Anda di halaman 1dari 7

Mengungkap Kembali Jejak Warisan Sejarah Benteng Indrapatra

Menggunakan Metode Ground Penetrating Radar (GPR) di Kawasan Desa


Ladong, Masjid Raya, Aceh Besar
Reinventing the Indrapatra Fortress of Historical Heritage using the Ground
Penetrating Radar (GPR) Method in Ladong Village, Masjid Raya, Aceh
Besar
Nursyafira¹, Fazlah Mauhida¹, Anshar Vahreza Ms¹, Muhammad Syukri¹
¹Prodi Teknik Geofisika, Jurusan Teknik Kebumian Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Email: nursyafira200400@gmail.com

Penelitian terkait jejak warisan sejarah benteng indrapatra menggunakan metode Ground Penetrating Radar
(GPR) di kawasan reruntuhan Benteng Indrapatra di Desa Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh
Besar. Penelitian ini didasarkan pada ketertarikan peneliti untuk mengkaji respon gelombang elektromagnetik
pada medium bawah permukaan benteng yang telah hilang. Dari respon tersebut, peneliti dapat mengidentifikasi
keberadaan sisi benteng yang telah runtuh berdasarkan sisi atau bagian benteng yang masih utuh. Penggunaan
Metode GPR dikarenakan metode ini bekerja berdasarkan prinsip penjalaran gelombang elektromagnetik. Hasil
dari metode ini berupa resolusi data mentah (raw data) yang menggambarkan profil vertikal bawah permukaan
lokasi reruntuhan. Selanjutnya dilakukan pengolahan data GPR mengunakan software GRESWIN guna
mendapatkan citra bawah permukaan dari lokasi penelitian. Data yang didapat mengambarkan lokasi pondasi dari
benteng berdasarkan perbedaan nilai susebtibilitas batuan penyusun benteng terhadap lingkungan sekitarnya.

The research related to the Indrapatra Fortress of historical heritage using the Ground Penetrating Radar (GPR)
method in study area of the fortress ruins in Ladong Village, Aceh Besar District, Aceh. This research is based on
the interest of researchers to study the response of electromagnetic waves to sub-surface of the fort that had been
lost. By signals response, it can be identified the existence of a fortress that has been lost based on the part of fort
that is still intact. The use of the GPR method is because this method works based on the principle of
electromagnetic and wave propagation non-destructive. The results shows that electromagnetic signals that
describes the location of subsurface vertical profiles ruins. Data processing by using GRESWIN software to obtain
subsurface imagery from the study area. The result depicts the location of fort foundation based on the
susceptibility variability value of rocks that make up the fortress against the surrounding environment. Its testify
that the GPR is a significant method to reveal the existence of the loss fort.

Keywords : Fortress, Ground Penetrating Radar, Reconstruction, Indrapatra, Archeology.

Pendahuluan menjadikan Aceh memegang peran penting


dalam perdagangan internasional. Selain itu,
Aceh sejak dulu dikenal sebagai
Aceh juga merupakan wilayah penghasil
daerah yang kaya akan sejarah dan sumber
emas, perak, seng, besi, dan air raksa.
daya alam. Hal ini didukung oleh letak Aceh
(Guillot, 2014) mengatakan catatan tertua
yang strategis karena berada di paling ujung
terkait informasi perdagangan internasional
Selat Malaka dan Samudera Hindia. Tidak
ini terdapat dalam sumber-sumber awal
hanya karena letak geografisnya saja yang
Masehi dalam berbagai bahasa. Catatan-
strategis, hal ini juga didukung oleh potensi
catatan pelancong Arab abad 9 Masehi dapat
ekologi yang menghasilkan komoditas dan
menggambarkan keadaan perdagangan
diminati konsumen dunia.sehingga
termasuk didalamnya menyebut tentang
kerajaan pra-Islam di Aceh. (Oetomo, 2008) ujung utara Pulau Sumatera sebelum bernama
menyebutkan bahwa Lamuri adalah kerajaan Aceh dipenuhi dengan dinamika dan peran
Islam yang cukup besar sebelum Samudera Aceh pada masa lalu. Jika hal ini tidak
Pasai. Kebesaran Lamuri tidak hanya diperhatikan, sejarah kejayaan Aceh akan
berlangsung sebentar, hal ini ditunjukkan dilupakan oleh generasi Muda seiring
dengan adanya keberadaan bangunan benteng bertambahnya waktu. Oleh karena itu,
pertahanan. rekonstruksi situs-situs bersejarah haruslah
Benteng Indrapatra adalah dilakukan agar sejarahnya tidak dilupakan.
peninggalan kerajaan Hindu pertama di Aceh. Salah satu cara untuk merekonstruksi kembali
Menurut catatan sejarah, benteng ini keberadaan benteng tersebut adalah dengan
dibangun pada abad ke-7 Masehi semasa menggunakan metode geofisika. Salah satu
pemerintahan Kerajaan Lamuri oleh Putra metode geofisika yang unggul untuk
Raja Harsa. Benteng ini sendiri berada pada mendeteksi lapisan bawah permukaan
posisi yang cukup strategis karena dangkal ialah metode elektromagnetik.
berhadapan langsung dengan Selat Malaka, Penjalaran gelombang elektromagnetik di
sehingga berfungsi sebagai benteng dalam tanah dan interaksi antara medan listrik
pertahanan dari serangan penjajah Portugis. dan medan magnet dapat memberikan
Di masa Sultan Iskandar Muda, seorang informasi tentang karakteristik fisis tanah
laksamana wanita pertama di dunia yang yang diukur.
terkenal dan disegani, yaitu Laksamana Ground Penetrating Radar (GPR)
Malahayati, menggunakan benteng ini untuk merupakan salah satu metode geofisika yang
pertahanan Kerajaan Aceh Darussalam dari digunakan untuk mendeteksi benda-benda
serangan Portugis yang datang dari Selat yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat
Malaka. Hal ini menjadikan Benteng Indra kedalaman tertentu, dengan menggunakan
Patra sebagai saksi bisu perjalanan sejarah sumber gelombang elektromagnetik berupa
dari masa ke masa; dari masa kejayaan Hindu radar (Radio detection and ranging) yang
hingga berjayanya kerajaan Islam di Aceh biasanya berada dalam range 10 MHz-1GHz
(Anonymous, 2018). Namun sayangnya, (Heteren, dkk., 1998). Metode ini bersifat
sebagian bangunan benteng yang menjadi tidak merusak dan mempunyai resolusi yang
saksi bisu sejarah Aceh ini runtuh dan hanya tinggi, tetapi terbatas sampai kedalaman
menyisakan sedikit puing-puing saja. beberapa puluh meter saja, dan dapat
Sedikitnya data historis yang digunakan pada segala waktu dan cuaca
ditemukan mempersulit melacak sejarah pada (Knight, 2001).
pra-Islam di Aceh, beberapa data sejarah di
Pada penelitian ini digunakan metode refleksi serta difraksi pada gelombang
GPR dengan memanfaatkan target anomali elektromagnetik (Supriyanto, 2007).
geofisika yang bersifat konduktif. Teknik Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai
yang digunakan adalah sistem berikut;
Electromagnetic Subsurface Profiling (ESP)
dengan memanfaatkan pengembalian (1)
gelombang elektromagnetik yang ∇∙𝐵=0 (2)
dipancarkan dari permukaan tanah dengan (3)
perantara antena (Heteren, dkk., 1998).
(4)
Metode ini memiliki resolusi tinggi terhadap
kontras dielektrik material bumi. Metode
GPR juga mampu mendeteksi karakteristik
bawah permukaan tanah tanpa dilakukan
pengeboran ataupun penggalian. Pada saat
pengukuran dengan menggunakan metode
Gambar 1. Penjalaran Gelombang
GPR perlu diperhatikan kondisi lapangan, Elektromagnetik.
karena kondisi lapangan juga mempengaruhi
hasil yang dihasilkan oleh alat GPR. Jika pada Untuk ruang hampa kecepatan

kondisi lapangan terdapat noise maka itu akan propagansi gelombang elektromagnetik

berpengaruh pada hasil. Oleh sebab itu, untuk sebagai berikut;

mendapatkan hasil yang bagus diperlukan (5)


pengolahan data untuk meminimalisir noise Dimana:
pada data GPR. µ0 = permabilitas dalam ruang hampa (4π x
Salah satu aplikasi penting dari 107 henry/m)
aplikasi gelombang elektromagnetik pada ε0 = permitivitas listrik dalam ruang hampa
salah satu metode geofisika yaitu metode (8.854 x 10-12 farad/m)
Ground Penetrating Radar (GPR). Sedangkan untuk kecepatan
Gelombang elektromagnetik dalam Ground gelombang elektromagnetik dalam medium
Penetrating Radar (GPR) didasarkan atas sebagai berikut;
persamaan Maxwell. Pada persamaan (6)
Maxwell terdapat empat persamaan
Dimana 𝜀𝑟 adalah permitivitas relatif sebuah
differensial yang menyatakan hubungan
medium.
antara medan listrik dan medan magnet, dan
juga menyatakan arah perambatan, transmisi,
Metodelogi mendeteksi beberapa anomali pada sifat
dielektrik material geologi (Warnana, 2008).
Pelaksanaan penelitian dilakukan
Besar frekuensi yang digunakan untuk
sejak awal 2019 dan bertempat di Benteng
penelitian adalah 80 MHz. Dengan
Indrapatra Desa Ladong, Kecamatan Mesjid
menggunakan frekuensi tersebut diperoleh
Raya, Aceh Besar, Aceh. Proses pengambilan
penetrasi kedalaman sekitar 5 – 6 m.
data dilakukan dengan menentukan titik di
Proses akuisisi data dimulai dengan
daerah benteng sehingga dapat diketahui
pembuatan lintasan ukur dimana setiap
anomali untuk menentukan sifat
lintasan yang diukur harus lurus dan
konduktivitas dari bawah permukaan. Titik
memenuhi setiap sudut ruang benteng.
lintasan pengukuran dapat dilihat pada
Selanjutnya dilakukan pengambilan data GPR
Gambar 2 dibawah.
berdasarkan pada lintasan lurus yang telah
ditentukan sebelumnya. Pengambilan data
posisi, dilakukan secara diferensial dengan
metode survei statik singkat menggunakan
Portabel GPS tipe Navigasi.
Data GPR dilakukan dengan software

Gambar 2. Lintasan Pengukuran GRESWIN yang dilengkapi dengan instrumen


yang dirancang untuk menampilkan gambar
Metode GPR juga dikenal sebagai berkualitas tinggi, baik itu secara matrik atau
ground radar atau georadar, merupakan teknik secara 2D (radargram), dengan pilihan
resolusi tinggi penggambaran lapisan dangkal aplikasi yang mencakup semua kebutuhan
dan struktur tanah, menggunakan prinsip- untuk mendeteksi kondisi bawah permukaan.
prinsip perambatan gelombang Setelah kondisi bawah permukaan terdeteksi,
elektromagnetik yang kedalaman dapat dilanjutkan dengan interpretasi data
penetrasinya dan besar amplitudo yang atau perkiraan struktur bawah permukaan
terekam bergantung pada sifat kelistrikan dari hingga dapat diidentifikasi.
batuan atau media bawah permukaan dan Setelah proses pengambilan dan
frekuensi antena yang digunakan. pengolahan data selesai. Selanjutnya adalah
Keuntungan menggunakan gelombang melakukan interpretasi mengenai pencitraan
elektromagnetik adalah bahwa sinyal- bawah permukaan berupa profil penampang
sinyalnya memiliki panjang gelombang relatif 2D (radargram) yang dihasilkan oleh software
pendek yang dapat dibangkitkan dan GRESWIN dengan membaca panduan atau
diradiasikan ke dalam tanah, untuk literatur pada software tersebut, maka akan
diketahui objek di bawah permukaan di bandpass filter (TD), Linear gain, dan
daerah Benteng Indrapatra. Smoothed gain. Hal yang sama dilakukan
pada lintasan 1 hingga lintasan 6 pada benteng
Hasil dan Pembahasan 1.
Pada Gambar 4 adalah hasil
Penelitian ini didapatkan 6 lintasan
pengolahan data yang menunjukkan
pada benteng 1 dan 22 lintasan pada benteng
kedalaman penetrasi gelombang
4, sedangkan benteng 2 dan 3 masih dalam
elektromagnetik 5 m ke bawah permukaan.
keadaan kokoh. Pada penelitian ini setiap
Pada lintasan 7 benteng 4 terdapat reflektor
lintasan memiliki interval jarak bervariasi
gelombang elektromagnetik, yang
antara 3 hingga 10 m, dan pengambilan data
menunjukkan tampilan reflektor dimulai dari
dilakukan sepanjang permukaan yang
3-8 m panjang lintasan, reflektor yang muncul
mengalami kerusakan. Hal ini dimaksudkan
berbentuk gelombang yang menurun dan
dengan kondisi lapangan dan kebutuhan data
memanjang ke bawah, hal tersebut dapat
yang diperlukan.
diasumsikan sebagai reflektor miring
Setelah dilakukan pengumpulan data
sebanding dengan singkapan benteng yang
di lapangan, selanjutnya data hasil
ada di lapangan.
pengukuran GPR menghasilkan gambar yang
diplot dalam tampilan layar komputer berupa
gambar radargram, yaitu jarak pengambilan
data dan kedalaman yang ditempuh. Hasil
pengukuran di lapangan pada lintasan 1
benteng 4 dengan jarak 0-10 m dapat dilihat
Gambar 4. Hasil Pengolahan data pada
pada Gambar 3. lintasan 7 benteng 4

Lintasan pengukuran 3 benteng 1,


diawali dengan medan yang berlubang,
langsung terlihat dari tampilan pada gambar

Gambar 3. Raw data lintasan 1 pada benteng lintasan pengukuran yang menunjukkan
4 tampilan reflektor yang tampak dimulai dari
0-3 m, kemudian tampilan reflektor juga
Proses pengolahan data dari lintasan 1
ditunjukkan pada 3-10 m, yang memanjang
hingga lintasan 22 pada benteng 4, melalui
dan arah gelombangnya cenderung rapat dan
beberapa tahapan yaitu, graphic parameter,
datar disebut sebagai reflektor datar.
move start time, background removal, vertical
Diasumsikan sebagai pantulan dari sebaran batuan yang rapat pada sisa bangunan
batuan yang rapat pada sisa bangunan benteng.
benteng. 5. Reflektor miring adalah reflektor yang
muncul pada lintasan 7 benteng 4, yang
disimpulkan sebagai singkapan benteng
yang ada di lapangan.

Daftar Pustaka
Gambar 5. Hasil pengolahan data pada
Anonymous. (2018), Benteng Indra Patra
lintasan 3 benteng 1
Bukti Sejarah Hindu-Buddha di Aceh:
https://ksmtour.com/informasi/tempat
Kesimpulan wisata/aceh/bentengindrapatrabuktise
jarahhindubuddhadiaceh.html.
Berdasarkan pengukuran dan analisa Diakses pada 18 November 2018.
data yang dilakukan di Benteng Indrapatra Bahri, Ayi Syaeful., Supriyanto., dan Sentosa,
Bagus Jaya. (2010). Penentuan
menggunakan GPR, dapat disimpulkan
Karakteristik Dinding Gua Seropan
sebagai berikut : Gunung Kidul Dengan Metode Ground
1. Metode ini dapat digunakan untuk Penetrating Radar. Prodi Geofisika,
FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh
mengidentifikasi struktur bawah
November, Surabaya.
permukaan dangkal yang dalam penelitian Heteren, V.S., Fitzgerald, D.M., McKinlay,
ini diaplikasikan pada sisa bangunan P.A., and Buynevich, I.V. (1998)
Radar Facies of Paraglacial Barrier
Benteng Indrapatra.
System. Coastal New England,
2. Didapatkan model dari susunan yang USA.Sedimentology.
lengkap dari Benteng Indrapatra yang Knight, R. (2001).Ground Penetrating Radar
merupakan hasil pencitraan pada setiap for Evironment Application.Annu.
Rev. Earth Planet. Sci, Vol. 29, pp.
lintasan pengukuran
229-55.
3. Terlihat ada dua jenis reflektor yang Navvaro, V., Candel, M.Y., Alonso, A.J., and
muncul pada lintasan pengukuran yaitu Garci, B. (2009).Tress, Lateral
Shrinkage and Building Damage.Eng.
reflektor datar pada benteng 1 dan reflektor
Geol. (108): 189-198.
miring pada benteng 4. Supriyanto.(2007). Perambatan Gelombang
4. Reflektor datar adalah reflektor yang Elektromagnetik Edisi I. Departemen
Fisika, FMIPA, Universitas Indonesia,
muncul pada lintasan 3 benteng 1, yang
Depok.
disimpulkan sebagai pantulan dari sebaran Ibrahim, Husaini. 2016. "Laporan Zonasi
Kawasan Cagar Budaya Lamuri."
Laporan Penelitian, Universitas Syiah
Kuala.
Kevonian, Keram. 2014. "Suatu Catatan
Perjalanan di Laut Cina Dalam
Bahasa Armenia." In Lobu Tua:
Sejarah Awal Barus, edited by Claude
Guillot, translated by Daniel Perret,
37-126. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia bekerja sama dengan
Ecole francaise d'Extreme-Orient dan
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Lombard, Denys. 2014. Kerajaan Aceh
Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-
1636). Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai