TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lereng
dikatakan lereng adalah permukaan tanah yang memiliki dua elevasi yang
terbentuknya, sebuah lereng dapat terjadi secara alamiah dan buatan manusia.
Yang dimaksud dengan lereng alamiah adalah lereng yang terbentuk karena
proses alam tanpa campur tangan manusia seperti lereng perbukitan dan tebing
sungai, sedangkan lereng buatan adalah lereng yang dibentuk oleh manusia
seperti tanggul sungai, urugan untuk jalan raya, dan lereng bendungan.
adalah luncuran atau gelinciran atau jatuhan dari massa batuan / tanah atau
campuran keduanya dari elevasi yang lebih tinggi menuju elevasi yang lebih
tanah di atas bidang gelincir cenderung akan bergerak ke arah bawah akibat
gravitasi. Jika komponen gaya berat yang terjadi cukup besar, dapat
mengakibatkan longsor pada lereng tersebut. Kondisi ini dapat dicegah jika gaya
dorong (driving force) tidak melampaui gaya perlawanan yang berasal dari
kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 2.1. Bidang gelincir dapat terbentuk dimana saja di daerah-daerah yang
lemah. Jika longsor terjadi dimana permukaan bidang gelincir memotong lereng
II - 1
pada dasar atau di atas ujung dasar dinamakan longsor lereng (slope failure)
jika bidang gelincir tadi melalui ujung dasar maka disebut lingkaran lereng (slope
circle). Pada kondisi tertentu terjadi kelongsoran dangkal ( shallow slope failure)
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2b. Jika longsor terjadi dimana
permukaan bidang gelincir berada agak jauh di bawah ujung dasar dinamakan
longsor dasar ( base failure ) seperti pada Gambar 2.3c. Lengkung kelongsorannya
sepanjang permukaan longsor yang paling mungkin dengan kekuatan geser dari
Stability Analysis )
II - 2
(a)
II - 3
2.1.1. Parameter Tanah
Kuat geser
Kuat geser terdiri dari kohesi (c) dan sudut geser dalam (). Untuk analisis
stabilitas lereng untuk jangka panjang digunakan harga kuat geser efektif
Berat Isi
lereng. Berat isi dibedakan menjadi berat isi asli, berat isi jenuh, dan berat isi
adalah untuk analisis stabilitas lereng. Keruntuhan geser pada tanah atau batuan
terjadi akibat gerak relatif antarbutirnya. Oleh sebab itu kekuatannya tergantung
pada gaya yang bekerja antarbutirnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
ikatan butirnya.
S = C + ( - ) tan (2.1)
II - 4
dimana : S = kekuatan geser
C= kohesi efektif
gerak suatu benda yang terletak pada bidang miring. Benda akan tetap pada
posisinya jika gaya penahan R yang terbentuk oleh gaya geser antara benda dan
permukaan lereng lebih besar dibandingkan dengan gaya gelincir T dari benda
akibat gaya gravitasi. Sebaliknya benda akan tergelincir jika gaya penahan R
lebih kecil dibanding dengan gaya gelincir T . Secara skematik terlihat pada
FK = (2.2)
II - 5
R = gaya penahan
keamanan adalah resiko yang dihadapi, kondisi beban dan parameter yang
digunakan dalam melakukan analisis stab ilitas lereng. Resiko yang dihadapi
II - 6
dibagi menjadi tiga yaitu : tinggi, menengah dan rendah. Tugas seorang engineer
FK = (2.3)
Kekuatan geser suatu lahan terdiri dari dua komponen, friksi dan kohesi, dan
dapat ditulis,
f = c + tan (2.4)
d = Cd + tan d (2.5)
Dimana cd adalah kohesi dan d sudut geser yang bekerja sepanjang bidang
FK = (2.6)
angka keamanan tadi, yaitu angka keamanan terhadap kohesi, Fc, dan angka
definisikan sebagai :
II - 7
Fc = (2.7)
Dan
F = (2.8)
Bilamana persamaan (2.6), (2.7), dan (2.8) dibandingkan adalah wajar bila Fc
FK = Fc = F (2.9)
FK sama dengan 1 maka lereng dalam keadaan akan longsor. Biasanya, 1.5 untuk
Parameter yang digunakan menyangkut hasil pengujian dengan harga batas atau
II - 8
Resiko tinggi jika ada konsekuensi terhadap manusia cukup besar (ada
pemukiman), dan atau bangunan sangat mahal, dan atau sangat penting.Resiko
pemukiman), dan atau bangunan tidak begitu mahal dan atau tidak begitu penting.
Resiko rendah bila tidak ada konse kuensi terhadap manusia dan terhadap
Kekuatan geser maksimum adalah harga puncak dan dipakai apabila massa
gerakan. Kekuatan residual dipakai apabila : (i) massa tanah/batuan yang potensial
dan konstruks konstruksi lain yang ada di bawah tanah. Semuanya ini
II - 9
detail dari gaya lateral yang bekerja pada berbagai dinding
Jika suatu dinding penahan dibangun untuk menahan batuan solid, maka
tidak ada tekanan pada dinding yang ditimbulkan oleh batuan tersebut.
Tetapi jika dinding dibangun untuk menahan air, tekanan hidrotatis akan bekerja
pada dinding. Pembahasan berikut ini dibatasi untuk dinding penahan tanah,
dimana tekanan yang disebabkan oleh tanah jauh lebih tinggi dibandingka n
oleh air. Tekanan pada dinding akan meningkat sesuai dengan kedalamannya.
yaitu :
licin AB yang dipasang sampai kedalaman tak terhingga. Suatu elemen tanah
yang terletak pada kedalaman h akan terkena tekanan arah vertical dan
tekanan arah horizontal Bila dinding AB dalam keadaan diam, yaitu bila
dinding tidak bergerak ke salah satu arah baik ke kanan maupun ke kiri
II - 10
Gambar 2.5 Tekanan tanah dalam keadaan diam
dari posisi awal, maka massa tanah akan berada dalam keadaan
Ko =
Karena = , maka
= ()
Ko = 1 sin
II - 11
Gambar 2.6 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam
diam yang bekerja pada dinding setinggi H. Gaya total per satuan lebar
dinding, P, adalah sama dengan luas dari diagram tekanan tanah yang
bersangkutan. Jadi :
Po = Ko H2
Konsep tekanan tanah katif dan pasif sangat penting untuk masalah-
II - 12
Pemecahan di peroleh dengan membandingkan gaya-gaya (kumpulan
dari bangunan ini arah bekerja vertical sehingga dapat mengahambat gaya lateral
kiri terhadap titik A, maka tekanan tanah yang bekerja pada dinding
seimbang. Tekanan tanah yang mempunyai harga tetap atau seimbang dalam
II - 13
Menurut teori Rankine, untuk tanah berpasir tidak kohesif, besarnya
gaya lateral pada satuan lebar dinding akibat tekanan tanah aktif pada
Pa = 1/2 H2 Ka
sebesar 2c ), maka tegangan utama arah horizontal untuk kondisi aktif adalah:
Pa = 1/2 H2 Ka - 2c H
II - 14
Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8 dinding penahan berotasi ke
kanan terhadap titik A, atau dengan perkataan lain dinding mendekati tanah
isian, maka tekanan tanah yang bekerja pada dinding penahan akan bertambah
mempunyai harga tetap dalam kondisi ini disebut tekanan tanah pasif.
Menurut teori rankine, untuk tanah pasir tidak kohesif, besarnya gaya
lateral pada dinding akibat tekanan tanah pasif setinggi H dapat dinyatakan
Pp = H2 Kp
Pp = H2 Kp + 2c H
C = kohesi
II - 15
2.3 Sheet Pile
atau laut dan lain-lain. Material yang digunakan dalam sheet pile ada beberapa
macam, yaitu sheet pile dari material kayu, sheet pile dari material beton, sheet
pile dari bahan baja ( steel ). Sheet pile disusun dengan bentuk khusus agar dapat
tersusun dan saling mengikat satu sama lainnya sesuai dengan kebutuhan
perencana. Oleh karena fungsinya sebagai penahan tanah, maka konstruksi ini
digolongkan juga sebagai jenis lain dari dinding penahan tanah (retaining walls).
Perbedaan mendasar antara dinding turap dan dinding penahan tanah terletak pada
Sheet pile dalam berbagai variasi sifat kekuatan dapat diperoleh dengan
Tiang turap kayu digunakan hanya untuk konstruksi ringan yang bersifat
sementara yang berada di atas permukaan air. Tiang turap yang biasa digunakan
II - 16
adalah papan kayu atau beberapa papan yang digabung (wakefield piles). Papan
ujung-ujungnya seperti terlihat pada Gambar (a). Tiang wakefield dibuat dengan
sejauh 50 - 75 mm seperti pada Gambar (b). Papan kayu juga bisa ditakik dalam
bentuk takik lidah dalam Gambar (c). Atau pada Gambar (d) dengan
Panjang terbatas
II - 17
Tidak tahan lama
yang dicetak dengan bentuk khusus sebelum dipasang yang bertujuan agar balok-
balok tersebut dapat saling mengikat satu sama lain pada saat penyusunannya.
Pada setiap sambungan sheet pile beton sering diberi tambahan pda celah-celah
Tiang turap beton pracetak adalah untuk konstruksi berat yang dirancang
dengan tulangan untuk menahan beban permanen setelah konstruksi dan juga
tiang ini adalah sekitar 500 - 800 mm lebar dan tebal 150 - 250 mm. Gambar
bertulang
II - 18
Keuntungan menggunakan sheet pile beton :
Kerugian menggunakan sheet pile beton adalah sambungan antar sheet pile sering
mengalami kebocoran
Sheet pile dengan material ini paling sering dipakai karena memiliki
kekuatan merata, berat sendiri yang relatif ringan dan waktu penggunaan yang
relatif tahan lama. Namun sheet pile jenis ini memiliki sifat korosif, oleh
yang ketat untuk menahan air. Gambar (a) memperlihatkan diagram skematik
Gambar (b)
Gambar 2.11 Hubungan Tiang Turap (Sheet Pile) : (a) jenis jempol-
II - 19
Gambar 2.12 Sheet Pile Berbahan Baja
Turap baja sangat umum digunakan, karena lebih menguntungkan dan mudah
Bersifat korosif
Pada prinsipnya, perencanaan sheet pile dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu dinding kantilever (cantilever walls) dan dinding berjangkar (anchor walls).
namanya adalah tiang yang ujungnya tertahan oleh tanah sehingga seolah-
olah tergantung. Stabilitas sheet pile jenis ini sangat tergantung pada penanaman
II - 20
tiang, sedangkan turap berjangkar, disamping ujungnya tertanam dan diujung
tiang yang lain dipasang jangkar yang akan memberikan gaya tarik melawan
Dalam metode konstruksi sheet pile terdapat beberapa cara, yaitu pertama
dengan meletakannya di dalam tanah terlebih dahulu digali lalu kemudian diisi
dalam tanah kemudian tanah yang di depannya digali. Dalam banyak kasus
tanah urugan yang diletakkan dibelakang sheet pile biasanya adalah tanah
lempung. Permukaan tanah pada sebelah dimana air berada biasanya diacu
Berdasarkan hal ini terdapat dua macam metode konstruksi sheet pile,
II - 21
Berikut adalah langkah-langkah konstruksi untuk struktur urugan :
II - 22
2.3.3 Turap kantilever (cantilever sheet pile)
sedang, berkisar 6 m atau kurang diatas garis galian. Pada dinding ini, sheet pile
berprilaku seperti sebuah balok lebar kantilever diatas garis galian. Prinsip
dasar untuk menghitung distribusi tekanan lateral tiang sheet pile kantilever
leleh dinding kantilever yang tertanam pada lapisan pasir dibawah garis galian.
tekanan lateral hanyalah tekanan tanah aktif saja yang berasal dari tanah
dinding didaerah ini, maka bekerja tekanan lateral aktif dari bagian tanah
sebelah garis galian dan tekanan tanah pasif dibawah garis galian disebelah
air. Kondisi pada zona B ini akan berkebalikan dengan Zona C, yaitu dibawah
titik rotasi O. Disribusi tekanan tanah bersih ditunjukan pada gambar (b),
untuk analisis turap cantilever. Namun perlu diperhatikan bahwa analisis ini
berlaku untuk konstruksi yang sebelahnya menghadap air dan permukaan air
biasanya akan berfluktuasi sebagai akibat pasang surut, oleh karena itu harus hati
II - 23
Gambar 2.15 Sheet pile cantilever pada tanah pasir
turap yang dibutuhkan di dalam tanah granular perhatikanlah Gambar 7(a). Tanah
yang akan ditahan oleh dinding turap, berada di atas garis galian, adalah juga
tanah granular. Permukaan air tanah berada pada kedalaman L1 dari puncak tiang.
Ambillah sudut gesek pasir sebagai . Intensitas tekanan aktif pada kedalaman z =
p1 = L1 Ka (1)
Dimana,
II - 24
Gambar 2.16 Tiang turap cantilever tertanam pada pasir : (a) variasi diagram
Dengan cara yang sama, tekanan aktif pada kedalaman z = L1 + L2 (yaitu pada
Perlu dicatat bahwa pada kedalaman garis galian, tekanan hidrostatik dari kedua
arah dinding adalah sama dan oleh karena itu akan saling menghilangkan
Untuk menentukan tekanan tanah bersih dibawah garis galian hingga pada
titik rotasi O, seperti ditunjukkan pada gambar 2.16 (a) sebelumnya, haruslah
dipertimbangkan bahwa tekanan pasif bekerja dari sebelah kiri (sebelah air) ke
arah sebelah kanan (sebelah tanah) dan juga tekanan aktif bekerja dari sebelah
II - 25
hidrostatik untuk kedua sisi dinding, tekanan aktif pada kedalaman z dapat
diberikan sebagai,
Pp = (z L1 L2) Kp (4)
Maka dengan mengombinasikan Pers. (3) dan (4), tekanan lateral bersih dapat
ditentukan sebagai
= P2 (z L)( Kp Ka ) (5)
dimana L=L1+L2.
P2 (z L)(Kp Ka ) = 0
Atau
2
(z L) = L3 = (6)
( Kp Ka )
dalam diagram
HB = P3 = L4(Kp Ka ) (7)
Pada dasar tiang turap, tekanan pasif (pp) bekerja dari kanan ke kiri, dan
II - 26
Pp = (L1 +L2 + D)Kp (8)
Maka, tekanan lateral bersih pada dasar turap adalah sama dengan
= P5 + L4 (Kp Ka ) (10)
Dimana
D = L3 + L4 (12)
Dan
Jumlah dari seluruh gaya-gaya horizontal adalah,\ Luas ACDE pada diagram
1 L4 1 L5
P(L4 + z) (2 L4. p3) + ( 3 ) + 2 L5(p3 + p4) + ( 3 ) = 0 (14)
p3.L42P
L5 = (15)
p3+p4
Dengan mengombinasikan Pers. (6), (10), (14), dan (15) dan kemudian
II - 27
L44 + A1. L43 A2. L42 A3. L4 A4 = 0 (16)
Dimana,
p5
A1 = (KpKa) (17)
8P
A2 = (KpKa) (18)
6P[2z(KpKa)+p5
A3 = (19)
2 (KpKa)2
P(6zp5+4P)
A4 = 2 (KpKa)2 (20)
langkah demi langkah untuk menentukan diagram tekanan yang dibutuhkan untuk
4. Hitung P.
momen di E.
II - 28
12. Sekarang diagram distribusi tekanan sebagaimana diperlihatkan oleh Gambar
13. Menentukan kedalaman teoritis Pers.12 penetrasi tiang turap sebagai L3 + L4.
(konsep = 0). Diagram tekanan bersih akan agak berbeda daripada yang
belakang turap adalah tanah granular yang terletak di atas garis galian tanah.
tekanan tanah bersih p1 dan p2 dapat dihitung, sehinga diagram untuk distribusi
II - 29
Pada kedalaman z yang lebih besar dari L1 + L2 dan diatas titik rotasi
(titik O pada Gambar 2.15 (a), tekanan aktif (pa) dari kanan ke kiri dapat
dinyatakan dengan,
dimana,
menjadi nol.
Dengan cara yang sama, tekanan pasif (pp) dari kiri ke kanan dapat diberikan
sebagai,
dimana,
menjadi nol.
= 4c (L1 + L2)
Pada dasar tiang turap, tekanan pasif (pp) bekerja dari kanan ke kiri, dan tekanan
Dengan cara yang sama, tekanan aktif dari kiri ke kanan adalah
Pa = sat D 2c (25)
II - 30
Maka tekanan bersih menjadi
dimana,
[4(1+2)]1
4 = (27)
4
2 1 4
1( + 1) [4 (1 + 2)] + 2 4(8)( 3 ) = 0 (28)
2
dimana,
1 = jarak dari pusat tekanan pada diagram ACDE diukur dari permukaan garis
galian.
Dengan mengkombinasikan Pers. (27) dan (28) dapat diturunkan
1(1+12
2 [4 (1 + 2)] 21 (1+2)+2
1
=0 (29)
langkah demi langkah untuk menentukan diagram tekanan yang dibutuhkan untuk
II - 31
1. Menghitung Ka = tan2(45- /2) untuk tanah isian.
3. Hitung P dan 1.
1,6 (Dteoritis).
sekitar 6 m, maka akan menjadi lebih ekonomis apabila sheet pile tersebut
diperkuat dengan suatu plat jangkar (anchor plates), dinding jangkar (anchor
walls), atau tiang jangkar (anchor piles), yang letaknya dekat dengan puncak
sheet pile. Cara dengan perkuatan jangkar ini disebut dengan sheet pile
oleh turap dan juga akan mengurangi luas penampang dan berat yang
menghubungkan turap dengan jangkar dan jangkar itu sendiri harus dirancang
dengan hati-hati.
II - 32
Metode free earth support adalah metode dengan kedalaman penetrasi
minimum. Di bawah garis galian, tidak terdapat pivot untuk sistem statik,
Gambar 2.18 Defleksi dan momen turap berjangkar metode free earth support
belakang turap adalah pasir dan juga tiang turap disorong ke dalam tanah
Diagram distribusi tekanan bersih di atas garis galian akan sama seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.16. Pada kedalaman z = L1, p1 = L1 Ka; dan pada z
sama dengan nol pada kedalaman z = (L1 + L2 + L3). Hubungan untuk L3 dapat
II - 33
2
L3 =
( Kp Ka )
P8 = (Kp Ka ) L4 (30)
Perlu dicatat bahwa kemiringan garis DEF adalah 1 vertikal ke (Kp - Ka)
panjang dinding),
Dimana F = gaya tarik pada batang penguat per satuan panjang dinding turap, atau
1
P 2 L4 F = 0
Atau
II - 34
1
F = P 2 [(Kp Ka ) A2. L42 (31)
2
L42 (2 + 2 + 3 4) = 0
23
Atau
3[(1+2+3)( +1)]
L43 + 1.5L42 (2 + 2 + 3) =0 (32)
(Kp Ka )
sama dengan
rencana) = Kp/FS. Kalau ini dipakai, maka tidak perlu penambahan kedalaman
teoretis.
berikut:
II - 35
1 1
11 = + 1 ( 1) + 2 (z L1)2 = 0 (35)
2
Diagram distribusi tekanan di atas garis galian adalah mirip dengan Gambar 2.17,
6 = 4 (1 + 2)
II - 36
Untuk kesetimbangan statik, penjumlahan gaya-gaya dalam arah horizontal adalah
P1 = p6D = F (36)
dimana P1 = luas diagram tekanan ACD dan F = gaya jangkar per satuan panjang
Sebagaimana dalam bagian sebelumnya, momen maksimum dalam kasus ini akan
terjadi pada kedalaman L1 < z < L1 + L2. Kedalaman dimana gaya geser
sama dengan nol (berarti momen akan menjadi maksimum) dapat ditentukan
terdiri dari blok menerus atau setempat tahanan jangkar diperoleh dari tekanan
tanah pasif.
II - 37
1) Blok beton (menerus, kepala jangkar terbuat dari blok beton yang menerus
Gaya jangkar yang diijinkan tergantung dari tekanan aktif dan pasif tanah
Ti (Pp Pa). B
SF
Dimana :
Pp 1 . .Kp.H 2
2
Pa 1 . .Ka.H 2
2
II - 38
Ti = Gaya jangkar yang diizinkan
SF = 1.5 2
1
Tult L(Pp Pa) Ko. .( Kp Ka ).H 2 tan
3
Dimana :
II - 39
Tiang pancang ditempatkan setempat, pada setiap penjangkaran saja. Gaya
jangkar yang dijinkan diperoleh dari perhitungan tahanan lateral tiang pancang
SF = 1,5 2
c = kohesi tanah
II - 40
2.4 Plaxis
dua dimensi yang digunakan secara khusus untuk melakukan analisis deformasi
dan stabilitas untuk berbagai aplikasi dalama bidang geoteknik. Program ini
dapat dengan cepat membuat model geometri dan jaring elemen berdasarkan
hubungan antar tegangan dan regangan. Seluruh model material di dalam PLAXIS
didasarkan pada suatu hubungan antara perubahan tegangan efektif dan perubahan
regangan.
Model ini meliputi dua buah parameter kekakuan, yaitu modulus Young (E)
dan angka Poisson (). Model linier elastis sangat terbatas untuk pemodelan
Model ini digunakan untuk pendekatan awal terhadap perilaku tanah secara
umum. Model ini meliputi lima buah parameter, yaitu modulus Young (E),
angka Poisson (), kohesi (c), sudut geser (), dan sudut dilatansi ().
II - 41
3. Model jointed rock
hanya dapat terjadi pada beberapa arah penggeseran tertentu saja. Model ini
pemampatan tanah yang tidak dapat kembali seperti semula saat menerima
II - 42
2.4.2 Jenis Perilaku Material
tanah dalam kondisi tegangan efektif, yaitu hubungan antara tegangan dan
regangan yang terjadi pada butiran-butiran tanah. Salah satu hal yang memegang
peranan besar dalam hal ini adalah tekanan air pori. Tekanan air pori ini sendiri
erat kaitannya dengan jenis perilaku material tersebut. Berikut ini jenis perilaku
1. Perilaku terdrainase
Pada keadaan ini, maka tekanan air pori berlebih tidak akan terbentuk sama
sekali. Perilaku ini jelas untuk diterapkan pada kasus tanah-tanah kering,
kasus dimana terjadi drainase penuh akibat permeabilitas yang tinggi (tanah
Pilihan ini digunakan untuk pembentukan tekanan air pori berlebih secara
penuh. Aliran air pori terkadang dapat diabaikan karena permeabilitas yang
sangat tinggi. Seluruh klaster yang dispesifikan sebagai tak terdrainase akan
II - 43
3. Perilaku tidak porous
Dalam kondisi ini, maka baik tekanan air pori awal maupun tekanan air pori
penggunaan model linier elastis, juga dapat diterapkan pada elemen antar
muka. Masukan berupa berat isi jenuh dan permeabilitas tidak relevan untuk
material tanpa-pori.
yang relevan. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini pernah
dilakukan oleh :
Jalan Medan Berastagi, Desa Sugo) oleh Iro Ganda dan Roesyanto.
versi 8.2. Dan didapatkan hasil nilai safety faktor pada kondisi awal
II - 44
menggunakan Geogrid dan Sheet pile sebesar 1.18. Nilai safety faktor
sheet pile.
perkuatan yang digunakan terdiri dari mini pile, sheet pile, geotextile wall
jalan sampai 1,5 m dibawah bidang gelincir (panjang total 6.0 m), dengan
jarak 0,5 m. untuk tambahan perkuatan pada eksisting retaining wall yang
sudah retak digunakan sheet pile yang ditanam sampai kedalaman 8m.
gabion dengan ukuran panjang 180 cm, lebar 90 cm dan tinggi 45 cm dan
II - 45
Penelitian ini merencanakan alternatif perkuatan Turap kantilever dan
1,543
II - 46