TINJAUAN PUSTAKA
Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut
tertentu terhadap suatu bidang horizontal dan tidak terlindungi (Das: 1985).
Lereng yang ada secara umum dibagi menjadi dua kategori lereng tanah, yaitu
lereng alami dan lereng buatan. Lereng alami terbentuk secara alamiah yang
biasanya terdapat didaerah perbukitan, sedangkan lereng buatan terbentuk oleh
manusia biasanya untuk keperluan konstruksi, seperti tanggul sungai, bendungan
tanah, tanggul untuk badan jalan kereta api. Lereng alami maupun buatan masih
dibagi lagi dalam dua jenis (Soepandji: 1995), yaitu:
Keruntuhan pada lereng bisa terjadi akibat gaya dorong yang timbul
karena beban pada tanah, Lereng secara alami memiliki kekuatan geser tanah dan
akar tumbuhan yang digunakan sebagai gaya penahan. Apabila gaya penahan
lebih kecil dibandingkan gaya pendorong maka akan timbul keruntuhan pada
lereng.
7
8
τ
F = τ …………….……………………………………………………
d
(2.1)
Dengan τ adalah tahan geser maksimum yang dapat dikerahkan oleh tanah (atau
kuat geser yang tersedia), τ d adalah tegangan geser yang terjadi akibat gaya berat
tanah yang akan longsor (atau kuat geser yang dimobilisasi oleh tanah untuk
menjaga keseimbangan), dan F adalah faktor aman. (Hardiyatmo: 2006c: 165)
1. Geser dalam, yang sebanding dengan tegangan efektif yang bekerja pada
bidang geser.
2. Kohesi, yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya.
S = c + σ tan 𝜙………………………………………………………………..(2.2)
Dimana:
c = kohesi tanah
σ = tegangan normal
Dimana:
Tabel 2.1 Beban lalulintas untuk analisis stabilitas (DPU, 2001) dan beban diluar
jalan
I 15 10
II 15 10
III 12 10
SNI Geoteknik, 2017: 7.5.1.2 Beban lalu lintas
Kekuatan tanah yang diuji dengan tes penetrasi dinyatakan dalam N-SPT.
Tahanan penetrasi (N-SPT) yaitu banyaknya pukulan yang diperlukan untuk
memasukkan Split tube sampler dengan menggunakan hammer yang dijatuhkan
dari ketinggian tertentu. Dari hasil N-SPT dapat diketahui berbagai data properti
tanah yang dibutuhkan dengan menggunakan cara korelasi.
Cara korelasi sendiri tentunya tidak semua memiliki angka-angka pasti
terkait data properti tanah yang dibutuhkan, tetapi ada nilai minimum dan
maksimum atau range nilai dari data yang kita butuhkan. Untuk itu dapat
digunakan rumus untuk mendapatkan angka yang pasti terkait data properti tanah
yang kita butuhkan. Berikut ini tabel-tabel berupa data properti tanah yang dapat
dikorelasikan:
A. Berat Jenis Tanah ( γ ¿
Nilai hubungan N-SPT untuk menentukan berat jenis tanah (γ) dan
berat jenis tanah jenuh (γsat) pada tanah kohesif dan non kohesif dapat
11
dilihat pada tabel 2.1, tabel 2.2, tabel 2.3, serta rumus untuk mencari nilai
γ dan γsat oleh Peck (1974) dan Bowles (1977) adalah sebagai berikut:
Untuk tanah kohesif;
γ sat =16,8+0.15 N (kN /m3 )…………………………….....(2.4)
Untuk tanah non-kohesif;
3
γ=16 +0.1 N (kN / m )…………………………………….(2.5)
dimana:
N = Nilai SPT
Tabel 2.2 Korelasi Berat Jenis Tanah (γ) Untuk Tanah Non Kohesif &
Kohesif.
Cohesionless Soil
N (blows) 0-3 4-10 11-30 31-50 >50
γ (kN/m3) - 12-16 14-18 16-20 18-23
𝜙 (˚) - 25-32 28-36 30-40 > 40
State Very Loose Loose Medium Dense Very Dense
Dr (%) 0-15 15-35 35-65 65-85 85-100
Cohesive Soil
N (blows) <4 4-6 6-15 16-25 >25
γ (kN/m3) 14-18 16-18 16-18 16-20 > 20
C
(KPa) < 25 20-25 30-60 20-200 > 200
u
Consistency Very Soft Soft Medium Stiff Hard
( J.E Bowles, 1984)
(Soil Mechanics, Lambe & Whitman, from Terzaghi and Peck 1948,
Internasional Edition 1969).
Tabel 2.4 Korelasi Berat Jenis Tanah Jenuh ( γ sat ) Untuk Tanah Non Kohesif.
ML, OL,
Loam 28 32
MH, OH
ML, OL,
Silt Loam 25 32
MH, OH
15
Soil Cohesion
Cohesion [kPa]
Description USCS min Specific
max
value
Well graded gravel, sandy gravel, with little or no
GW - - 0
fines
Poorly graded gravel, sandy gravel, with little or no
GP - - 0
fines
Silty gravels, silty sandy gravels GM - - 0
Clayey gravels, clayey sandy gravels GC - - 20
Well graded sands, gravelly sands, with little or no
SW - - 0
fines
Poorly graded sands, gravelly sands, with little or no
SP - - 0
fines
Silty sands SM - - 22
Silty sands - Saturated compacted SM - - 50
Silty sands – Compacted SM - - 20
Clayey sands SC - - 5
Clayey sands – Compacted SC - - 74
16
Soil Cohesion
Cohesion [kPa]
Description USCS Specific
min max
value
Clayey sands -Saturated compacted SC - - 11
Loamy sand, sandy clay Loam – compacted SM, SC 50 75
Loamy sand, sandy clay Loam – saturated SM, SC 10 20
Sand silt clay with slightly plastic fines - compacted SM, SC - - 50
Sand silt clay with slightly plastic fines - saturated
SM, SC - - 14
compacted
Inorganic silts, silty or clayey fine sands, with slight
ML - - 7
plasticity
Inorganic silts and clayey silts – compacted ML - - 67
Inorganic silts and clayey silts - saturated compacted ML - - 9
Inorganic clays, silty clays, sandy clays of low
CL - - 4
plasticity
Inorganic clays, silty clays, sandy clays of low
CL - - 86
plasticity – compacted
Inorganic clays, silty clays, sandy clays of low
CL - - 13
plasticity - saturated compacted
Mixture if inorganic silt and clay - compacted ML-CL - - 65
Mixture if inorganic silt and clay - saturated
ML-CL - - 22
compacted
Organic silts and organic silty clays of low plasticity OL - - 5
Inorganic silts of high plasticity - compactd MH - - 10
Inorganic silts of high plasticity - saturated
MH - - 72
compacted
Inorganic silts of high plasticity MH - - 20
Inorganic clays of high plasticity CH - - 25
Inorganic clays of high plasticity - compacted CH - - 103
Inorganic clays of high plasticity - satrated
CH - - 11
compacted
Organic clays of high plasticity OH - - 10
Loam – Compacted ML, OL, 60 90
17
Soil Cohesion
Cohesion [kPa]
Description USCS Specific
min max
value
MH, OH
ML, OL,
Loam – Saturated 10 20
MH, OH
ML, OL,
Silt Loam – Compacted 60 90
MH, OH
ML, OL,
Silt Loam – Saturated 10 20
MH, OH
ML, OL,
Clay Loam, Silty Clay Loam – Compaced CL, MH, 60 105
OH, CH
ML, OL,
Clay Loam, Silty Clay Loam – Saturated CL, MH, 10 20
OH, CH
OL, CL,
Silty clay, clay – compacted 90 105
OH, CH
OL, CL,
Silty clay, clay – saturated 10 20
OH, CH
Peat and other highly organic soils Pt - -
(Sumber: Swiss Standard SN 670 010b, Characteristic Coefficients of soils,
Association of Swiss Road and Traffic Engineers)
Macam Tanah ( v)
D. Modulus Elastisitas ( E )
Besarnya nilai elastisitas tanah yang merupakan perbandingan
antara tegangan yang terjadi terhadap regangan. Nilai ini bisa didapatkan
dari Traxial Test. Nilai Modulus Elastisitas ( Es ) secara empiris dapat
ditentukan dari jenis tanah serta konsistensi dari jenis tanah tersebut,
seperti pada tabel 2.7 berikut
Macam Tanah
E ¿)
Lempung:
Lunak 2000-4000
Sedang 4500-9000
Keras 7000-20000
Berpasir 30000-42500
Pasir:
Berlanau 5000-20000
19
Padat 50000-100000
Padat 80000-200000
Lanau 2000-20000
Loess 15000-60000
(Bowles, 1977)
Tanah timbunan adalah tanah yang mengisi bagian permukaan yang digali
dan dapat juga untuk menyamakan tinggi (elevasi) suatu permukaan dengan
material tanah dan dengan spesifikasi, klasifikasi serta gradasi tertentu sesuai
dengan kebutuhan konstruksi.
Tabel 2.9 Nilai Parameter Sifat Fisik dan Mekanik Tanah Timbunan
Parameter Nilai
ϕ ° 28
c kPa 2
γ t/m³ 1,539
20
Gaya normal yang bekerja pada suatu titik dilingkaran bidang longsor,
terutama dipengaruhi oleh berat tanah di atas titik tersebut . Dalam metoda irisan,
massa tanah yang longsor dipecah-pecah menjadi beberap irisan vertikal
(Gambar 2.1a). Kemudian , keseimbangan dari tiap-tiap irisan diperhatikan.
Gambar 2.1b memperlihatkan satu irisan dengan gaya-gaya yang bekerja
padanya. Gaya-gaya ini terdiri dari gaya geser (Xr dan X1) dan gaya normal
efektif (Er dan E1) di sepanjang sisi irisannya, dan juga resultan gaya geser efektif
(Ti) dan resultan gaya normal efektif (Ni) yang bekerja di sepanjang dasar irisan.
Tekanan air pori Ui dan Ur bekerja di kedua sisi irisan, dan tekanan air pori Ui
bekerja pada dasarnya. Dianggap tekanan air pori sudah diketahui sebelumnya
(Hardiyatmo: 2006c: 196).
dengan σ adalah tegangan normal total pada bidang longsor dan u adalah tekanan
air pori.
Untuk irisan ke-i, nilai Ti = τ . ai , yaitu gaya geser yang dikerahkan tanah
pada bidang longsor untuk keseimbangan batas . Karena itu:
∑ W i x i=∑ T i R …………………………………..…………………(2.8)
dengan x i adalah jarak W i ke pusat rotasi O. Dari persamaan (2.6) dan (2.8),
dapat diperoleh:
i=n
(2.9)
Dengan N 'i=N i −ui ai, subtitusi Persamaan (2.7) ke Persamaan (2.10), dapat
diperoleh persamaan:
∑ W i xi
i=1
……………...(2.12)
X i =R sinθ i ……………………………………………………......(2.13)
i=n
F=∑ [ c ' bi +( X i−u i bi )tg φ ' ] ¿ ¿ ¿ …………………….(2.15)
i=1
dengan:
F = faktor aman
c ' = kohesi tanah efektif (kN/m2)
φ ' = sudut geser dalam tanah efektif (° ¿
b i = lebar irisan ke-i (m)
W i = berat irisan tanah ke-i (kN/m2)
23
ub u
ru = = ……………………………………………….………..(2.16)
W γh
dimana:
Dari subtitusi Persamaan (2.16) dan Persamaan (2.15) bentuk lain dari
persamaan faktor aman untuk analisis stabilitas lereng cara Bishop:
i=n
F=∑ [ c ' bi +W i (1−r u )tg φ ' ] ¿ ¿ ¿ …………………….(2.17)
i=1
Akan tetapi, cara ini telah terbukti menghasilkan nilai faktor aman yang
mendekati hasil hitungan dengan cara lain yang lebih teliti. Untuk mempermudah
hitungan secara manual, Gambar 2.2 dapat digunakan untuk menentukan nilai
fungsi M i, dengan:
1. Plaxis
2. GeoStudio
Longsoran rotasional dan translasional dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini.
1. Getaran
Getaran yang terjadi dapat disebabka oleh; gempa bumi, ledakan, jalur
kerata api.
2. Pembebanan Tambahan
27
τ
F = τ .............................................................................................2.20
d
dengan:
28
Tingkat ketidakpastian
Biaya dan konsekuensi dari kegagalan lereng kondisi analisis
Rendah ( a ) Tinggi ( b )
Biaya perbaikan sebanding dengan biaya
tambahan untuk merancang lereng yang lebih 1,25 1,5
konservatif.
Biaya perbaikan lebih besar dari biaya
tambahan untuk merancang lereng yang lebih 1,5 ≥2
konservatif.
a) Tingkat ketidakpastian kondisi analisis dikategorikan rendah, jika kondisi
geologi dapat dipahami, kondisi tanah seragam, penyelidikan tanah
konsisten, lengkap dan logis terhadap kondisi di lapangan.
b) Tingkat ketidakpastian kondisi analisis dikategorikan tinggi, jika kondisi
geologi sangat kompleks, kondisi tanah bervariasi, dan penyelidikan tanah
tidak konsisten dan tidak dapat diandalkan.
2. Memperkecil ketinggian lereng, lihat Gambar 2.4. Cara ini hanya dapat
dipakai pada lereng yang ketinggiannya terbatas, yaitu dalam hal
kelongsoran yang bersifat rational slide.
2. Dengan mengurangi tegangan air pori di dalam lereng, seperti terlihat pada
Gambar 2.7
3. Dengan cara injeksi, yaitu dengan menambah tanah timbunan pada kaki
lereng, membuat selokan secara teratur pada lereng dengan mengurangi
tegangan air pori pada tanah, dengan menambahn bahan kimia atau semen
dipompa melalui pipa suapaya masuk ke dalam lereng.
4. Dengan cara mekanis, yaitu dengan membuat dinding penahan atau
dengan memancang tiang. Cara ini dilakukan jika lereng tersebut
mempunyai tingkat kelongsoran yang kecil.
31
Secara umum fungsi dari DPT (Dinding Penahan Tanah) adalah untuk
menahan besarnya tekanan tanah akibat parameter tanah yang buruk sehingga
longsor bisa dicegah, serta untuk melindungi kemiringan tanah dan melengkapi
kemiringan dengan pondasi yang kokoh .
Dinding penahan tanah gravitasi terbuat dari pasangan batu kali atau beton
tidak bertulang, yang mengandalkan bobotnya sendiri untuk menjaga
stabilitasnya. Dinding penahan tanah tipe gravitasi ini tidak ekonomis untuk
menahan tanah yang tinggi.
Dinding penahan tanah kantilever dibuat dari beton bertulang, karena itu
dimensi stem dan base slab menjadi relatif tipis. Selain bobotnya sendiri, dinding
penahan tanah kantilever ini mengandalkan pada bobot masa tanah yang berada di
atas base slab, untuk menjaga stabilitasnya. Dinding penahan tanah ini cocok
untuk menahan tanah yang tinggi, hingga 8m.
Seringkali kaki dinding penahan tanah ini masih duduk di atas tanah yang jelek,
karena itu terkadang diperlukan perkuatan/perbaikan tanah untuk memperbaiki
daya dukungnya. Perkuatan tanah yang sering digunakan adalah dengan
memancang tiang-tiang pendek, khususnya di bagian mukanya, tanpa disambung
dengan base slab-nya, agar tiang tidak mengalami kegagalan geser. seperti pada
Gambar 2.8b berikut ini. ( SNI Geoteknik, 2017 : Dinding penahan tanah tipe
kantilever )
Untuk menahan tanah yang tinggi dengan tetap menjaga dinding vertikal
yang tipis, maka stem dinding penahan tanah kantilever perlu diperkuat dengan
rib-rib beton yang dipasang pada jarak-jarak tertentu. Bila rib-rib tersebut berada
di belakang dinding (akan tertutup tanah) maka pengaku tersebut dinamakan
counterfort, sedangkan bila berada di muka dinding, dinamakan buttress., seperti
pada Gambar 2.8c
Lereng tanah vertikal atau hampir vertikal yang didukung oleh dinding
penahan, lembaran kantilever, dinding tiang pancang, sekat tiang pancang,
potongan bresing, dan struktur serupa lainnya. Desain struktur tersebut
membutuhkan estimasi tekanan tanah lateral yang tepat, yang merupakan fungsi
dari beberapa faktor, seperti (a) jenis dan jumlah gerakan dinding, (b) kekuatan
geser parameter tanah, (c) berat unit tanah, dan (d) kondisi drainase dibelakang
dinding. Gambar 2.15 menunjukkan dinding penahan ketinggian H. Untuk jenis
pengurukan yang serupa, (Das, 2016)
Gambar 2.9 Sifat tekanan tanah lateral pada dinding penahan (Das, 2016)
' '
s=c + σ tan ∅ ' ……………………………………………………(2.19)
36
dimana:
σ '0 2c '
σ ' a= −
( ) ( )
'
2 ∅ ∅' ……………….…(2.21)
tan 45+ tan 45+
2 2
atau,
( ) ( )
' '
2 ∅ ∅
σ ' h=σ ' o tan 45− −2 c ' tan 45+
2 2
σ ' h=¿ σ ' o Ka−2 c ' √ Ka …………………………....(2.22)
dimana:
( )
'
∅
Ka = tan 2 45− = koefisian tekanan tanah aktif Rankine
2
σ ' h = tekanan tanah aktif
σ ' o = tekanan efektif tanah
c’ = kohesi tanah
'
∅ = sudut geser efektif
Total tekanan tanah yang bekerja seperti pada Gambar 2.10c, dirumuskan
sebagai berikut:
Pa = 0,5( H −Zc )(γ . H . Ka−2 c √ K a )………………………………(2.23)
atau
37
2c'
Pa = 0,5(H − )(γ . H . Ka−2 c √ K a )…………………………….
γ √ Ka
(2.24)
dimana:
Pa = total tekanan tanah
H = tinggi dinding penahan
γ = massa tanah
c = kohesi
(
Ka = tan 2 45−
∅'
2 )
= koefisian tekanan tanah aktif Rankine.
Namun, penting untuk disadari bahwa kondisi tekanan tanah aktif akan
tercapai hanya jika dinding "menyerah" secara memadai. Jumlah yang diperlukan
dari luar perpindahan dinding sekitar 0,001H ke 0,004H untuk pengurukan tanah
granular dan sekitar 0,01H hingga 0,04H untuk penimbunan kembali tanah yang
kohesif.
Jika permukaan tanah yang ditahan, pada permukaan atas elevasinya
meningkat dan membentuk sudut α seperti pada Gambar 2.11, maka rumus
mencari Ka adalah sebagai berikut:
cos α −√ cos2 α −cos 2 ∅ '
Ka=cos α ………………………………............
cos α + √ cos2 α −cos2 ∅ '
(2.25)
dimana:
∅ ' = sudut geser tanah
α = sudut elevasi tanah di permukaan dinding
( )
'
∅
Ka = tan 2 45− = koefisian tekanan tanah aktif Rankine
2
38
(
Ka = tan 2 45−
2)
∅'
= koefisian tekanan tanah aktif Rankine
( ) ( )
' '
∅ ∅
σ ' p=σ ' o tan 2 45+ +2 c ' tan 45+ ……………………….(2.27)
2 2
( )
'
∅
= tan 2 45+ ………………………………………………(2.28)
2
dimana:
( )
'
∅
Kp = tan 2 45+ = koefisian tekanan tanah pasif Rankine
2
Total tekanan tanah yang bekerja seperti pada Gambar 2.12c, dirumuskan
sebagai berikut:
dimana:
(
Kp = tan 2 45+
∅'
2 )= koefisian tekanan tanah pasif Rankine
Jika permukaan tanah yang ditahan, pada permukaan atas elevasinya meningkat
dan membentuk sudut α seperti pada Gambar 2.13, maka rumus mencari Kp
adalah sebagai berikut:
(2.31)
41
diamana:
'
∅ = sudut geser tanah
α = sudut elevasi tanah di permukaan dinding
(
Kp = tan 2 45+
∅'
2 )= koefisian tekanan tanah pasif Rankine
2
Kp = tan 45+ (
∅'
2 )
= koefisian tekanan tanah pasif Rankine
Perhatikan bahwa bagian atas batang dari dinding penahan tidak boleh
kurang dari sekitar 0,3 m. untuk penempatan beton yang tepat. Kedalaman, D, ke
bawah pelat dasar harus minimal 0,6 m. Namun, alas slab bagian bawah harus
ditempatkan di bawah garis beku musiman. Untuk dinding penahan tandingan,
proporsi umum batang dan pelat dasar sama seperti untuk dinding kantilever.
Namun, pelat tandingan mungkin sekitar 0,3 m dan lebar telapak 0.5H-0.7H.
(Das,2016).
42
Dinding penahan tanah kantilever dibuat dari beton bertulang, karena itu
dimensi stem dan base slab menjadi relatif tipis. Selain bobotnya sendiri, dinding
penahan tanah kantilever ini mengandalkan pada bobot masa tanah yang berada di
atas base slab, untuk menjaga stabilitasnya. Dinding penahan tanah ini cocok
untuk menahan tanah yang tinggi, hingga 8m.
Seringkali kaki dinding penahan tanah ini masih duduk di atas tanah yang
jelek, karena itu terkadang diperlukan perkuatan/perbaikan tanah untuk
memperbaiki daya dukungnya. Perkuatan tanah yang sering digunakan adalah
dengan memancang tiang-tiang pendek, khususnya di bagian mukanya, tanpa
disambung dengan base slab-nya, agar tiang tidak mengalami kegagalan geser.
(SNI Geoteknik, 2017: 10.2.4.2 Dinding penahan tanah tipe kantilever).
Gambar 2.15 Cek Terhadap Guling dengan Tekanan Tanah Menurut Rankine.
(Das, 2016)
dimana:
γ 2=¿ satuan berat tanah di depan tumit dan di bawah pelat dasar
(
Kp=¿ tan 2 45+
2 )
∅ '2
= koefisian tekanan tanah pasif Rankine\
' '
c 2 , ∅ 2=¿ kohesi dan sudut gesekan tanah yang efektif
44
FS (Guling) =
∑ M R ………………………………………………………
∑ Mo
(2.34)
dimana:
dimana :
Ph=P a cos α
Pv =P a cos α
M 1 + M 2 + M 3+ M 4 + M 5
FS(Guling) =
P a cos α ( )
H'
3
−Mv
………………………………...…...
(2.37)
∑ FR
'
FS (geser) = ……………………………………………………….
∑ Fd
(2.38)
45
dimana:
dimana:
' '
R =s( luas penampang) = s ( B × 1 )=B σ tan δ +¿ BC ' a ¿
'
' '
δ +¿ B C a+ P p
FS (geser) = ( ∑ V ) tan P a cos α
¿
………………………………………..(2.41)
dimana:
P p=0,5. γ 2 . D1 . K p +2 c2 . D1 . √ K p……………………………(2.42)
2 '
dimana:
( )
'
2 ∅2
K p =tan 45+
2
Jumlah gaya vertikal yang bekerja pada pelat dasar adalah ∑ V dan
tekanan horizontal Ph adalah Pa cos α , maka:
R=∑ V + Ph…………………………………………………...(2.43)
jadi kekuatan yang dihasilkan. Momen bersih dari gaya-gaya ini pada titik C
dijelaskan pada Gambar 2.23 adalah
47
M net =∑ M R −√ M o………………………………………………..(2.44)
Biarkan garis aksi R yang dihasilkan memotong garis dasar di E. Lalu jaraknya
ialah
M net
CE= X= ……………………………………………………….(2.45)
∑V
Oleh karena itu, eksentrisitas dari R yang dihasilkan dapat dinyatakan sebagai
B
e= −CE………………………………………………….………..(2.46)
2
q=
∑ V ± M net y ……………………………………………………….
A I
(2.47)
dimana:
48
M net = momen = (∑ V )e
1 3
I = momen inersia per satuan panjang bagian dasar; .1. B
12
q max =qtoe =
∑ V +e ¿ ¿……………………(2.48)
B .1
kesamaan:
∑V
q min =qheel =
B (1− 6be )……………………………………(2.49)
Mengingat bahwa ∑ V termasuk daripada berat tanah, dan saat nilai eksentrisitas
e lebih bessar dari B/6, q min menjadi negatif, Dengan demikian, akan ada beberapa
tegangan tarik di ujung bagian tumit. tekanan in tidak diinginkan, karena tegangan
tarik pada tanah sangat kecil. Jika analisi dari desain menunjukan bahwa e>B/6,
maka desain harus merubah kembali dimensi dan menghitung ulang atau dapat
menggunakan rumus Qmax untuk e>B/6 berdasarkan metode Meyerhof (1953).
4 x∑ V
Qmax = ………………………………………………...
3. L( B−2. e )
(2.50)
dimana:
q=γ 2 D
1−Fqd
Fcd=Fqd−
Nc . tan ∅
49
' D
F qd=1+2 tan ∅2 ¿.
B'
F γd =1
B Nq
Fcs=1+ x
L Nc
B
Fγs=1−0.4 x
L
B
Fqs=1+ x tan ϕ
L
Setelah daya dukung utama tanah telah dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.51, faktor keamanan terhadap daya dukung
dapat ditentukan
qu
FS( dayadukung )= ……………………………..……….(2.52)
q max
Secara umum, kami mencatat bahwa daya dukung utama kapasitas pondasi
dangkal terjadi pada penyelesaian sekitar 10% dari lebar pondasi. dalam hal
dinding penahan, lebar B. Oleh karena itu, qu load utama akan terjadi pada
penyelesaian pondasi yang cukup besar. Faktor keamanan 3 terhadap kegagalan
daya dukung mungkin tidak memastikan bahwa penyelesaian struktur akan berada
dalam batas toleransi dalam semua kasus. Maka, situasi ini perlu diselidiki lebih
lanjut. (Das,2016)
Landasan penelitian ini adalah sumber yang berupa penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya yang akan digunakan sebagai referensi tetapi tanpa
melakukan plagiasi terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu tersebut, berikut ini
beberapa landasan penelitian yang digunakan dalam membantu penyusunan
penelitian ini :