Anda di halaman 1dari 21

“LINGKARAN MOHR DAN TEORI KERUNTUHAN”

MEKANIKA TANAH II

Oleh:
ANANDA KRISHNA
1805511075

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-
Nyalah, makalah dengan judul “Lingkaran Mohr dan Teori Keruntuhan” ini dapat
terselesaikan dengan baik dan benar. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah mekanika tanah II.
Tidak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, terkhusus kepada Ibu Dr. Ir. Anissa Maria Hidayati, MT.
selaku dosen pengajar mata kuliah ini.
Akhir kata, permohonan maaf disampaikan apabila terdapat kesalahan dalam
penggunaan diksi, kalimat, ataupun yang lainnya dan masukan seperti kritik dan saran sangat
diharapkan karena penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna.

Denpasar, 21 Februari 2020

Ananda Krishna
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii


DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb ....................................................................... 3
2.2 Kemiringan Bidang Keruntuhan Akibat Geser......................................................... 7
2.3 Hukum Keruntuhan Geser pada Tanah Jenuh-Air .................................................... 9
2.4 Pengujian Kekuatan Geser .....................................................................................10
2.4.1 Uji Geser Langsung ........................................................................................11
2.4.2 Uji Triaksial ...................................................................................................12
2.4.3 Uji Geser Sudu ...............................................................................................14
2.4.4 Pengujian-Pengujian Khusus ...........................................................................15
BAB III SIMPULAN......................................................................................................17
3.1 Simpulan ..............................................................................................................17
3.2 Saran ....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefnisikan sebagai material yang
terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara
kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel
padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara
partikel-partikel padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai
macam pekerjaan teknik sipil, di samping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung
pondasi dari bangunan. Jadi seorang ahli teknik sipil harus juga mempelajari sifat-sifat
dasar dari tanah, seperti asal usulnya, penyebaran ukuran butiran, kemampuan
mengalirkan air, sifat pemampatan bila dibebani (compressibility), kekuatan geser,
kapasitas daya dukung terhadap beban, dan lain-lain. Tidak dapat diketahui sejak kapan
manusia mulai menggunakan tanah sebagai bahan bangunan. Untuk beberapa lama pada
mulanya, seni rekayasa tanah hanya dilaksanakan berdasarkan pengalaman di masa lalu
saja. Tetapi dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, perancangan dan
pelaksanaan struktur yang lebih baik dan lebih ekonomis menjadi lebih diperlukan.
Karena tanah memiliki berbagai macam jenis dan sifat, maka diperlukan suatu teori yang
membahas mengenai jenis dan sifat tanah tersebut, teori tersebut adalah sistem klasifikasi
tanah.

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang
berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub
kelompok-sub kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan
suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanal yang
sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci. Sebagian besar sistem klasifikasi tanah
yang telah dikembangkan untuk tujuan rekayasa didasarkan pada sifat-sifat indeks tanah
yang sederhana seperti distribusi ukuran butiran dan plastisitas. Walaupun saat ini

1
terdapat berbagai sistem klasifikasi tanah, tetapi tidak ada satupun dari sistem-sistem
tersebut yang benar-benar memberikan penjelasan yang tegas mengenai segala
kemungkinan pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena sifat-sifat tanah yang sangat
bervariasi. Karena sifat-sifat tanah yang sangat bervariasi inilah yang menjadikan setiap
jenis tanah memiliki fungsinya masing-masing. Tanah juga memiliki sifat yang sangat
bervariasi, salah satunya adalah kuat geser tanah, untuk mendukung stabilitas di dalam
tanah itu sendiri.

Kekuatan geser suatu massa tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut
per satuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah
yang dimaksud. Untuk menganalisis masalah stabilitas tanah seperti daya dukung,
stabilitas talud (lereng), dan tekanan tanah ke samping pada turap maupun tembok
penahan tanah, mula-mula harus diketahui sifat-sifat ketahanan penggesernya tanah
tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, makalah dengan judul Lingkaran Mohr dan
Teori Keruntuhan ini disusun oleh penulis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat ditentukan rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:

1 Apa kriteria keruntuhan tanah Mohr-Coulomb?


2 Bagaimana persamaan keruntuhan tanah Mohr-Coulomb?
3 Apa saja uji yang dilakukan untuk menentukan kuat geser tanah?

1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kriteria keruntuhan tanah Mohr-Coulomb.


2. Untuk mengetahui persamaan keruntuhan tanah Mohr-Coulomb.
3. Untuk mengetahui uji yang dilakukan untuk menentukan kuat geser tanah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb
Bila satu titik pada sembarang bidang dari suatu massa tanah memiliki tegangan
geser yang sama dengan kekuatan gesernya, maka keruntuhan akan terjadi pada titik
tersebut. Kekuatan geser tanah (𝜏ƒ ) di suatu titik pada suatu bidang tertentu dikemukakan
oleh Coulomb sebagai satu fungsi linear terhadap tegangan normal (𝜎ƒ ) pada bidang
tersebut pada titik yang sama, sebagai berikut:

𝜏ƒ = 𝑐 + 𝜎ƒ tan ɸ

Dimana c dan ɸ adalah parameter-parameter kekuatan geser, yang berturut-turut


didefinisikan sebagai kohesi (cohesion intercept atau apparent cohesion) dan sudut
tahanan geser (angle of shearing resistance). Berdasarkan konsep dasar Terzhagi,
tegangan geser pada suatu tanah hanya dapat ditahan oleh tegangan partikel-partike l
padatnya. Kekuatan geser tanah dapat juga dinyatakan sebagai fungsi dari tegangan
normal efektif sebagai berikut:

𝜏ƒ = 𝑐′ + 𝜎′ƒ tan ɸ′

Dimana c' dan ϴ′adalah parameter-parameter kekuatan geser pada tegangan efektif.
Dengan derkian keruntuhan akan teiadi pada titik yang mengalami keadaan kritis yang
disebabkan oleh kombinasi antara tegangan geser dan tegangan normal efektif.

Selain itu, kekuatan geser juga dapat dinyatakan dalam tegangan utama besar 𝜎′1
dan kecil 𝜎′3 pada keadaan runtuh di titik yang ditinjau. Garis yang dihasilkan oleh
persamaan kedua di atas pada keadaan runtuh merupakan garis singgung terhadap
lingkaran Mohr yang menunjukkan keadaan tegangan dengan niai positif untuk tegangan
tekan, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

3
Gambar 1 Kondisi tegangan pada keadaan runtuh

Koordinat titik singgungnya adalah 𝜏ƒ dan 𝜎′ƒ, di mana:

1
𝜏ƒ = (𝜎′1 − 𝜎 ′ 3 ) sin 2 𝜃
2

1 1
𝜎′ƒ = (𝜎′1 + 𝜎 ′ 3 ) + (𝜎′1 − 𝜎 ′ 3) cos 2 𝜃
2 2

Dan 𝜃 adalah sudut teoritis antara bidang utama besar dan bidang runtuh. Dengan
demikian jelas bahwa:

ɸ′
𝜃 = 45° +
2

Dari gambar di atas dapat dilihat juga hubungan antara tegangan utama efektif pada
keadaan runtuh dan parameter-parameter kekuatan geser.

1 ′
(𝜎 1 − 𝜎 ′ 3 )

sin ɸ = 2
1
𝑐 ′ cot ɸ′ + (𝜎 ′1 + 𝜎 ′ 3)
2

Sehingga:
(𝜎 ′1 − 𝜎 ′ 3) = (𝜎 ′1 + 𝜎 ′ 3 ) sin ɸ′ + 2𝑐 ′ cos ɸ′
Atau

4
ɸ′ ɸ′
𝜎 ′1 = 𝜎 ′ 3 𝑡𝑎𝑛2 ( 45° + ) + 2𝑐 ′ 𝑡𝑎𝑛 ( 45° + )
2 2
Persamaan di atas disebut sebagai kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb. Kriteria
tersebut berasumsi bahwa bila sejumlah keadaan tegangan diketahui, di mana masing-
masing menghasilkan keruntuhan geser pada tanah, sebuah garis singgung akan dapat
digambarkan pada lingkaran Mohr; garis singgung tersebut dinamakan selubung
keruntuhan (failure envelope) tanah. Keadaan tegangan tidak mungkin berada di atas
selubung keruntuhannya. Kriteria ini tidak mempertimbangkan regangan pada saat atau
sebelum terjadinya keruntuhan dan secara tidak langsung menyatakan bahwa tegangan
utama menengah efektif 𝜎 ′ 2 tidak mempengaruhi kekuatan geser tanah. Di dalam
praktek, kriteria keruntuan Mohr Coulomb ini paling sering digunakan karena
kesederhanannya, walaupun bukan merupakan satu-satunya kriteria keruntuhan tanah.
Slubung keruntuhan untuk tanah tertentu tidak selalu berbentuk garis lurus, tetapi secara
perkiraan dapat dibuat menjadi garis lurus, yang diambil dari suatu rentang tegangan serta
parameter-parameter kekuatan geser pada rentang tersebut.

1 1
Dengan memplot (𝜎 ′1 − 𝜎 ′ 3 ) terhadap (𝜎 ′1 + 𝜎 ′ 3 ), maka setiap kondisi
2 2
tegangan dapat dinyatakan dengan suatu titik tegangan (stress point), yang lebih baik dari
pada lingkaran Mohr, seperti diperlihatkan pada gambar di bawah.

Gambar 2 Alternatif yang menggambarkan kondisi tegangan.

5
Setelah itu dapat dibuat selubung keruntuhan yang dimodifikasi, yang dinyatakan
dengan persamaan:

1 ′ 1
(𝜎 1 − 𝜎 ′ 3 ) = 𝑎 ′ + (𝜎 ′1 + 𝜎 ′ 3 ) 𝑡𝑎𝑛 𝛼′
2 2

Dimana 𝑎 ′dan 𝛼′ adalah parameter-parameter kekuatan geser yang dimodifikas i.


Kemudian parameter-parameter 𝑐 ′ dan ɸ′ didapat dari:

ɸ′ = 𝑠𝑖𝑛−1 (𝑡𝑎𝑛 𝛼 ′ )

𝑎′
𝑐′ =
cos ɸ′

Garis-garis yang digambar dari titik tegangan pada sudut 45° terhadap horizontal,
seperti pada gambar 2, berpotongan dengan sumbu horizontal di titik-titik yang
menyatakan nilai-nilai tegangan utama 𝜎 ′1 dan 𝜎 ′ 3. Gambar 2 juga dapat digambarkan
dalam kondisi tegangan total, dengan koordinat-koordinat vertikal dan horizontal
1 1
berturut-turut (𝜎1 − 𝜎3 ) dan (𝜎1 + 𝜎3 ). Perlu diperhatikan bahwa:
2 2

1 ′ 1
(𝜎 1 − 𝜎 ′ 3 ) = (𝜎1 − 𝜎3 )
2 2

1 ′ 1
(𝜎 1 + 𝜎 ′ 3 ) = (𝜎1 + 𝜎3 ) − 𝑢
2 2

Dalam keadaan simetri aksial, suatu keadaan tegangan efektif dapat juga diplot
terhadap koordinat-koordinat vertikal dan horizontal berturut turut 𝑞′ dan 𝑝′, di mana:

𝑞 ′ = (𝜎 ′1 − 𝜎 ′ 3 )

1 ′
𝑝′ = (𝜎 1 + 2𝜎 ′ 3 )
3

6
Besarnya tegangan-tegangan ini (yang merupakan fungsi dari tegangan utama)
tidak tergantung pada orientasi sumbu-sumbu korrdinat, sehingga tegangan-tegangan
semacam itu disebut invarian tegangan. Tegangan-tegangan total yang sesuai adalah:

𝑞 = (𝜎1 − 𝜎3 )

1
𝑝= (𝜎 − 2𝜎3 )
3 1

Dalam hal ini hubungan antara tegangan efektif dan tegangan total adalah:

𝑞′ = 𝑞

𝑝′ = 𝑝 − 𝑢

2.2 Kemiringan Bidang Keruntuhan Akibat Geser


Bila bidang keruntuhan membentuk sudut 𝜃 dengan bidang utama besar, menurut
ilmu mekanika dapat dicari harga tegangan normal dan geser yang bekerja pada bidang
tersebut, jadi:

(𝜎1 + 𝜎3 ) (𝜎1 − 𝜎3 )
𝜎= + cos 2𝜃
2 2

Dan

(𝜎1 − 𝜎3 )
𝜏ƒ = sin 2𝜃
2

Dengan mensubstitusikan kedua persamaan-persamaan sebelumnya akan dihasilkan:

(𝜎1 − 𝜎3 ) 𝜎1 − 𝜎3 𝜎1 − 𝜎3
sin 2𝜃 = 𝑐 + [( )+( ) 𝑐𝑜𝑠 2𝜃] 𝑡𝑎𝑛 ɸ
3 3 3

Atau

7
𝜎3 tan ɸ + 𝑐
𝜎1 = 𝜎3 +
1
𝑠𝑖𝑛 2𝜃 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 𝑡𝑎𝑛 ɸ
2

Gambar 3 Kemiringan bidang keruntuhan dengan bidang utama besar di dalam tanah

Untuk harga-harga 𝜎3 dan c tertentu, kondisi runtuh akan ditemukan oleh harga
minimum dari tegangan utama besar 𝜎1 . Bila harga 𝜎1 adalah minimum, maka harga
1
( 𝑠𝑖𝑛 2𝜃 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 𝑡𝑎𝑛 ɸ) haruslah maksimum. Jadi;
2

𝑑 1
( 𝑠𝑖𝑛 2𝜃 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 𝑡𝑎𝑛 ɸ) = 0
𝑑𝜃 2

Atau

𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 − 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 + 2 sin 𝜃 𝑐𝑜𝑠 𝜃 𝑡𝑎𝑛 ɸ = 0

Persamaan tersebut memberikan hubungan baru:

ɸ
𝜃 = 45° +
2

8
Gambar 4 Lingkaran Mohr dan Garis Keruntuhan

Gambar 4 menunjukkan gambaran separuh lingkaran mohr yang mewakili kondisi


tegangan pada saat keruntuhan pada suatu massa tanah. Garis keruntuhan yang
dinyatakan oleh persamaan 𝜏ƒ = 𝑐 + 𝜎 𝑡𝑎𝑛 ɸ menyinggung lingkaran Mohr pada titik
X. Jadi, keruntuhan geser yang terjadi pada bidang tertentu dapat kita nyatakan dengan
lingkaran berjari-jari OX, bidang tersebut harus membentuk kemiringan sudut 𝜃 = 45° +
ɸ
terhadap bidang utama besar.
2

ɸ
Bila harga 𝜃 = 45° + dimasukkan ke dalam persamaan 𝜎1 = 𝜎3 +
2
𝜎3 tan ɸ+𝑐
1 dan kemudian disederhanakan, akan menghasilkan
𝑠𝑖𝑛 2𝜃− 𝑐𝑜𝑠2 𝜃 𝑡𝑎𝑛 ɸ
2

ɸ ɸ
𝜎1 = 𝜎3 𝑡𝑎𝑛2 (45° + ) + 2𝑐 𝑡𝑎𝑛 (45° + )
2 2
ɸ ɸ
Akan tetapi, persamaan 𝜎1 = 𝜎3 𝑡𝑎𝑛2 (45° + ) + 2𝑐 𝑡𝑎𝑛 (45° + ) juga
2 2

dapat dengan mudah diturunkan dengan menggunakan lingkaran Mohr dan ilmu ukur
sederhana.

2.3 Hukum Keruntuhan Geser pada Tanah Jenuh-Air


Pada tanah jenuh air, besar tegangan normal total pada sebuah titik adalah sama
dengan jumlah tegangan efektifnya ditambah dengan tegangan air pori, atau

9
𝜎 = 𝜎′ + 𝑢

Tegangan efektif 𝜎 ′, diterima oleh bagian butiran padat dari tanah. Jadi berdasarkan
prinsip mekanika tanah, dapat ditulis lagi menjadi

𝜏ƒ = 𝑐 + ( 𝜎 − 𝑢) 𝑡𝑎𝑛 ɸ = c + 𝜎 ′ 𝑡𝑎𝑛 ɸ

Hanya c dari tanah pasir dan lanau anorganik adalah sama dengan nol. Untuk tanah
lempung yang terkonsolidasi-normal, harga c juga dapat dianggap sama dengan nol.
Tanah lempung terkonsolidasi-lebih mempunyai harga c > 0. Sudut geser internal ɸ,
kadang-kadang juga disebut sudut geser air teralirkan (drained angle of friction). Harga-
harga ɸ yang umum dijumpai pada tanah, diberikan pada tabel di bawah ini.

Tipe Tanah ɸ(deg)


Pasir: butiran bulat
Renggang/lepas 27-30
Menengah 30-35
Padat 35-38
Pasir: butiran bersudut
Renggang/lepas 30-35
Menengah 35-40
Padat 40-45
Kerikil bercampur pasir 34-48
Lanau 26-35

2.4 Pengujian Kekuatan Geser


Parameter-parameter kekuatan geser untuk suatu tanah tertentu dapat ditentukan
dari hasil-hasil pengujian laboratorium pada contoh-contoh tanah lapangan (in-situ soil)
yang mewakili. Diperlukan ketelitian dan perhatian yang besar terhadap proses
pengambilan contoh, penyimpanan contoh, dan perawatan contoh sebelum pengujian,

10
terutama untuk contoh tidak terganggu (undisturbed), di mana struktur tanah di lapangan
dan kadar airnya harus dipertahankan. Untuk tanah lempung, benda uji didapatkan dari
tabung-tabung contoh atau kotak-kotak contoh. Kotak contoh memiliki efek terganggu
yang lebih kecil. Pengujian (swelling) benda uji lempung akan timbul akibat Kehilangan
Uji Geser Langsung.

2.4.1 Uji Geser Langsung


Contoh ditempatkan pada sebuah kotak logam dengan penampang persegi
atau lingkaran. Kotak tersebut terbagi menjadi dua bagian pada setengah tingginya
dengan suatu jarak kecil antara kedua bagian tersebut. Di atas dan di bawah contoh
ditempatkan sebuah piringan berpori bila contoh tersebut jenuh sempurna atau
jenuh sebagian sehingga air dapat mengalir. Bila contoh tersebut kering digunakan
piringan logam. Bagian-bagian terpenting dari kotak tersebut diperlihatkan pada
gambar 5

Gambar 5 Alat Geser Langsung

Pada kotak tersebut, contoh dibebani gaya vertikal (N) melalui pelat beban
(loading plate) dan secara berangsur-angsur akan timbul tegangan geser dengan
membuat pergeseran di antara kedua bagian kotak tersebut. Gaya geser (T) diukur
bersamaan dengan perpindahan geser (∆𝑙). Biasanya perubahan tebal contoh (∆ℎ)
juga diukur. Dalam percobaan ini digunakan beberapa contoh dengan pembebanan

11
vertikal yang berbeda-beda, dan kemudian untuk setiap percobaan harga tegangan
geser runtuh diplot terhadap tegangan normalnya. Kemudian akan didapatkan
parameter-parameter kekuatan geser dari garis terbaik yang didapat dari titik-tit ik
tersebut.

Pada percobaan ini didapati beberapa kekurangan, antara lain yang terpenting
adalah kondisi pengaliran (drainasi) yang tidak dapat dikontrol. Selama tekanan air
pori tidak dapat diukur, tegangan normal total saja yang dapat diukur, tegangan
normal total saja yang dapat diukur walaupun nilainya sama dengan harga tegangan
normal efektif pada saat·tekanan air pori nol. Geser murni yang dihasilkan pada
contoh hanya ditentukan dengan perkiraan, dan tegangan geser pada bidang runtuh
tidak merata. Keruntuhan terjadi dari tepi sampai pusat contoh. Selama percobaan,
luas contoh yang dibebani beban geser dan vertikal tidak akan tetap. Keuntungan
dari percobaan ini adalah kesederhanaannya dan kemudahan dalam persiapan
contoh bila contoh tersebut pasir.

2.4.2 Uji Triaksial


Pengujian ini merupakan pengujian kekuatan geser yang sering digunakan
dan cocok untuk semua jenis tanah. Keuntungannya adalah bahwa kondisi
pengaliran dapat dikontrol, tekanan air pori dapat diukur dan bila diperlukan, tanah
jenuh dengan permeabilitas rendah dapat dibuat terkonsolidasi. Pada uji triaksial
ini, konsolidasi terjadi di bawah kenaikan tegangan total yang sama, yang tegak
lurus terhadap permukaan atas dan permukaan keliling contoh. Pada keadaan ini,
regangan lateral pada contoh tidak nol. Akibat pengaliran melalui piringan berpori
pada bagian atas dan bawah contoh, tejradi penghilangan kelebihan tekanan air
pori. Pengaliran tersebut ditampung di sebuah wadah sehingga volume air yang
keluar dari contoh dapat diukur. Datum untuk kelebihan tekanan air pori adalah
tekanan atmosfer, karena diasumsikan bahwa tinggi muka air pada wadah sama
dengan tinggi pusat contoh. Kadang-kadang di sekeliling permukaan keliling

12
contoh ditempatkan sebuah kertas saringan yang dihubungkan dengan bagian akhir
piringan berpori. Kemudian teradi pengaliran secara vertikal dan horisontal dan
kehilangan kelebihan air pori bertambah.

Gambar 6 Alat Uji Triaksial

Terdapat berbagai macam kemungkinan prosedur pengujian dengan alat


triaksial, tetapi hanya ada tiga jenis pengujia yang pokok, yaitu:

 Tak terkonsolidasi-tak terdrainasi (Unconsolidated-undrained). Contoh tanah


mengalami tekanan sel tertentu, kemudian digunakan selisih tegangan utama
secara tiba-tiba tanpa pengaliran pada setiap tahap pengujian. (Prosedur untuk
uji triaksial tak terkonsolidasi- tak terdrainasi tersebut telah distandarisasikan
pada BS 1377 (4.5). Rincian prosedur untuk uji tekanan tak-terkekang yang
menggunakan sebuah peralatan portable juga diberikan pada BS 1377.
 Terkonsolidasi- tak terdrainasi (Consolidated-undrained). Pengaliran pada
contoh tanah diperbolehkan di bawah tekanan sel tertentu sampai konsolidas i

13
selesai. Kemudian digunakan selisih tegangan utama tanpa pengaliran.
Pengukuran tekanan air pori dilakukan selama keadaan tanpa pengaliran.
 Terdrainasi (drained). Pengaliran pada contoh tanah diperbolehkan di bawah
tekanan tertentu sampai konsolidasi selesai. Kemudian, dengan pengaliran yang
masih diperbolehkan, digunakan selisih tegangan utama dengan kecepatan
sedang untuk membuat kelebihan tekanan air pori tetap nol.

2.4.3 Uji Geser Sudu


Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan lempung jenuh
sempurna dalam keadaan terdrainasi. Pengujian ini tidak cocok untuk jenis tanah
lainnya. Khususnya pengujian ini sangat cocok untuk lempung lunak, di mana
kekuatan gesernya mungkin berubah pada saat pengambilan contoh dan pada saat
penanganannya. Pada pokoknya, pengujian ini hanya digunakan untuk lempung
yang memiliki kekuatan tak terdrainasi yang kurang dari 100 kN/m2. Pengujian ini
tidak akan memberikan hasil yang wajar bila lempung tersebut mengandung pasir
atau lanau.

Rincian pengujian ini diberikan pada BS 1377. Peralatannya terdiri dari


sebuah sudu (vane) dan anti karat dengan empat buah daun yang tegak lurus satu
sama lain, yang dihubungkan dengan sebuah batang baja mutu tinggi. Batang
tersebut diakhiri oleh sebuah katup yang dipenuhi minyak pelumas. Panjang sudu-
sudu tersebut adalah dua kali lebar keseluruhannya, biasanya 150 mm x 75 mm dan
100 mm x 50 mm. Diameter batang baja sebaiknya tidak lebih dari 12,5 mm.

Sudu-sudu dan batang baja tersebut ditekan ke dalam lempung pada dasar
sebuah lubang sampai kedalaman paling sedikit tiga kali diameter lubang. Bila
dikerjakan dengan hati-hati akan didapat contoh tanah yang tidak begitu terganggu.
Untuk mempertahankan batang baja dan katup tetap berada di pusat lubang, maka
digunakan bantalan tetap. Pengujian ini juga dapat dilakukan pada lempung lunak

14
tanpa lubang bor, tetapi dengan penetrasi sudu secara langsung dari permukaan
tanah. Dalam hal ini diperlukan sebuah dudukan untuk melindungi sudu-sudu
selama penetrasi.

Ujung atas batang baja diputar secara berangsur-angsur dengan menggunakan


peralatan yang sesuai, sampai lempung mengalami keruntuhan geser akibat rotasi
sudu-sudu. Keruntuhan geser teiadi pada permukaan dan pada ujung-ujung silinder
yang memiliki diameter sama dengan lebar keseluruhan sudu-sudu. Kecepatan
rotasi sudu-sudu harus di dalam rentang 6° sampai 12° per menit. Kemudian
kekuatan geser dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

𝑑 2ℎ 𝑑 3
𝑇 = 𝜋𝑐𝑢 ( + )
2 6

Dimana T = torsi pada saat keruntuhan teiadi, d = lebar keseluruhan sudu, h


= panjang sudu-sudu. Tetapi kekuatan geser pada permukaan selubung silinder
berbeda dengan kekuatan geser pada kedua permukaan tepi akibat adanya keadaan
anisotropi. Kekuatan geser biasanya ditentukan dalam interval kedalaman tanah
yang diuji. Bila, sesudah pengujian awal, sudu-sudu berotasi secara cepat sekali
dalam beberapa putaran, maka lempung tersebut akan 'terbentuk kembali'
(remoulded) dan bila diperlukan kekuatan geser pada keadaan ini dapat ditentukan.
Alat uji sudu-sudu kecil yang dioperasikan dengan tangan juga tersedia untuk
digunakan pada lapisan lempung yang terbuka terhadap udara.

2.4.4 Pengujian-Pengujian Khusus


Di dalam praktek, terdapat sedikit persoalan di mana timbul sejumlah
tegangan simetri aksial seperti pada uji triaksial. Selain itu tegangan utama
menengah tidak selalu sama dengan tegangan utama kecil dan arah tegangan utama
tersebut dapat mengalami rotasi pada saat dicapai keadaan keruntuhan. Keadaan
yang biasa terjadi adalah akibat regangan bidang (plane strain) yang memiliki nilai

15
nol dalam arah yang sama dengan arah tegangan utama menengah, sebagai akibat
adanya hambatan. yang timbul berdasarkan panjang struktur yang diselidiki. Pada
uji triaksial, konsolidasi terjadi di bawah tekanan sel yang sama (yaitu konsolidasi
isotropik), sedangkan dalam keadaan sesungguhnya di lapangan, konsolidasi terjadi
di bawah kondisi tegangan anisotropik. Pengujian terhadap keadaan asli yang lebih
kompleks membutuhkan penyesuaian terhadap peralatan triaksial. Pengujian
tersebut telah dirancang untuk mensimulasikan keadaan tegangan yang lebih
kompleks yang terdapat dalam praktek, tetapi hal ini hanya digunakan untuk
penyelidikan. Pengujian regangan bidang menggunakan sebuah contoh tanah
prismatik di mana regangan satu arahnya (akibat tegangan utama menengah) dibuat
tetap nol selama pengujian berlangsung, dengan menggunakan dua buah piringan
yang disatukan. Tekanan sel merupakan tegangan utama kecil, dan jumlah tegangan
aksial yang digunakan dengan tekanan sel merupakan tegangan utama besar.
Sebuah pengujian yang lebih canggih, yang juga menggunakan contoh tanah yang
prismatik, memungkinkan pengontrolan ketiga tegangan utama yang bersangkutan
secara terpisah, di mana digunakan dua buah tekanan dongkrak untuk menghasilkan
tegangan utama menengah. Pengontrolan terpisah dari ketiga tegangan utama
tersebut dapat juga dicapai dengan menggunakan tegangan tambahan berupa
tekanan cairan eksternal dan internal yang berbeda. Torsi yang digunakan pada
silinder-silinder berlubang tersebut mengakibatkan arah tegangan utama berotasi.

Dilihat dari segi kesederhanaannya, uji triaksial merupakan pengujian yang


relative sederhana, sehingga masih terus digunakan sebagai pengujian pokok untuk
menentukan karakteristik kekuatan geser. Bila diperlukan, dilakukan beberapa
koreksi atas hasil-hasil uji triaksial untuk mendapatkan karakteristik-karakteristik
di bawah keadaan tegangan yang lebih kompleks.

16
BAB III
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Simpulan yang didapat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Kriteria keruntuhan menurut Mohr-Coulomb adalah Bila satu titik pada sembarang
bidang dari suatu massa tanah memiliki tegangan geser yang sama dengan kekuatan
gesernya, maka keruntuhan akan teiadi pada titik tersebut. Kekuatan geser tanah (𝜏ƒ ) di
suatu titik pada suatu bidang tertentu dikemukakan oleh Coulomb sebagai satu fungsi
linear terhadap tegangan normal (𝜎ƒ ) pada bidang tersebut pada titik yang sama, sebagai
berikut 𝜏ƒ = 𝑐 + 𝜎ƒ tan ɸ
2. Persamaan keruntuhan menurut Mohr-Coulomb adalah sebagai berikut:

ɸ′ ɸ′
𝜎 ′ 1 = 𝜎 ′ 3 𝑡𝑎𝑛2 ( 45° + ) + 2𝑐 ′ 𝑡𝑎𝑛 ( 45° + )
2 2

Kriteria di atas berasumsi bahwa bila sejumlah keadaan tegangan diketahui, di


mana masing-masing menghasilkan keruntuhan geser pada tanah, sebuah garis singgung
akan dapat digambarkan pada lingkaran Mohr; garis singgung tersebut dinamakan
selubung keruntuhan (failure envelope) tanah. Keadaan tegangan tidak mungkin berada
di atas selubung keruntuhannya. Kriteria ini tidak mempertimbangkan regangan pada saat
atau sebelum terjadinya keruntuhan dan secara tidak langsung menyatakan bahwa
tegangan utama menengah efektif (𝜎 ′ 2) tidak mempengaruhi kekuatan geser tanah.
3. Ada berbagai macam uji yang dapat dilakukan untuk menentukan kuat geser tanah, uji-
uji tersebut yaitu, uji geser langsung, uji triaksial, uji geser sudu, dan pengujian-pengujian
khusus lainnya.

3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis dalam penulisan makalah ini adalah perlu
dilakukannya pembelajaran lebih lanjut mengenai lingkaran mohr dan teori keruntuha n
untuk mencegah kurangnya pengetahuan mengenai materi yang disampaikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Craig, R. F., 1989. Mekanika Tanah Edisi Keempat. 4 penyunt. Jakarta: Erlangga.
Das, B. M., 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik. Jakarta:
Erlangga.

18

Anda mungkin juga menyukai