MEKANIKA TANAH II
Oleh:
ANANDA KRISHNA
1805511075
Ananda Krishna
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefnisikan sebagai material yang
terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara
kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel
padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara
partikel-partikel padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai
macam pekerjaan teknik sipil, di samping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung
pondasi dari bangunan. Jadi seorang ahli teknik sipil harus juga mempelajari sifat-sifat
dasar dari tanah, seperti asal usulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan
mengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani (compressibility), kekuatan geser,
kapasitas daya dukung terhadap beban, dan lain-lain. Tidak dapat diketahui sejak kapan
manusia mulai menggunakan tanah sebagai bahan bangunan. Untuk beberapa lama pada
mulanya, seni rekayasa tanah hanya dilaksanakan berdasarkan pengalaman di masa lalu
saja. Tetapi dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, perancangan dan
pelaksanaan struktur yang lebih baik dan lebih ekonomis menjadi lebih diperlukan.
Karena tanah memiliki berbagai macam jenis dan sifat, maka diperlukan suatu teori yang
membahas mengenai jenis dan sifat tanah tersebut, teori tersebut adalah sistem klasifikasi
tanah.
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang
berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub
kelompok-sub kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan
suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanal yang
sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci. Sebagian besar sistem klasifikasi tanah
yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah
yang sederhana seperti distribusi ukuran butiran dan plastisitas. Walaupun saat ini
1
terdapat berbagai sistem klasifikasi tanah, tetapi tidak ada satupun dari sistem-sistem
tersebut yang benar-benar memberikan penjelasan yang tegas mengenai segala
kemungkinan pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat tanah yang sangat
bervariasi. Karena sifat-sifat tanah yang sangat bervariasi inilah yang menjadikan setiap
jenis tanah memiliki fungsinya masing-masing. Tanah juga memiliki sifat yang sangat
bervariasi, salah satunya adalah kuat geser tanah, untuk mendukung stabilitas di dalam
tanah itu sendiri.
Kekuatan geser suatu massa tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut
per satuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah
yang dimaksud. Untuk menganalisis masalah stabilitas tanah seperti daya dukung,
stabilitas talud (lereng), dan tekanan tanah ke samping pada turap maupun tembok
penahan tanah, mula-mula harus diketahui sifat-sifat ketahanan penggesernya tanah
tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, makalah dengan judul Lingkaran Mohr dan
Teori Keruntuhan ini disusun oleh penulis.
1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb
Bila satu titik pada sembarang bidang dari suatu massa tanah memiliki tegangan
geser yang sama dengan kekuatan gesernya, maka keruntuhan akan terjadi pada titik
tersebut. Kekuatan geser tanah (𝜏ƒ ) di suatu titik pada suatu bidang tertentu dikemukakan
oleh Coulomb sebagai satu fungsi linear terhadap tegangan normal (𝜎ƒ ) pada bidang
tersebut pada titik yang sama, sebagai berikut:
𝜏ƒ = 𝑐 + 𝜎ƒ tan ɸ
𝜏ƒ = 𝑐′ + 𝜎′ƒ tan ɸ′
Dimana c' dan ϴ′adalah parameter-parameter kekuatan geser pada tegangan efektif.
Dengan derkian keruntuhan akan teiadi pada titik yang mengalami keadaan kritis yang
disebabkan oleh kombinasi antara tegangan geser dan tegangan normal efektif.
Selain itu, kekuatan geser juga dapat dinyatakan dalam tegangan utama besar 𝜎′1
dan kecil 𝜎′3 pada keadaan runtuh di titik yang ditinjau. Garis yang dihasilkan oleh
persamaan kedua di atas pada keadaan runtuh merupakan garis singgung terhadap
lingkaran Mohr yang menunjukkan keadaan tegangan dengan niai positif untuk tegangan
tekan, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
3
Gambar 1 Kondisi tegangan pada keadaan runtuh
1
𝜏ƒ = (𝜎′1 − 𝜎 ′ 3 ) sin 2 𝜃
2
1 1
𝜎′ƒ = (𝜎′1 + 𝜎 ′ 3 ) + (𝜎′1 − 𝜎 ′ 3) cos 2 𝜃
2 2
Dan 𝜃 adalah sudut teoritis antara bidang utama besar dan bidang runtuh. Dengan
demikian jelas bahwa:
ɸ′
𝜃 = 45° +
2
Dari gambar di atas dapat dilihat juga hubungan antara tegangan utama efektif pada
keadaan runtuh dan parameter-parameter kekuatan geser.
1 ′
(𝜎 1 − 𝜎 ′ 3 )
′
sin ɸ = 2
1
𝑐 ′ cot ɸ′ + (𝜎 ′1 + 𝜎 ′ 3)
2
Sehingga:
(𝜎 ′1 − 𝜎 ′ 3) = (𝜎 ′1 + 𝜎 ′ 3 ) sin ɸ′ + 2𝑐 ′ cos ɸ′
Atau
4
ɸ′ ɸ′
𝜎 ′1 = 𝜎 ′ 3 𝑡𝑎𝑛2 ( 45° + ) + 2𝑐 ′ 𝑡𝑎𝑛 ( 45° + )
2 2
Persamaan di atas disebut sebagai kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb. Kriteria
tersebut berasumsi bahwa bila sejumlah keadaan tegangan diketahui, di mana masing-
masing menghasilkan keruntuhan geser pada tanah, sebuah garis singgung akan dapat
digambarkan pada lingkaran Mohr; garis singgung tersebut dinamakan selubung
keruntuhan (failure envelope) tanah. Keadaan tegangan tidak mungkin berada di atas
selubung keruntuhannya. Kriteria ini tidak mempertimbangkan regangan pada saat atau
sebelum terjadinya keruntuhan dan secara tidak langsung menyatakan bahwa tegangan
utama menengah efektif 𝜎 ′ 2 tidak mempengaruhi kekuatan geser tanah. Di dalam
praktek, kriteria keruntuan Mohr Coulomb ini paling sering digunakan karena
kesederhanannya, walaupun bukan merupakan satu-satunya kriteria keruntuhan tanah.
Slubung keruntuhan untuk tanah tertentu tidak selalu berbentuk garis lurus, tetapi secara
perkiraan dapat dibuat menjadi garis lurus, yang diambil dari suatu rentang tegangan serta
parameter-parameter kekuatan geser pada rentang tersebut.
1 1
Dengan memplot (𝜎 ′1 − 𝜎 ′ 3 ) terhadap (𝜎 ′1 + 𝜎 ′ 3 ), maka setiap kondisi
2 2
tegangan dapat dinyatakan dengan suatu titik tegangan (stress point), yang lebih baik dari
pada lingkaran Mohr, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah.
5
Setelah itu dapat dibuat selubung keruntuhan yang dimodifikasi, yang dinyatakan
dengan persamaan:
1 ′ 1
(𝜎 1 − 𝜎 ′ 3 ) = 𝑎 ′ + (𝜎 ′1 + 𝜎 ′ 3 ) 𝑡𝑎𝑛 𝛼′
2 2
ɸ′ = 𝑠𝑖𝑛−1 (𝑡𝑎𝑛 𝛼 ′ )
𝑎′
𝑐′ =
cos ɸ′
Garis-garis yang digambar dari titik tegangan pada sudut 45° terhadap horizontal,
seperti pada gambar 2, berpotongan dengan sumbu horizontal di titik-titik yang
menyatakan nilai-nilai tegangan utama 𝜎 ′1 dan 𝜎 ′ 3. Gambar 2 juga dapat digambarkan
dalam kondisi tegangan total, dengan koordinat-koordinat vertikal dan horizontal
1 1
berturut-turut (𝜎1 − 𝜎3 ) dan (𝜎1 + 𝜎3 ). Perlu diperhatikan bahwa:
2 2
1 ′ 1
(𝜎 1 − 𝜎 ′ 3 ) = (𝜎1 − 𝜎3 )
2 2
1 ′ 1
(𝜎 1 + 𝜎 ′ 3 ) = (𝜎1 + 𝜎3 ) − 𝑢
2 2
Dalam keadaan simetri aksial, suatu keadaan tegangan efektif dapat juga diplot
terhadap koordinat-koordinat vertikal dan horizontal berturut turut 𝑞′ dan 𝑝′, di mana:
𝑞 ′ = (𝜎 ′1 − 𝜎 ′ 3 )
1 ′
𝑝′ = (𝜎 1 + 2𝜎 ′ 3 )
3
6
Besarnya tegangan-tegangan ini (yang merupakan fungsi dari tegangan utama)
tidak tergantung pada orientasi sumbu-sumbu korrdinat, sehingga tegangan-tegangan
semacam itu disebut invarian tegangan. Tegangan-tegangan total yang sesuai adalah:
𝑞 = (𝜎1 − 𝜎3 )
1
𝑝= (𝜎 − 2𝜎3 )
3 1
Dalam hal ini hubungan antara tegangan efektif dan tegangan total adalah:
𝑞′ = 𝑞
𝑝′ = 𝑝 − 𝑢
(𝜎1 + 𝜎3 ) (𝜎1 − 𝜎3 )
𝜎= + cos 2𝜃
2 2
Dan
(𝜎1 − 𝜎3 )
𝜏ƒ = sin 2𝜃
2
(𝜎1 − 𝜎3 ) 𝜎1 − 𝜎3 𝜎1 − 𝜎3
sin 2𝜃 = 𝑐 + [( )+( ) 𝑐𝑜𝑠 2𝜃] 𝑡𝑎𝑛 ɸ
3 3 3
Atau
7
𝜎3 tan ɸ + 𝑐
𝜎1 = 𝜎3 +
1
𝑠𝑖𝑛 2𝜃 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 𝑡𝑎𝑛 ɸ
2
Gambar 3 Kemiringan bidang keruntuhan dengan bidang utama besar di dalam tanah
Untuk harga-harga 𝜎3 dan c tertentu, kondisi runtuh akan ditemukan oleh harga
minimum dari tegangan utama besar 𝜎1 . Bila harga 𝜎1 adalah minimum, maka harga
1
( 𝑠𝑖𝑛 2𝜃 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 𝑡𝑎𝑛 ɸ) haruslah maksimum. Jadi;
2
𝑑 1
( 𝑠𝑖𝑛 2𝜃 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 𝑡𝑎𝑛 ɸ) = 0
𝑑𝜃 2
Atau
ɸ
𝜃 = 45° +
2
8
Gambar 4 Lingkaran Mohr dan Garis Keruntuhan
ɸ
Bila harga 𝜃 = 45° + dimasukkan ke dalam persamaan 𝜎1 = 𝜎3 +
2
𝜎3 tan ɸ+𝑐
1 dan kemudian disederhanakan, akan menghasilkan
𝑠𝑖𝑛 2𝜃− 𝑐𝑜𝑠2 𝜃 𝑡𝑎𝑛 ɸ
2
ɸ ɸ
𝜎1 = 𝜎3 𝑡𝑎𝑛2 (45° + ) + 2𝑐 𝑡𝑎𝑛 (45° + )
2 2
ɸ ɸ
Akan tetapi, persamaan 𝜎1 = 𝜎3 𝑡𝑎𝑛2 (45° + ) + 2𝑐 𝑡𝑎𝑛 (45° + ) juga
2 2
dapat dengan mudah diturunkan dengan menggunakan lingkaran Mohr dan ilmu ukur
sederhana.
9
𝜎 = 𝜎′ + 𝑢
Tegangan efektif 𝜎 ′, diterima oleh bagian butiran padat dari tanah. Jadi berdasarkan
prinsip mekanika tanah, dapat ditulis lagi menjadi
𝜏ƒ = 𝑐 + ( 𝜎 − 𝑢) 𝑡𝑎𝑛 ɸ = c + 𝜎 ′ 𝑡𝑎𝑛 ɸ
Hanya c dari tanah pasir dan lanau anorganik adalah sama dengan nol. Untuk tanah
lempung yang terkonsolidasi-normal, harga c juga dapat dianggap sama dengan nol.
Tanah lempung terkonsolidasi-lebih mempunyai harga c > 0. Sudut geser internal ɸ,
kadang-kadang juga disebut sudut geser air teralirkan (drained angle of friction). Harga-
harga ɸ yang umum dijumpai pada tanah, diberikan pada tabel di bawah ini.
10
terutama untuk contoh tidak terganggu (undisturbed), di mana struktur tanah di lapangan
dan kadar airnya harus dipertahankan. Untuk tanah lempung, benda uji didapatkan dari
tabung-tabung contoh atau kotak-kotak contoh. Kotak contoh memiliki efek terganggu
yang lebih kecil. Pengujian (swelling) benda uji lempung akan timbul akibat Kehilangan
Uji Geser Langsung.
Pada kotak tersebut, contoh dibebani gaya vertikal (N) melalui pelat beban
(loading plate) dan secara berangsur-angsur akan timbul tegangan geser dengan
membuat pergeseran di antara kedua bagian kotak tersebut. Gaya geser (T) diukur
bersamaan dengan perpindahan geser (∆𝑙). Biasanya perubahan tebal contoh (∆ℎ)
juga diukur. Dalam percobaan ini digunakan beberapa contoh dengan pembebanan
11
vertikal yang berbeda-beda, dan kemudian untuk setiap percobaan harga tegangan
geser runtuh diplot terhadap tegangan normalnya. Kemudian akan didapatkan
parameter-parameter kekuatan geser dari garis terbaik yang didapat dari titik-tit ik
tersebut.
Pada percobaan ini didapati beberapa kekurangan, antara lain yang terpenting
adalah kondisi pengaliran (drainasi) yang tidak dapat dikontrol. Selama tekanan air
pori tidak dapat diukur, tegangan normal total saja yang dapat diukur, tegangan
normal total saja yang dapat diukur walaupun nilainya sama dengan harga tegangan
normal efektif pada saat·tekanan air pori nol. Geser murni yang dihasilkan pada
contoh hanya ditentukan dengan perkiraan, dan tegangan geser pada bidang runtuh
tidak merata. Keruntuhan terjadi dari tepi sampai pusat contoh. Selama percobaan,
luas contoh yang dibebani beban geser dan vertikal tidak akan tetap. Keuntungan
dari percobaan ini adalah kesederhanaannya dan kemudahan dalam persiapan
contoh bila contoh tersebut pasir.
12
contoh ditempatkan sebuah kertas saringan yang dihubungkan dengan bagian akhir
piringan berpori. Kemudian teradi pengaliran secara vertikal dan horisontal dan
kehilangan kelebihan air pori bertambah.
13
selesai. Kemudian digunakan selisih tegangan utama tanpa pengaliran.
Pengukuran tekanan air pori dilakukan selama keadaan tanpa pengaliran.
Terdrainasi (drained). Pengaliran pada contoh tanah diperbolehkan di bawah
tekanan tertentu sampai konsolidasi selesai. Kemudian, dengan pengaliran yang
masih diperbolehkan, digunakan selisih tegangan utama dengan kecepatan
sedang untuk membuat kelebihan tekanan air pori tetap nol.
Sudu-sudu dan batang baja tersebut ditekan ke dalam lempung pada dasar
sebuah lubang sampai kedalaman paling sedikit tiga kali diameter lubang. Bila
dikerjakan dengan hati-hati akan didapat contoh tanah yang tidak begitu terganggu.
Untuk mempertahankan batang baja dan katup tetap berada di pusat lubang, maka
digunakan bantalan tetap. Pengujian ini juga dapat dilakukan pada lempung lunak
14
tanpa lubang bor, tetapi dengan penetrasi sudu secara langsung dari permukaan
tanah. Dalam hal ini diperlukan sebuah dudukan untuk melindungi sudu-sudu
selama penetrasi.
𝑑 2ℎ 𝑑 3
𝑇 = 𝜋𝑐𝑢 ( + )
2 6
15
nol dalam arah yang sama dengan arah tegangan utama menengah, sebagai akibat
adanya hambatan. yang timbul berdasarkan panjang struktur yang diselidiki. Pada
uji triaksial, konsolidasi terjadi di bawah tekanan sel yang sama (yaitu konsolidasi
isotropik), sedangkan dalam keadaan sesungguhnya di lapangan, konsolidasi terjadi
di bawah kondisi tegangan anisotropik. Pengujian terhadap keadaan asli yang lebih
kompleks membutuhkan penyesuaian terhadap peralatan triaksial. Pengujian
tersebut telah dirancang untuk mensimulasikan keadaan tegangan yang lebih
kompleks yang terdapat dalam praktek, tetapi hal ini hanya digunakan untuk
penyelidikan. Pengujian regangan bidang menggunakan sebuah contoh tanah
prismatik di mana regangan satu arahnya (akibat tegangan utama menengah) dibuat
tetap nol selama pengujian berlangsung, dengan menggunakan dua buah piringan
yang disatukan. Tekanan sel merupakan tegangan utama kecil, dan jumlah tegangan
aksial yang digunakan dengan tekanan sel merupakan tegangan utama besar.
Sebuah pengujian yang lebih canggih, yang juga menggunakan contoh tanah yang
prismatik, memungkinkan pengontrolan ketiga tegangan utama yang bersangkutan
secara terpisah, di mana digunakan dua buah tekanan dongkrak untuk menghasilkan
tegangan utama menengah. Pengontrolan terpisah dari ketiga tegangan utama
tersebut dapat juga dicapai dengan menggunakan tegangan tambahan berupa
tekanan cairan eksternal dan internal yang berbeda. Torsi yang digunakan pada
silinder-silinder berlubang tersebut mengakibatkan arah tegangan utama berotasi.
16
BAB III
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Simpulan yang didapat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Kriteria keruntuhan menurut Mohr-Coulomb adalah Bila satu titik pada sembarang
bidang dari suatu massa tanah memiliki tegangan geser yang sama dengan kekuatan
gesernya, maka keruntuhan akan teiadi pada titik tersebut. Kekuatan geser tanah (𝜏ƒ ) di
suatu titik pada suatu bidang tertentu dikemukakan oleh Coulomb sebagai satu fungsi
linear terhadap tegangan normal (𝜎ƒ ) pada bidang tersebut pada titik yang sama, sebagai
berikut 𝜏ƒ = 𝑐 + 𝜎ƒ tan ɸ
2. Persamaan keruntuhan menurut Mohr-Coulomb adalah sebagai berikut:
ɸ′ ɸ′
𝜎 ′ 1 = 𝜎 ′ 3 𝑡𝑎𝑛2 ( 45° + ) + 2𝑐 ′ 𝑡𝑎𝑛 ( 45° + )
2 2
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis dalam penulisan makalah ini adalah perlu
dilakukannya pembelajaran lebih lanjut mengenai lingkaran mohr dan teori keruntuha n
untuk mencegah kurangnya pengetahuan mengenai materi yang disampaikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Craig, R. F., 1989. Mekanika Tanah Edisi Keempat. 4 penyunt. Jakarta: Erlangga.
Das, B. M., 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik. Jakarta:
Erlangga.
18