Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI DENGAN MENGGUNAKAN

DATA CONE PENETRATION TEST (CPT)


STUDI KASUS DI AREA JEMBATAN BAHTERAMAS KOTA
KENDARI

LAODE MUHAMAD SALEH


E1A114030

JURUSAN S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
1.1 LATAR BELAKANG

Akhir September tahun lalu tepatnya tanggal 28 September 2018, telah terjadi
gempa bumi dan tsunami di Kota Palu dan sekitarnya. Bukan saja itu, akibat
gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 7,4 pada kedalaman 10 km di jalur
sesar Palu Koro juga memicu terjadinya suatu fenomenna yang di mana tanah
yang berbentuk padat tiba-tiba berubah menjadi cairan yang mengalir dan
menghanyutkan apa saja yang di atas dan yang dilewatinya, yang di mana
fenomena tersebut oleh para ahli di sebut Likuefaksi.

Fenomena likuifaksi yang terjadi di Kota Palu dan beberapa kota lainnya yang
ada di Dunia dalam beberapa tahun terakhir ini bukan merupakan hal yang
mustahil juga bisa terjadi di Kota Kendari Sulawesi Tenggara, mengingat ada
beberapa alasan yang memungkinkan likuifaksi bisa terjadi.
Peristiwa gempabumi skala besar, dapat menimnulkan dampak primer seperti
goncangan, kenaikan dan penurunan tektonik, patahan permukaan dan
dampak sekunder seperti tsunami, longsoan dan likuifaksi. Fenomena likuifaksi
akibat gempabumi merupakan peristiwa hilangnya kekuatan lapisan pasir
lepas akibat kenaikan tekanan airpori karena menerima getaran gempabumi.
Dengan demikian, peristiwa likuifaksi akan terjadi di daerah rawan gempa
bumi besar yang jenis tanahnya tersusun atas endapan pasir jenuh air dengan
kepadatan rendah dan di daerah dengan pergerakan permuukaan ko-sesmik
melebihi nilai batas ambangnya (Seed & Idris, 1971)

Berdasarkan kondisi geohidrologi dan geologi Kota Kendari tersebut, secara teori
Kota Kendari mempunyai potensi untuk terjadinya likuifaksi. Mengingat jenis
tanah yang sebagian berpasir dan jenuh air, dangkalnya permukaan air tanah
dan adanya patahan atau sesar di wilayah Kota Kendari yang mengakibatkan
sering terjadinya gempabumi.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Analisa Potensi dilakukan berdasarkan hasil uji sondir di tempat


penelitian.

2. Analisa Potensi dilakukan berdasarkan hasil uji sondir di tempat


penelitian.

3. Metode perhitungan yang digunakan dalam analisa potensi likuifaksi


dengan mengguunkan data uji sondir yang telah diperkenalkan oleh ahli
geoteknik seperti Seed dan Idris (1971).
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan

Adapun Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk menganalisa


stabilitas tanah terhadap fenomena likuifaksi pada lokasii penelitian.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi para pembuat
kebijakan pembangunan infrastruktur dalam merencanakan Site Plane
Kota Kendari dan sebagai bahan informasi bagi pembaca khususnya
para penggiat akademik dibidang geologi, geoteknik dan mitigasi
bencana.
2.1 UMUM

Gemapabumi adalah getaran yang dirasakan di permukaan bumi yang


disebabkan oleh gelombang – gelombang seismik dari sumber gempa di
dalam lapisan kulit bumi. Pusat atau sumber gempabumi yang letaknya
di dalam bumi diisebut hiposentrum. Daerah dipermukaan bumi ataupun
di dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran bumi merambat di
sebut episentrum.
2.2 EVALUASI LIKUIFAKSI DAN MASALAH YANG DITIMBULKAN

Menurut (Gusti Putra Hendri dkk, 2009), Potensi likuifasksi pada suatu
deposit tanah akan ditentukan oleh kombinasi beberapa komponen, antara
lain :

1. Indeks propertis tanah, seperti modulus dinamis, karakteristik


kelembabban, berat volume, gradasi butiran, kepadatan relatif dan
struktur tanah itu sendiri.

2. Faktor lingkungan, seperti jenis formasi tanah, sejaran seismik dan geologi,
level muka air tanah dan teganagan efektif tanah.

3. Karakteristik gempa, seperti intensitas guncanagn gempa pada tanah dan


lama guncangan yang terjadi.
Adapun dampak yang ditimbulkan dari perilaku likuifaksi adalah :

1. Terjadinya penurunan tanah hingga 5% ketebalan lapisan tanah


terlikuifaksi.

2. Terjadinya kehilangan daya dukung lateral tanah.

3. Terjadinya kehilangan daya dukung tanah.

4. Terjadinya pengapungan struktur yang dibenamkan dalam tanah, seperti


tanki di bawah tanah.

5. Menigkatkan tekanan lateral tanah yang dapat menyebabkan


kegagalan pada struktur penahan tekanan lateral tanah seperti quai
walls.
6. Terjadinya lateral spreading ( limited lateral movements ).

7. Terjadinya lateral flow ( extensive lateral movements ).


2.2 PARAMETER LIKUIFAKSI

Parameter lukuifaksi meruapakan parameter yang digunakan sebgai dasar


dalam menentukan kriteria likuifaksi yang terjadi pada deposit tanah.
Dalam hal ini, perilaku likuifaksi pada tanah dipenagruhi oleh dua
parameter utama, yaitu perlawwanan terkoreksi (qc1) dan rasio tegangan
siklik (CSR).

2.3.1 Perlawanan Konus

qc1 = C1 . qc = CN . qc

dimana :
qc1 = Perlawanan konus terkoreksi
qc = Perlawanan konus
CN = Faktor koreksi
Untuk menentukan nilai CN, dapat dilihat pada grafik hubungan CN dan
Tegangan Efaktif Tanah berikut ini.

Grafik Hubungan CN dan Tegangan Efektif


2.3.2 Cyclic Stress Ratio (CSR)

CSR adalah rasio tegangan siklik yang dihasilkan oleh beban dinamik
berupa gempa. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi nilai CSR
adalah sebagai berikut :

A. Percepatan Puncak Gempa (αmax)


Percepatan puncak gempa adalah percepatan tertinggi saat gempa
terjadi di permukaan tanah. Perambatan gelombang dari pusat gempa
akan mengalami amplifikasi saat melawan lapisan – lapisan tanah
sehingga nilai percepatan di pusat gempa dan dipermukaan. Variabel
yang diperlukan untuk mendapatkan percepatan puncak gempa
permukaan tanah adalah percepatan puncak gempa di batuan dasar dan
klasifikasi tanah untuk faktor amplifikasi percepatan. Percepatan pucak di
batuan dasar di dapatkan dari peta percepatan puncak dari SNI-17266-
2012 (Gambar 2.3).
Gambar Peta Percepatan Puncak Gempa di
Batuan Dasar
(Sumber : SN1-1726-2012)

Klasifikasi tanah didapatkan dari SNI-1726-2012.. Tanah diklasifikasikan


menjadi empat jenis yaitu batuan, tanah keras, tanah sedang, tanah lunak
dan tanah khusus. Faktor amplikasi percepatan untuk tiap jenis tanah
dapat dilihat pada Tabel Percepatan puncak maksimum dipermukaan
tanah kemudian dikalikan dengan faktor desain sebesar 2/3.
Tabel 2.1 Jenis – Jenis Klasifikasi Tanah
(Sumber : SNI = 1726 – 2012)
Tabel 2.2 Faktor Amplifikasi Percepatan
Puncak Gempa
(Sumber : SNI = 1726 – 2012)
B. Tegangan total ( σ ) dan Tegangan efektif ( σ’ )
Tegangan yang bekerja pada massa tanah akan ditanggung oleh sebagian
partikel tanah dan sebagian lagi oleh tekanan air pori. Gabungan dari
keduanya disebut Tegangan total (σ).

Adapun hubungan antara tegangan total (σ), tegangan efektif (σ’) dan
tegangan pori (µ) digambarkan pada persamaan di bawah ini.

σ = σ’ . µ

dimana :
σ = Tegangan total (kg/m²)
σ’ = Tegangan efektif (kg/m²)
µ = Tegangan air pori (kg/m²)

Sedangkan persamaan rumus yang digunakan untuk mencari tegangan untuk


masing – masing tegangan adalah
σ = γd . h1 + γsat . h2

σ’ = γd . h1 + γ’ . h2

dimana
σ = Tegangan total (kg/m²)
σ’ = Tegangan efektif (kg/m²)
Gambar Tegangan Yang γd = Berat jenis tanah kering (kg/m³)
Bekerja Pada Tanah
γsat = Berat jenis tanah jenuh air (kg/m³)
γ’ = Berat jenis tanah efektif (kg/m³)
h1 = Tebal lapisan tanah kering (m)
h2 = Tebal lapisan tanah kering (m)
B. Faktor Reduksi (rd)

Formulasi untuk mengestimasi koefisien reduksi tegangan menurut (Blake,


1996), yaitu

Formulasi untuk mengestimasi koefisien reduksi tegangan menurut (Blake,


1996), yaitu

rd =

dimana :
rd = Faktor reduksi
z = Tebal Lapisan (m)
Berdasarkan dari beberapa parameter yang telah dijelaskan di atas menurut
seed dan idris (1970), Nilai CSR dapat dirumuskan sebagai berikut.

CSR = 0,65 . . rd

dimana :
CSR = Cyclic stress ratio
αmax = Percepatan puncak gempa (m/s²)
g = Gravitasi (m/s²)
σ = Tegangan total (kg/m²)
σ’ = Tegangan efektif (kg/m²)
rd = Faktor reduksi
Seed dan Idris (1971), menentukan potensi lukifaksi berdasarkan grafik pada
Gambar 2.0 dan Gambar 2.0. Grafik tersebut merupakan hubungan antara
CSR dan qc1.

Gambar 2.7 Grafik CSR- qc1 untuk Gambar 2.7 Grafik CSR- qc1 untuk
tanah pasir berlempung tanah pasir berlempung
(Sumber : Ground Motion and Soil (Sumber : Ground Motion and Soil
Liqiufaction During Earthquakes, Liqiufaction During Earthquakes,
Seed & Idriss, 1982) Seed & Idriss, 1982)
2.3.3 Cyclic Resistace Ratio (CSR)

Selain parameter yang telah disebutkan, dalam


melakukan analisa potensi lakuifaksi di butuhkan
suatu variabel yang diinterpretasikan dalam
sebuah persamaan yang dapat didefenisikan
kapasitas tanah sebagai tahanan likuifaksi. Para
ahli menginisiasikan tahanan tanah terhadap
likuifaksi dengan simbol CRR ( Cyclic Resistance
Gambar Hubungan qc1 dan CSR
atau CRR Terhadap Likuifaksi Ratio ). Roberto dan Wride (1998) membuat sebuah
(Robertson and Wride, 1998) rujukan dalam bentuk grafik hubungan CRR
dengan nilai qc1 terkoreksi pada pasir halus dengan
FC (Fine Contents) ≤ 5 % dan grafik ini hanya
berlaku untuk menghitung gempa yang terjadi
sebesar 7,5 SR. Grafik hubungan CRR dan qc1
terkoreksi ditunjukan oleh Gambar di samping ini :
Grafik hubungan qc1 dan CRR atau CSR dari Robertson dan Wride (1998) ini
didasarkan pada persamaan yang digunakan untuk memperkirakan nilai CRR
pada tanah , yaitu :

Jika qc1 < 50 → CRR7,5 = 0,833 (qc1/1000) + 0,05

Jika qc1 50 < qc1 <160 → CRR7,5 = 93 (qc1/1000)³ + 0,05

Nilai CRR tanah ini digunakan untuk menentukan faktor keamanan dari
perilaku likuifaksi pada tanah.
2.3.3 Faktor Keamanan ()

Dalam suatu analisis potensi likuifaksi dibutuhkan suatu nilai pegangan untuk
mengetahui apakah likuifaksi terjadi atau tidak. Nilai pegangan ini disebut
faktor keamanan. Dalam analisis faktor keamanan dibutuhkan nilai – nilai
yang harus dievaluasi terlebih dahulu. Adapun nilai tersebut adalah ialah nilai
Cyclic Stress Ratio (CSR) dan Cyclic Resistance Ratio (CRR) yang diekspresikan
dalam bentuk persamaan sebagai berikut (Youd dan Idriss, 2001).

FS = ( ) . MSF

Dimana nalai dari magnitude scaling faktor (MSF), menggunakan persamaan :

MSF = ( )
Dimana :
FS = Faktor keamanan
MSF = Magnitude scaling faktor
M = Magnitudo

Dari hasil perhitungan Faktor Keamanan (FS), untuk menyimpulkan bahwa


dilokasi tersebut potensi likuifaksi atau tidak, dapat dilihat pada pernyataan di
bawah ini :

Jika FS < 1, (Terjadi Likiufaksi)

Jika FS = 1, (Kondisi Kritis)

Jika FS > 1, (Kondisi Tidak Terjadi Likiufaksi)


3.1 LOKASI PENELITIAN

Lokasi Area Pembangunan Jembatan Bahteramas Kendari terlihat pada


gambar di bawah ini

Gambar Peta Lokasi Penelitian


3.2 METODE PENGAMBILAN DATA

Data yang dibutuhkan dalam analisis ini adalah data sekunder yaitu ada dua
macam sebagai berikut:

a. Data sejarah gempa yang pernah terjadi disekitar Jembatan Bahteramas


Kota Kendari dengan radius jarak 500 km (Nation Research Council 1985,
Ishihara).

b. Data hasil sondir berupa perlawanan ujung konus pada area Jembatan
Bahteramas Kota Kendari

c. Data sifat mekanis pada setiap lapisan tanah pada area Jembatan
Bahteramas Kota Kendari
3.3 TAHAPAN ANALISI

Dalam menganalisa potensi likuifaksi pada lokasi Jembatan Bahteramas


Kendari, penulis melakukan dengan 9 tahap yaitu:
a. Menentukan jumlah lapisan dan penomoran lapisan

b. Menghitung nilai perlawanan konus terkoreksi berdasarkan nilai


perlawanan konus hasil sondir yang dirumuskan oleh Seed dan Idris (1970).

c. Menghitung percepatan puncak gempa berdasarka aturan SNI – 1726-2012.

d. Mengestimasi berat volume tanah

e. Menghitung nilai tegangan total (σ) dan tegangan efektif (σ’) berdasarkan
hasil investigasi sifat mekanis pada setiap lapisan tanah.

f. Menghitung faktor reduksi dengan persamaan Blake (1996).

g. Menghitung nilai CSR berdasarkan persamaan Seed dan Idris (1970).

h. Memplot sebuah titik dalam sebuah grafik berdasarkan nilai pertahanan


konus terkoreksi (qc1) dan nilai CSR, untuk menentukan potensi likuifaksi.

i. Menghitung Faktor Keamanan (SF) tanah terhadap guncangan gempa


3.4 BAGAN PROSEDUR PENELITIAN
SEKIAN DAN TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai