Anda di halaman 1dari 27

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

BAB VI
STABILITAS BENDUNG
VI.1 Gaya-gaya yang bekerja pada tubuh bendung
VI.1.1 Gaya tekanan air.
Tekanan air yang diperhitungkan dalam perencanaan bendung umumnya
adalah tekanan hidrostatis, yang besarnya tergantung dari kedalaman titik yang
ditinjau dari permukaan air. Besarnya tekanan air ini dihitung menurut rumus :
p = w . h
Dimana :
p = Tekanan air kN/m2.
w = Berat jenis air kN/m3.
H = Kedalaman titik yang ditinjau ( m ).
Tekanan air tersebut bekerja ke semua arah, sehingga arah gaya yang
bekerja pada suatu bidang, tergantung pada posisi bidang tersebut. Untuk bidang
yang vertikal, maka gaya yang bekerja mempunyai arah horizontal. Sebaliknya
untuk bidang horizontal, gaya yang bekerja mempunyai arah vertical. Besarnya
gaya yang bekerja adalah sebedar luas bidang dikalikan tekanan air rata-rata pada
bidang tersebut.
Tekanan air yang bekerja pada tubuh bendung, tidak hanya diperhitungkan
terhadap bagian bendung yang ada diatas tanah, tetapi juga terhadap bagian
bendung yang menerima tekanan air tanah karena berada dibawah tanah. Dengan
demikian tekanan air tanah pada tubuh bendung, dihitung dengan cara diatas
dimana kedalaman diukur terhadap muka air hulu.
Tekanan air tersebut dihitung dalam 2 kondisi : kondisi banjir dan kondisi
normal. Pada waktu banjir muka air hulu setinggi muka air banjir dan muka air
dihilir sesuai dengan lengkung debit untuk debit sebesar debit banjir rencana.

VI.1.2 Gaya tekanan Lumpur.


Tekanan Lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung atau terhadap
pintu dapat dihitung menurut rumus :

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

dimana :
Ps = gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas lumpur yang bekerja
horizontal.
s = berat lumpur, kN/m3.
h = dalamnya lumpur, meter.
 = sudut gesekan dalam, derajat.
Beberapa andaian/asumsi dapat dibuat seperti berikut :

dimana :
s’ = berat volume kering tanah  16 kN/m3 (  1600 kgf/m3 )
G = Berat jenis butir = 2,65
menghasilkan s = 10 kN/m3 (  1000 kgf/m3 )
Sudut gesekan dalam, yang bias diandaikan 30o untuk kebanyakan hal,
menghasilkan :
Ps = 1,67 h2

VI.1.3 Berat sendiri bangunan.


Berat sendiri bangunan bergantung pada bahan yang digunakan untuk
membangun bendung. Untuk tujuan perencanaan pendahuluan, digunakan harga-
harga berat volume berikut ini.
Pasangan batu 22 kN/m3 (  2200 kgf/m3 )
Beton tumbuk 23kN/m3 (  2300 kgf/m3 )
Beton bertulang 24kN/m3 (  2400 kgf/m3 )
Berat volume beton tumbuk bergantung kepada berat volume agregat serta
ukuran maksimum kerikil yang digunakan. Untuk ukuran maksimum agregat 150
mm dengan berat volume 2,65 maka berat volumenya lebih dari 24kN/m3 (  2400
kgf/m3 )

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

VI.1.4 Gaya gempa.


Harga-harga gaya gempa dihitung menurut ketentuan sebagai berikut :

K=G.E ;

dimana :
K = Gaya akibat gempa
G = Berat sendiri bendung
E = Koeffisien gempa.
ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2
ac = percepatan kejut dasar, cm/dt2
g = percepatan gravitasi  980 cm/dt2
z = Koeffisien zona
n, m = koeffisein jenis tanah
Sedangkan besarnya percepatan kejut dasar tergantung dari periode ulang,
seperti pada daftar berikut ini.
Periode ulang 20 tahun ac = 85 cm/dt2
100 tahun 160 cm/dt2
500 tahun 225 cm/dt2
1000 tahun 275 cm/dt2
Untuk harga-harga diantaranya dapat dilakukan interpolasi.

Besarnya koeffisien tanah adalah sebagai berikut.


Jenis tanah n m
Batu 2,76 0,71
Diluvium 0,87 1,05
Aluvium 1,56 0,89
Aluvium lunak 0,29 1,32
Besarnya koefisien zona dapat dilihat pada gambar berikut ini. Harga-harga
tersebut didasarkan pada peta Indonesia yang menunjukkan berbagai daerah dan
resiko. Faktor minimum yang akan dipertimbangkan adalah 0,1 g percepatan
gravitasi sebagai harga percepatan. Gaya gempa yang didapat dari rumus tersebut

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

diperhitungkan bekerja horizontal menuju kearah yang paling tidak aman yaitu
arah hilir.
Peta tersebut berasal dari peta yang diterbitkan oleh DPMA dalam tahun
1981 dengan judul “ Peta Zona Seismik untuk Perencanaan Bangunan Air Tahan
Gempa “ Peta tersebut dikutip dari buku Standar Perencanaan Irigasi. Pada peta
tersebut pulau-pulau di Indonesia dibagi menjadi 5 daerah dengan parameter
gempa yang berbeda.

VI.1.5 Reaksi pondasi.


Pondasi ditinjau sebagai pondasi
jalur dengan panjang sesuai dengan
lebar bendung, sedangkan lebarnya
sesuai dengan lebar pondasi
bendung. Reaksi pondasi dihitung
sebagai reaksi akibat gaya normal
dan reaksi akibat momen guling
yang terjadi. Kombinasi
pembebanan akibat kedua reaksi
ini akan menghasilkan diagram
tekanan yang berbetuk trapezium,
seperti ditunjukkan pada gambar
berikut ini.
Gambar 6.1 Reaksi Pondasi Bendung.

Reaksi pondasi akibat gaya normal :

Dan akibat Momen :

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Kombinasi keduanya akan menghasilkan :

dimana :
n = Reaksi pondasi akibat gaya normal.
m = Rekasi pondasi akibat momen.
b = lebar pondasi
B = panjang pondasi yang ditinjau (= 1 meter)
e = eksentrisitas gaya normal.
Kalau tekanan akibat momen lebih besar dari tekanan akibat gaya normal,
maka dengan mengambil nilai kurang ( - ) pada rumus diatas, akan didapat nilai
negatip, sehingga terjadi tekanan tarik pada pondasi. Ini berarti pondasi akan lepas
dari tanah dasar, karenanya tekanan akibat momen tidak boleh lebih besar dari
tekanan akibat gaya normal.
Dengan kondisi tersebut, besarnya gaya reaksi tanah adalah sebesar gaya
normal ( N ), yang mempunyai titik tangkap bergeser sebesar eksentrisitas gaya
normal ( e ). Eksentrisitas ini diukur dari titik tengah pondasi.

VI.2 Kebutuhan Stabilitas Bendung.


VI.2.1 Ketahanan Terhadap Guling.
Tinjauan terhadap guling ini dilakukan pada bidang yang bidang potongan
yang paling lemah. padatubuh bendung dengan potongan seperti berikut ini,
bendung kemungkinan terguling menurut bidang A – A ; B – B atau C –

Gambar 6.2 Kemungkinan Retaknya Bendung

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Kerena ketebalan C – C paling kecil, maka kemungkinan retak terlebih


dahulu adalah di C – C. Mengingat pula antara bidang B – B dengan C – C masih
ada gaya – gaya yang akan memperbesar kemungkinan terjadinya guling.
Kalau pada potongan tersebut momen yang menggulingkan lebih besar dari
momen yang menahan, maka itu berarti pada potongan tersebut akan terjadi
tegangan tarik pada pasangan batu atau beton. Mengingat beton atau pasangan
batu tidak mungkin menahas tegangan tarik, maka momen yang menggulingkan
harus lebih kecil dari momen yang menahan. Selain pada potongan, juga perlu
ditinjau kemungkinan terguling pada tanah dasar. Sesuai dengan perhitungan
reaksi pondasi yang telah dibahas diatas, reaksi pondasi harus selalu merupakan
tekan. Kalau terjadi tarik, maka itu berarti pondasi akan terlepas dari tanah dasar
dan tidak seluruh pondasi akan didukung oleh tanah dasar. Karena itu agar tidak
terjadi tarik, maka resultante gaya tekan harus berada pada inti. Ini akan terjadi
kalau besarnya eksentrisitas ( e ) lebih kecil dari 1/6 lebar pondasi ( b ).
Tegangan yang terjadi harus ditinjau terhadap daya dukung tanah. Besarnya
perkiraan daya dukung izin, menurut Standar Perencanaan Irigasi ytang menyadur
dari British Standard of Practice CP 2004, adalah sebagai berikut ini .
Daftar 6.1 Daya dukung izin berdasarkan jenis tanah.
Jenis Daya dukung
kN/m3 kgf/cm2
1 batu sangat keras 10.000 100
2 batu kapur/batu pasir keras 4.000 40
3 kerikil berkerapatan sedang atau pasir dan 200 – 600 2–6
kerikil
4 pasir berkerapatan sedang 100 – 300 1–3
5 lempung kenyal 150 – 300 1,5 – 3
6 lempung teguh 75 – 150 0,75 – 1,5
7 lempung lunak dan lanau < 75 < 0,75

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Dapat juga dihitung berdasar rumus Terzaghi seperti yang diuraikan berikut ini.

dimana :
qa = daya dukung izin, kN/m2
qu = daya dukung batas, kN/m2
F = Faktor keamanan ( 2 sampai 3 ).
 = berat volume tanah, kN/m3
z = kedalaman pondasi dibawah permukaan tanah, meter.
c = tegangan kohesi, kN/m2
Nc,Nq dan N = factor-faktor daya dukung tak berdimensi seperti pada grafik
berikut.
,  = factor tak berdimensi, untuk pondasi jalur  = 1 dan  = 0,5.
Faktor-faktor daya dukung

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

VI.2.2 Ketahanan terhadap gelincir.


Suatu bendung dinyatakan tahan terhadap gelincir kalau tangen  lebih
kecil dari koeffisen gesekan, yang dapat dhitung menurut rumus :

dimana :
(H) = Seluruh gaya horizontal yang bekerja pada bendung , kN.
(V–U) = Keseluruhan gaya vertikal ( V ), dikurangi dengan
gaya tekan yang bekerja keatas pada bendung, kN.
 = sudut resultante semua gaya terhadap garis vertikal,
derajat.
f = koeffisien gesekan.
S = Faktor keamanan.
Besarnya koeffisien gesekan untuk berbagai bahan menurut Standar Perencanaan
Irigasi adalah sebagai berikut :
Bahan f
Pasangan batu pada pasangan batu 0,60 – 0,75
batu keras berkualitas baik 0,75
Kerikil 0,50
Pasir 0,40
Lempung 0,30
Menurut Standar Perencanaan Irigasi itu pula, untuk bangunan-bangunan kecil,
harga-harga factor keamanan ( S ) adalah :
 Kondisi pembebanan normal 2,0
 Kondisi pembebanan ekstrim 1,25.
Yang dimaksud dengan pembebanan ekstrim adalah :
 Tidak ada aliran diatas mercu selama gempa atau,
 Banjir rencana maksimum.

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

VI.2.3 Stabilitas Terhadap Erosi Di bawah Tanah


Seperti telah diuraikan dalam bab VIII, dengan adanya pembangunan
bendung, maka akan terjadi perbedaan tinggi muka air antara dihulu bendung
dengan dihilirnya. Perbedaan ini akan mengakibatkan terjadinya rembesan karena
tekanan air. Karena tubuh bendung terdiri dari bahan yang kedap air, maka
rembesan akan terjadi melalui bawah tubuh bendung. Kalau hambatan pada
bawah tubuh bendung ini lebih kecil dibanding dengan tekanan air tersebut , maka
pada ujung hilir bendung akan terjadi aliran air .
Aliran air tersebut dapat membawa serta butir-butir tanah yang ada dibawah
bendung dan kalau ini tidak dicegah, maka akan mengakibatkan kerusakan pada
tubuh bendung. Untuk mencegah erosi bawah tanah ini perlu dibuat konstruksi
lindung seperti : lantai muka, dinding halang, filter pembuang atau konstruksi
pelengkap.

VI.2.3.1 Tebal lantai kolam olakan.


Agar lantai kolam olakan tidak retak karena terangkat keatas, maka tebal
kolam olakan harus dapat mengimbangi tekanan keatas oleh air. Berdasar prinsip
ini, maka tebal lantai kolam olakan dihitung menurut rumus :

dimana :
dx = tebal lantai pada titik x,meter.
px = tekanan air keatas pada titik x, kg/m2.
wx = kedalaman air pada titik x, meter.
 = berat jenis bahan, kg/m3.
S = Koeffisien keamanan.
Besarnya koeffisien keamanan diambil = 1,5 untuk kondisi normal dan = 1,25
untuk kondisi ekstrim.

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Gambar 6.3 Tebal Lantai Kolam Olakan.

VI.2.3.2 Dinding Tegak.


Dinding sayap sebelah udik bendung yang sering disebut juga dinding tegak
umumnya merupakan dinding penahan tanah.
Beban yang bekerja pada dinding penahan tanah ini adalah :
 Berat sendiri dinding.
 Berat tanah di belakang dinding.
 Tekanan tanah aktip dan pasip.
 Tekanan air dan air tanah.
 Gaya gempa.
Kondisi pembebanan yang ditinjau adalah kondisi sesudah banjir, dimana
air tanah di belakang dinding mempunyai ketinggian setinggi muka air banjir,
tetapi muka air didepan dinding, setinggi muka air normal.
Standar Perencanaan Irigasi menentukan ukuran tembok tegak yang
tingginya kurang dari 3 meter, seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 6.4 Potongan Dinding Tegak untuk Tinggi Kurang dari 3 Meter

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Gambar kiri adalah potongan melintang dinding tegak yang mempunyai dinding
depan vertikal. Sedangkan pada gambar kanan adalah dinding tegak dengan
dinding depan miring, dengan kemiringan kurang dari 1 : 1/13.

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Analisa Perhitungan
Stablitas Bendung

1. Berat Sendiri Tubuh Bendung


Konstruksi bendung mempunyai berat jenis t = 2,20 t/m 3. Untuk
mempermudah perhitungan, konstruksi dibagi menjadi beberapa segmen :

Mx My
SEGME A X(m Y(m
LUAS =A. =A.
N (m2) ) )
X Y
0.5 1.5
1 1.00 x 0.81 5.73 1.24 4.64 1.01
4 0
0.5 1.5
2 0.50 x 0.83 5.64 2.42 4,66 0.80
4 3
1.0 0.7
3 0.50 x 0.41 4.79 3.51 1.96 1.44
1 7
1.2 0.7
4 0.50 x 0.51 4.03 3.51 2.07 1.81
7 7
1.7 3,3
5 1.00 x 3.94 2.38 2.38 9.39 9.39
3 4
1.4 2.2
6 0.50 x 3.23 2.65 1.74 8.55 5.61
6 1
1.4 1.0
7   x 1.49 2.46 0.51 3.66 0.76
6 2
1.0 1.8
8 0.50 x 1.89 0.34 1.15 0.64 2.17
2 5
1.0 1.8
9   x 1.85 0.88 0.50 1.63 0.93
0 5
14.9 37.2 24.2
  ∑ total    
6 0 6

Titik Berat pada tubuh bendung :

Berat Bendung : G =∑A.t


= 14,96. 2,2 t/m3
= 32,912 ton

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Momen Tahan : MT = G . x
= 32,912. 2.487
= 81,852 ton.m

2. Akibat Gaya Gempa


Bendung harus diperhitungkan juga terhadap gempa, yaitu dengan
mengalikan gaya horizontal yang bekerja pada titik berat bendung dengan
koefisien gempa, koefisien gempa berdasarkan pada peta gempa dan kondisi
daya dukung tanah.
Besar gaya gempa :
k = G. f Dimana : G = berat bendung
f = koefisien gempa (0,03 – 0,07)
= 32,912 . 0,05
= 1,6456 ton ( )
Momen guling yang terjadi akibat gempa, ditinjau terhadap
potongan II - II.
MG = k . y
= 1,6456 . 1.654
= 2,721 ton.m ( )

3. Akibat Tekanan Lumpur


Pada waktu bendung telah bereksploitasi, maka dengan itu akan
menimbulkan timbunan endapan di depan mercu bendung, endapan lumpur
yang terjadi diumpamakan setinggi mercu.
Diketahui : = 27o
L = 1,2 t/m3
h = 2,33 m
h1 = 0,77 m
hO = 1,53 m

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Besarnya gaya-gaya (satuan satu meter)


P1 = ½ . L . h2 . Ka . 1 m
= ½ . 1,2 . (2.33)2. 0,376 .1 = 1,225 ton
MG = P1 . y1
= 1,225. 2.69
= 3,295 ton.m

P2 = ½ . L . a . h
= ½ . 1,2 . 1.56 . (2/3 . h)
= ½ . 1,2 . 1.56 (2/3 . 2.33)
= 1,454 ton
MT = P2 . x2
= 1,454 .5.49
= 7,982 ton.m

4. Akibat Tekanan Air.


Dalam hal ini air ditinjau dalam 2 kondisi, yaitu :
a. Kondisi air normal (setinggi bendung) = 2,33 m
b. Kondisi air banjir (4,55 + Hu) = 2,33 + 1,020 = 3,350 m
Diperhitungkan bahwa gaya tekan yang bekerja adalah setiap meter lebar mercu
dan gaya momen adalah dititik " R ".

a. Kondisi air Normal


Diketahui : w = 1 t/m3
h = 2,33 m
ho = 1,53 m

Besarnya gaya-gaya :
W1 = ( w . h ) . ½ . h . 1 m
= ( 1 . 2,33 ) . ½ . 2,33 . 1
= 2,714 ton
y1 = 2,68 m

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

MG = W1. y1
= 2,714 . 2,68
= 7,273 ton.m
W2 = ½.a.P
= ½ . 1,55 . 2,33
= 1,806 ton
x2 = 5,54 m
MT = W2. x2
= 1,806 . 5,54
= 10,004 ton.m

Data yang didapat :


- Gaya horizontal ke kanan : W1 = 2,714 ton.
- Gaya vertikal ke bawah : W2 = 1,806 ton
- Momen Guling : MG = 7,273 ton.m
- Momen Tahan : MT = 10,004 ton.m

b. Kondisi Air Banjir.


Diketahui : w = 1 t/m3
h = 2,33 m
ho = 1,33 m
Besarnya gaya-gaya :
W1 = 0,5. a . h2 . w . 1 m
= 0,5. 2 . 3,06 . 1 . 1
= 3,06 ton
y1 = 3,02 m
MG1 = W1. y1
= 3,06 . 3,02
= 9,241 ton.m
W2 = a. H2 . w . 1 m
= 1,66. 1,02. 1 . 1
= 1,693 ton

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

x2 = 3,62 m
MT2 = W2. x2
= 1,693. 3,62
= 6,129 ton.m

W3 = ½ . h . a . w . 1 m
= ½ . 2,33 .1,55. 1 . 1
= 1,806 ton
y3 = 4,04 m
MG3 = W3. x3
= 1,806 . 4,04
= 7,295 ton.m
W4 = 0,5. a. h4. w . 1 m
= 0,5. 1,66 . 1,29 . 1. 1
= 1,071 ton
X4 = 3,40 m
MT4 = W4. y4
= 1,071 . 3,40
= 3,641 ton.m
W5 = ½ . a . h5 . w . 1 m
= ½ . 0,93 . 1,02 . 1 . 1
= 0,474 ton
Y5 = 4,22 m
MG5 = W5. X5
= 0,474 . 4,22
= 2,00 ton.m
W6 = ½ . h6 .h . w . 1 m
= ½ 2,11 .1,68 . 1 . 1
= 1,772 ton
X6 = 1,50 m
MT6 = W6. y6

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

= 1,772. 1,50
= 2,658 ton.m
W7 = ½ . h7 .h . w . 1 m
= ½ 0.43 . 0.94 . 1 . 1
= 0,202 ton

Y7 = 0,28 m
MG7 = W7. y7
= 0,202 . 0,28
= 0,057 ton.m
W8 = ½ . h8 .h . w . 1 m
= ½ 1,5 . 2,08 . 1 . 1
= 1,56 ton
X8 = 0,44 m
MT8 = W8. X8
= 1,56 . 0,44
= 0,686 ton.m
W9 = ½ . h9 .h . w . 1 m
= ½ 0,31 . 0,43 . 1 . 1
= 0,067 ton
Y9 = 0,14 m
MG9 = W9. Y9
= 0,067 . 0,14
= 0,009 ton.m
W10 = h10 .h . w . 1 m
= 0,43. 0,57 . 1 . 1
= 0,245 ton
X10 = 0,28 m
MT10 = W10. Y10
= 0,245 . 0,28
= 0,069 ton.m

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

WX kn = W1 + W3 + W5 = 3,06 + 1,806 + 0,474 = 5,340 ton


Wx kr = W7 + W9 = 0,202 + 0,069 = 0,271 ton
Wy = W2 + W4 + W6 + W8 + W10
= 1,693 + 1,071 + 1,772 + 1,560 + 0,245 = 6,341 ton
MG = MG1 + MG3 + MG5 + MG7 + MG9
= 9,241 + 9,583 + 0,057 + 0,009 = 18,89 ton.m
MT = MT2 + MT4 + MT6 + MT8 + MT10
= 6,129 + 3,641 + 2,658 + 0,686 + 0,069 = 10,525 ton.m

Data yang didapat :


- Gaya horizontal ke kanan :W = 5,340 ton.
- Gaya horizontal ke kiri :W = 0,271 ton.
- Gaya vertikal ke bawah :W = 6,341 ton
- Momen Guling : MG = 18,890 ton.m
- Momen Tahan : MT = 10, 525 ton.m

5. Akibat Tekanan Tanah.


Tekanan tanah dibedakan menjadi 2, yaitu tekanan tanah aktif dan tekanan
tanah pasif.
Data tanah : s = 1,65 t/m3
 = 27o

Tekanan tanah yang terjadi :


Pa1 = s . Ka . h . ½ . h . 1 m
= 1,65 . 0,376 . 1 . ½ . 1,51 . 1
= 0,468 ton
y = 0,85 m
MG1 = Pa1 . y
= 0,468 . 0,85
= 0,398 ton.m

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Pa2 = s . Ka . h . ½ . h . 1 m
= 1,65 . 0,376 . 1,51 . ½ . 2,13 . 1
= 0,998 ton
y = 0,25 m

MG2 = Pa2 . y
= 0,998 . 0,25
= 0,250 ton.m

Pa3 = ½ . s . Ka. h2 . 1 m
= ½ . 1,65 . 0,376 . 1,33. 1 . 1
= 0,413 ton
y = 0,66 m
MT3 = Pa3. y
= 0,413 . 0,66
= 0,273 ton.m

Pp = ½ . s . Ka. h2 . 1 m
= ½ . 1,65 . 0,376 . 1,39. 0,51 . 1
= 0,220 ton
y = 0,83 m
MGp = Pp. y
= 0,220 . 0,83
= 0,183 ton.m

Data yang didapat :


- Gaya horizontal ke kanan :  Pa = 1,873 ton.
- Gaya horizontal ke kiri : Pp = 0,220 ton
- Momen Guling :  MG = 0,831 ton.m
- Momen Tahan : MT = 0,273ton.m

6. Akibat Gaya-Gaya Uplift Pressure.

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Perbedaan tinggi muka air antara udik dan hilir bendung akan
menimbulkan perbedaan tekanan. Akibat dari perbedaan tekanan akan
menimbulkan suatu gaya yang akan berusaha mengangkat tubuh bendung ke
atas. Untuk mencari besarnya gaya angkat yang bekerja pada bendung, harus
dicari terlebih dahulu "Uplift Pressure" yang terjadi pada tiap-tiap titik sudut
bidang kontak, gaya angkat akibat Uplift Pressure ini tidak sepenuhnya bekerja
pada tubuh bendung.

Perhitungan dilakukan untuk tiap lebar 1 meter.


Ux = Hx - ( H/ L). Lx
Dimana :
Ux = Uplift Pressure yang terjadi pada titik E s/d P
Hx = Tinggi tekanan pada titik E s/d P dihitung terhadap tinggi
air di udik.
Lx = Panjang garis rayapan titik-titik tersebut, dihitung mulai
dari A.
L = Panjang total garis rayapan.
H = Beda tinggi muka air di udik dan di hilir bendung.

Mencari Panjang Lantai Muka ( l ).


Untuk perhitungan lantai muka dipakai cara "BLIGH".
- Jenis tanah lokasi bendung diasumsikan kerikil campur pasir dengan harga
c=9
- H diambil dalam keadaan paling kritis (H terbesar dalam berbagai
kondisi / keadaan air).
1. Keadaan Air Normal H = 95,73 – 94,9 = 0,83 m
2. Keadaan Air Banjir H = 97,23 – 94,9 = 2,33 m
Maka diambil muka air dalam keadaan air banjir, H = 2,33 m

L = LV + LH
LV = AB + CD + EF + GH + IJ + KL + MN + OP + QR +ST+UV

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

= 1 + 0,56 + 0,5 + 0,5 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1,5 + 1,5 + 0,5 + 1,5


= 11,56 m

LH = BC + DE + FG + HI + JK + LM + NO + PQ + RS
= 0,25 + 2,18 + 0,25 + 2,68 + 2 + 1,5 + 2 + 2,8 + 8 + 0,5
= 22,16 + I m
Syarat : L > c . H
11,56 + 22,16 + I > 9 . 2,33
I > 27,03 , diambil l = 27 m

L = LV + LH = 11,56 + 22,16 + 27 = 60,72 ~ 61 m

1. Kondisi Air Normal.


Rumus menurut Lane dari bukuAnalisa stabilitas Bendung Oleh Drs. Erman
Mawardi

; H = 4,75 m

L = 61 m

1 2
H1

H
V1 V V2 l
Z
Z H2
l

V = ½ . (V1 + V2) . l H = ½ . (H1 + H2) . l

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

z = 2 . V1 + V2 . l z = (2 . H2 + H2 ) . l
3 .(V1 + V2) 3 .(H1 + H2)

Harga Ux
 Titik I : HI = 1 + 0,25 + 0,56 + 2,18+0,5 + 0,25 + 0,5 + 2,68 = 7,92 m
LI = 4,13 m
UI = HI - 0,08 . LI
= 4,13 - 0,08. 7,92 = 3,5 ton.

 Titik J : HJ = 7,92 + 1 = 8,92 m


LJ = 4,13 + 1 = 5,13 m
UJ = HJ - 0,08. LJ
= 8,92 - 0,08. 5,13 = 8,5 ton.

Harga H.
H = ½ . (UI + UJ) . LIJ
= ½ . (3,5 + 8,5) . 1 = 6 ton

Harga z (pada sumbu y / pada arah vertikal)

z = (2 . VI + VJ) . l
3 .(VI + VJ)
z = (2 . 3,5 + 8,5) .1 = 0,43 m
3 .(3,5 + 8,5)
maka jarak I ketitik P ; y = z + 5,5
= 0,43 + 5,5 = 5,93 m

Dengan cara yang sama, maka harga-harga Ux, H, V, z, x dan y untuk tiap titik
dapat dihitung. Secara lengkapnya, hasil-hasil perhitungan dibuat secara tabelaris :

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Kondisi Air Normal


Ux = Hx – 0,08 .Lx
titik Hx Lx Ux gaya ( t ) jarak ( m ) momen
        V H x y Mx My
I 7.92 4.13 3.50            
        4   2.981   11.79  
J 8.92 5.13 4.42            
          5   5.971   31.86
K 10.92 7.13 6.26            
        7   2.989   20.07  
L 11.92 8.13 7.18            
          12   4.228   49.89
M 13.42 9.63 8.56            
        9   2.991   27  
N 14.42 10.63 9.48            
          21   5.471   113.75
O 16.42 12.63 11.32            
        18   2.236   40.26  
P 17.92 14.13 12.70            
          35   3.715   128.61
Q 20.42 16.63 15.00            
        24   2.239   25.77  
R 21.92 18.13 16.38            
                   
        61 73     104.87 304.11
Jika tanah dasar tersebut cukup baik, maka Uplift Pressure yang
diperhitungkan hanyalah sebesar 70% dari hasil perhitungan di atas, maka :
- Gaya Horizontal ke kanan = 70% . 73 = 51,1 ton.
- Gaya Vertikal ke atas = 70% . 61 = 42,7 ton.
- Mx = 70% . 104,87 = 73,41 ton.m
- My = 70% . 304,11 = 212,88 ton.m +
M total = 286,29 ton.m
Momen Guling yang terjadi MG = Mtotal = 286,29 ton.m
2. Kondisi Air Banjir

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Rumus menurut Lane dari bukuAnalisa stabilitas Bendung Oleh Drs. Erman
Mawardi

; H = 6,47 m

L = 110 m

titik Hx Lx Ux Gaya ( t ) jarak ( m ) momen


V H X Y Mx My
E 8,04 7,65 7,589
21,425 5,166 110,681
F 10,54 10,15 9,551
24,181 4,513 109,121
G 10,54 12,65 9,794
13,500 4,634 62,559
H 9,04 14,15 8,205
16,292 2,934 47,809
I 9,04 16,15 8,087
8,558 4,476 38,306
J 10,04 17,15 9,028
17,938 2,418 43,367
K 10,04 19,15 8,910
9,381 4,467 41,905
L 11,04 20,15 9,851
19,584 2,700 51,113
M 11,04 22,15 9,733
10,204 4,471 45,622
N 12,04 23,15 10,674
26,501 3,108 82,363
O 12,04 25,65 10,527
18,436 4,516 83,257
P 9,54 27,65 7,909
104,455 81,504 332,179 382,52

- Gaya Horizontal ke kanan = 70% . 81,504 = 57,053 ton.

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

- Gaya Vertikal ke atas = 70% . 104,455 = 73,119 ton.


- Mx = 70% . 332,179 = 232,525 ton.m
- My = 70% . 382,52 = 267,764 ton.m +
M total = 500,289 ton.m
Momen Guling yang terjadi MG = Mtotal = 500,289 ton.m

Gaya Total Yang Bekerja Pada Tubuh Bendung

1. Kondisi Air Normal.

Besarnya Gaya Momen


No Jenis Gaya Horizontal Vertikal Guling Tahan
Ke Ke Kiri Ke Atas Ke Mg Mt
Kanan Bawah
1 Berat sendiri - - - 70,56 - 232,01
bendung
2 Gempa - - - - 5,569
2 Tekanan lumpur - - - 8,46 6,77 37
3 Tekanan air 6,59 - - 6,86 15,025 46,236
4 Tekanan tanah 2,53 0,91 - - 1,482 1,3
5 Uplift Pressure 51,1 - 42,7 - 286,287 -
60,22 0,91 42,7 85,88 315,133 356,546

2. Kondisi Air Banjir

Besarnya Gaya Momen


No Jenis Gaya Horizontal Vertikal Guling Tahan
Ke Ke Kiri Ke Atas Ke Mg Mt
Kanan Bawah
1 Berat sendiri - - - 70,56 - 232,01
bendung
2 Gempa - - - - 5,569
2 Tekanan lumpur - - - 8,46 6,77 37
3 Tekanan air 6,59 - - 6,86 25,574 101,19
4 Tekanan tanah 2,53 0,91 - - 1,482 1,3
5 Uplift Pressure 51,1 - 42,7 - 314,29 -
60,22 0,91 42,7 85,88 353,685 371,5

Kontrol Stabilitas Bendung.

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Kontrol dilakukan pada kondisi air normal dan kondisi air banjir. Adapun
kontrol stabilitas bendung tersebut, dilakukan pada :
1. Keamanan Terhadap Guling.
Fs = MT / MG > 1,5
2. Resultante gaya yang bekerja harus masuk dalam keamanan terhadap
pengaruh eksentrisitas (e) = e < B/6
3. Keamanan terhadap geser.

Fs = V tan  + c. B > 1,5


H
dimana :  = 2/3  ;  = 29o
c = 0,20 (adhesi tanah dengan dasar pondasi / mercu)
B = 11 m (lebar mercu arah memanjang)
4. Tegangan tanah yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan tanah yang
diizinkan.
 ada <  izin

Kontrol Stabilitas Bendung Untuk Kondisi Air Normal.


1. Keamanan Terhadap Guling.
Fs = MT / MG > 1,5
Fs = 356,685/315,133 > 1,5
Fs = 1,537 > 1,5……………………… (Ok!)

2. Terhadap Eksentrisitas
e < B/6
e < 11/6
e < 1,833

x = (MT – MG) = (356,685 – 315,133) = 5,871


EV (144,196 – 52,726)

e = x - B/2
e = 5,871 – 11/2
e = 0,371
e < B/6 => 0,371 < 1,833 (ok!)

3. Keamanan terhadap geser.

Fs = V tan  + c. B > 1,5


H

Fs = (144,196 – 52,726) tan (2/3 . 27o )+ 0,200. 11


(67,366-1,683)

Fs = 1,58 > 1,5 (Ok!)

HAFIZD IKRAM
D1011131110
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR II

Kontrol Stabilitas Bendung Untuk Kondisi Air Banjir.


1. Keamanan Terhadap Guling.
Fs = MT / MG > 1,5
Fs = 371,5/ 353,136> 1,5
Fs = 1,6 > 1,5……………………… (Ok!)

2. Terhadap Eksentrisitas
e < B/6
e < 11/6
e < 1,833

x = (MT - MG) = (371,5 – 353,136) = 4,532


EV (155,88 – 73,119)
e = x - B/2
e = 5,532 - 11/2
e = - 0,968
e < B/6 => - 0,968 < 1,833 (ok!)

3. Keamanan terhadap geser.

Fs = V tan  + c. B > 1,5


H

Fs = (155,88 – 73,119) tan (2/3 . 27o )+ 0,200. 11


(84,452 – 4,913)

Fs = 1,69 > 1,5 (Ok!)

HAFIZD IKRAM
D1011131110

Anda mungkin juga menyukai