Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/307958187

KONTRIBUSI KONSTANTA PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL TERHADAP


PASANG SURUT DI SEKITAR PULAU JAWA

Conference Paper · November 2015

CITATIONS READS

0 1,209

2 authors:

Abdul Basith Yudhono Prakoso


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
14 PUBLICATIONS   21 CITATIONS    4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

combined geospatial data for earth hazard and disaster mitigation View project

Tsunami Modeling using high resolution of bathymetry and topography model in Sadeng View project

All content following this page was uploaded by Abdul Basith on 09 September 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KONTRIBUSI KONSTANTA PASANG SURUT PERAIRAN DANGKAL
TERHADAP PASANG SURUT DI SEKITAR PULAU JAWA
Abdul Basith a,Yudhono Prakosob
aStaf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM ()
bAlumni Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM
Abdul Basith
Jln. Grafika No. 2 Yogyakarta, Telp. +062274-520226, Email: abd_basith@ugm.ac.id
Abstrak

Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki kontribusi komponen pasut perairan dangkal dalam
membentuk data pasut. Untuk itu diambil data pasut di perairan Utara Pulau Jawa (Kolinamil, Semarang dan
Surabaya) yang mewakili perairan dangkal dan data pasut di perairan Selatan yang mewakili perairan dalam
(Pangandaran, Cilacap, Prigi, dan Sadeng) selama 1 tahun. Analisis harmonik dilakukan untuk seluruh data
pasut sehingga dihasilkan komponen-komponen pasut. Data prediksi pasut dibentuk dari 3 kelompok data, 1)
prediksi dengan 7 komponen pasut utama saja yaitu M2, S2, O1, K1, P1, K2, N2, 2) prediksi dengan 7 komponen
pasut utama ditambah selurh komponen perairan dangkal, dan 3) prediksi dengan 7 komponen pasut
ditambah dengan komponen perairan dangkal yang signifikan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jumlah
komponen pasut perairan dangkal di perairan Utara Pulau Jawa lebih banyak dibandingkan di perairan
Selatan Pulau Jawa.

Katakunci: pasut perairan dangkal, analisis harmonik, perairan Utara dan Selata Pulau Jawa

Abstract

This study is aimed to investigate the contribution of shallow water tides in forming tidal data. Therefore, one
year of tidal data taken from tidal stations facing northern waters of Java Island (e.g. Kolinamil, Semarang,
Surabaya) and from tidal station facing sourthern of Java Island (Pangandaran, Cilacap, Sadeng, Prigi) were
processed to produce tidal constituents. Tidal predictions were computed using 3 groups of constitens which
consist of 1) 7 main tidal constituents, 2) combination of 7 main tidal constituents and all shallow water
constituents, 3) combination of 7 main tidal constituents and all significant shallow water constituents.
Predicted tidal data were compared to the original ones. The results showed that the number of shallow water
tides from northern waters of Java Island are higher than those from southern waters of Java Island.
Keywords: tide, shallow water, harmonic analysis, northern and southern waters of Java

I. PENDAHULUAN kepentingan pekerjaan navigasi, survei, dan konstruksi


yang berlokasi di pantai dan atau di laut (Sudjono 2011).
Latar Belakang Salah satu konstanta pasang surut perairan dangkal
adalah M4, konstanta ini merupakan hasil dari M2 yang
Pasang surut air laut merupakan salah satu telah terdistorsi sehingga konstanta ini memiliki
pertimbangan vital dan berpengaruh terhadap kecepatan sudut dua kali lipat dibandingkan M2, Contoh
keberhasilan pekerjaan navigasi, survei, dan konstruksi lain adalah M8, konstanta ini merupakan hasil dari M2
yang berlokasi di pantai dan atau di laut (Pugh 1987). yang telah terdistorsi sehingga konstanta ini memiliki
Indonesia mempunyai banyak selat sempit dan garis kecepatan sudut empat kali lipat dibandingkan M2
pantai yang panjang dengan geometri garis pantai yang (Andersen 1999). Konstanta pasang surut perairan
tidak beraturan. Dengan adanya hal tersebut maka pola dangkal ini akan meningkat pengaruhnya secara
pasang surut akan terdistorsi dalam penjalarannya, signifikan pada daerah pesisir yang memiliki perairan
sehingga akan membentuk konstanta pasang surut dangkal yang luas, sehingga konstanta ini perlu
perairan dangkal (Ray 2005). Konstanta pasang surut diikutsertakan dalam perhitungan agar dapat
perairan dangkal merupakan salah satu konstanta merepresentasikan keadaan sebenarnya secara akurat
pembentuk pasang surut. (Westerink 1989).
Konstanta pasang surut perairan dangkal dapat Penelitian ini berkonsentrasi di perairan sekitar
digunakan untuk meningkatkan ketelitian prediksi, agar Pulau Jawa, karena secara fisiografi Laut Jawa (Sisi
prediksi pasang surut yang dihasilkan mendekati Utara Pulau Jawa) merupakan bagian dari Paparan
pasang surut yang sebenarnya. Dengan demikian hasil Sunda yang memiliki rata-rata kedalaman 120
prediksi pasang surutnya dapat digunakan untuk

Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI), 19-20 November 2015, Malang
ISSN: 2406 – 9051 Volume 2, Edisi 1, Tahun 2015
meter yang membentuk paparan sedimen tebal
dengan penyebaran yang luas (Salahuddin 2010),
sedangkan untuk perairan Sisi Selatan Pulau Jawa
merupakan bagian dari Lempeng Samudera Hindia
yang merupakan kerak tipis yang ditutupi laut
dengan kedalaman antara 1000-5000 meter (Lubis
2009).
Selain hal diatas, pemilihan perairan sekitar Pulau
Jawa sebagai fokus penelitan ini juga dikarenakan
pasang surut Laut Jawa dalam penjalarannya telah
mengalami modifikasi dari sisi utara yang merupakan
pertemuan Samudera Hindia-Pasifik menuju ke Laut
Jawa. Sedangkan pada sisi selatannya berhadapan Gambar 1. Lokasi 7 stasiun pasang surut
langsung dengan Samudera Hindia. Tahapan pelaksanaan penelitian disajikan dalam
Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu dilakukan diagram alir Gambar 2.
penelitian khusus tentang kontribusi konstanta pasang
surut perairan dangkal. Penelitian ini bertujuan untuk Persiapan
menghitung kontribusi konstanta pasang surut perairan
dangkal terhadap pasang surut di perairan sekitar Pulau Kegiatan yang dilakukan antara lain penentuan
Jawa. lokasi penelitian, pengunduhan data penelitian, dan
studi pustaka yang terkait dengan penelitian.
Tujuan Penelitian
Penanganan Data Pasang Surut
1. Menghitung jumlah konstanta pasang surut
perairan dangkal yang sama dan signifikan di Pengecekan data kosong, yaitu mengecek data
perairan sekitar Pulau Jawa. pasang surut pengamatan yang telah diunduh dari IOC.
2. Menghitung persentase kontribusi konstanta
pasang surut perairan dangkal di perairan sekitar Kontrol Kualitas Data
Pulau Jawa yang diwakili oleh tujuh stasiun pasang
surut (tiga stasiun di pantai utara dan empat Melakukan tes global dengan kepercayaan 95% atau
stasiun di pantai selatan). 2σ, dengan menggunakan cara berikut :
3. Menentukan sisi perairan Pulau Jawa yang
1. Melakukan prediksi untuk tahun yang sama
memiliki persentase kontribusi konstanta perairan
menggunakan data pasang surut pengamatan. Data
dangkal yang terbesar.
prediksi ini merupakan data pasang surut dengan
pola yang dianggap benar.
II. METODOLOGI
2. Menghitung selisih antara data ke-i dari data
Lokasi penelitian ini berkonsentrasi yaitu perairan pengamatan pasang surut dengan data ke-i dari
sekitar Pulau Jawa yang diwakili oleh tujuh stasiun data prediksi, selisih nilainya disebut X
pasang surut, seperti pada Gambar 1. Pantai Utara Pulau 3. Menghitung nilai rata-rata kemudian menghitung
Jawa diwakili oleh stasiun pasang surut Kolinamil, standar deviasi dari selisih tersebut menggunakan
Semarang, dan Surabaya, sedangkan Pantai Selatan Persamaan (1).
Pulau Jawa diwakili oleh stasiun pasang surut Prigi,
∑(𝑋𝑋𝑖𝑖 − 𝑋𝑋�)2
Sadeng, Cilacap, dan Pangandaran. Data pasang surut 𝜎𝜎 = � (𝑛𝑛−1)
(1)
yang digunakan adalah data pasang surut yang direkam
oleh sensor pressure tide gauge (prs), dan diperoleh Keterangan:
dari IOC (International Oceanographic Commission)
http://www.ioc-sealevelmonitoring.org dengan σ : elevasi permukaan
rentang pengamatan satu tahun, terhitung sejak 1 Xi : kedalaman air
Agustus 2013 sampai 31 Juli 2014. Aplikasi yang 𝑋𝑋� : velositas
digunakan adalah t_tide versi 1.0. Aplikasi ini n : gesekan dasar
menerapkan metode Hitung Kuadrat Terkecil dalam
melakukan proses analisis harmonik dan prediksi 4. Menentuakan batas ± 2σ untuk data yang akan
pasang surut. Pada penelitian ini tidak ada komponen dikontrol kualitasnya menggunakan Persamaan (2)
lain yang mempengaruhi pasang surut selain konstanta dan Persamaan (3).
pasang surut perairan dangkal.
Batas Atas = (𝑋𝑋�+2σ) (2)
Batas Bawah = (𝑋𝑋�+2σ) (3)

Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI), 19-20 November 2015, Malang
ISSN: 2406 – 9051 Volume 2, Edisi 1, Tahun 2015
Mulai digunakan untuk proses analisis harmonik. Apabila
nilai X terletak diluar batas ± 2σ maka data tersebut
1. Perencanaan penelitian dan persiapan alat dan bahan di eleminasi dan konversi menjadi Not a Number
2. Pengunduhan data pasang surut dari 7 stasiun pasang surut Pulau Jawa
dari tahun 2013 sampai 2014 dari IOC
(NaN).

Analisis Harmonik Pasang Surut


Data pasang surut dari 7 stasiun pasang surut
Pulau Jawa dari tahun 2013 sampai 2014 Pasang surut merupakan hasil superposisi
(penggabungan) dari gelombang-gelombang harmonik
tunggal yang bersifat periodik. Pergerakan pasang surut
Pengecekan data pasang surut laut dapat dimodelkan dengan persamaan sinusoidal
karena bersifat periodik. Besar amplitudo dan beda fase
dari setiap konstanta pasang surut dapat diketahui
menggunakan analisis harmonik pasang surut. Aplikasi
Kontrol kualitas data pasut dengan Konversi data yang digunakan untuk melakukan analisis harmonik
kepercayaan 2σ Tidak menjadi NaN pasang surut dalam penelitian ini adalah t_tide. Aplikasi
tersebut menggunakan metode hitung kuadrat terkecil
dalam melakukan analisis harmonik pasang surut.
Ya
Pasang surut yang diamati dari variasi naik turunnya
Hasil data pasang surut terkoreksi
muka laut merupakan hasil superposisi dari semua
konstanta harmonik pasang surut yang terjadi. Dengan
Pengambilan data pasang surut dengan interval 1 demikian elevasi muka laut pada suatu saat (t) dapat
jam
ditentukan menggunakan Persamaan (4) (Soeprapto
1993).
Data pasang surut dengan interval
1 jam
ℎ(𝑡𝑡) = ℎ𝑚𝑚 + ∑𝑘𝑘𝑖𝑖=1 𝐴𝐴𝑖𝑖 cos(ω𝑖𝑖 𝑡𝑡 − 𝑔𝑔𝑖𝑖 ) (4)
Keterangan:
Analisis harmonik data pasang surut dengan metode leastsquare
menggunakan aplikasi t_tide
h(t) : elevasi muka air fungsi dari waktu
Ai : amplitudo konstanta ke-i
Nilai Amplitudo, MSL, & Fase ωi : kecepatan sudut konstanta ke-i
gi : fase konstanta ke-i
hm : elevasi muka air rerata
Melakukan prediksi pasang surut dengan
menggunakan aplikasi t_tide : Menghitung banyaknya

t
konstanta pasang surut
7 konst utama
7 konst utama + seluruh konst perairan dangkal perairan dangkal yang sama : waktu
7 konst utama + konst perairan dangkal yang dan signifikan di setiap stasiun
pasang surut
k : jumlah konstanta pasang surut
signifikan
Melakukan penjumlahan nilai amplitudo dari :
7 konst utama Konstanta Harmonik Signifikan
7 konst utama + seluruh konst perairan dangkal
7 konst utama + konst perairan dangkal yang
signifikan
Konstanta harmonik pasang surut signifikan
merupakan konstanta harmonik pasang surut yang
Banyak
Hasil 3
kelompok
Hasil 3
kelompok konstanta memiliki perbandingan nilai amplitudo yang lebih besar
prediksi amplitudo perairan
dangkal
dari pada amplitudo errornya. Perbandingan antara
signifikan amplitudo dan amplitudo error ini dinyatakan dalam
Menghitung persentase kontribusi konstanta SNR (Signal to Noise Ratio) (Pawlowicz, dkk 2002). Pada
pasang surut perairan dangkal di setiap
stasiun pasang surut di sekitar Pulau Jawa
penelitian ini SNR yang digunakan merupakan SNR
default dari t_tide yaitu SNR > 1, sehingga bila ada
Menentukan sisi di perairan sekitar Pulau
konstanta harmonik yang mempunyai SNR > 1 akan
Jawa yang memiliki kontribusi konstanta dinyatakan sebagai konstanta harmonik yang signifikan.
perairan dangkal terbesar
Nilai SNR dapat ditentukan menggunakan Persamaan
Kesimpulan (5) (Leffler 2008).
Penulisan skripsi 𝑨𝑨𝒊𝒊 𝟐𝟐
𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺𝑺 = �
𝑨𝑨 𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒆𝒊𝒊
� (5)
Selesai
Keterangan:
Gambar 2. Diagram alir penelitian
SNR : elevasi permukaan
Ai : amplitudo konstanta ke-i
5. Melakukan pengecekan data pasang surut, apabila A errori : amplitudo error konstanta ke-i
nilai X terletak antara batas ± 2σ maka data
tersebut memiliki kualitas yang baik dan dapat

Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI), 19-20 November 2015, Malang
ISSN: 2406 – 9051 Volume 2, Edisi 1, Tahun 2015
Konstanta Pasang Surut Perairan Dangkal harmonik pasang surut yang telah didapat dari hasil
analisis harmonik pasang surut data pengamatan.
Konstanta pasang surut perairan dangkal adalah
Konstanta pasang surut yang nilai amplitudonya
konstanta pasang surut yang terbentuk karena adanya
digunakan sebagai perbandingan dalam penelitian ini
distorsi non-linear dari osilasi konstanta pasang surut
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
utama (contohnya M2, S2, dan K1) pada saat berinteraksi
dan merambat di perairan dangkal. Ada dua penyebab
1. Kelompok pertama (Amplitudo 7 konstanta pasang
utama terbentuknya konstanta ini, pertama akibat
surut utama) M2, S2, O1, K1, P1, K2,dan N2.
gesekan dasar serta proses fisis yang bergantung pada
2. Kelompok kedua (Amplitudo 7 konstanta pasang
nilai kuadrat amplitudonya, kedua akibat proses
surut utama beserta seluruh konstanta pasang
hidrodinamika, kedua penyebab tersebut merupakan
surut perairan dangkal) M2, S2, O1, K1, P1, K2, N2, SO1,
komponen non-linear. Selain kedua hal diatas, penyebab
SK3, SK4, 2MK6, 2N2, MN4, 2MK5, 2SM6, MKS2, M4,
lainnya adalah efek resonansi lokal dan pembentukan
2SK5, MSK6, MSN2, SN4, 2MN6, 3MK7, MO3, MS4, M6,
gelombang stasioner.
M8, SO3, MK4, 2MS6, M10, MK3, dan S4
Bentuk asli dari gelombang sinusoidal akan 3. Kelompok ketiga (Amplitudo 7 konstanta pasang
termodifikasi akibat distorsi non-linear yang terjadi di surut utama beserta konstanta pasang surut
perairan dangkal, hal inilah yang memicu terbentuknya perairan dangkal yang signifikan), dimana jumlah
konstanta harmonik perairan dangkal (Andersen 1999). konstanta pasang surut perairan dangkal yang
Menurut Andersen (1999) persamaan rata-rata signifikan bervariasi disetiap stasiun
kedalaman perairan dangkal non-linear dapat
ditentukan menggunakan Persamaan (6) dan Setelah didapat nilai amplitudo dari ketiga kelompok
Persamaan (7). tersebut kemudian dilakukan perhitungan persentase
𝑫𝑫 untuk mengetahui besarnya kontribusi konstanta
𝝏𝝏𝒕𝒕 𝒖𝒖 = −(𝒖𝒖 ∙ 𝛁𝛁)𝒖𝒖 − 𝒈𝒈𝛁𝛁𝒉𝒉 − 𝒇𝒇 × 𝒖𝒖 − 𝒖𝒖|𝒖𝒖| (6)
𝑯𝑯 pasang surut perairan dangkal disetiap stasiun pasang
𝝏𝝏𝒕𝒕 𝒉𝒉 = −𝛁𝛁 ∙ (𝑯𝑯𝑯𝑯) (7) surut.
Keterangan: Prediksi Pasang Surut
h : elevasi permukaan Prediksi pasang surut adalah memperkirakan elevasi
H : kedalaman air muka air laut di masa mendatang pada rentang waktu
u = (u,v,0) : velositas tertentu. Prediksi pasang surut dapat dilakukan setelah
D : gesekan dasar mendapatkan amplitudo dan fase konstanta pasang
f : parameter Coriolis surut dari satu rangkaian data pasang surut di suatu
t : waktu stasiun pasang surut. Selain untuk memprediksi elevasi
𝛁𝛁 : (𝝏𝝏𝝏𝝏, 𝝏𝝏𝝏𝝏, 𝟎𝟎) muka air laut, prediksi pasang surut juga digunakan
untuk mengetahui sifat pasang surut.
Daftar konstanta pasang surut yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil dari prediksi pasang surut dapat disajikan
dalam bentuk tabel yang berisi rentang waktu prediksi
Tabel 1. Paket data standar konstanta pasang surut beserta elevasi muka air laut prediksi, atau dapat pula
perairan dangkal disajikan dalam bentuk co-tidal chart yang merupakan
interpolasi kelambatan fase pasang surut (Poerbandono
Shallow water constituent 2005). Prediksi pasang surut dapat dilakukan
menggunakan persamaan (8) (Ali, dkk 1994).
SO1 SK3 SK4 2MK6

2N2 MN4 2MK5 2SM6 ℎ(𝑡𝑡) = ℎ𝑚𝑚 + ℎ𝑚𝑚𝑜𝑜 + ∑𝑘𝑘𝑖𝑖=1 𝐴𝐴𝑖𝑖 cos(𝜔𝜔𝑖𝑖 𝑡𝑡 − 𝑔𝑔𝑖𝑖 ) (8)

MKS2 M4 2SK5 MSK6


Keterangan:
h(t) : elevasi muka air fungsi dari waktu
MSN2 SN4 2MN6 3MK7
Ai : amplitudo konstanta ke-i
MO3 MS4 M6 M8 ωi : kecepatan sudut konstanta ke-i
gi : fase konstanta ke-i
SO3 MK4 2MS6 M10
hm : elevasi muka air rerata
MK3 S4 t : waktu
k : jumlah konstanta pasang surut
Sumber: Foreman 1977
hmo : perubahan duduk tengah akibat faktor
meteorologis
Perbandingan Amplitudo
fi : faktor koreksi amplitudo konstanta pasut ke-i
Perbandingan nilai amplitudo dilakukan dengan xi : argumen astronomi konstanta pasut ke-i
cara membandingkan nilai amplitudo dari konstanta

Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI), 19-20 November 2015, Malang
ISSN: 2406 – 9051 Volume 2, Edisi 1, Tahun 2015
Pada penelitian ini tidak semua konstanta harmonik 2. Kelompok kedua (Amplitudo 7 konstanta pasang
yang dihasilkan dari proses analisis harmonik pasang surut utama beserta seluruh konstanta pasang
surut yang digunakan sebagai masukan dalam surut perairan dangkal)
melakukan prediksi pasang surut. Konstanta pasang 3. Kelompok ketiga (Amplitudo 7 konstanta pasang
surut yang digunakan sebagai masukan dalam surut utama beserta konstanta pasang surut
melakukan prediksi pada penelitian ini dibagi menjadi perairan dangkal yang signifikan)
tiga kelompok yaitu:
Kemudian dilakukan perbandingan terhadap ketiga
1. Kelompok pertama (7 konstanta pasang surut data tersebut, agara kontribusi konstanta pasang surut
utama) perairan dangkal dapat diketahui berdasarkan
2. Kelompok kedua (7 konstanta pasang surut utama Amplitudo dan RMS.
beserta seluruh konstanta pasang surut perairan
dangkal) HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Kelompok ketiga (7 konstanta pasang surut utama
beserta konstanta pasang surut perairan dangkal Identifikasi Data Kosong
yang signifikan)
Hasil identifikaisi data kosong pada data pasang
Perhitungan Nilai RMS surut pengamatan setiap stasiun dapat dilihat pada
Tabel 2.
Perhitungan nilai RMS dilakukan pada ketiga
kelompok data prediksi pasang surut terhadap data Tabel 2. Rekapitulasi dan persentase data kosong
pengamatan pasang surut. Nilai RMS dapat dicari
Data
dengan menggunakan Persamaan (9). Stasiun Data
Data
Data
Data
koson
pasu pasut
pasang surut ideal kosong g
t (%)
∑𝑛𝑛 ′ 2
𝑖𝑖=0 (ℎ𝑚𝑚 − ℎ𝑚𝑚 )
(%)
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 = � (𝑛𝑛−1)
(9)
Kolinamil 8760 7354 1406 83,95 16,05

Semarang 8760 6582 2178 75,14 24,86


Keterangan :
Surabaya 8760 7662 1098 87,47 12,53
RMS : nilai RMS (meter)
hm : amplitudo konstanta ke-i Prigi 8760 8509 251 97,13 2,87

hm’ : kecepatan sudut konstanta ke-i Sadeng 8760 8677 83 99,05 0,95
n : kecepatan sudut konstanta ke-i Cilacap 8760 7877 883 89,92 10,08

Pangandaran 8760 8709 51 99,42 0,58


Nilai RMS digunakan untuk mengetahui besar
kontribusi konstanta pasang surut perairan dangkal.
Besar kontribusi pasang surut perairan dangkal dapat Tabel 2 merupakan tabel yang menyajikan jumlah
diketahui setelah didapat nilai RMS dari ketiga data kosong di setiap stasiun. Kolom data ideal berisi
kelompok data tersebut dengan cara mencari selisih jumlah data sebanyak 8760, yang merupakan konversi
antara RMS data prediksi kelompok pertama dengan dari satu tahun kedalam satu jam. Berdasarkan Tabel 2
RMS data prediksi kelompok kedua, dan selisih antara Stasiun pasang surut Pangandaran memiliki jumlah data
RMS data prediksi kelompok pertama dengan RMS data pasang surut pengamatan paling banyak yaitu 8709
prediksi kelompok ketiga. Setelah selisih RMS diketahui, data, dengan persentase data kosong paling kecil yaitu
kemudian dilakukan perhitungan persentase kontribusi sebesar 0,58%, sedangkan stasiun pasang surut
konstanta pasang surut perairan dangkal. Setelah Semarang memiliki jumlah data pasang surut
diketahui persentasenya kemudian melakukan pengamatan paling sedikit yaitu 6582 data, dengan
perbandingan besar persentase kontribusi konstanta persentase data kosong paling besar yaitu sebesar
pasang surut perairan dangkal yang berada di stasiun 24,86%.
pasang surut di Pantai Utara Pulau Jawa (Kolinamil,
Semarang, dan Surabaya), dengan stasiun pasang surut Kontrol Kualitas Data Pasang Surut
di Pantai Selatan Pulau Jawa (Prigi, Sadeng, Cilacap, dan
Pangandaran). Hasil kontrol kualitas data pasang surut pengamatan
setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3
Analisis Hasil menampilkan data pasang surut pengamatan yang
ditolak pada saat proses kontrol kualitas. Proses kontrol
Analisis hasil perhitungan dilakukan terhadap ketiga kualitas data pasang surut pengamatan dilakukan
kelompok data, yaitu : menggunakan standar deviasi 2σ atau dengan rentang
kepercayaan 95% dengan menggunakan Persamaan
1. Kelompok pertama (Amplitudo 7 konstanta pasang (1), (2), dan (3). Data pasang surut pengamatan yang
surut utama) ditolak pada Tabel 3 merupakan penjumlahan antara
data kosong yang terdapat pada Tabel 2 dengan data

Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI), 19-20 November 2015, Malang
ISSN: 2406 – 9051 Volume 2, Edisi 1, Tahun 2015
pasang surut yang ditolak. Jumlah data pengamatan Konstanta harmonik yang signifikan disetiap stasiun
pasang surut yang paling banyak ditolak adalah data pasang surut memiliki jumlah yang bervariasi, jumlah
pengamatan pada stasiun pasang surut di Semarang konstanta pasang surut signifikan yang paling banyak
dengan persentase sebesar 24,86%, sedangkan jumlah terdapat pada stasiun pasang surut Surabaya dengan
data pengamatan pasang surut yang paling sedikit jumlah 49 konstanta signifikan, sedangkan jumlah
ditolak adalah data pengamatan pada stasiun pasang konstanta pasang surut signifikan yang paling sedikit
surut di Sadeng dengan persentase 0,95%. terdapat pada stasiun pasang surut Pangandaran
dengan jumlah 34 konstanta signifikan.
Tabel 3. Kontrol kualitas data pengamatan pasut
Konstanta Perairan Dangkal Signifikan
Data Data Data
Stasiun Data
pasang Surut
pasu
ditolak
pasut kosong Jumlah konstanta perairan dangkal signifikan di
t (%) (%) setiap stasiun pasang surut dapat dilihat pada Tabel 5.
Kolinamil 7352 1408 83,93 16,07
Tabel 5. Konstanta pasut perairan dangkal signifikan
Semarang 6582 2178 75,14 24,86
tiap stasiun
Surabaya 7662 1098 87,47 12,53
Stasiun Konstanta perairan
Prigi 8508 252 97,12 2,88 pasang surut dangkal signifikan
Sadeng 8677 83 99,05 0,95 Kolinamil 18
Cilacap 7877 883 89,92 10,08 Semarang 19
Pangandaran 8709 51 98,63 1,37
Lanjutan Tabel 5.
Jumlah Konstanta Harmonik di Tujuh Stasiun
Surabaya 23
Jumlah konstanta harmonik di setiap stasiun pasang
Prigi 17
surut dapat dilihat pada Tabel 4.
Sadeng 15
Tabel 4. Rekapitulasi jumlah konstanta harmonik Cilacap 19
pasang surut
Pangandaran 9
Konst.
Stasiun Jumlah Konstant peraira
Non
pasang konstant a
signifikan
n Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa Pantai Utara
surut a signifikan dangka Pulau Jawa memiliki konstanta pasang surut perairan
l
dangkal signifikan yang relatif lebih banyak
Kolinamil 60 38 22 26
dibandingkan Pantai Selatan Pulau Jawa, pantai utara
Semarang 60 40 20 26 yang diwakili oleh Kolinamil, Semarang, dan Surabaya
Surabaya 60 49 11 26 memiliki konstanta pasang surut perairan dangkal
signifikan sebanyak 18, 19, dan 23, sedangkan pantai
Prigi 60 40 20 26
selatan yang diwakili oleh Prigi, Sadeng, Cilacap, dan
Sadeng 60 42 18 26 Pangandaran memiliki konstanta pasang surut perairan
Cilacap 60 45 15 26 dangkal sebanyak 17, 15, 19, dan 9. Hal ini disebabkan
Pantai Utara Pulau Jawa berhadapan langsung dengan
Pangandaran 60 34 26 26
Laut Jawa yang merupakan perairan dangkal yang luas
sehingga pola pasang surutnya lebih banyak terdistorsi
Tabel 4 merupakan rekapitulasi jumlah konstanta dan menghasilkan konstanta pasang surut perairan
harmonik yang dihasilkan dari proses analisis harmonik dangkal signifikan yang relatif lebih banyak
di setiap stasiun pasang surut. Berdasarkan Tabel 4 dibandingkan Pantai Selatan Pulau Jawa yang
setiap stasiun pasang surut memiliki 60 konstanta berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
harmonik, yang 26 diantaranya merupakan konstanta
pasang surut perairan dangkal. Sebenarnya masih Perbandingan Nilai Amplitudo
banyak konstanta pasang surut perairan dangkal yang
dapat diidentifikasi, akan tetapi default dari aplikasi Jumlah amplitudo tiap kelompok data di setiap
t_tide hanya dapat mengeluarkan konstanta perairan stasiun pasang surut dapat dilihat pada Tabel 6.
dangkal yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap
pembentukan pasang surut, sedangkan konstanta- Tabel 6 menampilkan jumlah amplitudo tiap
konstanta perairan dangkal lain yang mempunyai kelompok data yaitu, 7 konstanta pasang surut utama
pengaruh kecil dalam pembentukan pasang surut tidak pada kolom B, seluruh konstanta pasang surut perairan
dikeluarkan oleh aplikasi t_tide. dangkal pada kolom C, dan konstanta pasang surut
perairan dangkal yang signifikan pada kolom D.

Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI), 19-20 November 2015, Malang
ISSN: 2406 – 9051 Volume 2, Edisi 1, Tahun 2015
Pengelompokan jumlah amplitudo tiap kelompok data Tabel 7 menampilkan perbandingan persentase
digunakan untuk menghitung kontribusi dari seluruh kontribusi nilai amplitudo seluruh konstanta pasang
konstanta pasang surut perairan dangkal pada kolom C surut perairan dangkal terhadap semua konstanta
terhadap semua konstanta pasang surut pada kolom A, pasang surut pada kolom C, dan persentase kontribusi
dan konstanta pasang surut perairan dangkal signifikan nilai amplitudo konstanta pasang surut perairan
pada kolom D terhadap semua konstanta pasang surut dangkal signifikan terhadap semua konstanta pasang
pada kolom A. surut pada kolom D.

Tabel 6. Jumlah amplitudo tiap kelompok data Berdasarkan Tabel 7 didapatkan hasil bahwa
persentase kontribusi nilai amplitudo pada setiap
Semua kelompok bervariasi. Stasiun pasang surut Surabaya
Konst.
7 Konst.
Semua Konst. Peraira
Perairan memiliki persentase kontribusi nilai amplitudo terbesar
Stasiun Dangkal
Pasang
Konst. Utama n
Signifika disetiap kelompok data, persentase kontribusi nilai
(meter) (meter Dangka amplitudo pada kelompok C adalah 10,23%, dan
Surut n
(A) ) l
(B) (meter)
(meter) persentase kontribusi nilai amplitudo pada kelompok D
(D)
(C) adalah 9,89%. Stasiun pasang surut Prigi memiliki
Kolinamil 2,206 1,628 0,225 0,218 persentase kontribusi nilai amplitudo terkecil disetiap
Semarang 0,955 0,641 0,081 0,075 kelompok data, persentase kontribusi nilai amplitudo
pada kelompok C adalah 2,46%, dan persentase
Surabaya 0,928 0,614 0,075 0,071 kontribusi nilai amplitudo pada kelompok D adalah
Prigi 1,634 1,227 0,063 0,041 2,05%.
Sadeng 1,651 1,238 0,063 0,060
Perhitungan RMS
Cilacap 1,833 1,424 0,050 0,042
Pangandara Hasil perhitungan RMS tiap kelompok data prediksi
1,940 1,506 0,047 0,039
n terhadap data pengamatan di setiap stasiun pasang
surut dapat dilihat pada Tabel 8.
Berdasarkan Tabel 6 didapatkan hasil bahwa jumlah
amplitudo pada setiap kelompok data mempunyai nilai Tabel 8. RMS dari tiap kelompok prediksi
yang bervariasi. Stasiun pasang surut Surabaya
memiliki nilai amplitudo terbesar disetiap kelompok 7 Konst. 7 Konst.
data, nilai amplitudo pada kelompok A adalah 2,206 Utama Utama
7 Konst. + Semua + Konst.
meter, pada kelompok B adalah 1,628 meter, pada
Stasiun Pasang Utama Konst. Perairan
kelompok C adalah 0,225 meter, dan pada kelompok D Surut (meter) Perairan Dangkal
adalah 0,218 meter. Stasiun pasang surut Prigi memiliki (A) Dangkal Signifikan
nilai amplitudo terkecil disetiap kelompok data, nilai (meter) (meter)
(B) (C)
amplitudo pada kelompok A adalah 1,940 meter, pada
kelompok B adalah 1,506 meter, pada kelompok C Kolinamil 0,058 0,054 0,054
adalah 0,047 meter, dan pada kelompok D adalah 0,039 Semarang 0,051 0,050 0,050
meter. Perbandingan persentase kontribusi nilai
Surabaya 0,059 0,059 0,059
amplitudo konstanta pasang surut perairan dangkal di
setiap stasiun pasang surut dapat dilihat pada Tabel 7. Prigi 0,085 0,085 0,085
Sadeng 0,074 0,074 0,074
Tabel 7. Perbandingan persentase kontribusi nilai
Cilacap 0,078 0,078 0,078
amplitudo
Pangandaran 0,104 0,103 0,103
Kontribusi Konst. Perairan
Stasiun Pasang Semua Konst. Dangkal Tabel 8 menampilkan nilai RMS tiap kelompok data
Surut Perairan Dangkal Signifikan
(%) (C) (%) (D) terhadap data pasang surut pengamatan, yaitu 7
konstanta pasang surut utama pada kolom A, 7
Kolinamil 10,23 9,89 konstanta pasang surut utama beserta seluruh
Semarang 8,54 7,90 konstanta pasang surut perairan dangkal pada kolom B,
Surabaya 8,08 7,72
dan 7 konstanta pasang surut utama beserta konstanta
pasang surut perairan dangkal yang signifikan pada
Prigi 3,87 2,52 kolom C.
Sadeng 3,85 3,63
Pengelompokan nilai RMS tiap kelompok data
Cilacap 2,75 2,32
digunakan untuk menghitung kontribusi dengan cara
Pangandaran 2,46 2,05 menyelisihkan 7 konstanta pasang surut utama beserta
seluruh konstanta pasang surut perairan dangkal pada

Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI), 19-20 November 2015, Malang
ISSN: 2406 – 9051 Volume 2, Edisi 1, Tahun 2015
kolom B terhadap 7 konstanta pasang surut utama pada KESIMPULAN DAN SARAN
kolom A, dan 7 konstanta pasang surut perairan dangkal
signifikan pada kolom C terhadap 7 konstanta pasang Kesimpulan
surut utama pada kolom A. Berdasarkan uraian analisa hasil dan pembahasan,
maka dari penelitian ini dapat ditarik beberapa
Berdasarkan Tabel 8 didapatkan hasil bahwa nilai
kesimpulan sebagai berikut:
RMS pada setiap kelompok data bervariasi. Stasiun
pasang surut Prigi memiliki nilai RMS terbesar disetiap 1. Jumlah konstanta pasang surut perairan dangkal
kelompok data, nilai RMS pada kelompok A adalah 0,104 signifikan di setiap stasiun bervariasi. Sisi Utara
meter, pada kelompok B adalah 0,103 meter, dan pada Pulau Jawa memiliki jumlah konstanta pasang
kelompok C adalah 0,103 meter. Stasiun pasang surut surut perairan dangkal signifikan yang lebih
Semarang memiliki nilai RMS terkecil disetiap banyak dari pada sisi selatan.
kelompok data, nilai RMS pada kelompok A adalah 0,051 2. Persentase kontribusi konstanta pasang surut
meter, pada kelompok B adalah 0,050 meter, dan pada perairan dangkal di perairan sekitar Pulau Jawa
kelompok C adalah 0,050 meter. (yang diwakili tujuh stasiun pasang surut)
bervariasi. Berdasarkan nilai RMS, persentase
Perbandingan persentase kontribusi nilai RMS
kontribusi konstanta pasang surut perairan
konstanta pasang surut perairan dangkal di setiap
dangkal berturut-turut dari yang terbesar adalah
stasiun pasang surut dapat dilihat pada Tabel 9.
Surabaya, Semarang, Kolinamil, Cilacap, Sadeng,
Pangandaran, dan Prigi. Berdasarkan nilai
Tabel 9. Perbandingan persentase kontribusi RMS
amplitudo, persentase kontribusi konstanta
pasang surut perairan dangkal berturut-turut dari
Selisih Selisih Kontri- Kontri-
Stasiun yang terbesar adalah Surabaya, Kolinamil,
A dan B A dan C busi busi
Pasang Surut Semarang, Pangandaran, Cilacap, Sadeng, dan Prigi.
(meter) (meter) (B) (C)
3. Sisi Utara Pulau Jawa memiliki persentase
Kolinamil 0,0037 0,0036 6,35 6,26 kontribusi konstanta pasang surut perairan
Semarang 0,0008 0,0008 1,65 1,64 dangkal terbesar. Hal ini terjadi karena perairan
Surabaya 0,0005 0,0004 0,88 0,79 Sisi Utara Pulau Jawa merupakan perairan dangkal
yang sangat luas. Pasang surut di perairan sisi
Prigi 0,0005 0,0004 0,63 0,57 utara lebih banyak terdistorsi sehingga
Sadeng 0,0004 0,0004 0,57 0,56 menghasilkan konstanta pasang surut perairan
Cilacap 0,0003 0,0002 0,39 0,37 dangkal signifikan lebih banyak dan kontribusi
yang lebih besar terhadap pembentukan pasang
Pangandaran 0,0002 0,0003 0,27 0,29
surutnya.

Tabel 9 menampilkan perbandingan persentase Saran


kontribusi nilai RMS seluruh konstanta pasang surut
perairan dangkal pada kolom B yang didapat dengan 1. Diperlukan analisis harmonik pasang surut
cara menyelisihkan kolom A dan kolom B pada Tabel 8 menggunakan aplikasi lain yang dapat menghitung
dengan konstanta pasang surut perairan dangkal secara teliti dan mengidentifikasi konstanta
signifikan pada kolom C yang didapat dengan cara pasang surut perairan dangkal secara lengkap
menyelisihkan kolom A dan kolom C pada Tabel 8. tanpa adanya pembatasan konstanta pasang surut
perairan dangkal seperti aplikasi t_tide.
Berdasarkan Tabel 9 didapatkan hasil bahwa Identifikasi konstanta pasang surut perairan
persentase kontribusi nilai RMS pada setiap kelompok dangkal secara lengkap dapat memperjelas
bervariasi. Stasiun pasang surut Surabaya memiliki kontribusi dari konstanta pasang surut perairan
persentase kontribusi nilai RMS terbesar disetiap dangkal dalam pembentukan pasang surut.
kelompok data, persentase kontribusi nilai RMS pada 2. Diperlukan data pasang surut dengan periode
kelompok B adalah 6,35%, dan persentase kontribusi pengamatan yang lebih panjang dengan kualitas
nilai RMS pada kelompok C adalah 6,26%. Stasiun yang baik agar dalam analisis pasang surutnya
pasang surut Prigi memiliki persentase kontribusi nilai dapat diketahui lebih banyak konstanta pasang
RMS terkecil disetiap kelompok data, persentase surut perairan dangkal yang berkontribusi dalam
kontribusi nilai RMS pada kelompok B adalah 6,35%, pembentukan pasang surutnya.
dan persentase kontribusi nilai RMS pada kelompok C 3. Diperlukan data pengamatan pasang surut dari
adalah 6,26%. berbagai stasiun yang tersebar di Pulau Jawa untuk
dapat mengetahui dengan lebih detil perbandingan
kontribusi pasang surut perairan dangkal di
perairan sekitar Pulau Jawa.

Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI), 19-20 November 2015, Malang
ISSN: 2406 – 9051 Volume 2, Edisi 1, Tahun 2015
UCAPAN TERIMAKASIH in MATLAB using T_TIDE”, Computers &
Geosciences, Vol. 28(8), Hal. 929-937.
Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah Pugh, D., 1996, Tides, Surges and Mean Sea Level, John
berkontribusi hingga penelitian ini selesai. Wiley & Sons, Singapore.

BIOGRAFI SINGKAT Ray, R., 2005, “A Brief Overview of Tides in The


Indonesian Seas”, Oceanography, Vol . 18 (4), hal
Abdul Basith, S.T., M.Si., Ph.D. 74-79.
Penulis mendapatkan Sarjana S1 Teknik Geodesi
UGM pada Tahun 1996, kemudian mendapatkan gelar Sudjono, Evie H., 2011, “Studi Konstanta Pasang Surut
Magister S2 Oseanografi dan Sains Atmosfer ITB pada Perairan Dangkal (Over And Compound Tides)
tahun 2000, terakhir mendapatkan gelar Doktor S3 Model Kanal 1 Dimensi dengan Menggunakan
Teknik Sipil UTP pada tahun 2011. Penulis tercatat aktif Metoda Asimilasi Data Variasional”, Ilmu dan
sebagai Kepala Laboratorium Hidrografi dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3 (1), Hal. 1-12.
Oseanografi, Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika
UGM, Penulis juga merupakan pengajar dan peneliti Salahuddin, M., 2010, “Morfologi Dasar Laut Indonesia”,
yang terkait dengan oseanografi fisis,pasang surut, http://www.mgi.esdm.go.id/content/morfologi-
survei hidrografi, survei rekayasa laut, dan dasar-laut-indonesia, (akses tgl. 7 Desember
penginderaan jauh dibidang kelautan. 2014).

Yudhono Prakoso, S.T. Soeprapto, 1993, Pasang Surut Laut dan Chart Datum,
Alumni Teknik Geodesi UGM angkatan 2011 yang Diktat Kuliah, Jurusan Teknik Geodesi Fakultas
sedang menempuh pendidikan S2 Teknik Geomatika Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
UGM fasttrack program.
Westerink, J.J., 1989, “General Spectral Computatuins of
DAFTAR PUSTAKA The Nonlinear Shallow Water Tidal Interactions
within the Bight of Abaco”, Physical
Ali, M., Mihardja D.K., dan Hadi, S., 1994, Pasang Surut Oceanography, Vol.19, Hal 1348 – 1371.
Laut, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Andersen, O. B., 1999, “Shallow water tides in the


northwest European shelf region from
TOPEX/POSEIDON altimetry”, Geophysical
Research, Vol. 104, No. Ca, Hal. 7729-7741.

Foreman, M. G. G., 1977, Manual for Tidal Heights


Analysis and Prediction, Unpublished manuscript,
Pacific Marine Science Report 77-10, Institute of
Ocean Sciences, Patricia Bay, Victoria.

Google, Inc. Google Earth software.


http://earth.google.com/. 17 Januari 2015.

Leffler , Keith E., Jay, David A., 2008, “ Enhancing tidal


harmonic analysis: Robust (hybrid L1=L2)
solutions”, Continental Shelf Research.

Lubis, S., 2009, “Bentuk Geomorfologi Dasar Laut Pada


Tepian Lempeng Aktif Di Lepas Pantai Barat
Sumatera Dan Selatan Jawa”,
http://www.mgi.esdm.go.id/content/bentuk-
geomorfologi-dasar-laut-pada-tepian-lempeng-
aktif-di-lepas-pantai-barat-sumatera-dan- (akses
tgl. 7 Desember 2014).

Poerbandono, 2005, Survei Hidrografi, PT. Refika


Aditama, Bandung.

Pawlowicz, R., Beardsley, B., & Lentz, S., 2002, “Classical


tidal harmonic analysis including error estimates

Prosiding Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia (FIT ISI), 19-20 November 2015, Malang
ISSN: 2406 – 9051 Volume 2, Edisi 1, Tahun 2015

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai