Dosen :
Dr. Hj. HERIYANI AGUSTINI, Dra, MM
Disusun Oleh :
1. ARIEF NUGROHO NPM. 117140006
2. DIMAS PURNAMA NPM. 117140010
3. MUKHAYAT NPM. 117140011
4. DENI HIDAYAT NPM. 117140020
5. EKA MULYAWAN NPM. 117140028
A. Pendahuluan
Etika merupakan bahasan yang berbicara tentang nilai etika dan nilai moral,
membicarakan perilaku manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika
sangat menekankan pendekatan kritis dalam melihat nilai etika dan mengenai
norma etika. Etika merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai
etika dan pola perilaku hidup manusia. Etika membicarakan soal nilai yang
merupakan salah satu dari cabang filsafat. Etika bermaksud membantu manusia
untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan, karena setiap
tindakannya selalu dipertanggungjawabkan. Secara etimologi, kata “etika” berasal
dari bahasa Yunani yaitu “ethos”. Dalam bentuk tunggal, “ethos” berarti tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara
berfikir. Dalam bentuk jamak, “ethos’ berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Dalam poin ini, akan ditemukan keterkaitan antara etika sebagai sistem
filsafat sekaligus artikulasi kebudayaan. Dari definisi etika terlihat bahwa etika
1
merupakan hal penting dalam suatu pelayanan. Hakikatnya suatu pelayanan akan
berjalan dengan baik apabila diselaraskan dengan etika dalam melayani. Sampara
Lukman menyatakan pelayanan merupakan suatu kegiatan yang terjadi dalam
interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan
menyediakan kepuasaan pelanggan.
2
Keenam, yang masih terkait dengan masalah kelima, adalah soal kewenangan yang
tumpang tindih atau overlapping, dimana hal ini menyebabkan pelayanan publik
menjadi buruk sebagai masalah ketujuh.
3
B. Definisi Filsafat Ilmu dan Relasinya dengan Birokrasi dalam Lingkup
Administrasi Negara
Adapun berbagai definisi philosophy of science dari para filsuf dapat dikutip
sebagai berikut :
1. Robert Ackermann : Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis
tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap
pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam krangka ukuran-
ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat
ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktek ilmiah
senyatanya.
2. Cornelius Benjamin : Cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah
sistematis mengenai sifat dasar ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-
4
konsepnya dan praanggapan-peranggapanya, serta letaknya dalam kerangka
umum dari cabang-cabang penegtahuan intelektual.
3. Ibnu Sina : Filsafat merupakan pengetahuan otonom yang perlu ditimba oleh
manusia sebab ia dikaruniai akal oleh Allah.
4. Antony Flew : Ilmu empiris yang teratur menyajikan hasil yang paling
mengesankan dari rasionalitas manusia dan merupakan salah satu dari calon
yang diakui terbaik untuk pengetahuan. Filsafat ilmu berusaha menunjukkan
dimana letak rasionalitas itu; apa yang khusus mengenai penjelasan-
penjelasannya dan kontruksi-kontruksi teorinya; apa yang memisahkannya dari
perkiraan dan ilmu-semu serta membuat ramalan-ramalannya dan berbagai
teknologi berharga untuk dipercaya; yang terpenting apakah teori-teorinya dapat
diterima sebagai mengungkapkan kebenaran tentang suatu realitas objektif yang
tersembunyi.
5. John Macmurray : Dalam filsafat ilmu, kita terutama bersangkutan dengan
pemeriksaan kritis terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka
alamiah yang terkandung dalam asumsi-asumsi ilmu atau yang berasal dari
keasyikan dengan ilmu; tetapi yang bukan sendirinya merupakan hasil-hasil
penyelidikan dengan metode-metode yang ilmu memakainya. Ketika saya
mendefinisikan filsafat ilmu sebagai penilaian filsuf tentang ilmu itu sendiri, hal
inilah yang terdapat dalam pikiran saya.
5
birokrat negara, tentunya masyarakat akan menuai dampak yang positif dan akan
meminimaliisr kontra-kontra yang terjadi di masyarakat. Karena tidak mungkin
suatu keputusan yang dikeluarkan suatu brokrasi tidak menuai suatu sikap kontra
dari masyarakat.
6
dimulai oleh manusia, dimaksudkan demi kepentingan manusia, dan diakhiri pula
oleh manusia.
Di tahun 2000, Indonesia memperoleh skor 8,0 dari kisaran skor yang
dimungkinkan, yakni nol untuk terbaik dan 10 untuk terburuk. Skor 8,0 atau jauh
di bawah rata-rata ini diperoleh berdasarkan pengalaman dan persepsi responden
bahwa antara lain menurut mereka masih banyak pejabat tinggi pemerintah
Indonesia yang memanfaatkan posisi mereka untuk memperkaya diri sendiri dan
orang terdekat. Dan hal itu sampai saat ini masih menjadi sebuah problematika
besar. Tiga belas tahun setelah Political and Economic Risk Consultancy (PERC)
meneliti akan buruknya pelayanan birokrasi administrasi di Indonesia, masih belum
ada sebuah perbaikan yang signifikan akan pelayanan di sektor publik.
Etika birokrasi sangat berkaitan dengan hal ini. Etika birokrasi dalam
lingkup administrasi negara sesungguhnya tidak hanya berhubungan dengan rakyat
saja namun bagaimana seorang birokrat mampu menjalankan tugas sesuai dengan
prinsip yang harus dipegang teguh demi melayani kebutuhan masyarakat. Dalam
melayani masyarakat pun harus ada etikanya, sehingga akan mampu memelihara
kepercayaan masyarakat terhadap birokrat terkait. Perlu koalisi besar semua elemen
masyarakat untuk terus menjaga Reformasi Birokrasi tetap berjalan. Saat ini,
Reformasi Birokrasi di Indonesia, masih di tahapan basic atau hard. Sementara,
negara lain sudah masuk ke birokrasi yang soft, dan bahkan sudah banyak yang
sudah smart. Di Korea Selatan, urusan dengan birokrasi sudah lewat aplikasi digital
semuanya. Untuk mencapai birokrasi seperti itu setidaknya mereka butuh waktu
30 tahun. Contoh lain, walaupun komunis, China juga memiliki birokrasi yang jauh
lebih baik dibanding Indonesia. China punya cara tersendiri untuk membuat
birokrasinya lebih unggul. Caranya, pemerintah China merekrut lulusan terbaik
universitas masuk ke birokrasi. Sehingga tak heran, China menggaransi bahwa bila
7
sudah deal dengan seorang birokrat China, berarti sudah deal dengan 1 persen
penduduk China yang mencapai 1,5 miliar.
Ada beberapa peran filsafat, baik dalam kehidupan maupun dalam bidang
keilmuan. Pertama, filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan
berwawasan luas terdapat berbagai masalah yang dihadapinya, dan manusia
diharapkan mampu untuk memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cara
mengidentifikasinya agar jawaban-jawaban dapat diperoleh dengan mudah. Kedua,
berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif
atas dasar pandangan hidup dan atau ide-ide yang muncul karena keinginannya.
Ketiga, filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi
permasalahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan lainnya
(interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama, dan lain-lain) secara lebih
8
rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan. Keempat,
terutama bagi para ilmuwan ataupun para mahasiswa dibutuhkan kemampuan untuk
menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan sistematis atas berbagai
permasalahan ilmiah yang dituangkan di dalam suatu riset, penelitian, ataupun
kajian ilmiah lainnya. Dalam era globalisasi, ketika berbagai kajian lintas ilmu
pengetahuan atau multidisiplin melanda dalam kegiatan ilmiah, diperlukan adanya
suatu wadah, yaitu sikap kritis dalam menghadapi kemajemukan berpikir dari
berbagai ilmu pengetahuan berikut para ilmuannya.
Dari sini terlihat bahwa seorang birokrat harusnya mempunyai prinsip yang
teguh dalam menjalankan tugasnya. Tanpa adanya pilih kasih, yaitu seorang
birokrat tidak boleh memilih-milih dalam melayani kebutuhan masyarakat. Apapun
alasannya birokrat harus tetap menjunjung keadilan dan kesamarataan masyarakat.
Tidak ada masyarakat yang dianggap lebih didahulukan dan tidak ada masyarakat
yang dibelakangkan. Selain itu, tanpa pamrih dan prasangka yaitu seorang birokrat
9
tidak boleh menuntut adanya pamrih ketika membantu dalam pencapaian
kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat.
Adapun tiga indikator utama dalam mengukur birokrasi yang dinilai baik,
yakni peningkatan kualitas pelayanan publik yang dapat dilihat dari indeks
kepuasan masyarakat, “free corruption” atau bebas KKN yang dapat diukur
berdasarkan integritas dan indeks persepsi korupsi masyarakat, serta “performance
accuntability” atau akuntabilitas kinerja yang bisa dilihat dari nilai laporan
akuntabilitas kinerja dari pemerintah.
10
harus dilakukan dari sejak anak masih dalam usia dini. Karena setiap anak lahir,
belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-
batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa
dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk manumbuhkan moral,
anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Sekolahpun dapat
mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik.
Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi
pertumuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Di samping tempat
pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Selanjutnya
masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat
yang lebih rusak moralnya perlu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri,
keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat
itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak.
c. Ingin mengikuti trend, bisa saja awalnya para remaja merokok adalah ingin
terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalu sudah mencoba
merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks
bebas.
d. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah para generasi
muda agar tidak mengalami degradasi dalam nilai etika moral, kreatifitas serta
inovasi, diantaranya adalah :
1. Peran orang tua. Dalam pembentukan karakter seseorang manusia peran orang
tua begitu kental terasa, orang tualah yang mengenalkan attitude-attitude yang
baik, pendidikan tentang etika dan moral yang baik. Disinilah terlihat bahwa
peran orang tua begitu signifikan terhadap pembentukan etika moral seseorang.
2. Memperluas pengetahuan dan wawasan guna menyaring dampak-dampak buruk
dari dunia global. Mempelajari hal-hal yang tabu, mempelajari secara mendalam
tentang efek/dampak beserta manfaat apa yang didapatkan dari suatu aspek
kasus dalam dunia global. Contohnya adalah narkoba. Mempelajari secara detail
apa itu narkoba, apakah memang akan menguntungkan apabila orang
mengkonsumsi narkoba itu? Pelajari efek/dampak yang ditimbulkan dari
11
penyalahgunaan narkoba. Dari situlah suatu sikap individu dapat terasah menjadi
kritis dan mempunyai sikap skeptis akan dunia global.
3. Tingkat pendikan baik formal maupun non formal. Dengan itu generasi muda
akan mampu mengembangkan kesadaran individu, mendorong pengembangkan
pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab pada diri sendiri, dan
mengembangkan komitmen diri sendiri. Pembelajaran formal maupun non
formal harus memberi kesempatan aktif generasi muda untuk bersikap aktif,
mampu berencana dan mengimplementasikan apa yang dia harapkan. Tentunya
semua itu akan berjalan baik apabila pendidik menerapkan hal demokratis dalam
pembelajaran.
4. Pandai-pandailah dalam memilih teman dekat. Dengan kita mempunyai dekat
yang mempunyai attitude yang baik secara tidak lansung kitapun akan mengikuti
teman kita tersebut. Jika kita berteman dengan seseorang yang tidak ber-attitude
baik (buruk), tentunya akan secara tidak langsung pula kita akan ikut mempunyai
attitude yang buruk.
5. Pembinaan moral dan akhlak. Dari kegiatan tersebut diharapkan individu
tersebut akan mempunyai etika, moral dan akhlak yang baik dan kuat yang akan
membuat generasi muda tersebut tidak gampang terpengaruh akan dampak-
dampak buruk dalam dunia global.
6. Mempunyai kegiatan-kegiatan yang positif. Di sini generasi muda akan dilatih
softskill-nya sehingga nantinya akan mempunyai kelebihan dibanding manusia
lain.
12
G. Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat diambil kesimpulan bahwa etika dan moral
menjadi suatu yang penting dalam membangun birokrasi negara Indonesia menjadi
lebih baik lagi. Degradasi nilai etika moral yang akhir-akhir ini sering terjadi
di dalam tubuh insitusi di Indonesia bahkan menjadi kasus besar sehingga
berdampak besar dan membuat citra birokrasi di Indonesia menjadi buruk di mata
masyarakat. Birokrat-birokrat di dalamnya menjadi suatu hal yang begitu
berpengaruh akan jalannya suatu birokrasi. Ketika suatu etika moral birokrat
dikatakan rendah, maka institusi birokrasi tersebut juga akan terpandang rendah
di mata masyarakat akibat dari buruknya dalam melayani, mengapresiasikan, dan
mengimplementasikan kebutuhan masyarakat. Seorang birokrat harus lebih kritis
dalam merespon gejala-gejala sosial yang ada di masyarakat. Dan dengan filsafat
ilmu, diharapkan ada suatu perbaikan dari segi etika moral para birokrat negara.
Sehingga nantinya citra birokrasi dapat baik di mata masyarakat dan dapat secara
arif bijaksana membantu masyarakat ketika masyarakat membutuhkan suatu
bantuan di dalam institusi brokrasi. Selain itu, melalui filsafat ilmu diharapkan
generasi muda yang nantinya akan menjadi birokrat-birokrat negara Indonesia akan
mempunyai sikap kritis, inovatif, dan kreatif serta etika moral yang baik sehingga
birokrasi tidak lagi dipandang buruk oleh masyarakat.
H. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14