DEFINISI
Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis-analisis kapasitas
dukung tanah, stabilitas lereng, dan gaya dorong pada dinding penahan
tanah.
Mohr (1910) memberikan teori kondisi keruntuhan suatu bahan.
Keruntuhan suatu bahan terjadi oleh akibat adanya kombinasi keadaan
kritis dari tegangan normal dan tegangan geser.
Hubungan fungsi antara tegangan normal dan tegangan geser pada
bidang runtuhnya, dinyatakan menurut persamaan :
t = (s)
(1)
dengan t adalah tegangan geser pada saat terjadinya keruntuhan atau
kegagalan, dan s adalah tegangan normal pada saat kondisi tersebut.
Garis kegagalan yang didefinisikan dalam persamaan (1), adalah kurva
yang ditunjukkan dalam Gambar 1
Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir
tanah terhadap desakan atau tarikan.
Bila tanah mengalami pembebanan akan ditahan oleh:
1. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya,
tetapi tidak tergantung dari tegangan vertikal yang bekerja pada
bidang geseran.
2. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus
dengan tegangan vertikal pada bidang gesernya.
t = c + s tan f
(2)
Persamaan ini menghasilkan data yang relatif tidak tepat, nilai-nilai c dan f yang
diperoleh sangat tergantung dari jenis pengujian yang dilakukan
dengan:
t = kuat geser tanah
c = kohesi tanah
f = sudut gesek dalam tanah
s = tegangan normal pada bidang runtuh
Persamaan (2) ini disebut kriteria keruntuhan atau kegagalan
MohrCoulomb, di mana garis selubung kegagalan dari persamaan
tersebut dilukiskan dalam Gambar 1.
Gambar 1.
Kriteria Keruntuhan
Mohr dan Couloumb
dengan:
c' = kohesi tanah efektif
s' = tegangan normal efektif
u = tekanan air pori
(8)
LINGKARAN MOHR
a'
c' =
cos f'
(11)
Butir (1) sampai (5) ada hubungannya dengan kondisi aslinya yang tak
dapat dikontrol tetapi dapat dinilai dari hasil pengamatan lapangan,
pengukuran, dan kondisi geologi.
Butir (6) tergantung dari kualitas benda uji dan penanganan benda uji
dalam persiapan pengujian.
Sedangkan butir (7) sampai (12) tergantung dari cara pengujian yang
dipilih.
(1)
(2)
(3)
(4)
Tegangan yang terjadi dari selisih s1 dan s3 atau (s1 - s3) disebut
tegangan deviator (deviator stress) atau beda tegangan (stress
difference).
DV
1
Vo
(12)
A = Ao
DL
1
Lo
dengan Vo adalah volume awal, DV adalah perubahan volume, Lo
adalah panjang benda uji awal, dan Dh adalah perubahan
panjangnya.
Pada pengujian kuat geser tanah, bila terdapat air di dalam tanah,
pengaruh-pengaruh seperti: jenis pengujian, permeabilitas, kadar
air, akan sangat menentukan nilai-nilai kohesi (c) dan sudut gesek
dalam (f).
Nilainilai kuat geser yang rendah terjadi pada pengujian dengan
cara unconsolidated-undrained. Pada tanah lempung yang jenuh
air nilai sudut gesek dalam (f) dapat mencapai nol, sehingga
pada pengujian hanya diperoleh nilai kohesinya.
Parameter-parameter kuat geser yang diukur dengan
menggunakan ketiga cara pengujian di atas (triaksial UU, CU dan
CD), hanya relevan untuk kasus-kasus di mana kondisi drainase
di lapangan sesuai dengan kondisi drainase di laboratorium.
Gambar 7.
(a) Skema pengujian triaksial tekan.
(b) Kondisi tegangan dalam benda uji.
Ukuran sedang
Berpasir
Kering & tidak padat
Jenuh & tidak padat
Kering & padat
Jenuh & padat
Tidak padat
Padat
400 - 550
350-500
400-550
350-500
280-340
280-340
350-460
1 - 2 kurang dari
kering & padat
430-450
430- 50
200- 220
250- 300
270- 300
30 - 350
0 (jika jenuh)
140-200
20 - 42
Konsistensi
Lempung keras
qu (kN/m2)
> 400
200-400
Lempung kaku
100-200
Lempung sedang
50-100
Lempung lunak
25- 50
< 25
Gambar 9.
Alat uji kipas geser
cu =
d2h d3
+
6
2
(14)
Gambar 11.
Zona distorsi pada uji kipas geser
(15)
dengan Su(nyata) adalah kuat geser undrained yang diterapkan dalam perencanaan,
Su(lapangan) adalah kuat geser undrained yang diperoleh dari uji kipas geser di
lapangan dan a adalah faktor koreksi yang tergantung dari besarnya indeks plastis
dari lempung.
Faktor koreksi tersebut ditunjukkan dalam Gambar 12.
Gambar 12.
Koreksi kuat geser undrained dari
pengujian baling-baling di lapangan
(Bjerrum, 1972)
Gambar 13.
Hasil pengujian geser langsung pada
tanah pasir
Pada tegangan vertikal dan tegangan sel yang sama, nilai tegangan
geser batas dan angka pori untuk pasir tidak padat dan tanah pasir padat
mendekati sama.
Benda uji tanah pasir dikatakan pada nilai banding pori kritis, jika tercapai
keadaan volume benda uji yang tetap tak berubah pada proses
penggeseran.
Pada tanah pasir, hanya kuat geser dengan pengujian drained, biasanya
relevan digunakan dalam praktek.
Nilai kuat geser f' (c' = 0) pada masing-masing kondisi pasir diperlihatkan
pada Tabel 3.
Tidak padat
Padat
27
35
33
45
35
50
270-300
300-340
PENYELESAIAN
Luas kotak geser adalah 0,0625 m2.
Tegangan normal untuk beban 5 kN adalah :
s=
5
= 80 kN / m2
0,0625
Dengan cara yang sama, untuk hitungan tegangan normal yang lain
Tegangan normal (kN/m2)
80
160
180
Tegangan geser puncak t m (kN/m2)
78,4
156,8
176
Tegangan geser residu t r (kN/m2)
48,6
99,7
109,8
Dari gambar, diperoleh nilai sudut geser dalam tanah pada kondisi padat
(f) = 45, sedangkan pada kondisi tidak padat (f r) = 32.
Gambar 15
Hasil uji triaksial drained
AB s1's3 ' / 2
sin f =
=
OA s1'+s3 ' / 2
atau
s1's3 '
(saat kegagalan)
f = arc sin
s1'+s3 '
(16)
ft = arc sin
s1t '+s3 '
dengan s1t' = s3' + Dst, yaitu tegangan yang terjadi pada regangan yang
besar (saat tegangan geser konstan pada penggeseran).
Deskripsi
Bentuk Butiran
D10
(mm)
Cu
Tidak
Padat
Padat
fo
fo
Bulat benar
0,56
1,2
0,70
28
0,53
35
Bulat
0,16
1,7
0,69
31
0,47
37
Bulat
0,18
1,5
0,89
29
Agak bulat
0,03
2,1
0,85
33
0,65
37
Agak bergerigi
sampai agak bulat
0,04
4,1
0,65
36
0,45
40
Agak bergerigi
sampai agak bulat
0,13
1,8
0,84
34
0,54
42
Agak bergerigi
0,22
1,4
0,85
33
0,60
43
Agak bergerigi
0,07
2,7
0,81
35
0,54
46
Batuan pecah
dipadatkan gradasi baik
Bergerigi
0,18
60
Catatan: Semua sudut gesek dalam diambil dari uji triaksial, hanya nomor 8 dari uji
geser langsung
Tabel 5. Hubungan kerapatan relatif dan sudut gesek dalam tanah non
kohesif hasil dari penyelidikan lapangan (Meyerhoff, 1956)
Kondisi
Sangat tidak
padat
Tidak padat
Agak padat
Padat
Sangat padat
Kerapatan
Nilai SPT
relatif
(N)
(Dr)
< 0,2
0,2-0,4
0,4-0,6
0,6-0,8
> 0,8
Nilai tahanan
Sudut gesek
konus alat
dalam
sondir
(f)
(qc) (kg/cm2)
<4
< 20
9 < 30
4-10
10-30
30-50
> 50
20-40
40-120
120-200
> 200
30-35
35-40
40-45
> 45
Hasil dari tegangan deviator ini adalah tekanan air pori ud.
Karena drainase masih tetap terbuka, maka ud akhirnya juga nol.
Tegangan deviator ditambah terus, sampai terjadi keruntuhan pada benda
uji.
Dalam Gambar 16, selama penerapan tegangan deviator, volume benda
uji berangsurangsur berkurang untuk lempung normally consolidated.
Akan tetapi, pada lempung overconsolidated, pada mulanya terjadi sedikit
pengurangan volume, namun kemudian volumenya bertambah.
s1's3 '
sin f =
s1'+s3 '
atau
(17)
t = c + s' tg f.
(s1's3 ' ) / 2
AC
sin f =
=
BO + OA ctg f + (s1'+s3 ' ) / 2
(18)
atau
s1' = s3 '
1 + sin f 2c cos f
+
1 sin f 1 sin f
(19)
Gambar 18.
Lingkaran Mohr untuk lempung overconsolidated
Gambar 19.
Selubung kegagalan dengan tegangan prakonsolidasi = sc'.
s ' s '
fult = arc sin 1 3 (rsd)
s1'+s3 '
(21)
PQ
sin f =
=
OP
1
2
1
2
= 0,33
2 (55,2
+ 27,6) +
= 36,8kN / m2
2 (55,2
27,6)(cos 109,3o )
Gambar 21.
Pengujian triaksial consolidated undrained
(a) dengan tegangan sel;
(b) dengan tegangan deviator.
sc '
OCR =
s3
dengan sc = sc, adalah tegangan sel maksimum pada saat benda uji
terkonsolidasi, dan kemudian diizinkan untuk kembali pada tegangan
sel s3.
Sifat-sifat khusus dari variasi Af dengan nilai banding overconsolidation
(OCR) untuk lempung yang berasal dari Weald diperlihatkan dalam
Gambar 22.
Pada saat keruntuhan terjadi:
tegangan utama mayor total = s1 = s3 + Dsf
tegangan utama minor total= s3
tekanan air pori pada saat keruntuhan = ud(runtuh) = Af Dsf
tegangan utama mayor efektif = s1 - Af Dsf = s1'
tegangan utama minor efektif = s3 - Af Dsf = s3
Gambar 22.
Variasi Af dengan nilai overconsolidation untuk lempung dari Weald (N.E. Simons, 1960)
(22)
Gambar 23.
Hasil uji triaksial pada lempung normally consolidated
kondisi consolidated undrained.
Gambar 24.
Selubung kegagalan tegangan
total lempung overconsolidated
pada kondisi consolidated
undrained
Tegangan deviator
(kN/m2)
100
200
400
600
410
520
720
980
(a) Gambarkan garis selubung kegagalan untuk tanah ini pada tinjauan
tegangan total dan tegangan efektif.
(b) Jika tekanan prakonsolidasi yang dibebankan pada lempung ini 800
kN/m2, gambarkan variasi parameter tekanan pori Af dengan nilai
banding overconsolidation (OCR).
A=
Dud
Ds1 Ds3
s3
OCR
-65/410 = -0,146
-0,020
0,110
1,33
0,185
150
190
80
300
340
150
450
500
220
PENYELESAIAN :
Nilai-nilai tegangan utama efektif s1' dan s3' saat kegagalan dihitung dengan
mengurangkan tegangan-tegangan utama dengan tekanan air pori.
Selanjutnya hasil perhitungannya pada tabel berikut :
s3 (kN/m2)
s1 (kN/m2)
s3 (kN/m2)
s1 (kN/m2)
(s1 - s3) (kN/m2)
(s1 + s3) (kN/m2)
150
340
70
260
95
165
300
640
150
490
170
320
450
950
230
730
250
480
0
0
0
0,01
140
50
0,02
240
80
0,04
310
90
0,08
370
92
0,12
410
86
0
300
0
0
-
0,01
440
70
370
0,36
0,02
540
120
420
0,33
0,04
610
155
450
0,29
0,08
670
185
485
0,25
0,12
710
205
505
0,21
200
120
102
400
230
200
600
360
300
Tentukan sudut gesek dalam dan kohesi yang tampak dalam tinjauan
tegangan total dan tegangan efektif dengan penggambaran lingkaran Mohr
dan penggambaran titik-titik tegangan
PENYELESAIAN :
Tegangan utama total saat runtuh :
s1 = (s1 - s3)f + s3
s3 = s3
Tegangan utama efektif saat runtuh :
s1 = (s1 - s3)f + s3 - u
s3 = s3 u
(s1 + s3 )f
2
(s1'+s3 ' )f
2
dan
dan
(s1 s3 )f
2
(s1's3 ' )f
2
630
400
430
200
515
315
115
960
600
660
300
780
480
180
Gambar 25.
Uji triaksial unconsolidated undrained pada lempung jenuh
s1 s3 Ds f
su = c u =
=
2
2
(24)
su = c u =
qu
2
(25)
Benda uji B dari jenis tanah yang sama, dikonsolidasi dengan tegangan
keliling s3 dengan tambahan tegangan keliling Ds3 yang juga tanpa
adanya drainase, tekanan air pori akan bertambah dengan Duc.
Karena nilai Duc = B Ds3 (B adalah parameter tegangan air pori) di mana
untuk tanah jenuh B = 1, benda uji A dan B akan runtuh pada tegangan
deviator yang sama, yaitu Dsf.
Lingkaran Mohr benda uji B dalam tinjauan tegangan total pada saat
runtuh, diberikan oleh lingkaran nomor 3.
Gambar 26.
Kuat geser undrained.
Gambar 27.
Elemen tanah yang dibebani
oleh tegangan yang sama
besar dari segala arahnya
(isotropis).
atau
1
Du3 = Ds 3
Cv
1+ n
C sk
Gambar 28.
Sifat khusus hubungan nilai
B dan derajat kejenuhan (S).
Gambar 29
Tanah mengalami tegangan
utama mayor (Ds1 ).
1
Du1 = 1/ 3
Cv
1+ n
Csk
Ds = 1/ 3 B Ds
1
1
1
Du1 = Ds1
Cv
1+ n
Csk
Gambar 30.
Hubungan nilai A saat keruntuhan
dan OCR (Bishop dan Henkel,1964).
= A Ds1
(31)
(32)
dengan A = 1/[l+n(Cv/C50)].
Pada tinjauan tanpa regangan lateral, untuk tanah yang jenuh, nilai
Cv/Cso mendekati nol.
Karena itu, nilai A akan mendekati 1.
Hal ini terjadi pada konsolidasi satu dimensi pada alat pengujian
konsolidasi
(33)
Du3 = B Ds3
Du1 = AB Du1 = AB (Ds1 Ds3)
Du = B [ Ds3 + A (Ds1 Ds3)]
(34)
Gambar 31.
Contoh perencanaan kondisi unconsolidated undrained
(Ladd, 1971).
b=
c u / p'(over
consolidat ed )
c u / p'(normally
consolidat ed )
Dalam Gambar 33, diperlihatkan nilai batas atas dan bawah kumpulan
kurvanya tidak berbeda jauh. Karena itu, nilai rata-rata dapat digunakan
untuk mengestimasi kuat geser undrained tanah lempung
overconsolidated.
3. Lempung quick clay, jika dengan sensitivitas lebih besar dari 16.
Gambar 37. Kuat Geser tanah tak jenuh pada kondisi undrained
Penentuan kuat geser tanah tak jenuh sangat sulit karena adanya suatu
faktor yang
Bishop telah memberikan persamaan tegangan efektif untuk tanah tak
jenuh sebagai :
s = s + ua X (ua uw)
Bishop, Alphan, Bligh, dan Donald (1960) menyarankan bahwa nilai X
dapat didekati dari pengujian geser, jika pada pengujian dianggap bahwa
untuk angka pori awal yang diberikan, nilai c' dan f' tak tergantung dari
derajat kejenuhan.
s + s3
absis : s1 + s3 ua ; s1 + s3 uw dan ordinat : 1
2
2
2
untuk memperoleh dua garis tegangannya.
Dua garis ini akan berimpit jika tanah mendekati jenuh (Gambar 38).
X=
atau
X=
1 ( s '+ s ' ) 1 ( s
3
2 1
2 1
bc e
=
ac f
ua u w
+ s3 ) + ua
(37)
(38)
Untuk tanah pasir dan kerikil di atas muka air tanah, pengaruh
isapan dapat diabakan dan nilai (ua - uW) hanya berpengaruh
kecil.
Untuk kebanyakan tanah, jika derajat kejenuhan relatif tinggi kirakira 90%, udara dapat dianggap mempunyai pengaruh kecil pada
tekanan airnya.
Dalam praktek, persamaan tegangan efektif menjadi s' = s - uW.
Pengecualian pada tanah. berbutir halus, walaupun derajat
kejenuhan mendekati 90%, dengan kadar air dekat kering
optimumnya, bentuk persarnaan tegangan efektif tanah tak jenuh
harus digunakan.
sh
K=
sv
(39)
Ko =
sh '
sv '
(40)
Gambar 39. Hubungan antara tekanan horizontal dan vertikal untuk pembebanan
tahap pertama dari pasir minnesota dalam kompresi satu dimensi
(Kane dkk., 1965).
Gambar 40 .
Hubungan Ko dan OCR untuk pasir kepadatan sedang
(Brooker dan Ireland, 1965).
Gambar 41. Hubungan Ko dan indeks plastisitas yang diperoleh dari pengujian
laboratorium (Massarsch, 1979).
0,20
0,205
0,40
0,260
0,80
0,355
Jika benda uji yang sama diuji pada pengujian triaksial kompresi dengan
tegangan sel 100 kN/m2, tentukan tegangan aksial total pada saat
keruntuhannya.
PENYELESAIAN :
Luas dari kotak geser = 3600 mm2, tegangan-tegangan yang bekerja:
Tegangan normal (kN/m2)
Tegangan geser (kN/m2)
56
57
111
72
223
99
145
103
241
117
337
132
Tentukan besarnya kohesi dan sudut gesek dalam (f) dari lempung ini. Berapa
besar nilai kohesi (c) bila diuji dalam uji tekan bebas (unconfined compression
tests).
PENYELESAIAN :
Dengan data yang diperoleh, dapat digarnbarkan lingkaran Mohr dan
diperoleh nilai kohesi cu = 85 kN/m2 dan fu = 7.
Nilai kohesi dalam uji tekan bebas diberikan oleh jari jari lingkaran Mohr
yang lewat titik asal dan merupakan garis singgung dari garis Coulomb.
Untuk memperolehnya, gambarkan garis (45 + f/2) = 48,5 terhadap
sumbu horisontal dan tegak lurus garis Coulomb.
Garis ini memotong sumbu horizontal, yang merupakan titik pusat
lingkaran Mohr.
Nilai kohesi (c) yang akan diperoleh dalam uji tekan bebas adalah nilai
besarnya jari-jari dari lingkaran, yaitu 98 kN/m2.
Jadi, jika tanah memperlihatkan suatu sudut geser dalam yang diperoleh
dari hasil pengujian undrained, maka nilai kohesi yang diberikan oleh uji
tekan bebas akan lebih besar.
Dalam hal ini, untuk memudahkan, dianggap bahwa beberapa pengujian
seperti triaksial, tekan bebas, dan geser langsung akan memberikan hasil
yang sama pada kondisi drainase yang sama. Dalam praktek, tidak selalu
demikian
100
136
170
143
240
135
61
74
122
100
185
129
(a)
(b)
70
300
-30
350
890
95
s1 s3
216
=
= 0,42
s1 + s3 (296 + 70 + 150 )
ftotal = 24,79o
0
300
120
2,5
500
150
5
720
150
7,5
920
120
10
1050
80
15
20
1200 1250
10
-60
Dl / lo
Du1 (kN/m2)
(Ds) (kN/m2)
AB = Du1 / Ds1
AB/B
c).
2,5
30
200
0,15
0,38
5
30
420
0,07
0,18
7,5
0
620
0
0
10
-40
750
-0,05
-0,13
15
-110
900
-0,12
-0,30
20
-180
950
-0,19
-0,47
Gambar a.
Gambar b.
Perubahan volume
selama penggeseran
(ml)
1,1
1,5
1,4
s1 - s3
(kN/m2)
280
420
560
ua - uw
saat runtuh
(kN/m2)
140 -103
126 -117
55 -131
(b) Dengan menganggap c' = 0, tentukan nilai X yang diterapkan untuk tiap
contohnya pada saat kegagalannya dan gambarkan hubungan S dan X.
(s1 + s3) - ua
(kN/m2)
140
294
505
(s1 + s3) - uw
(kN/m2)
383
537
691
(X)
0,76
0,79
0,82
S
(%)
83
88
90
Dua kurva hubungan (s1 + s3) - ua dan (s1 + s3) - uw terhadap (s1
- s3) digambarkan dan diekstrapolasi untuk memberikan titik anggapan
kondisi jenuh sempurna.
Karena tanah tidak mempunyai kohesi, garis Kf digambarkan lewat titik
asal sampai dengan titik yang menunjukkan kondisi jenuhnya.
Dengan menggunakan persamaan (37), nilai X dapat dihitung.
Derajat kejenuhan dihitung dengan cara sebagai berikut:
Berat volume contoh = 165/87 = 1,9 gram/ml : Ww/Ws = 0,2 dan
Berat butiran = 165/1,2 = 137,5 gram (Ww + WS =165 gram)
Volume butiran = 137,5/2,65 = 51,9 ml
Volume saat kegagalan = 87 - 2 = 85 ml
Volume rongga pori = 85 - 51,9 = 33,1 ml
Angka pori e = 33,1/51,9 = 0,638
S = w. Gs/e = 0,2 x 2,65/0,638 = 83%
Hasil dari hitungan-hitungan di-plot dalam berikut.
200
300
400
480
510
500
550
580
560
90
130
180
210
260
290
280
370
430
420
250
-
190
-
180
-
0,7
2,5
1,3
4,6
2,1
7,7
3,0
13
20
23
4,5
-
6,7
-
8,5
-
0
0
Gambarkan hasil di atas dan hitung nilai koefisien tekanan pori A selama
pengujian berlangsung.
PENYELESAIAN:
Tekanan air pori dalam kondisi undrained dinyatakan dalam persamaan:
Du = B [Ds3 + A (Ds1- Ds3)]
Du adalah perubahan total tekanan pori dari permulaan pengujian, Ds1
dan Ds3 adalah perubahan tegangan utama total juga dari permulaan
pengujian.
200
300
400
0
0
480
0,59
0,78
510
0,85
500
0,85
550
0,45
-
580
0,33
-
560
0,31
-
Dari nilai A yang telah dihitung, kemudian di-plot pada gambar berikut.
Dari bentuk kurva ini disimpulkan bahwa tanah X adalah
overconsolidated dan tanah Y adalah normally consolidated.
(43)
q = (s1 - s3)
(44)
Gambar 43.
(a) Lingkaran Mohr yang berturutan.
(b) Lintasan tegangan.
p = p u = (s1 + s3) u
= (s1 + s3)
(45)
q = q u = (s1 - s3) u
= [(s1 u) (s3 u)]
= (s1 - s3)
(46)
s3 f '
Kf =
s1f '
(47)
(48)
dengan s1f' dan s3f' adalah tegangan utama pada saat kegagalan.
Selanjutnya,
sin f =
(49)
(51)
dengan
a' = perpotongan dengan sumbu q dalam satuan tegangan
a' = sudut dari garis Kf dengan arah horizontal, dalam derajat
Persamaan selubung kegagalan Mohr-Coulomb adalah
t f' = c' + s tg f'
(52)
a'
c' =
cos f
(53)
Dari sini, selanjutnya nilai-nilai parameter kuat geser c' dan f' dapat
dihitung.
Penggunaan yang lain dari diagram p - q adalah digunakan untuk
memperlihatkan baik lintasan tegangan total (total stress path = TSP)
maupun lintasan tegangan efektif (efective stress path = ESP) pada
diagram yang sama.
q
=
p
1 (s s )
3
2 1
1 (s + s )
3
2 1
1 s3 / s1 1 K
=
1 + s3 / s1 1 + K
(54)
dengan :
K = s3 /s1.
q' =
(56)
(57)
Jadi,
q'
1 Ko
b = arc tg = arc tg +
p'
1 Ko
1 tg b
atau Ko =
1 + tg b
(58)
(59)
Gambar 47.
Penentuan kemiringan Ko
Gambar 48.
Penentuan s1 dan s3 pada titik di lintasan tegangan
Gambar 50.
Lintasan tegangan selama
pembebanan drained pada
lempung normally
consolidated dan pasir
(Lambe, 1967).
Gambar 51.
Lintasan tegangan selama
pembebanan aksial kondisi
undrained dari lempung
normally consolidated
Gambar 52.
Lintasan tegangan selama
kompresi aksial dari
lempung overconsolidated.
Gambar 53.
Kedudukan ESP, TSP, dan (T- uo)
SP untuk lempung normally
consolidated (Lambe, 1967).
s1 - s3 = s1 s3
(kN/m2)
0
150
260
280
330
334 (runtuh)
u
(kN/m2)
0
70
136
194
261
297
s1
(kN/m2)
600
680
724
686
669
637
p = (s1 + s3 )
(kN/m2)
600
605
594
546
504
470
q = (s1 - s3 )
(kN/m2)
0
75
130
140
165
167