Anda di halaman 1dari 6

Penerapan Geofisika Dalam Eksplorasi Air Tanah

Dalam eksplorasi geofisika, metode geolistrik tahanan jenis merupakan


metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari
lapisan batuan didalam bumi. Sebetulnya terdapat banyak metode eksplorasi
geofisika yang menggunakan sifat tahanan sebagai media/alat untuk mempelajari
keadaan geologi bawah permukaan. Dalam metode –metode geolistrik tahanan
jenis dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:

1. Metode Resistivitas Mapping

Metode ini merupakan metode resistivitas yang bertujuan untuk


mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara
horizontal, oleh karena itu pada metode ini dipergunakan konfigurasi
elektroda yang sama untuk semua titik pengamatan bumi. Setelah itu baru
dibuat kontur isoresistivitasnya.

2. Metode Resistivitas Sounding (drilling)

Metode ini juga biasa dikenal sebagai Resistivitas drilling, Resistivitas


Probing dan lain- lain. Hal ini terjadi karena pada metode ini bertujuan untuk
mempelajari variasi resistivitas batuan dibawah permukaan bumi secara
vertical. Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan
dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Perubahan jarak elektroda ini
tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi mulai dari jarak elektroda kecil
kemudian membesar secara grundal. Jarak elektroda ini sebanding dengan
kedalaman lapisan batuan yang dapat diselidiki. Pada pengukuran
sebenarnya, pembesaran jarak elektroda mungkin dilakukan jika mempunyai
suatu alat geolistrik yang memadai. Dalam hal ini alat geolistrik tersebut
harus dapat menghasilkan arus listrik yang cukup besar atau alat tersebut
harus cukup sensitif dalam mendeteksi benda potensial yang kecil sekali.
Oleh karena itu, alat geolistrik yang baik adalah alat yang dapat menghasilkan
arus listrik cukup besar dan mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi.

Pengukuran dengan menggunakan metode resistivitas (geolistrik)


bertujuan untuk memperoleh struktur resistivitas bumi. Struktur resistivitas bumi
adalah variasi harga resistivitas terhadap dari permukaan tanah (Awaluddin,
2004).

a. Pendekatan model pelapisan bumi

Bumi dapat dianggap terdiri dari beberapa lapisan sejajar (horizontal


layering) yang bersifat homogen isotropik untuk setiap lapisannya. Setiap
lapisan (strata) mempunyai nilai resistivitas (p-Ώm) dan ketebalan (d-meter)
tertentu. Struktur resistivitas dapat dikaitkan terhadap strukrtur geologi
melalui suatu korelasi. Struktur geologi memberikan gambaran terhadap arah
dan susunan serta jenis lapisan batuan. Korelasi antara struktur resistivitas
terhadap struktur geologi membutuhkan informasi geologi pada daerah
survey. Korelasi tersebut akan menghasilkan suatu pengelompokan harga
resistivitas terhadap masing-masing lapisan batuan serta bentuk strukturnya.
Jadi struktur resistivitas memberikan kontribusi terhadap struktur geologi di
suatu daerah secara lebih rinci, hal ini sangat bermanfaat jika informasi/data
geologi dari daerah survei sangat minim.

b. Akuisasi data di lapangan

Kualitas hasil penyelidikan metode geolistrik sangat bergantung


terhadap keakuratan dan kebenaran data lapangan yang diambil melalui suatu
pengukuran dengan menggunakan peralatan tertentu. Keakuratan dan
kebenaran data resistivitas adalah pencerminan terhadap besarnya simpanan
dari nilai resistivitas semu yang diukur terhadap kondisi dan bentuk pelapisan
bumi sebenarnya.

c. Penerapan metode geolistrik

Keberhasilan penerapan metode ini bergantung kepada besarnya


kontras resistivitas dari sistem yang akan dipelajari atau dengan kata lain
berapa besar variasi resistivitas yang akan diukur dari obyek atau tujuan
pekerjaannya. Penerapan utama terhadap metode resistivitas yang telah
berhasil : untuk memperoleh struktur geologi; eksplorasi air tanah; Pendugaan
Reservior panas bumi.

Dasar Interpretasi

Secara teoritis setiap batuan memiliki daya hantar listrik dan harga
tahanan jenis masing-masing. Batuan yang sama belum tentu mempunyai
nilai tahanan jenis yang sama. Sebaliknya harga tahanan jenis sama bisa
dimiliki oleh batuan-batuan berbeda. Faktor-faktor yang berpengaruh antara
lain: komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung,
kandungan benda cair dan faktor eksternal lainnya. (Soenarto, 2003).
Beberapa aspek berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis suatu batuan bisa
sebagai berikut :

 Batuan sedimen yang bersifat lepas mempunyai nilai tahanan jenis lebih
rendah bila dibanding dengan batuan sedimen padu dan kompak
 Batuan beku dan batuan metamorf mempunyai nilai tahanan jenis yang
tergolong tinggi
 Batuan yang basah dan mengandung air, nilai tahanan jenisnya rendah
dan semakin lebih rendah lagi bila yang dikandungnya bersifat payau
atau asin
 Kandungan logam yang berada di sekitar lokasi pendugaan sangat
berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis batuan.
 Faktor luar seperti kabel, tiang listrik dan saluran pipa logam dapat
mempengaruhi hasil pengukuran di lapangan.

Tabel 1 Daftar Nilai Resistivitas Berbagai Jenis Mineral

No Mineral Resistivitas ( Ωm)

1 Tanah 1.000-10.000

2 Air Dalam Lapisan Alluvial 10-30

3 Air Sumber 50-100

4 Pasi Dan Kerikil Kering 1.000-10.000

5 Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Tawar 50-500

6 Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Asin 0.5-5

7 Air Laut 0.2

8 Napal 20-200

9 Batu Gamping 300-10.000

10 Batu Pasir Lempung 50-300

11 Batu Pasir Kuarsa 300-10.000

12 Tufa Gunung Api 0.5-5

13 Lava 100-300

14 Serpih 300-3.000

15 Geniss, Granit Selingan 100-1.000


16 Serpih Mengandung Grafit 0.5-5

17 Granit 1.000-10.000

18 Air Permukaan 80-200

19 Air Tanah 30-100

20 Konglomerat 100-500

21 Alluvium – Dilivium

Lapisan Slit Lempung 10-200

Lapisan Pasir 100-600

Lapisan Pasir Dan Kerikil 100-1.000

22 Neo-Tersier

Batu Lumpur 20-200

Batu Pasir 50-500

Kelompok Andesit 100-500

Kelompok Chert, Slate 200-2000

Tahap Loging
Logging adalah metode atau teknik untuk mengkarakterisasi formasi
di bawah permukaan dengan pengukuran parameter – parameter fisis batuan
dalam lubang bor, sedangkan log adalah hasil rekaman dalam fungsi kedalaman
terhadap proses logging (Serra, 1984).

Tujuan dilakukannya logging adalah untuk mengetahui karakter


fisik batuan di dalam lubang sumur secara in-situ sehingga dapat mengetahui
kondisi bawah permukaan seperti litologi, porositas, saturasi air, permeabilitas,
dan kandungan serpih yang ada dalam formasi. Loging dalam hal ini dalam
pemboran air tanah tujuannya adalah untuk mengetahui letak (posisi) akuifer air,
tahap pekerjaan ini sebagai penentu konstruksi saringan (screen).
Umumnya well logging menggunakan pengukuran yang
memanfaatkan prinsip – prinsip fisika, seperti resistivitas, radioaktif, gelombang
akustik, konduktifitas dll. Dengan bantuan peralatan tersebutlah kegiatan
eksplorasi geosaintis dapat lebih optimal. Pada kegiatan well logging secara
konvensional, maka peralatan logging akan mengukur secepatnya setelah
peralatan pengeboran tidak lagi berada didalam lubang bor. Pengukuran tersebut
biasanya dilakukan dengan sampling rate sebesar setengah feet atau 6 inchi,
walaupun untuk kasus tertentu, sampling rate tersebut bisa didetilkan lagi hingga
2.5 mm.
Electrical Loging dilakukan dengan menggunakan suatu alat, dimana alat
tersebut menggunakan konfigurasi titik tunggal dimana eletroda arus dimasukakan
kedalam lubang bor dan elektroda yang lain ditanam dipermukaan. Arus
dimasukkan kedalam lubang elektroda yng kemudian menyebar kedalam formasi
disekitar lubang bor. Sebagian arus kembali ke elektroda di permukaan dengan
arus yang telah mengalami penurunan. Penurunan inilah yang diukur.

Gambar 1: Konfigurasi Elektrode dalam resistivity logging


A B C

Gambar 2 Contoh hasil logging. A.Caliper Log. B.Natural Gamma Log.


C.Neutron Log

Tahap Pembesaran Lubang Bor (Reaming Hole)


Yang dimaksud dengan reaming adalah memperbesar lubang bor sesuai
dengan diameter konstruksi pipa casing dan saringan (screen) yang direncanakan.
Hal-hal yang diamati dalam tahap pekerjan reaming adalah sama seperti pada
tahap pekerjaan pilot hole, hanya pada pekerjaan reaming cutting (formasi lapisan
tanah) tidak perlu diambil lagi. Ideal selisih diameter lobang bor dengan pipa
casing adalah 6 inchi. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah masuknya
konstruksi pipa casing dan saringan (sreen) serta masuknya penyetoran kerikil
pembalut (gravel pack).

Anda mungkin juga menyukai