METODE ELEKTROMAGNETIK
Disusun Oleh:
Della Azaria
140710150032
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Metode elektromagnetik (EM) pada saat ini merupakan salah satu metode geofisika yang
sangat penting dan berpengaruh. Metode elektromagnetik biasanya digunakan untuk eksplorasi
benda-benda konduktif. Dalam komponen metode EM akan ada bentuk variasi konduktivitas
yang dapat digunakan untuk menentukan struktur bawah permukaan. Medan elektromagnetik
yang digunakan dapat berupa pasif dan aktif. Pengukuran pasif contohnya memanfaatkan medan
elektromagnetik yang berasal dari alam dan dari pemancar frekuensi rendah (15-30 kHz) dan
memiliki jangkauan daerah yang luas, sedangkan untuk pengukuran aktif contohnya dengan
membuat sumber elektromagnetik dan mengukur respon yang kita dapatkan. Metode
elektromagnetik ini memiliki beberapa manfaat revolusioner. Contohnya, pada tahun 1997 kita
dapat mengetahui lebih detail patahan San Andreas dengan melakukan terobosan menggunakan
metode imaging pada metode EM untuk melihat struktur internalnya. Selain itu, kita dapat
melakukan studi terhadap anisotropis elektrik sebagai penanda tektonik.
Metode elektromagnetik yang kita ketahui saat ini sudah berkembang sangat jauh sejak
pertama kali dihipotesiskan dapat menjadi alat eksplorasi pada tahun 1951. Hal ini menunjukkan
banyaknya aktivitas yang dilakukan para ahli untuk mengembangkan metode EM agar seperti
sekarang. Maka dari itu kita perlu memahami bagaimana sejarah dan perkembangan metode EM
berlangsung.
BAB II
ISI
Metode elektromagnetik berdasar pada masalah bidang geofisika dan fisika matematika.
Salah satu pengaplikasian metode EM adalah metode magnetotellurik (MT). Pengembangan
metode MT sendiri didorong oleh kurangnya korelasi antara prediksi analisis bola harmonik dari
medan magnet Bumi dan pengukuran pada beberapa observasi yang dilakukan (Neves, 1957).
Seiring dengan berkembangnya penelitian metode MT, Tikhonov (1950) juga menaruh perhatian
pada kemungkinan metode MT sebagai sebuah alat untuk eksplorasi pada kedalaman hebat.
Selain itu, Kato dan Kikuchi (1950) melakukan beberapa pengukuran pada sudut fasa antara
medan listrik dan medan magnetik, yang menunjukkan bahwa mereka bisa muncul dari propagasi
elektromagnetik pada Bumi dengan dua lapisan. Setelah itu, Rikitake (1951) menemukan bahwa
karakteristik elektrik dari kerak Bumi dapat ditentukan dari analisa perubahan arus telurik dan
medan magnetik. Semakin kuatlah pemikiran bahwa metode ini dapat dijadikan alat untuk
eksplorasi.
Pada tahun 1960, Cantwell menulis tentang pendeteksian dan analisis sinyal
magnetotelurik frekuensi rendah. Ia menyatakan bahwa resistivitas yang diperoleh tidak
berasalan. Penelitian dilakukan pada situs penelitian dan sampai saat itu tidak ada kegunaan
metode MT untuk menentukan struktur kerak bumi secara luas, dan belum menjadi literatur.
Sumber dari osilasinya yang mencapai 1 cps berlokasi di ionosfer. Untuk frekuensi yang lebih
tinggi, sub-audio dan audio, sumber yang paling memungkinkan adalah petir dan gangguan
atmosferik lokal lain. Sumber medan MT berada di luar bumi diidentifikasi oleh frekuensi tinggi
dan skin depth yang dangkal. Walaupun sampai tahun 1960 hanya sedikit percobaan yang dibuat
untuk mengorganisir dasar penggunaan frekuensi di bawah 1 cps untuk menentukan struktur
konduktivitas Bumi, frekuensi audio sudah membuat alat berprospek bernama AFMAG. Seperti
yang dijelaskan Ward dkk (1958) dan Ward (1959), metode ini menentukan bidang polarisasi
medan magnetik dengan mengukur komponen-komponennya. Penyelesaian permasalahan umum
pada masa ini belum diaplikasikan dengan analitik. Namun, sudah memungkinkan untuk
menggunakan persamaan beda hingga dalam menentukan persamaan diferensialnya. Lalu
persamaan diferensial tersebut dapat diselesaikan dengan kommputer digital maupun analog, dan
saat itu sedang dikerjakan oleh Geophysics Group di MIT. Dalam kasus satu dimensi,
pengukuran MT (sounding) pada satu tempat sudah cukup untuk menghasilkan struktur
konduktivitas bawah permukaan. Dalam kasus dua dimensi, garis data sepanjang fitur dua
dimensi akan dibutuhkan untuk membuat suatu interpretasi. Pada tahun ini juga ditemukan
adanya noise atau gangguan, yang diklasifikasikan sebagai komplikasi Bumi. Bahwa sinyal yang
memiliki gangguan, hanya dapat terlihat saat mengambil data. Contohnya gambar 1.1 berikut
Setelah itu, tahun 1961 terdapat dua penelitian yang fokus pada penggunaan karakteristik listrik
pada batuan mineral (Madden) dan konduktivitas listrik pada mantel Bumi (Eckhardt). Aplikasi
pada proses induksi magnetik untuk menjelajah konduktivitas interior Bumi pada saat itu hanya
mengambil variasi diurnal dari medan geomagnetik dan transien waktu badai magnetik yang pada
prinsipnya hanya beberapa hari saja. Chapman dan Whitehead (1923) pertama kali menanganinya
dengan menganggap adanya “inti” tengah, yang dilingkupi oleh cangkang yang menginsulasi dan
ditutupi oleh cangkang konduktif. Kemudian Lahiri dan Price (1939) menjabarkan teori untuk
“inti” Bumi dimana konduktivitasnya bervariasi sebagai suatu daya dari jarak tengah Bumi, dan
mereka juga menganggap variasi waktu diurnal dan waktu badai dalam hal ini. Model mereka
memerlukan bahwa konduktivitas Bumi bertambah dengan drastis pada kedalaman 700 km. Pada
percobaan yang dilakukan, diperoleh data akhir konduktivitas terhadap kedalaman.
Selanjutnya metode EM lebih fokus kepada prinsip konduktivitas dan pada Swift, 1960, meneliti
tentang “efek pantai”. Efek ini, yang merupakan kemajuan dari medan magnetik vertikal dekat
garis pantai yang berasosiasi dengan medan telurik pada daratan mengarah ke pantai, dikarenakan
kontras lateral pada konduktivitas di antara laut yang konduktif dan mantel samudra serta benua
yang lebih resistif.
Mulai dari tahun 2010, MT dimanfaatkan sebagai salah satu metode yang dipakai saat
melakukan penelitian daerah geotermal, yakni untuk mengestimasi porositas dan permeabilitas
batuan reservoir dengan data MT tersebut. Pada tahun 2013, MT mulai dipakai untuk
mengkarakterisasi zona transisi kerak Bumi, dengan menganalisa data MT dan
mengkorelasikannya dengan kerak yang ada di daerah penelitian, yakni Tibet. Dan pada
penelitian terbaru yakni tahun 2015, imaging MT multidimensi mulai dipakai untuk struktur
kerak dan mantel Bumi di daerah penelitian Morocco.
a. kemiripan dari rekaman yang beriringan pada tempat yang dipisahkan hingga beribu mil.
b. pada waktu dan tempat yang sama spektrum frekuensi dari komponen listrik dan magnetnya
identik.
d. sudut fasa di antara vektor medan listrtik dan vektor medan magnet adalah fungsi dari waktu.
Asal muasal dari medan magnetotelurik diperkirakan dari pergerakan lembaran arus besar
dalam ionosfer. Gelombang elektromagnetik dari panjang gelombang yang sangat besar
dihasilkan oleh arus luar angkasa, yang sampai ke Bumi akan direfleksikan, direfraksikan, dan
didifraksikan oleh struktur geologi. Tujuan metode MT adalah untuk mengeliminasi materi
bawah permukaan tanah alami dari pola medan elektromagnetik permukaan Bumi.
Anggap bahwa gelombang dari bidang terpolarisasi secara magnetik bertemu dengan
struktur dua dimensi. Vektor magnetiknya dapat dijelaskan dengan satu komponen sepanjang
sumbu z, Hz; Hy dan Hx adalah nol. Vektor listriknya, mempunyai komponen Ex dan Ey.
Gambar 2.1 Gelombang dari bidang terpolarisasi secara magnetik bertemu dengan struktur dua
dimensi
Sebagaimana diketahui bahwa k (Bumi) >>> k (udara). Maka dari itu kita dapat
memperhitungkan bahwa konstanta propagasi k untuk udara sama dengan nol dibandingkan
dengan konstanta propagasi k untuk Bumi. Maka, tidak ada arus vertikal pada permukaan
pemisah udara dengan Bumi, sehingga Ey = 0.
Begitupun dengan keseragaman medan listrik pada permukaan Bumi. Gelombang bidang yang
terpolarisasi secara elektrik, dalam struktur dua dimensi, medan listrik permukaannya konstan.
Kemudian, karena dari persamaan Maxwell:
dan
- polarisasi magnetik: Hx=0, Hy=0, dan Hz=konstan. Ex=f(x), Ey=0, dan Ez=0.
- polarisasi elektrik: Hx=g(x), Hy=0, dan Hz=0. Ex=0, Ey=0, dan Ez=konstan.
Gambar 2.4 Skin depth dan level sinyal dalam fungsi resistivitas dan frekuensi
Contoh model material yang dapat diidentifikasi antara lain:
- Konduktivitas tinggi
Aluminium resistivitas (r-m): 1.73 x 10-8
Grafit resistivitas (r-m): 1.4 x 10-5
- Konduktivitas sedang
Magnetit resistivitas (r-m): 3.6 x 10-4
Pirit resistivitas (r-m): 2.4 x 10-4
- Kondutivitas rendah
5N NaCl resistivitas (r-m): 5 x 10-2
Air asin resistivitas (r-m): 2 x 10-1
Air tawar resistivitas (r-m): 50
Pada penelitian dengan batuan mineral, tujuannya adalah untuk mendapatkan magnitude
impedansi polarisasi elektroda yang memungkinkan. Hasilnya cukup sederhana, di mana pada
semua pengukuran yang dilakukan atau berasal dari literatur, faktor dominan pada frekuensi
audio adalah impedansi Warburg, dan impedansi ini memiliki orde magnitude yang sama pada
setiap kasus. Sikap dari elektroda yang berbeda mulai bevariasi pada frekuensi rendah ketika
parameter lain mulai menjadi lebih penting. Reaksi ini melibatkan ion dengan konsentrasi sekitar
1-10 x 10-5 mol/liter, dan aktivasi standar level energi bebas sekitar 7 Kcal/mol di atas level
energi ion.
BAB III
KESIMPULAN
Metode elektromagnetik yang kita ketahui saat ini sudah berkembang sangat jauh sejak pertama
kali dihipotesiskan dapat menjadi alat eksplorasi pada tahun 1951. Hal ini menunjukkan
banyaknya aktivitas yang dilakukan para ahli untuk mengembangkan metode EM agar seperti
sekarang. Sejarah dan perkembangan yang dilalui seperti identifikasi adanya indikasi perlapisan
interior Bumi hingga modeling multidimensi MT untuk mengestimasi porositas dan
permeabilitas batuan di daerah potensi geotermal menjadikan metode EM salah satu metode
yang terdepan dalam penelitian kegeofisikaan.
DAFTAR PUSTAKA
Block. 2013. An alternative method for estimating the porosity and the permeability of (potential) geothermal
reservoirs using magnetotelluric data; A case study of the Sherwood Sandstone Group in the Lough Neagh Basin,
Northern Ireland. Utrecht University.
Cantwell. 1960. Detection and Analysis of Low Frequency Magnetotelluric Signals. MIT.
Eckhardt. 1961. Geomagnetic Induction and the Electrical Conductivity of the Earth's Mantle. MIT.
Kiyan. 2015. Multidimensional magnetotelluric imaging of crustal and uppermost mantle structures of the Atlas
Mountains of Morocco. Istanbul Technical University.
Madden. 1961. Electrical Polarization and its Influence on the Electrical Properties of Mineralized Rocks.
MIT.