Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

GEOTEKNIK

PENGUKURAN KEPADATAN TANAH DI LAPANGAN

Disusun oleh:
Muzaki 21100114120006
Roni Alberto P 21100114120021
Bunga Bumi Heir Bintang 21100114120025
Yani Kusumastuti 21100114120026
Winarni 21100114120027
Reza Afrizona Fauzih 21100114120029
Aaron Yosepho S 21100114140056
M. Taufik Maryudi 21100114140060

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
SEPTEMBER 2017
PENGUKURAN KEPADATAN TANAH DI LAPANGAN

A. Pengertian Pemadatan Tanah


Sebelum pembuatan pondasi dari suatu bangunan, pasti akan
dilakukan timbunan pada daerah yang akan dijadikan pondasi. Tentunya
menimbunnya dengan tanah. Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan
raya, dam tanah, dan banyak struktur teknik lainnya, tanah yang lepas
(renggang) haruslah dipadatkan untuk meningkatkan berat volumenya.
Pemadatan tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan tanah, sehingga
dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi di atasnya. Pemadatan
juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak diinginkan dan
meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankments).
Dalam timbunan tanah itu terdapat pori-pori atau rongga udara. Jika
di dalam tanah masih terdapat pori-pori atau rongga udara maka tanah itu
belum cukup kuat untuk menahan beban dari bangunan yang ada di atasnya.
Sehingga sangat berbahaya jika sebuah bangunan dibangun di atas tanah yang
masih terdapat pori-pori atau rongga udaranya. Untuk mengatasi hal itu, maka
dilakukanlah proses pemadatan sebelum membangun bangunan di atasnya.
Setelah tanah ditimbun pada tempat yang akan dilakukan pembangunan,
dilakukanlah proses pemadatan agar tanah lebih kuat, tidak mengalami
pergeseran dan tidak mengalami perubahan volume. Pemadatan adalah
peristiwa berkurangnya rongga udara yang menyebabkan butir-butir tanah
merapat satu sama lain sebagai akibat dari beban dinamis. Menurut
(Hardiyatmo:2004) tujuan pemadatan tanah antara lain :
1) Menaikkan kekuatan tanah.
2) Mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas).
3) Mengurangi hydraulic compressibility/permeabilitas.
4) Mengurangi potensi likuifaksi.
5) Mengontrol shrinkage dan swelling.
6) Menaikkan daya tanah terhadap erosi.
Pada pekerjaan teknik sipil pemadatan tanah tidak boleh
ditinggalkan karena sangat penting dalam suatu proses pembangunan.
Dengan dipadatkan, tanah akan stabil dan tidak mengalami perubahan
volume. Sehingga bangunan yang ada di atasnya tidak mengalami pergeseran.
Menurut (Hardiyatmo:2004) proses pemadatan tanah ada 2 macam :
1) Pemadatan tanah dengan metode Modify Proctor
2) Pemadatan tanah dengan metode Standard Proctor
Sedangkan pengukuran kepadatan tanah di lapangan dapat dilakukan dengan
beberapa metode diantaranya :
1) Sand Cone Method
2) Rubber Baloon Method
3) Nuclear Density Method

Gambar 1. Pengukuran Kepadatan di Lapangan


B. Sand Cone Method
Maksud :
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan
pengujian kepadatan di lapangan dari suatu lapisan tanah.
Tujuan :
Tujuan metode ini adalah memperoleh angka kepadatan lapangan (d).
Untuk menghitung nilai kepadata (berat isi kering) tanah di lapangan.
Percobaan ini digunakan untuk menentukan nilai kepadatan tanah asli
maupun tanah hasil suatu pekerjaan pemadatan, pada tanah kohesif
maupun non kohesif.

Ruang lingkup :
Metode pengujian ini meliputi persyaratan, ketentuan-ketentuan pengujian
tanah yang mempunyai partikel berbutir tidak lebih dari 5 cm. Untuk sand
cone method, getaran dari peralatan di sekelilingnya akan memadatkan
pasir di dalam lubang, sehingga akan memberikan volume lubang yang
lebih besar dan kepadatan lapangan yang rendah.
Secara garis besar, Sand Cone Methode ini yaitu :
Pasir kering berbutir deragam, jika masing masing dibuat pelan-
pelan volumenya konstan k
Jika beratnya diketahui maka volumenya dapat dihitung
Tanah galian tidak ada yang boleh yang tercecer
Kemudian timbang berta W dan periksa kadar airnya.
Volume sampel sama dengan volume pasir yamg mengisi lubang
diukur

Gambar 2. Pengujian dengan sand cone


Perhitungan :
Rumus-rumus yang digunakan, sebagai berikut dibawah ini :
Berat isi pasir menggunakan botol alat :
Isi botol = berat air = (W2 W1) cm3
Berat isi pasir s = (W3 W1) / (W2 W1) gram
Dimana :
W1 = berat botol + corong
W2 = berat botol + corong + air
W3 = berat botol + corong + pasir

Berat isi pasir menggunakan takaran :


Berat pasir dalam corong : (W4 W5) gram
Berat pasir dalam takaran + corong : (W11 W12)
Berat pasir dalam takaran : W13 = W11 W12 (W4 W5)
Berat isi pasir : p = W13 / Vk
dimana :
W4 = berat botol + corong + pasir (secukupnya)
W5= berat botol + corong + sisa pasir
W11 = berat botol + corong + pasir (secukupnya)
W12 = berat botol + corong + sisa pasir
Vk = isi takaran

Kepadatan Tanah :
Berat pasir dalam lubang : (W6 W7) (W4 W5) = W10 gram
Isi lubang = Ve = W10 / p
Berat tanah = W8 W9 gram

Contoh Perhitungan 1 :
Berat isi pasir dengan botol alat :
Berat botol + corong = W1 = 2260 gr
Berat botol + corong + air = W2 = 5817,7 gr
Isi botol + corong kecil = W2 W1 = 3557,7 gr
Berat botol + corong + pasir = W3 = 7810 gr
Berat isi pasir = (W3-W1)/(W2-W1) = 1,56

Berat takaran pasir dengan takaran


a. Berat pasir dalam corong
Berat botol + corong + pasir = W4 = 7520 gr
Berat botol + corong + sisa pasir = W5 = 4375 gr
Berat pasir dalam corong = W4 W5 = 3145 gr
b. Berat pasir dalam takaran
Isi takaran = Vk = 2016 gr
Berat botol + corong + pasir = W11 = 7400 gr
Berat botol + corong + sisa pasir = W12 = 1120 gr
Berat pasir dalam takaran = W13 = 3135 gr
c. Berat isi pasir = W13/Vk = 3135

Kepadatan tanah
Berat tanah + wadah = W8 = 2025 gr
Berat wadah = W9 = 145 gr
Berat tanah = W9 W9 = 1880 gr
Berat botol + corong + pasir = W6 = 7250 gr
Berat botol + corong + sisa pasir = W7 = 1890 gr
Berat pasir dalam tabung = W10 = 2215 gr
Isi lubang = Ve = 1419,9
Berat isi tanah = s = (W8-W9)/Ve = 1,32
Berat isi kering tanah = s/(1+Wc) = 1,15 gr/cm3

Contoh Perhitungan 2 :
Berat botol + corong = W1 = 1010 gr
Berat botol + corong + air = W2 = 5755 gr
Botol + corong + air = W3 = 9080 gr
Berat air = W2 W1 = 5755 1010
= 4745 gr
Berat pasir = W3 W1 = 9080 1010
= 8070 gr
Berat isi pasir = (W3-W1)/(W2-W1) = 8070/4745
= 1,7 gr
Pasir dalam corong
Botol + pasir dalam botol = W4 = 9080 gr
Berat pasir sisa + botol = W5 = 8540 gr
Berat pasir dalam corong = W4 W5 = 540 gr
Kadar air
Berat cawan + tanah basah = W1 = 62,9 gr
Cawan + tanah kering = W2 = 50,24 gr
Cawan kosong = W3 = 14,10 gr
Berat air = W1 W2 = 62,9 50,24
= 12,66 gr
Berat tanah kering = W2 W3 = 50,24 14,10
= 36,14 gr
Kadar air =[(W1-W2)/(W2-W3)]*100%
=(12,66/36,14)*100% = 35%
Berat alat + pasir = W6 = 2660 gr
Berat tanah = W7 = 3450 gr

Maka, dengan demikian diperoleh :


W7 3450
= = = 1,627 gr/cm3
W4 W6 W5 9080 2660 8540

C. Rubber Baloon Method


Maksud dan tujuan :
Volume dari lubang tanah yang digali ditentukan dengan volume air yang
mengisi balon karet tipis dan lentur. Balon ini akan mengembang mengisi
lubang tanah yang diuji. Kepadatan basah yang diuji di lapangan
ditentukan dengan membagi massa tanah basah yang diambil dari hasil
galian lubang dengan volume lubang. Kadar air kepadatan basah
ditempat digunakan untuk menghitung kepadatn kering dan berat kering
di lapangan.
Untuk rubber balloon method, kesalahan juga pada penentuan volume
lubang jika material timbunan mengandung kerikil atau batuan, sehingga
dinding balon akan terhalang oleh kerikil atau batuan tersebut.

Gambar 3. Contoh pengujian pemadatan tanah dengan metode Rubber Balloon

Gambar 4. Gambar Contoh pengujian pemadatan tanah dengan metode Rubber


Balloon
Perhitungan :
V = (M2 M1) * Vw
Dengan :
V : volume wadah atau cetakan (ml)
M2 : massa catakan atau wadah plat, kaca, air
M1 : massa cetakan atau wadah dan plat kaca
Vw : volume air per gram berdasarkan temperatur (ml/g)
Tabel 1. Perbandingan ukuran partikel maksimum dan volume lubang uji
minimum

Tabel 2. Perbandingan temperatur dan volume air

Kepadatan basah tanah di lapangan

Dengan :
wet = kepadatan basah di tempat (mg/m3)
Mwet = massa tanah berkadar air yg dipindahkan dari lubang uji
(kg)
Vh = volume lubang uji (m3)
Kepadatan kering di tempat terhadap tanah

Dengan :
d = berat isi kering di lapangan (kN/m3)
Pwet = massa basah di lapangan (Mg/m3)
d = kadar air tanah yang dipindahkan dari lubang uji
Hitung berat isi kering

Dengan :
d = berat isi kering di lapangan (kN/m3)
d = kepadatan kering di lapangan (Mg/m3)

D. Nuclear Density Methode


Tujuan
Dengan menghitung persentase partikel yang kembali ke sensor, alat
ukur dapat dikalibrasi untuk mengukur kepadatan dan struktur bagian
dalam bahan uji.
Prinsip kerja alat

Gambar 5. Alat pengukuran kepadatan tanah di lapangan (Nuclear density tester)

Nuclear density gauge atau nuclear density tester adalah alat yang
digunakan dalam konstruksi sipil dan industri minyak bumi, serta untuk
keperluan pertambangan dan arkeologi. Alat ini terdiri dari sumber
radiasi yang memancarkan sinar diarahkan partikel dan sensor yang
menghitung partikel yang diterima yang baik tercermin dari materi tes
atau melewatinya. Sinar (Y ) menembus kedalam tanah, jumlah sinar (Y
d) diukur tergantung berat volume tanah basah. Knop 1 menghitung
sedangkan knop 2 tergantung kadar airnya.

Gambar 6. Prinsip kerja nuclear density test


Cara Pengukuran
a. Cara pemindahan tanah dilapangan
1. Digali lubang pada permukaan tanah yang dipadatkan
2. Ditentukan kadar airnya
3. Diukur volume tanah yang digali dari lubang yang dibuat
4. Tentukan berat volume keringnya
5. Bandingkan berat volume kering di lapangan dan berat volume
kering maksimum. Kemudian hitung kepadatan relatif

b. cara penggunaan alat

Gambar 7. Bagian-bagian dari nuclear density meter


Perhitungan
Nilai kepadatan lapangan diapat ditentukan dengan kepadatan relatif (kr),
dengan rumus :

Sedangkan untuk tanah berbutir, kadang dinyatakan dengan kerapatan


relatif (Dr)
DAFTAR PUSTAKA

Setyo Budi, Gogot. Pengujian Tanah di Laboratorium. 2011. Graha Ilmu :


Surabaya

Anda mungkin juga menyukai