Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN

“DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BAWAH TANAH”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah MEKANIKA BATUAN DAN


TEROWONGAN

Dosen Pengampu : Andesta Granitio Irwan, S.T., M.T.

Disusun Oleh :

Sepriyanto Andika Putra (210541017)

FAKULTAS TEKNIK DAN SAINS


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG

2023/2024
Pokok Bahasan
 Tegangan Pada Massa Batuan
 Tegangan Insitu
 Tegangan Induksi
 Zona Plastis

Tegangan Pada Massa Batuan


Massa batuan pada lokasi yang dalam akan mengalami tegangan in situ yang dihasilkan
oleh:

 Tegangan gravitasi adalah tegangan yang disebabkan oleh berat suatu benda atau
material yang menumpuk di atas suatu titik di dalam kerak bumi. Ini merupakan
tegangan yang dihasilkan oleh gaya gravitasi yang bekerja pada massa batuan atau
tanah di bawah permukaan tanah. Tegangan gravitasi meningkat secara linear dengan
kedalaman, mencerminkan akumulasi berat material di atas suatu titik. Tegangan
gravitasi memainkan peran penting dalam rekayasa geoteknik, memengaruhi desain
pondasi, analisis stabilitas lereng, dan berbagai aspek penilaian geologi dan
geoteknik.
 Tektonic stress, atau tegangan tektonik, merujuk pada gaya atau tekanan yang
dihasilkan oleh aktivitas tektonik atau gerakan kerak bumi. Aktivitas tektonik ini
dapat mencakup pergeseran lempeng tektonik, subduksi, atau interaksi kompleks
antara lempeng-lempeng di bawah permukaan bumi. Tegangan tektonik menyebabkan
deformasi dan perubahan dalam lapisan kerak bumi.
 Residual stress, atau tegangan residu, merujuk pada tegangan internal yang masih ada
di dalam suatu benda atau struktur meskipun tidak ada beban eksternal yang bekerja
padanya. Tegangan residu dapat terbentuk selama proses pembuatan atau perlakuan
termal, dan mereka dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja bahan atau struktur

Tegangan Insitu
 Tegangan In-Situ (Tegangan Insitu):

Tegangan in-situ adalah tegangan yang ada dalam tanah atau batuan pada kondisi
alamiah sebelum adanya aktivitas manusia atau pekerjaan rekayasa. Ini mencakup
tegangan vertikal, lateral, dan geser yang hadir di suatu lokasi tertentu. Pemahaman
tentang tegangan in-situ penting dalam merencanakan dan menganalisis struktur
bawah tanah, seperti terowongan atau tambang.

σ=ρgz
ρ = bobot isi batuan (ton/m3)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
 Tegangan Vertikal (σz):Definisi:

Tegangan vertikal adalah tegangan yang bekerja sepanjang sumbu vertikal, yaitu tegangan
yang diakibatkan oleh berat sendiri tanah atau batuan di atas suatu titik. Tegangan ini dapat
dinyatakan dengan rumus σz = ρgh, di mana ρ adalah berat jenis tanah atau batuan, g adalah
percepatan gravitasi, dan h adalah kedalaman.

 Tegangan Lateral (σx dan σy): Horizontal

Definisi: Tegangan lateral merujuk pada tegangan yang bekerja sepanjang sumbu horizontal
(x dan y). Tegangan lateral dapat disebabkan oleh beban lateral, seperti beban dari struktur
bangunan atau tekanan lateral dari tanah di sekitarnya. Perubahan tegangan lateral dapat
menyebabkan deformasi atau pergeseran tanah atau batuan.

Sheorey (1994) mengusulkan persamaan:

Eh = Modulus deformasi bagian atas dari kulit bumi yang diukur pada arah horisontal
dalam Gpa

Z = kedalaman dalam m
Tegangan Induksi

Dalam mekanika batuan dan rekayasa terowongan, "tegangan induksi" merujuk pada
perubahan tegangan yang terjadi dalam batuan sebagai hasil dari aktivitas rekayasa atau
konstruksi, terutama yang terkait dengan pembuatan terowongan. Proses ekskavasi
terowongan dan pemberian dukungan struktural dapat mempengaruhi distribusi tegangan di
sekitar terowongan, menciptakan tegangan tambahan atau redistribusi tegangan yang sudah
ada.

Dalam konteks ini, tegangan induksi dapat melibatkan perubahan dalam tegangan normal
(tegangan vertikal atau lateral) maupun tegangan geser pada batuan sekitar terowongan.
Faktor-faktor yang menyebabkan tegangan induksi meliputi:

1. Ekskavasi Terowongan:

 Proses penggalian tanah atau batuan untuk membentuk terowongan dapat


menyebabkan redistribusi tegangan dan deformasi di sekitar terowongan.

2. Pemasangan Dukungan:

 Penambahan dukungan, seperti dinding penahan, baut anker, atau sistem penyangga
lainnya, dapat mempengaruhi distribusi tegangan di dalam batuan sekitar terowongan.

3. Perubahan Tekanan Air Tanah:

 Aktivitas konstruksi terowongan dapat mempengaruhi tekanan air tanah di sekitar


terowongan, yang dapat memainkan peran dalam redistribusi tegangan.

4. Beban Tambahan:

 Pemasangan beban tambahan di atas terowongan, seperti gedung atau lalu lintas,
dapat memodifikasi distribusi tegangan di batuan sekitar terowongan.

5. Interaksi Struktur Tanah:


 Kontak dan interaksi antara struktur terowongan dan batuan sekitarnya dapat
menciptakan kondisi tegangan tambahan.

Persamaan Kirsch (1898), yang merupakan persamaan yang sangat penting dalam
mekanika batuan dan rekayasa terowongan untuk menganalisis distribusi tegangan di sekitar
lubang silinder. Persamaan Kirsch memberikan solusi analitik untuk tegangan dalam suatu
bahan elastis isotropik di sekitar lubang silinder. Persamaan ini seringkali digunakan dalam
konteks penggalian bawah tanah, terutama terowongan, di mana penggalian dapat dianggap
sebagai lubang silinder yang baru terbentuk.

Persamaan Kirsch menggambarkan tegangan radial (σrσr) dan tegangan tangensial (σθσθ)
di sekitar lubang silinder. Untuk kasus terowongan, jika menganggap terowongan sebagai
suatu lubang silinder, persamaan ini dapat memberikan gambaran distribusi tegangan di
sekitarnya.

Beberapa rumus dasar persamaan Kirsch untuk tegangan radial dan tangensial adalah
sebagai berikut:

di mana:

 K adalah faktor amplitudo yang tergantung pada jenis masalah dan kondisi batuan.
 r adalah jarak dari titik dalam batuan ke pusat lubang (terowongan).
 Θ adalah sudut dari titik tersebut terhadap sumbu terowongan.

Penggunaan persamaan Kirsch memungkinkan insinyur untuk memahami distribusi


tegangan di sekitar terowongan dan membantu dalam merencanakan dukungan terowongan
atau tindakan mitigasi lainnya yang diperlukan untuk menjaga kestabilan struktur dan
mencegah potensi kegagalan. Harap dicatat bahwa persamaan ini memberikan solusi untuk
kasus batuan elastis isotropik dan beberapa asumsi tertentu, dan hasilnya dapat diterapkan
dengan hati-hati tergantung pada kondisi proyek yang sebenarnya.
Distribusi Tegangan

• Gambar tersebut menjelaskan tegangan mayor dan minor pada sekitar lubang
bukaan sirkular (circular).

• Elemen (mesh) pada gambar memberikan prinsip tegangan yang bekerja pada
sekitar lubang bukaan

• Akibat adanya lubang bukaan maka arah dari tegangan normal di-belokkan
melalui dinding lubang bukaan.
Zona Plastis

 Merupakan zona di luar lubang bukaan yang terpengaruh oleh tegangan yang
bekerja

Zona di luar lubang bukaan yang terpengaruh oleh tegangan yang bekerja
sering disebut sebagai "Zona Non-Perturb" atau "Zona Tak Terpengaruh." Ini adalah
area di sekitar lubang atau terowongan di mana kondisi tegangan dan deformasi relatif
sedikit dipengaruhi oleh keberadaan lubang tersebut. Dalam zona ini, materi
cenderung mengalami perubahan tegangan yang lebih kecil dibandingkan dengan
zona sekitar lubang yang lebih dekat.

 Zona ini biasanya digambarkan sebagai radius sebagai bentuk dari pengaruh
tegangan
Zona di luar lubang bukaan yang terpengaruh oleh tegangan dapat
direpresentasikan dalam bentuk kurva atau grafik yang menunjukkan distribusi
tegangan sepanjang radius dari pusat lubang. Kurva ini sering disebut sebagai "kurva
tegangan–radius" atau "kurva tegangan–jarak."

Dalam representasi ini, tegangan pada suatu titik di sekitar lubang diplot
sebagai fungsi dari jarak atau radius dari pusat lubang. Beberapa karakteristik umum
dari kurva tegangan–radius melibatkan:

1. Pusat Lubang:
o Pusat lubang merupakan titik di mana radius (jarak dari pusat) sama
dengan nol. Pada pusat lubang, tegangan sering kali mencapai nilai
maksimum.
2. Kurva Abduksi:
o Kurva tegangan–radius umumnya memiliki bentuk abduksi, yaitu tegangan
menurun seiring dengan peningkatan jarak dari pusat lubang. Ini
mencerminkan distribusi tegangan di sekitar lubang.
3. Radius Kritis:
o Radius kritis adalah radius di mana distribusi tegangan mencapai nilai
minimum dan di mana efek dari lubang terhadap tegangan paling sedikit
terasa. Di luar radius kritis, zona non-perturb dimulai.
4. Zona Non-Perturb:
o Di zona non-perturb, tegangan cenderung mendekati nilai-nilai aslinya
sebelum ekskavasi atau pembuatan lubang. Kurva tegangan–radius dapat
memberikan gambaran tentang sejauh mana zona non-perturb meluas.

 Pada zona plastis, terutama pada tanah lempung atau batuan yang dapat
mengalami deformasi plastis, terdapat potensi ketidakstabilan lubang bukaan
akibat adanya gaya geser dan gaya tarik. Beberapa faktor yang menyebabkan
potensi ketidakstabilan tersebut melibatkan:

1. Gaya Geser (Shear Forces):


o Zona plastis dapat menyebabkan terjadinya gaya geser di sekitar tepi
lubang. Peningkatan tegangan geser dapat menyebabkan retakan atau slip
di dalam tanah atau batuan di sekitar lubang.
2. Gaya Tarik (Tensile Forces):
o Gaya tarik dapat muncul di zona plastis terutama ketika terjadi perubahan
volume atau penurunan tanah. Gaya tarik ini dapat mempengaruhi
stabilitas lereng dan kestabilan umum lubang bukaan.

Anda mungkin juga menyukai