Anda di halaman 1dari 32

2.

Tekuk Torsi Lateral

Balok lentur merupakan elemen struktur yang memikul beban yang bekerja
tegak lurus dengan sumbu longitudinalnya. Beban tersebut dapat
menyebabkan balok melentur. Dalam perencanaan secara umum, balok
yang menerima beban akan timbul momen lentur, gaya geser, serta
kemungkinan akan timbul momen torsi. Biasanya momen lentur merupakan
hal yang kritis sehingga menjadi perhatian utama.

Dalam perencanaan balok baja, kekuatan balok terhadap sumbu utama


menjadi perhatian utama, sehingga profil yang digunakan sering berbentuk
elemen I atau WF. Bentuk elemen tersebut mempunyai perlawanan yang
lemah terhadap momen torsi dan lentur pada tegak lurus sumbu lemah
bahan. Pada elemen ini akan terjadi perpindahan lateral atau torsi
meskipun hanya bekerja gaya yang tegak lurus sumbu kuat bahan.
Adanya ketidaksempurnaan balok dan eksentrisitas beban, maka akan
mengakibatkan perbedaan regangan antara A dan B. Tegangan residu juga
mengakibatkan distribusi regangan yang tidak sama sepanjang lebar
sayap. Flens tekan dari balok sebagai kolom. Sayap yang diasumsikan
sebagai-kolom ini akan tertekuk dalam arah lemahnya akibat lentur
terhadap suatu sumbu. Namun karena web balok memberikan sokongan
untuk mencegah tekuk dalam arah ini, flens akan cenderung tertekuk
oleh lentur pada sumbu. Karena bagian tarik dari balok berada dalam
kondisi stabil, maka proses tekuk lentur dalam arab lateral tersebut akan
dibarengi dengan proses torsi sehingga terjadilah tekuk lentur torsi
(Lateral Torsional Buckling atau KIP.).
Untuk mencegah terjadinya KIP
perlu adanya dukungan lateral
(lateral bracing) misalnya;
• Plat lantai beton yang berfungsi
sebagai dukungan samping.
Sayap desak profil masuk ke
dalam plat beton.
• Dukungan lateral berupa rangka
baja
• Dukungan lateral berupa
gording pada sistem rangka
batang kuda-kuda atap.
• Pada sistem atap dengan
penambahan bracing (ikatan
angin).
A qu
Y
A
Ln = L

(a) Balok Lentur

Y X
Lkx = L
Z

balok menekuk dalam


arah sb x - x
(b) Tampak Samping

X (d) Potongan A - A
Lky = L
Z

serat atas memuntir dalam : Serat Tertekan


arah sb y - y
(c) Tampak Atas : Serat Tertarik

Gambar 4.12 Tekuk Lateral-Torsi pada Balok Lentur


• Bentang L cukup kecil (L ≤ Lpd), maka momen plastis Mp tercapai
dengan deformasi yang besar. Deformasi yang besar ditunjukkan dengan
kapasitas rotasi sebesar R.ΔH. dengan nilai R lebih besar dari 3
(khususnya pada perencanaan gempa). Kemampuan berdeformasi
merupakan kemampuan menerima regangan flens yang besar dengan
stabil.

• L diperbesar dengan Lpd < L < Lp, maka balok dapat mencapai MP, namun
dengan kapasitas rotasi yang kecil (R< 3). Kejadian ini terjadi karena
kurang kekakuan flens dan atau web untuk menahan tekuk local atau
kurangnya sokongan lateral untuk menahan tekuk torsi lateral.

• Panjang bentang tak terkekang diperbesar lagi (Lp < L < Lr) maka M
hanya mampu mencapai Mr dengan kapasitas rotasi yang sangat
terbatas. Terjadinya tekuk lokal flens dan web serta tekuk torsi lateral
mencegah Mp. Struktur balok mencapai kapasitas momen Mp.

• Perilaku elastis pada balok terjadi jika Lr< L dengan tahanan momen
yang tercapai sebesar Mcr. Nilai Mcr ditentukan oleh tekuk elastis serta
tekuk local flens, tekuk loka web dan tekuk torsi lateral.
X

X'
Y'
Mz' u
Mo Mx'
df
X'
Z Mo X
u
Mo f os f
du Mx' Mo C v
- Mo
dz Z' Mz'
z
df

(a) Tampak Atas (b) Potongan Penampang

Y'

Mo Mo

Z
dv Z'
dz v

(b) Tampak Samping

Gambar 4.13 Tekuk Torsi-Lateral pada Balok WF


Tekuk Lateral Elastis
Tekuk Torsi Inelastis
Kekakuan torsi tidak terpengaruh oleh tahanan residu, tetapi tahan
residu akan memberikan pengaruh terhapa tahanan lentur maupun
tahanan tekan

Dengan mengabaikan konstanta torsi (G.J) maka Mcr dapat


disederhanakan menjadi:

2 E
M cr  2
Cw I y
L
𝐼𝑦.ℎ2
Dengan nilai 𝐶𝑤 = dan 𝐼𝑦 = 𝐴. 𝑟𝑦2 dan Mp=Zx.fy, maka
4
(dengan kapasitas rotasi R<3) maka;

𝐸 790
𝐿𝑝 = 1,76 𝑟 = 𝑟𝑦 .
𝑓𝑦 𝑦 𝑓𝑦

Untuk kapasitas rotasi yang lebih besar, (R>3) maka dalam perencanaan
plastis, menyaratkan panjang Lp sebesar

25.000 + 15.000 𝑀1 𝑀2
𝐿𝑝 = 𝑟𝑦 .
𝑓𝑦

M1: momen ujung terkecil


M2 : momen ujung terbesar
Ry : jari-jari girasi pada sumbu terlemah
Perencanaan balok I yang mengalami tekuk torsi lateral

Komponen struktur yang memikul momen lentur, harus


memenuhi persamaan;

Øb.Mn≥Mu

Øb : factor reduksi lentur 0,9


Mn : kuat nominal momen lentur penampang
Mu : momen lentur terfaktor
Kasus 1. Mn=Mp (R≥3)
Untuk dapat mencapai kuat nominal Mn=Mp maka penampang harus;
Penampang harus kompak agar tidak terjadi tekuk local, pada flens
dan web
Struktur balok harus diberi pengaku lateral sehingga panjang bentang
tak terkekang L tidak melebihi Lpd dengan persamaan Lpd sbb.

25.000 + 15.000 𝑀1 𝑀2
𝐿𝑝 = 𝑟𝑦 .
𝑓𝑦
Kasus 2. Mn=Mp (R<3)

Penampang akan dapat mencapai Mp dengan kapasitas


rotasi R<3 jika penampang dalam kondisi kompak, dan
tidak terjadi tekuk lokal.

Pengaku lateral harus diberikan sehingga panjang


bentang tak terkekang L tidak melebihi Lp dengan
persamaan Lp sbb;

𝐸 790
𝐿𝑝 = 1,76 𝑟𝑦 = 𝑟𝑦 .
𝑓𝑦 𝑓𝑦
Kasus 3. Mp> Mn ≥ Mr

Terjadi tekuk torsi lateral pada penampang kompak.


Kuat momen ditentukan dengan persamaan berikut.

L>Lp tetapi lebih kecil dari Lr


Kasus 4. Mp> Mn ≥ Mr

Kasus ini akan terjadi jika Lp < L < Lr

λp < (λ=b/2tf) < λr (flens tak kompak)


λp < (λ=h/tw) < λr (web tak kompak)

kuat momen lentur nominal dalam kasus 4 harus dihitung berdasarkan


keadaan yang paling kritis dari tekuk local flens, tekuk local web dan
tekuk torsi lateral.

Untuk membatasi terhadap tekuk local flens dan tekuk local web,
maka:
Kondisi batas untuk tekuk torsi lateral ditentukan dengan persamaan :

  Lb - Lp 
M n  Cb M p -  M p - M r     M p
  Lr - Lp 
 

Factor pengali momen Cb, ditentukan dengan persamaan berikut;

12.5M max
Cb   2.3
2.5M max  3M A  4M B  3M C
MA MB Mc
Mn

Nilai teoritis
CbMp

Mp Cb M n  M p

CbMr

Mr Cb > 1.0

Cb = 1.0

Lp Lr Lb

Akibat momen
Gambar tidak seragam
4.21 Pengaruh sepanjang
Cb terhadap komponen
Momen lentur M
Nominal n

Anda mungkin juga menyukai