siang, D. R. 2017.
Pengelolaan dan Pengembangan
Ekowisata Pantai Meleura desa Lakarinta
Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna.
Jurnal Sosial Ekonomi Perikanan. 2 (3).
ISSN 2502-664X.
Gani, A., Halili dan Afu, A.O.L. 2017. Bentuk
Topografi Perairan Desa Tanjung Tiram
Menggunakan Metode Pemeruman
(Sounding). Jurnal Sapa Laut. 2 (2): 31-
36. E-ISSN 2503-0396.
Lolong, M dan Masinambow, J. 2011.
Penentuan Karakteristik dan Kinerja
Hidro Oceanografi Pantai (Study Kasus
Gambar 9. Analisis Spasial Kontur Pantai Inobonto). Jurnal Ilmiah Media
Kemiringan Pantai Teluk Meleura. Engineering. 1 (2): 127-134. ISSN 2087-
9334.
Simpulan Masrukhin, A. A. M, Sugianto, N. D dan
Berdasarkan hasil penelitian dapat Satriadi, A. 2014. Studi Batimetri Dan
disimpulkan bahwa kondisi arus permukaan, Morfologi Dasar Laut Dalam Penentuan
topografi pantai dan dasar perairan Teluk Jalur Peletakan Pipa Bawah Laut
Meleura memungkinkan bagai kegiatan (Perairan Larangan-Maribaya, Kabupaten
pariwisata pantai. Kecepatan arus permukaan Tegal). Jurnal Oseanografi. 3 (1): 94-
di perairan Teluk Meleura berkisar antara 104.
0,06-0,21 m/s pada kondisi pasang dan 0,04- Purwanto, A. 2013. Evaluasi Kesesuaian
0,16 m/s pada kondisi surut. Pola arus Lahan Untuk Pariwisata Pantai
permukaan pada saat pasang lebih dominan Kura-Kura di Kecamatan Sungai Raya
kearah Barat Daya dan pada saat surut Kepulauan Kabupaten Bengkayang
dominan kearah Timur dan Utara. Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal
Karakteristik topografi dasar perairan Teluk Edukasi. 11 (2).
Meleura merupakan perairan dangkal dengan Riadi, E., Zainuri, M., Purwanto dan Wijaya,
kedalaman bervariasi mulai dari 0-24 m.
Pola Arus Dan Karakteristik Topografi (Mida,Dkk) 152
Sapa Laut Agustus 2022. Vol.7(3): 145-153

H. P. 2014. Studi Kondisi Dasar Perairan


Menggunakan Citra Sub-Bottom Profiler
di Perairan Tarakkan Kalimantan Timur.
Jurnal Oseanografi. 3 (1).
Simanjuntak, H., Hendrayanto dan
Puspaningsih, N. 2017. Modifikasi
Metode Perhitungan Faktor Topografi
Menggunakan Digital Elevation Model
(DEM) Dalam Menduga Erosi. Media
Konservasi. 22 (3): 242-251.
Wabang, L. I., Yulianda, F dan Adisusanto, H.
2017. Kajian Karakteristik Tipologi
Pantai Untuk Pengembangan Wisata
Rekreasi Pantai di Suaka Alam Perairan
Selat Pantar Kabupaten Alor. Albacore. 1
(2): 199-209. ISSN 2549-1326.
Yastikal, E. Putu, Hery, S dan Hendrawan, I.
G.2012. Pemodelan Numerik Pola Pasang
Surut Diteluk Benoa, Bali. Buletin fisika.
13 (2).
Yumai, Y., Sonny, Tilaar dan Vicky, H. M.
2019. Kajian Pemanfaatan Lahan
Permukiman di Kawasan Perbukitan Kota
Manado. Jurnal Spasial. ISSN 2442-
3262. 6 (3).
Yuniastuti, C. F., Alfi, S., Hariyadi dan Bayu,
P. 2017. Studi Batimetri Dan Morfologi
Dasar Laut di Perairan Pulau Lirang,
Kabupaten Maluku Barat Daya. Jurnal
Oseanografi. 6 (2): 341-34

Pola Arus Dan Karakteristik Topografi (Mida,Dkk) 153

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai