Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS METODE AUDIOMAGNETOTELLURIC DALAM KAJIAN

GEOTHERMAL
Agry Yoel Tumbelaka1, Magdalena Manus2, Teriovina Gita Tatiwung3
Program Studi Fisika, Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: agrytumbelaka104@student.unsrat.ac.id

ABSTRAK
Metode AMT adalah teknik geofisika yang menggunakan sinyal audio frekuensi
rendah untuk mengukur perubahan resistivitas bawah permukaan bumi. AMT bertujuan
untuk memahami dan mengidentifikasi sumber panas geothermal serta struktur geologi yang
terkait. Geothermal merupakan sumber energi terbarukan yang penting dan memiliki potensi
besar untuk memenuhi kebutuhan energi dunia. Namun, untuk mengidentifikasi dan
memetakan potensi geothermal yang ada, diperlukan teknik investigasi yang efektif dan
akurat. Berbagai aspek dan prinsip dasar metode AMT dijelaskan secara detail. Metode ini
menggabungkan pengukuran medan listrik dan medan magnetik pada rentang frekuensi
rendah hingga menengah. Data yang dihasilkan dari pengukuran ini dapat memberikan
informasi tentang resistivitas dan konduktivitas batuan di bawah permukaan. Aplikasi metode
AMT dalam kajian geothermal meliputi pemetaan struktur geologi bawah permukaan,
identifikasi zona reservoar panas, dan karakterisasi sistem reservoir geothermal. Metode
AMT telah berhasil digunakan untuk memetakan pola aliran fluida panas, menentukan
kedalaman dan ketebalan reservoir, serta mengevaluasi potensi produksi geothermal.
Beberapa faktor seperti keberagaman litologi dan kondisi hidrogeologi dapat mempengaruhi
interpretasi data AMT. Oleh karena itu, integrasi dengan teknik geofisika lainnya dan model
pemodelan yang akurat diperlukan untuk mengatasi hambatan tersebut. Secara keseluruhan,
menunjukkan bahwa metode audiomagnetotelluric adalah alat yang efektif dan bermanfaat
dalam kajian geothermal. Dengan menggunakan metode ini, para peneliti dan praktisi dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang karakteristik geologi dan potensi produksi
panas bumi di suatu daerah.

Ⅰ. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia berada pada zona tumbukan 3 lempeng, di antaranya Indo-Australia,
Eurasia dan Pasifik (Helmi, Kurniawan dan Adam, 2020). Tumbukan antar lempeng ini
menyebabkan terbentuknya gunung api aktif dengan potensi panas bumi yang tinggi.
Sebelum memulai suatu tahapan eksplorasi, pentingnya dilakukan identifikasi lokasi sebaran
panas bumi, untuk mengetahui titik-titik sumber panas bumi tersebut. Beragam metode untuk
mengetahui struktur bawah permukaan, termasuk dengan metode AMT (Audio
Magnetotellurik). Keberadaan sesar menjadi kontrol dalam siklus hidrologi pada daerah
panas bumi. Dalam mengidentifikasi sesar dan pengontrol sistem panas bumi yang lain dari
suatu lokasi diperlukan metode geofisika yang relevan untuk menggambarkan sistem yang
mengontrol panas bumi. Metode geofisika yang relevan adalah audio magnetotellurik (AMT).
Metode geofisika yang relevan adalah audio magnetotellurik (AMT). Metode AMT
merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan medan elektromagnetik (EM)
alam metode ini baik untuk memetakan resistivitas batuan bawah permukaan (Suryadi,
Haerudin et.all, 2019).
Metode audio magnetotelurik (AMT) adalah metode pencitraan elektromagnetik pasif
(EM) yang mengandalkan pelepasan listrik dari petir sebagai sumber energinya. Pelepasan ini
menghasilkan medan EM dalam rentang frekuensi 1 - 10000 Hz dan medan merambat
melalui pandu gelombang lossy yang ditentukan oleh permukaan bumi dan ionosfer bawah.
Karena rentang frekuensinya, metode AMT cocok untuk memetakan kontak dan struktur
geologi antara beberapa puluh meter dan kedalaman beberapa km, dan telah diterapkan
secara luas dalam eksplorasi mineral, air tanah, panas bumi, dan tektonik (Shan, Kalscheuer
et all, 2017).

1.2. Rumusan Masalah

Dalam review ini, beberapa rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:

a. Apa prinsip dasar dari metode Audio Magnetotelluric (AMT) dan bagaimana metode ini
dapat diterapkan dalam kajian geothermal?
b. Bagaimana metode AMT dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memetakan sumber
panas geothermal serta struktur geologi yang terkait?
c. Apa saja penelitian terkait yang telah dilakukan menggunakan metode AMT dalam kajian
geothermal dan apa temuan utama dari penelitian tersebut?
d. Apa keunggulan dan batasan dari metode AMT dalam kajian geothermal?
e. Apa tantangan yang dihadapi dalam penerapan metode AMT dalam kajian geothermal dan
bagaimana tantangan tersebut dapat diatasi?
f. Apa potensi pengembangan metode AMT dalam kajian geothermal di masa depan?

1.3. Tujuan Review

Tujuan dari review jurnal ini adalah untuk mengevaluasi dan menyajikan analisis
metode Audio Magnetotelluric (AMT) dalam konteks kajian geothermal. Review ini
bertujuan untuk memahami keefektifan, keunggulan, dan batasan metode AMT dalam
mengidentifikasi dan memetakan potensi geothermal, serta untuk membahas tantangan dan
potensi pengembangan metode ini dalam kajian geothermal.

Ⅱ. LANDASAN TEORI
2.1. Metode AMT
Metode AMT adalah salah satu metode elektromagnetik domain frekuensi yang
memanfaatkan variasi alami medan magnet bumi sebagai sumbernya. Metode pengukuran
magnetotelurik (MT) dan audio magnetotelurik (AMT) secara umum adalah sama,
perbedaannya hanya pada cakupan frekuensi yang ditangkap. Semakin kecil frekuensi yang
dihasilkan maka semakin dalam hasil survei yang diperoleh. Metode MT memperoleh data
dari frekuensi 0.0000129 Hz sampai 400 Hz (periode sekitar 21.5 jam), sedangkan metode
AMT memperoleh data dari frekuensi 0.1 Hz sampai 10 kHz, di mana sumbernya berasal dari
alam (arus telurik yang terjadi sekitar ionosfer bumi) (Setyani. A, 2017).
Dalam metode Audio-MT, sinyal arus listrik alami yang dihasilkan oleh aktivitas
seismik di bawah permukaan bumi dicuplik ke frekuensi audio dan direkam oleh perekam
digital. Kemudian, sinyal tersebut diproses untuk menghasilkan spektrum frekuensi yang
dapat digunakan untuk menentukan resistivitas batuan di bawah permukaan bumi. Sinyal
yang ditangkap oleh alat magnetotellurik merupakan sinyal yang berasal dari medan
elektromagnetik total yaitu medan elektromagnetik yang berasal dari gelombang primer dan
sekunder.
Gelombang elektromagnetik yang tertransmisi ke dalam bumi akan berinteraksi
dengan medium yang memiliki nilai tahanan jenis tertentu. Hasil dari interaksi tersebut
mengakibatkan terjadinya induksi yang menyebabkan terbentuknya arus telluric dan medan
magnet sekunder. Sinyal yang ditangkap oleh alat magnetotellurik merupakan sinyal yang
berasal dari medan elektromagnetik total yaitu medan elektromagnetik yang berasal dari
gelombang primer dan sekunder, seperti pada gambar berikut:

Gambar 2.1.1. Penjalaran Gelombang Elektromagnetik (Daud dalam Ruliah, 2012)


Metode audiomagnetotelluric didasarkan pada prinsip bahwa bumi dapat dianggap
sebagai medium konduktif yang mempengaruhi propagasi gelombang elektromagnetik.
Medan listrik dan medan magnetik eksternal yang dikenakan ke permukaan bumi akan
merambat ke dalam tanah dan menghasilkan respons gelombang yang mencerminkan kondisi
konduktivitas dan dielektrik bawah permukaan. Gelombang elektromagnetik dapat merambat
melalui bahan konduktif seperti batuan dengan frekuensi tertentu. Perambatan gelombang ini
dipengaruhi oleh hukum induksi Faraday dan hukum Ampere, yang menjelaskan hubungan
antara medan listrik dan medan magnetik dalam medium konduktif.
2.2. Teori Dasar AMT
Dasar dari metode MT maupun AMT adalah persamaan Maxwell yang berkaitan
dengan listrik dan magnet. Persamaan Maxwell yang menggabungkan hukum Faraday,
hukum Ampere, hukum Coloumb dan hukum kontinuitas fluks magnet. Bentuk persamaan
Maxwell adalah sebagai berikut:
Di mana: E = medan listrik (Volt/m), B = fluks atau induksi magnetik (Weber/m 2 atau Tesla),
H = medan magnet (A/m), D = perpindahan listrik (Coloumb/m2), q = kerapatan muatan
listrik (Coloumb/m3) (Simpson dan Bahr, 2005).

Metode audiomagnetotelluric didasarkan pada prinsip induksi elektromagnetik.


Ketika medan magnetik variabel dengan frekuensi tertentu melintasi suatu konduktor, medan
listrik akan terinduksi di sekitarnya sesuai dengan hukum induksi Faraday. Sebaliknya, ketika
medan listrik variabel melintasi konduktor, medan magnetik akan terinduksi sesuai dengan
hukum Ampere. Prinsip ini memungkinkan pengukuran medan listrik dan medan magnetik
sebagai respons terhadap gelombang elektromagnetik yang merambat melalui bumi.
Gelombang elektromagnetik yang merambat melalui bumi akan mengalami
perubahan propagasi akibat sifat konduktif dan dielektrik bahan di dalamnya. Medan listrik
dan medan magnetik yang dipancarkan dari sumber eksternal akan mengalami pemantulan,
refraksi, dan difraksi saat merambat melalui lapisan bumi yang memiliki variasi
konduktivitas dan dielektrik. Dengan menganalisis respons gelombang ini, dapat diperoleh
informasi tentang distribusi konduktivitas dan dielektrik bawah permukaan.
Metode AMT mencakup rentang frekuensi yang luas, mulai dari frekuensi audio
(beberapa hertz hingga kilohertz) hingga frekuensi magnetotelurik (beberapa puluh hingga
beberapa ratus hertz). Rentang frekuensi yang digunakan dipilih berdasarkan sensitivitas
konduktivitas bumi pada setiap rentang tersebut. Frekuensi yang lebih rendah memberikan
informasi tentang struktur konduktif dalam skala yang lebih besar, sementara frekuensi yang
lebih tinggi memberikan resolusi yang lebih baik pada skala yang lebih kecil.
Data pengukuran medan listrik dan medan magnetik yang diperoleh dari metode
AMT diolah menggunakan analisis matematis kompleks. Transformasi Fourier digunakan
untuk menganalisis spektrum frekuensi dari respons gelombang yang diukur. Dengan
menganalisis karakteristik spektral, seperti amplitudo dan fase, serta hubungan antara medan
listrik dan medan magnetik, dapat dilakukan inversi untuk memperoleh model konduktivitas
dan dielektrik bawah permukaan.

2.3. Pengukuran Metode AMT


Peralatan yang digunakan untuk merekam sinyal gelombang elektromagnetik dapat
dilihat pada Gambar 2.3 yang mana dapat diketahui bahwa dalam proses pengukuran MT
terdapat tiga sensor magnetik (Hx, Hy, Hz) dan empat sensor elektrik.
Gambar 2.3.1. MT field layout (Daud, 2010)
Dalam pengukuran metode AMT terdapat beberapa alat utama yaitu main unit, empat
buah elektroda (porouspot) yang dipasang pada sumbu X (Ex) dua elektroda pada sumbu Y
(Ey) dan sensor sinyal magnetik (Hx, Hy dan Hz). Kedua sensor (listrik dan magnetik)
dipasang dengan cara ditanam untuk meminimalisir pergeseran. Pengukuran metode
audiomagnetotelluric (AMT) melibatkan langkah-langkah yakni sebagai berikut yakni,
persiapan lapangan, penempatan Elektroda, pengukuran Medan Listrik, penempatan
Magnetometer, pengukuran Medan Magnetik, pemantauan dan Kontrol Kualitas, pengolahan
Data.

Ⅲ. PEMBAHASAN/DISKUSI
Prinsip dasar dari metode Audio Magnetotelluric (AMT) adalah memanfaatkan
respons gelombang elektromagnetik pada rentang frekuensi rendah hingga menengah untuk
mendapatkan informasi tentang sifat konduktivitas dan dielektrik bawah permukaan. Metode
ini menggabungkan pengukuran medan listrik dan medan magnetik pada permukaan bumi
untuk memperoleh pemahaman tentang struktur geologi dan potensi geothermal di suatu area.
Metode Audio Magnetotelluric (AMT) dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan
memetakan sumber panas geothermal serta struktur geologi yang terkait dengan
menggunakan informasi tentang konduktivitas dan dielektrik bawah permukaan. Dengan
memanfaatkan respons gelombang elektromagnetik yang dihasilkan dari metode AMT, baik
konduktivitas maupun dielektrik di bawah permukaan dapat diidentifikasi dan dipetakan. Hal
ini membantu dalam mengidentifikasi dan memetakan sumber panas geothermal, serta
memahami struktur geologi yang terkait.
Metode Audio Magnetotelluric (AMT) telah digunakan dalam beberapa penelitian
terkait kajian geothermal. Seperti Penentuan patahan dan pola aliran menjadi sangat penting
dalam eksploasi panas bumi untuk mengetahui lokasi reservoir secara tepat. Hasil yang
didapatkan menujukkan, patahan yang terbentuk berupa patahan turun ke arah barat laut
menuju arah tengah Gunung dan pusat saluran fluida berada diarea antara kunjir dan Cugung.

Gambar 3.1. Penampang lintang vertikal tahanan jenis dari metode AMT
Selain itu Metode AMT juga dapat memetahkan struktur karbonat dan patahan di
bawah permukaan. Dalam konteks interpretasi karbonat, metode AMT memiliki peran yang
penting. Karbonat, seperti batu kapur dan dolomit, adalah jenis batuan yang umum dijumpai
dan memiliki karakteristik yang unik dalam hal sifat listriknya. Sifat-sifat listrik ini dapat
digunakan sebagai petunjuk dalam mengidentifikasi dan memahami lingkungan pengendapan
dan distribusi karbonat di dalam formasi batuan.
Gambar 3.2. Interpretasi Karbonat (McPhee, 2016)
Gambar 3.2 menampilkan interpretasi data AMT yang dikumpulkan di Nevada yang
menunjukkan struktur karbonat dan patahan di bawah permukaan. Struktur yang
digambarkan dalam cekungan juga dapat menunjukkan lokasi sesar intra-cekungan dan sesar
frontal di sebelah timur yang mendefinisikan pengangkatan karbonat (McPhee, 2016). Prinsip
kerja interpretasi data pada Geothermal sama halnya dengan kerja pada Karbonat. Misalnya
pada interpretasi bawah permukaan di Gedongsongo, Jawa Tengah.

Gambar 3.3. Model resistivitas dari inversi data 2D dengan metode audio magnetotellurik,
penampang utara-selatan di sumber Panas Bumi Gedongsongo (Widarto et.all, 2017)
Zona resistivitas rendah terdapat di bagian selatan daerah tersebut seperti yang
ditunjukkan oleh penampang A dan B, juga didukung oleh penampang C. Secara ortogonal,
zona yang sama juga terdapat di bagian bagian barat daerah survei seperti yang ditunjukkan
pada bagian D. Di sisi lain, zona resistivitas tinggi dapat ditemukan terutama di bagian utara
daerah survei, memanjang dari barat ke timur. Zona resistivitas rendah hingga menengah
dapat disimpulkan sebagai batuan penutup sistem panas bumi di daerah tersebut, sedangkan
zona resistivitas tinggi dapat disimpulkan sebagai batuan reservoir utama di daerah tersebut.
Selain itu, antarmuka batuan penutup-batuan reservoir diperkirakan berada pada kedalaman
300-400 meter di atas permukaan laut (mdpl) atau secara umum 600-700 meter di bawah
permukaan.
Metode Audio Magnetotelluric (AMT) memiliki beberapa keunggulan dan batasan
dalam kajian geothermal. Keunggulan dari AMT yakni dapat memberikan resolusi lateral
yang baik atau kemampuan untuk memetakan variasi konduktivitas dan dielektrik di bawah
permukaan dengan detail, mencakup rentang frekuensi rendah hingga menengah, yang
memungkinkan penilaian yang lebih baik terhadap kondisi konduktivitas dan dielektrik di
bawah permukaan, metode non-invasif yang tidak memerlukan pengeboran sumur atau
intervensi fisik pada permukaan tanah. Sedangkan untuk batasannya sendiri yakni, pada
rentang frekuensi yang dapat diamati, rentan terhadap gangguan elektromagnetik eksternal
seperti aktivitas manusia, peralatan listrik, atau gelombang radio, pemrosesan data yang
kompleks dan memerlukan keahlian khusus dalam analisis dan interpretasi data, serta kondisi
geologi dan hidrogeologi di area studi.
Penerapan metode Audio Magnetotelluric (AMT) dalam kajian geothermal dapat
menghadapi beberapa tantangan. Misalnya, rentan terhadap gangguan elektromagnetik
eksternal, seperti aktivitas manusia, peralatan listrik, atau gelombang radio. Solusi atau
Upaya yang dapat dilakukan seperti memilih lokasi pengukuran yang terpencil dari sumber
gangguan, mengatur jadwal pengukuran di waktu dengan gangguan elektromagnetik
minimal, dan menggunakan teknik pemfilteran dan pengolahan data untuk menghilangkan
noise yang tidak diinginkan. Kemudian, kondisi geologi yang heterogen atau anisotropik di
area studi dapat mempengaruhi interpretasi data AMT. Solusi atau upaya yang dapat
dilakukan yakni penggunaan model 3D dan pendekatan inversi yang lebih kompleks dapat
memperhitungkan heterogenitas dan anisotropi dalam model geologi, menghasilkan
interpretasi yang lebih akurat. Selanjutnya, area studi geothermal mungkin memiliki
keterbatasan akses terhadap lokasi pengukuran yang ideal, seperti daerah pegunungan, hutan
lebat, atau lingkungan yang sulit dijangkau. Solusi atau upaya yang dapat dilakukan yakni
pemilihan titik pengukuran yang terbaik yang tersedia dan pemilihan jalur pengukuran yang
optimal dapat membantu mengatasi keterbatasan ini. Penggunaan teknologi pemrosesan data
yang canggih, seperti metode migrasi dan interpolasi spasial, juga dapat membantu mengisi
celah data dan memperoleh informasi yang lebih lengkap.
Pengembangan metode Audio Magnetotelluric (AMT) dalam kajian geothermal di
masa depan memiliki beberapa potensi yang menarik seperti, penggunaan peralatan dan
teknologi yang lebih canggih, pengembangan metode inversi yang lebih maju, integrasi
dengan data multidisiplin, penerapan metode AMT di lingkungan yang sulit, pemantauan
Geothermal Berkelanjutan.

Ⅳ. KESIMPULAN

Analisis metode Audio Magnetotelluric (AMT) dalam kajian geothermal memiliki


potensi besar dalam mengidentifikasi, memetakan, dan memahami sumber panas geothermal
serta struktur geologi yang terkait. Dalam kajian geothermal, metode AMT dapat
memberikan beberapa manfaat dan informasi penting, seperti:
a. Identifikasi Sumber Panas Geothermal: Metode AMT dapat membantu mengidentifikasi
potensi sumber panas geothermal di bawah permukaan dengan memodelkan variasi
konduktivitas dan dielektrik. Data AMT dapat memberikan informasi tentang distribusi
suhu dan reservoir panas geothermal yang potensial.
b. Pemetaan Struktur Geologi: Dengan resolusi lateral yang baik, metode AMT
memungkinkan pemetaan struktur geologi yang terkait dengan sumber panas geothermal.
Informasi ini membantu dalam pemahaman tentang sifat batuan, rekahan, dan hubungan
geologi yang mempengaruhi penyebaran panas bumi.
c. Karakterisasi Hidrogeologi: Metode AMT dapat memberikan informasi tentang kondisi
hidrogeologi, termasuk pergerakan air tanah dan saluran air panas. Ini penting dalam
pemahaman tentang aliran panas dan sirkulasi air di dalam reservoir geothermal.
d. Pemantauan Geothermal: Dalam pemantauan geothermal berkelanjutan, metode AMT
dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan dalam konduktivitas dan dielektrik bawah
permukaan. Hal ini membantu dalam pemahaman tentang perubahan suhu, kondisi
reservoir, dan kemungkinan masalah operasional yang dapat mempengaruhi produksi
panas geothermal.
Meskipun metode AMT memiliki beberapa tantangan dan batasan, seperti gangguan
elektromagnetik dan keterbatasan frekuensi, dengan pemahaman yang tepat dan penerapan
yang cermat, metode ini tetap menjadi alat yang berharga dalam kajian geothermal. Potensi
pengembangan metode AMT di masa depan, melalui penggunaan teknologi yang lebih
canggih, integrasi data multidisiplin, dan peningkatan kemampuan dalam kondisi lingkungan
yang sulit, akan semakin meningkatkan kontribusinya dalam pemahaman dan pengelolaan
sumber daya panas bumi.
Secara keseluruhan, metode AMT adalah metode yang kuat dalam kajian geothermal,
memberikan informasi penting tentang potensi geothermal, struktur geologi, dan kondisi
hidrogeologi. Dengan penerapan yang tepat, metode ini dapat berkontribusi dalam
pengembangan energi panas bumi yang berkelanjutan dan berpotensi menjadi sumber energi
yang penting di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Aboud, E., Lashin, A., Zaidi, F., Al-Bassam, A., Al Arifi, N., Abu Anbar, M., & Al-
Homadhi, E. (2023). Audio Magnetotelluric and Gravity Investigation of the
High-Heat-Generating Granites of Midyan Terrane, Northwest Saudi Arabia.
Applied Sciences, 13(6), 3429.
Amin, S.S. (2016). Aplikasi metode geofisika elektromagnetik Audio Magnetotelluric (AMT)
terhadap prospek dari caprock panas bumi lapangan “M” daerah pariangan,
tanah datar, Sumatera Barat (Doctoral dissertation, UPN" Veteran"
Yogyakarta).
Grandis, H., & Sumintadireja, P. (2017, April). Improved Pseudo-section Representation for
CSAMT Data in Geothermal Exploration. In IOP Conference Series: Earth
and Environmental Science (Vol. 62, No. 1, p. 012035). IOP Publishing.
Haerudin, N., & Despa, D. (2020). Penentuan Patahan dan Saluran Fluida Panas Bumi
Rajabasa Bagian Selatan dengan Kombinasi Metode Second Horizontal
Derivatif (SHD) dan Audio Magnetotelluric (AMT). Jurnal Profesi Insinyur
Universitas Lampung, 1(1), 11-19.
Hamdalah, H. (2016). Metode MT, CSAMT, dan TDEM terintregrasi untuk mendesain model
konseptual panas bumi lapangan wayang windu Jawa Barat (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Hamdi, H., Qausar, A.M., & Srigutomo, W. (2016, August). CSAMT Data Processing with
Source Effect and Static Corrections, Application of Occam's Inversion, and
Its Application in Geothermal System. In Journal of Physics: Conference
Series (Vol. 739, No. 1, p. 012057). IOP Publishing.
Helmi, H., Kurniawan, H., & Adam, W. (2020). Kontrol geologi terhadap permunculan
manifestasi panas bumi di kawasan gunung lawu. Kurvatek, 5(1), 1-9.
Hidayat, W., & Hamdalah, H. (2019). Analisa Geoelectrical Strike Metode AMT untuk
Identifikasi Awal Potensi Sistem Panas Bumi di Daerah Gunung Pancar Bogor
Jawa Barat. Jurnal Offshore: Oil, Production Facilities and Renewable
Energy, 3(1), 23-29.
Idral, A. (2010). Struktur geologi bawah permukaan daerah panas bumi waesalit berdasarkan
analisa data gaya berat. Buletin Sumber Daya Geologi, 5(1), 17-26.
Pratama, R., Resta, I.L., Farid, F., & Joni, W. (2021). Identifikasi lapisan bawah permukaan
daerah prospek panas bumi songa-wayaua berdasarkan metode
magnetoteluric. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, 22(2), 45-53.
Putriyana, L., Ladiba, A.F., & Soekarno, H. (2021). Simulasi pengembangan lapangan panas
bumi sirung pantar, kabupaten Alor, Nusa tenggara timur. Ketenagalistrikan
dan Energi Terbarukan, 20(1), 1-12.
Setyani, A. (2017). Investigasi bawah permukaan segmen cibeber zona sesar cimandiri, jawa
barat dengan metode audio magnetotelurik (amt) (Bachelor's thesis, Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas islam negeri syarif hidayatullah Jakarta).
Shan, C., Kalscheuer, T., Pedersen, L.B., Erlström, M., & Persson, L. (2017). Portable audio
magnetotellurics-experimental measurements and joint inversion with
radiomagnetotelluric data from Gotland, Sweden. Journal of Applied
Geophysics, 143, 9-22.
Sukowati, R. Identifikasi Panas Bumi Menggunakan Metode Audio Magnetotelurik (AMT).
Suryadi, S., Haerudin, N., Karyanto, K., & Sudrajat, Y. (2019). Identifikasi struktur bawah
permukaan lapangan panas bumi Way ratai berdasarkan data Audio
Magnetotelluric (AMT). JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi), 3(1), 85-97.
Susilawati, S., & Mustopa, E.J. (2017). Application of Controlled Source Audio
Magnetotelluric (Csamt) at Geothermal. Jurnal Neutrino: Jurnal Fisika dan
Aplikasinya, 9(2), 39-43.
Terpadu, T.S. (2005). Penyelidikan Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika Daerah Panas
Bumi Jaboi, Pulau Weh, NAD.
Tripaldi, S. (2020). Electrical signatures of a permeable zone in carbonates hosting local
geothermal manifestations: insights for the deep fluid flow in the Gargano area
(south-eastern Italy). Bollettino di Geofisica Teorica ed Applicata, 61(2).
Zani, F.R. Identifikasi Struktur Sistem Panas Bumi Daerah X Menggunakan Metode
Magnetotellurik dan Data Well Log (Bachelor's thesis, Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Zhao, G., Liu, Y., Hu, L., Bian, K., Qin, S., Liu, F., & Hu, J. (2022). Inversion of the
Temperature and Depth of Geothermal Reservoirs Using Controlled Source
Audio Frequency Magnetotellurics and Hydrogeochemical Method. Frontiers
in Earth Science, 10, 521.
Zhu, J., Li, P., & Chen, H. (2023). Exploration of geothermal resources using comprehensive
electromagnetic method. Energy Exploration & Exploitation,
01445987231168710.
ZHU, Jie, et al. (2022). Geothermal resource exploration in magmatic rock areas using a
comprehensive geophysical method. Geofluids, 2022, 1-12.

Anda mungkin juga menyukai