GEOTEKNIK
Disusun oleh:
Retno A. Siahaan 21100114120007
Antonius Yosef 21100114120024
Bunga Bumi Heir Bintang 21100114120025
Kris Satria Nababan 21100114120034
Ricky Habel Sidabutar 21100114140074
SEMARANG
NOVEMBER 2017
KUAT GESER TANAH
1
1.1.1 Rumus Umum
s = c + (-u) tan
atau
s = c + tan
Keterangan :
S = kuat geser tanah
= tegangan normal total pada bidang geser
u = tekanan air pori pada bidang geser
= tegangan normal efektif pada bidang geser
c = kohesi menurut keadaan tegangan efektif
= sudut ketahanan geser (sudut gesekan) menurut keadaan
tegangan efektif
Parameter c dan biasanya dinamakan parameter kekuatan
geser tanah menurut tegangan efektif. Kekuatan geser menurut
persamaan tersebut dianggap terdiri dari dua bagian :
a. Komponen kohesif (c), yang disebabkan oleh ikatan antara
butiran tanah dan nilainya dapat dianggap tetap pada jenis tanah
tertentu.
b. Komponen gesekan ( tan ), yang bergantung pada tegangan
normal efektif yang bekerja tegak lurus pada bidang geser.
2
Menurut keadaan tegangan total (keadaan tak terdrainasi),
tanah berperilaku seakan-akan sudut gesernya nol. Keadaan tak
terdrainasi sering disebut = 0, keadaan = 0 hanya terjadi bila
terdapat dua faktor yaitu :
a. Tanah jenuh air
b. Keadaan tak terdrainasi
Keadaan = 0 tidak bergantung pada jenis tanah, dapat juga
terjadi pada pasir dan lempung bila terdapat dua faktor tersebut.
Keadaan = 0 umumnya pada tanah berbutir halus yaitu lanau dan
lempung. Analisis kekuatan tak terdrainasi berarti analisis menurut
tegangan total saja, karena perilaku tak terdrainasi berkaitan langsung
hanya dengan tegangan total.
3
Terzaghi (1925) mengubah persamaan Coulomb dalam bentuk efektif
karena tanah sangat dipengaruhi oleh tekanan air pori.
= c'+ 'tg'
dengan ;
= tegangan geser (kN/m2 )
' = tegangan normal efektif (kN/m2 )
c = kohesi tanah efektif (kN/m2 )
' = sudut gesek dalam tanah efektif (derajad)
Kuat geser tanah bisa dinyatakan dalam bentuk tegangan efektif 1
dan 3 pada saat keruntuhan terjadi . Lingkaran Mohr berbentuk setengah
lingkaran dengan koordinat ( ) dan () dilihatkan dalam Gambar 3.
4
Tegangan normal ( f ' ) = tegangan normal efektif pada saat terjadi
keruntuhan.
5
1) Kandungan mineral dari butiran tanah
2) Bentuk partikel
3) Angka pori dan kadar air
4) Sejarah tegangan yang pernah dialami
5) Tegangan yang ada di lokasi
6) Perubahan tegangan selama pengambilan contoh dari dalam tanah.
7) Tegangan yang dibebankan sebelum pengujian.
8) Cara pengujian
9) Kecepatan pembebanan
10) Kondisi drainase yang dipilih, drainase terbuka atau drainase tertutup
11) Tekanan air pori yang ditimbulkan
12) Kriteria yang diambil untuk penentuan kekuatan geser.
Pada umumnya, cara mengukur kekuatan geser dilaboratorium harus
sedemikian rupa sehingga nilai , dan u dapat diketahui selama percobaan
dilakukan. Penentuan dan tidaklah sulit dan nilainya dapat diukur secara
langsung. Demikian pula penentuan nilai u asal kedua hal berikut
diperhatikan :
1) Keadaan pengaliran air dari contoh : yaitu apakah contoh tertutup
selama percobaan sehingga air tidak dapat mengalir atau terbuka
sehingga air dapat mengalir atau masuk contoh
2) Kecepatan percobaan : yaitu bilamana kecepatan terlampau tinggi
maka air mungkin tidak dapat mengalir walaupun ada jalan
pengaliran air yang terbuka.
Percobaan kekuatan geser biasanya dilakukan dalam dua tingkat
sebagai berikut :
1) Tingkat pertama, Pemberian tegangan normal
2) Tingkat kedua, Pemberian tegangan geser sampai terjadi keruntuhan,
yaitu sampai tercapai tegangan geser maksimum.
Uji kekuatan biasanya dilakukan dalam dua tahap yaitu sebagai
berikut :
Tahap 1 : Pemberian tegangan normal-tahap konsolidasi
6
Tahap 2 : Pemberian tegangan geser sampai terjadi keruntuhan-tahap
pembebanan.
7
Sederhana dan mudah dilakukan.
Contoh tanah tak terganggu sulit disiapkan karena penampang
persegi.
Drainasi tidak dapat dikendalikan, sehingga uji tak terdrainasi
tidak mungkin
Tegangan-tegangan utama tidak diketahui'
Luas contoh tanah berubah terus selama pengujian berlangsung
dan koreksinya tidak tepat.
Yang diperoleh adalah kurva tegangan/deformasi geser, bukan
kurva tegangan/regangan.
8
Ada tiga jenis uji triaksial yang biasa digunakan, yaitu uji tak
terdrainasi, uji terkonsolidasi tak terdrainasi, dan uji terdrainasi.
Keadaan selama tahap konsolidasi (Tahap 1) dan tahap pembebanan
(Tahap 2) pada masing-masing jenis pengujian adalah sebagai berikut:
a. Uji tak terdrainasi (disebut juga uji tak terkonsolidasi
takterdrainasi,/UU). Tidak ada drainasi yang diizinkan selama
kedua tahap. Tekanan air pori umumnya tidak diukur.
b. Uji konsolidasi tak terdrainasi /cu. Drainasi diizinkan selama
tahap konsolidasi, sampai contoh tanah terkonsolidasi
sepenuhnya, yaitu sampai semua tekanan air pori hilang menjadi
nol. selama tahap pembebanan, tidak ada drainasi yangdlizinkan
dan umumnya tekanan air pori diukur.
c. Uji terdrainasi seluruh drainasi diizinkan selama kedua tahap.
Maka tekanan air pori menjadi nol. Perubahan volume
umumnya diukur selama Tahap 2.
d. Perubahan volume-selama tahap konsolidasi baik pada uji
konsolidasi tak terdrainasi maupun pada uji terdrainasi dan
selama tahap pembebanan pada uji terdrainasi.
9
Gambar 3. Keseimbangan statis pada elemen bahan berbentuk baji
akan diperiksa pada arah yang sejajar dengan bidang yang
kemiringannya , dan juga pada arah yang tegak lurus terhadap
bidang tersebut.
Pada arah yang sejajar kita mendapat
a + 3asin cos = 1 cos sin
=( 1 - 3 ) sin cos
dan karena sin2 = 2sin cos kita dapat menulis:
13
= Sin 2
2
10
Gambar 6. Hasil Uji triaksial terdrainasi pada tanah jenuh
11
Uji terdrainasi-tekanan air pori diketahui (sama dengan nol)
dan dengan demikian tegangan efektif tetap sama dengan tegangan
total. Hasilnya memberikan gambaran lingkaran Mohr menurut
tegangan efektif mirip dengan lingkaran tegangan efektif pada
Gambar 7.
Gambar 8. Uji Triaksial terdrainasi pada pasir dalam keadaan lepas dan padat
Gambar 8. menunjukkan hasil dari uji triaksial pada contoh
pasir yang disiapkan dalam keadaan lepas dan padat, diuji pada tekanan
pengekang yang sama. Pada contoh pasir yang padat, tegangan deviator
12
meningkat sampai mencapai nilai puncakyangjelas, kemudian menurun
hingga mencapai nilai yang tetap. Volumenya menunjukkan sedikit
penurunan pada bagian awal, diikuti oleh peningkatan terus sampai
kemudian mencapai nilai yang tetap. contoh tanah yang lepas, tidak
menunjukkan nilai puncak pada tegangan "deviator" yang jelas.
Kekuatannya meningkat hingga mencapai nilai yang tetap, yang sangat
dekat dengan nilai yang diperoleh dari contoh yang padat. Volume
contoh tanah yang lepas menunjukkan sedikit penurunan sebelum
mencapai nilai yang tetap. Dalam setiap pengujian, tegangan deviator
dan volume menjadi tetap pada regangan yang besar.Jika kepadatan
(atau angka pori) diukur pada kedua contoh ini setelah mencapai
keadaan "tetap"atau ultimate, ditemukan bahwa nilainya sama. Keadaan
ini disebut keadaan kritis (critical state). Pada keadaan ini, deformasi
dapat berlanjut terus pada tegangan deviator dan volume yang tetap.
13
' cv. Akhiran cv menunjukkan volume yang tetap. Nilai ' yang biasa
pada pasir adalah di antara 35 dan 45, nilai yang lebih rendah biasanya
terkait dengan keadaan lepas dan nilai yang tinggi terkait dengan
keadaan padat.
14
Pergeseran pada lempung terjadi pada bidang keruntuhan khusus
sehingga keadaan tetap dan seragam tidak muncul. Lagi pula, bentuk
butiran lempung yang gepeng menjadikan bidang keruntuhan agak licin
dengan kekuatan yang rendah.
15
4. Istilah kekuatan sisa terutama dimalsudkan untuk lempung; jika
digunakan pada pasir dapat dianggap bahwa nilanya sama
dengan kekuatan pada keadaan kritis.
5. Sebelum mencapai keadaan sisa pada uji kekuatan pada
lempung, tanah tersebut mungkin telah melalui keadaan kritis,
tetapi tidak mungkin menentukannya. Oleh karena itu, sulit
untuk menciptakan keadaan kritis pada lempung dalam uji
laboratorium dan tidak ada kemungkinan hal itu terjadi di
lapangan.
Gambar 11. Hubungan antara tegangan efektif horizontal dan vertical ketika tanah
dibebani pada keadaan Ko (tidak ada deformasi horizontal)
16
Meskipun grafik semacam ini selalu dapat dipakai, secara umum sekarang
dipergunakan cara lain yaitu cara yang ada hubungan langsung dengan
lingkaran Mohr. Yang dipakai adalah puncak lingkaran Mohr, yaitu titik
tertinggi pada lingkaran, seperti diperlihatkan pada Gambar 12. Jarak ke pusat
lingkaran digambar pada sumbu horizontal (x) dan jari-jari lingkaran pada
sumbu vertikal (y). Nilai x dan y dalam gambar ini kemudian dinyatakan
oleh:
1 +3 1 3
= dan =
2 2
17
(b) Tapak tegangan pada uji triaksial tak terdrainase
Gambar 12. Tapak tegangan dalam uji triaksial dan garis keruntuhan Mohr-
Coulomb yang disesuaikan
= = ; sin = tan
18
Gambar 12.b menunjukkan tapak tegangan total dan tegangan
efektif dalam uji triaksial konsolidasi tak terdrainasi. Dalam keadaan ini tapak
tegangan efektif berbeda dari tapak tegangan total. Perbedaan ini adalah
sebesar nilai tekanan air pori yang dihasilkan akibat penggeseran selama
pengujian. Jika tekanan air pori yang dihasilkan positif, maka kedua tegangan
utama menurun dan lingkaran Mohr dan tapak tegangan bergeser ke kiri,
seperti ditunjukkan pada gambar. Jika tekanan air pori yang dihasilkan
negative, maka tapak tegangan akan bergeser ke sebelah kanan tapak
tegangan total.
= {3 + (1 3 )}
19
Dengan demikian parameter B berhubungan dengan kenaikan
tegangan pengekang, 3, sementara A berhubungan dengan kenaikan
tegangan geser, yang dinyatakan dengan 1 3. Jika kenaikan tegangan
adalah semata-mata pada tegangan pengekang 3, maka (1 3 )
menjadi nol dan hubungan tersebut menjadi = B3.
Seperti telah kita lihat, jika tanah jenuh air maka tekanan air pori
akan meningkat dengan nilai yang sama dengan kenaikan tegangan
pengekang total, dan B = 1. Apabila tanah kurang dari 100% jenuh, maka
nilai B menurun dengan cepat seiring dengan meningkatnya volume udara
dalam tanah. Jika derajat kejenuhan menurun hingga 80%, nilai B akan
kurang dari 0,2 pada banyak jenis lempung.
= (1 3 ) = 1
20
Gambar 13. Parameter tegangan air pori A dan B dihubungkan dengan sifat tanah
1.7 Kuat Geser Tak Terdrainasi Pada Tanah Asli Dan Tanah Yang
Dibentuk Ulang
1.7.1 Lempung Endapan Terkonsolidasi Normal
Pada lempung dan lanau endapan asli, terdapat beberapa hubungan
empiris antara kekuatan tak terdrainasi dengan parameter tanah
lainnya. Sebagai contoh, (Skempton, 1957) menghubungkan kekuatan
geser tak terdrainasi tanah terkonsolidasi normal dengan tekanan
konsolidasi efektif vertikal, dan batas Atterberg.
Hubungan ini dinyatakan dalam persamaan:
21
Kekuatan geser tak terdrainasi tanah terkonsolidasi normal dapat juga
dihubungkan secara teoritis dengan tekanan konsolidasinya, asalkan
tanah "tak terstruktur" dan sifatnya secara langsung hanya dipengaruhi
oleh riwayat tegangannya.
22
Oleh karena itu, kita dapat menulis:
23
Wroth (1968). Nilai yang mereka sarankan sekitar 200 kPa dan 2kPa.
Akhir-akhir ini, Sharma dan Padma (2003) mengusulkan 770 kPa dan
1,7 kPa. Nilai tersebut dan grafik yang menghubungkan kekuatan
geser tak terdrainasi dengan indeks kecairan ditunjukkan pada Gambar
9.40. Kurva ini merupakan batas kekuatan geser paling rendah pada
tanah dengan nilai indeks kecairan tertentu.
Kebanyakan tanah asli terdapat dengan kekuatan geser tak
terdrainasi yang lebih tinggi daripada yang diberikan oleh grafik
tersebut. Hanya tanah asli yang tidak mengalami kehilangan kekuatan
ketika dibentuk ulang, (yaitu tanah yang tidak memiliki kepekaan),
yang akan terdapat pada garis ini. Tanah semacam ini jarang sekali
terdapat.
24
lempung montmorillinite. Adanya mineral ini mengakibatkan sifat-
sifat yang buruk, yaitu kekuatan rendah, kompresibilitas tinggi dan
sering menyebabkan tanah mengembang/menyusut.
25
DAFTAR PUSTAKA
Wesley, Laurence dan Pranyoto, Dr. Ir. Satyawan. 2012. Mekanika Tanah untuk
Tanah Endapan dan Tanah Residu. Yogyakarta : Andi.
26