Anda di halaman 1dari 23

DISTRIBUSI TEGANGAN DI SEKITAR TEROWONGAN

MEKANIKA BATUAN MTT6202


DISTRIBUSI TEGANGAN SEBELUM
TEROWONGAN DIBUAT

2
PENYEBAB KETIDAKSTABILAN TEROWONGAN
(HOEK AND BROWN, 1980)

Aliran air bawah tanah Tegangan Insitu atau


yang berlebihan tegangan terinduksi
3 1 yang berlebihan

Alterasi batuan yang tidak 4 2


Struktur Geologi yang
menguntungkan tidak menguntungkan
KESTABILAN TEROWONGAN

Penyelesaian Kestabilan
Terowongan

Pengujian Perhitungan
Laboratorium Teoritis

(#)
TEGANGAN MULA-MULA / AWAL
1. Tegangan Gravitasi (Gravitational Stress)
¡ Terjadi karena berat tanah atau OB di atasnya
¡ Dapat dihitung secara teoritis :
¡ so = g. H
¡ so = tegangan mula-mula
g = density tanah / batuan
H = Jarak dari permukaan tanah

2. Tegangan Tektonik (Tectonic Stress)


¡ Akibat geseran-geseran pada kulit bumi yang terjadi pada waktu yang lampau
maupun saat ini, seperti pada saat terjadi sesar dan lain-lain

3. Tegangan Sisa (Residual Stress)


¡ Tegangan yang masih tersisa , walaupun penyebab tegangan tersebut sudah
hilang yang berupa panas pada kulit bumi (#)
TEGANGAN TERINDUKSI

¡ Sebelum penggalian è massa batuan dalam kondisi setimbang


¡ Setelah penggalian è kesetimbangan terganggu dan mengubah distribusi
tegangan

Jika sebuah lubang bukaan dibuat pada massa batuan :


¡ Batuan yang tidak tergali akan terkena beban lebih besar daripada saat
sebelum batuan tersebut digali karena bagian yang harus menerima
beban tersebut telah hilang
¡ Tegangan awal secara lokal akan berubah menjadi tegangan terinduksi
¡ Distribusi tegangan di sekitar terowongan berbeda dari sebelum
terowongan tersebut digali

(#)
(#)
TEGANGAN VERTIKAL (TEORITIS)

¡ Secara teoritis tegangan vertikal pada kedalaman tertentu (z meter)


adalah sama dengan berat per satuan luas dari batuan yang ada di
atasnya
¡ Dinyatakan dengan pendekatan matematis sebagai berikut
s =r g z

r = bobot isi batuan (ton/m3)


g = percepatan gravitasi (m/det2)
Z = kedalaman (m)
¡ Pengukuran tegangan insitu di beberapa lokasi baik tambang maupun
sipil (Hoek & Brown, 1980) menunjukkan bahwa besar tegangan
vertikal dapat didekati dengan persamaan.

(#)
TEGANGAN VERTIKAL V.S KEDALAMAN

(#)
TEGANGAN HORIZONTAL (TEORITIS)

¡ Pendekatan teoritis untuk tegangan horisontal lebih sulit dilakukan


daripada tegangan vertikal, namun tegangan horisontal pada beberapa
kondisi dapat dinyatakan berikut
sH = sv k
=k.g.z
Keterangan :
g = r.g
k = perbandingan antara tegangan horisontal terhadap tegangan vertikal.
konstanta k dapat dihitung dengan menggunakan poisson’s ratio hasil uji
kuat tekan uniaksial di laboratorium
#
!=
1−#
n = poisson’s ratio
(#)
PERHITUNGAN TEGANGAN INSITU SECARA TEORITIS
Persamaan tidak selalu
s v = r.g.z Persamaan bisa digunakan
è Hasil sesuai sH = sv k bisa digunakan è Hasil
tidak selalu sesuai
DISTRIBUSI TEGANGAN
DI SEKITAR TEROWONGAN

12
DISTRIBUSI TEGANGAN
¨ Menurunkan persamaan tegangan radial (sr), tegangan tangensial (sq)
dan tegangan geser (trq)

13
RUMUS KIRSCH (1898)

(#)
ASUMSI : KONDISI IDEAL

1. Geometri Terowongan
a. Penampang terowongan dianggap lingkaran dengan jari-jari R
b. Terowongan terletak pada bidang horisontal
c. Terowongan terletak pada kedalaman H >> R (H > 20 R)
d. Terowongan sangat panjang, sehingga dapat digunakan hipotesa
regangan bidang (plane strain)
2. Kondisi batuan : kontinyu, homogen , isotrop
3. Keadaan tegangan mula-mula (initial stress) hidrostatik
so = g. H
4. Symetrical Revolution di sekeliling Oz
15
ASUMSI : KONDISI IDEAL

(#)
JARAK PENGARUH TEROWONGAN

(#)
KUAT TEKAN PADA BATUAN BERLAPIS / TIDAK ISOTROP

(#)
Massa Batuan Berlapis (Duffaut, 1981)

EVOLUSI LUBANG BUKAAN


BERBENTUK LINGKARAN

Daerah Tarikan

(#)
MASSA BATUAN BERLAPIS (DUFFAUT, 1981)

¨ Tahap 1 :
Runtuhan geseran timbul
di sekitar titik A di mana
kuat tekannya paling
kecil, kemudian
berkembang sampai
berbentuk profil BCD

¨ Tahap 2 :
Terbentuknya span yang tinggi CC’ dari lapisan batuan memungkinkan
terbentuknya rekahan pada dinding
¨ Tahap 3 :
Lengkungan dari lapisan yang dinyatakan oleh deformasi sudut CEC’ dengan
bukaan yang membentuk baji (wedge) di E. Sesudah batuan yang hancur
dibersihkan, maka kontur akhir CFC’ lebih stabil dari kontur semula (CEC’)
(#)
DAERAH PLASTIK
¡ Jari-jari elastik dibatasi oleh lingkaran berjari-jari R’
¡ Dihitung dengan rumus Kastner :

¡ R’ = jari-jari daerah plastik


R’
¡ R = jari-jari lubang bukaan
¡ f = sudut geser dalam R

¡ l = (1+sin f)/(1-sin f)
(#)
PERBANDINGAN TEGANGAN sq / sV

(#)

Anda mungkin juga menyukai