Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


Menurut I G. N. Wardana dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Pengaruh
perubahan muka air tanah dan terasering terhadap perubahan kestabilan lereng”, tahun
2011. Pembasahan tanah akibat air hujan menyebabkan pengurangan kekuatan tanah
sejalan dengan bertambahnya kejenuhan tanah. Pengurangan kekuatan ini mengurangi
stabilitas lereng yang dapat menyebabkan kelongsoran seperti yang terjadi pada musim
hujan. Pada penelitian ini dilakukan simulasi lereng dengan menggunakan program
Stable 2004 dengan melakukan analisis terhadap variasi geometri lereng serta
terasering dan properties tanah yang berbeda. Pengaruh pembasahan disimulasikan
dengan perubahan letak muka air tanah pada lereng. Pengaruh geometri lereng yang
mengalami pembasahan, meliputi kemiringan lereng dan ketinggian lereng dan
pengaruh gempa juga diperhitungkan pada kajian ini. Untuk mempermudah analisis,
terasering dibagi menjadi 4 bagian kelompok yaitu T1, T2, T3 dan T4 yang mempunyai
1 sampai 4 teras. Lereng tanpa terasering disebut T0, kemiringan lereng bergerak dari
1:1, 1:2 dan 1:3 dengan jenis tanah yang berbeda (lempung, pasir dan variasi lempung-
pasir). Hasil analisis kenaikan muka air tanah menyebabkan berkurangnya stabilitas
lereng, untuk lereng dengan kemiringan 1:1, 1:2 dan 1:3 angka keamanannya
bertambah besar dengan bertambahnya teras dari T1-T4, angka keamanan terbesar di
dapat dari T4. Lereng pasir dengan kemiringan 1:1 kenaikan angka keamanan dengan
terasering T1 sangat kelihatan, sedang untuk tipe T2,T3 dan T4 tidak jauh berbeda.
Lereng pasir dengan kemiringan 1:2 dan 1:3 terasering T1-T4 rata-rata memberikan
kenaikan angka keamanan sangat kecil. Lereng tanah lempung untuk gempa 0,25 g
rata-rata memberikan pengurangan angka keamanan 43%, untuk gempa 0,45 g
memberikan pengurangan 55%. Gempa 0,25 g pada tanah pasir memberikan
pengurangan angka aman 50%, dan gempa 0,45 g sebesar 70%.
D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tugas Akhir

Menurut Lugut Tri Hernowo Pramudo, Noegroho Djarwati dan Niken Silmi
Surjandi dalam jurnal imiah yang berjudul “Analisis Stabilitas Lereng dengan
terasering di Desa Sendangmulyo, Tirtomoyo, Wonogiri”, tahun 2016 Di Desa
Sendangmulyo, Tirtomoyo, Wonogiri pernah terjadi longsor pada tanggal 25 dan 26
Desember 2007. Melihat masih banyaknya jumlah penduduk yang masih bermukim di
bawah lereng tersebut, maka penelitian ini sangat penting untuk keperluan mitigasi
bencana dan mengetahui besar perubahan nilai faktor aman stabilitas lereng setelah
perbaikan dengan menggunakan konstruksi terasering. Penelitian ini diawali dengan
mengumpulkan data sekunder dari penelitian Hawin Widyo (2015). Data tersebut
kemudian dianalisis dengan Geo-Slope dan metode Bishop yang disederhanakan pada
kondisi sebelum dan setelah hujan. Analisis dicoba dengan beberapa variasi terasering
pada lereng untuk mendapatkan desain yang paling maksimum dimana lereng menjadi
stabil. Hasil analisis dengan Geo-Slope (Morgenstern Price) dan perhitungan dengan
Bishop yang disederhanakan, didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda. Dengan
penerapan terasering pada lereng di Desa Sendangmulyo Wonogiri didapatkan
peningkatan nilai SF yang signifikan hanya untuk kondisi sebelum hujan, sedangkan
untuk kondisi setelah hujan tidak didapatkan nilai SF yang aman. SF rendah jika
ketinggian trap terlalu besar. Untuk mendapatkan SF yang besar, maka ketinggian trap
harus diturunkan dengan memberi jumlah trap yang lebih banyak. Nilai SF akan naik
saat ketinggian trap diperkecil. Semakin banyak jumlah trap semakin tinggi nilai SF.

Menurut Gati Sri Utami dan Jenny Caroline dalam jurnal ilmiah yang berjudul
“Analisis pengaruh perubahan kadar air terhadap parameter kuat geser tanah”, tahun
2018 Indonesia adalah Negara yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Siklus pembasahan dan pengeringan yang terjadi akibat pergantian
musim dapat mengubah susunan fabrik tanah dan karakteristik mekanik tanah antara
lain perubahan kadar air tanah, perubahan volume tanah dan perubahan parameter geser
tanah. Perubahan tersebut juga sering menimbulkan longsor pada lereng terutama pada
saat musim hujan. longsor sering menimbulkan kerusakan pada bangunan, kerugian
D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tugas Akhir

materi dan bahkan dapat menyebabkan hilangnya nyawa manusia. Karena banyaknya
kasus longsor akibat turunnya hujan,maka diperlukan suatu penelitan yang mengkaji
hubungan antara hujan atau perubahan kadar air dengan perubahan parameter geser
tanah yang mengakibatkan kelongsoran. Metode penelitian yang digunakan adalah
dengan memvariasikan kadar air tanah, kemudian masing-masing variasi tanah tersebut
akan dilakukan uji geser langsung untuk mengetahui nilai parameter geser tanahnya.
Hasil penelitian dapat disimpulkan seiring dengan semakin bertambahnya kadar air
pada tanah tegangan geser tanah menurun dengan kata lain stabilitas tanah berkurang
sehingga mudah mengalami kelongsoran, meskipun nilai sudut geser menurun dan
kohesi meningkat.

2.2 Dasar Teori


2.2.1. Definisi
Definisi tanah lempung menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a. Tanah lempung merupakan deposit yang mempunyai partikel berukuran lebih kecil
atau sama dengan 0,002 mm dalam jumlah lebih dari 50%; (Bowles, 1984)
b. Tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokonis sampai dengan sub
mikrokonis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah
lempung sangat keras dalam keadaan kering, bersifat plastis pada kadar air sedang,
sedangkan pada keadaan air yang lebih tinggi tanah lempung akan bersifat lebih lengket
(kohesif) dan sangat lunak. (Terzaghi, 1987).
c. Tanah lempung merupakan tanah yang terdiri dari partikel-partikel tertentu yang
menghasilkan sifat plastis apabila dalam kondisi atau keadaan basah. (Das, 1995).
d. Sifat – sifat yang dimiliki dari tanah lempung yaitu antara lain ukuran butiran halus
lebih kecil dari 0,002 mm, permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler tinggi, bersifat
sangat kohesif, kadar kembang susut yang tinggi dan proses konsolidasi lambat.
Dengan adanya pengetahuan mengenai mineral tanah tersebut, pemahaman mengenai
perilaku tanah lempung dapat diamati. (Hardiyatmo, 1992).
D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tugas Akhir

Definisi Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan,
dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar jika
kekuatan gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) dapat diperoleh dari pengujian
laboratorium yaitu pengujian kuat geser langsung (direct shear strength test).

2.2.2 Sifat Sifat Fisik Tanah


1. Kadar Air

Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung
dalam tanah dengan berat kering tanah yang dinyatakan dalam persen. (ASTM D 2216-
98)

ω= x 100% (2-1)

Dimana: ω = Kadar air (%)

Ww = Berat air (gram)

Ws = Berat tanah kering (gram)

2. Berat Isi

Berat isi tanah adalah berat suatu volume tanah dalam keadaan utuh, dinyatakan
dalam gram/cm3. Kalau dalam berat jenis tanah yang dimaksud dalam volume tanah,
hanya volume padatan tanah saja, sedangakan untuk berat isi volume tanah dalam hal
ini termasuk dalam bahan padat dan ruang pori.
𝑚
γ=
𝑣
(2-2)

Dimana γ = Berat isi (g/cm3)

m = Massa (gram)

v = Volume (cm3)
D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tugas Akhir

3. Kuat Tekan

a. Definsi Kuat Tekan Tanah

Kuat tekan bebas adalah tekanan aksial benda uji pada saat mengalami
keruntuhan atau pada saat regangan aksial mencapai 20%. Uji kuat tekan bebas adalah
salah satu cara untuk mengetahui geser tanah. Uji kuat tekan bebas bertujuan untuk
menentukan kekuatan tekan bebas suatu jenis tanah yang bersifat kohesif, baik dalam
keadaan asli (undisturbed), buatan (remoulded) maupun tanah yang dipadatkan
(compacted). Kuat tekan bebas (qu) adalah harga tegangan aksial maksimum yang
dapat ditahan oleh benda uji silindris (sampel tanah) sebelum mengalami keruntuhan
geser.

b. Teori Kuat Tekan Tanah

Nilai kuat tekan bebas (unconfined compressive strength) didapat dari


pembacaan proving ring dial yang maksimum.

.
𝑞 = (2-2)

Dimana :

qu : Kuat Tekan Bebas

k : Kalibrasi proving ring

R : Pembacaan maksimum

A : Luas penampang contoh tanah pada saat pembacaan R

Uji kuat tekan bebas (Unconfined Compresion Test) merupakan cara yang
dilakukan di laboratorium untuk menghitung kekuatan geser tanah. Uji kuat ini
mengukur seberapa kuat tanah menerima kuat tekan yang diberikan sampai tanah
D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tugas Akhir

tersebut terpisah dari butiran-butirannya juga mengukur regangan tanah akibat tekanan
tersebut. Uji tekan bebas ini dilakukan pada contoh tanah asli dan contohtanah tidak
asli lalu diukur kemampuannya masing-masing contoh terhadapkuat tekan bebas. Dari
nilai kuat tekan maksimum yang dapat diterima padamasing-masing contoh akan
didapat sensitivitas tanah. Nilai sensitivitas inimengukur bagaimana perilaku tanah jika
terjadi gangguan yang diberikandari luar.

3. Tahanan Geser Tanah

a. Definisi Kuat Geser Tanah

Suatu beban yang dikerjakan pada suatu masa tanah akan selalu menghasilkan
tegangan dengan intesitas yang berbeda – beda di dalam zona berbentuk bola lampu di
bawah beban tersebut (Bowles,1993). Kekuatan geser suatu tanah dapat juga
didefinsikan sebagai tahanan maksimum dari tanah terhadap tegangan geser di bawah
suatu kondisi yang diberikan (Smith, 1992). Kuat geser tanah sebagai perlawanan
internal tanah terhadap persatuan luas terhadap keruntuhan atau pengerasan sepanjang
bidang geser dalam tanah yang dimaksud (Das, 1994).

b. Teori Kuat Geser Tanah

Menurut teori Mohr (1910) kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi akibat
adanya kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan tegangan geser. Hubungan
fungsi antara tegangan normal dan tegangan geser pada bidang runtuhnya, dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut:

𝜏 = ƒ(σ) (2-3)

dimana:

𝜏 = Tegangan geser pada saat terjadinya keruntuhan atau kegagalan (failure)

σ = Tegangan normal pada saat kondisi tersebut


D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tugas Akhir

Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah
terhadap desakan atau tarikan (Hary Cristady, 2002). Coulomb (1776) mendefinisikan
ƒ(σ) seperti pada persamaan sebagai berikut:

τ = C + σ tg υ (2-4)

Dengan:

τ = Kuat geser tanah (kN/m2)

C = Kohesi tanah (kN/m2)

Φ = Sudut gesek dalam tanah atau sudut gesek internal (derajat)

σ = Tegangan normal pada bidang runtuh (kN/m2)

Garis keruntuhan (failure envelope) menurut Coulomb (1776) berbentuk garis


lengkung seperti pada gambar 1 dimana untuk sebagian besar masalah – masalah
mekanika tanah, garis tersebut cukup didekati dengan sebuah garis lurus yang
menunjukkan hubungan linear antara tegangan normal dan kekuatan geser (Das,1995).
Tanah, seperti halnya bahan padat, akan runtuh karena tarikan maupun geseran.
Tegangan tarik dapat menyebabkan retakan pada suatu keadaan praktis yang penting.
Walaupun demikian, sebagian besar masalah dalam teknik sipil dikarenakan hanya
memperhatikan tahanan terhadap keruntuhan oleh geseran.

Gambar 2.1 Garis Keruntuhan Menurut Mohr dan Hukum Keruntuhan Mohr – Coulomb (Hary
Cristady, 2002)
D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tugas Akhir

Jika tegangan – tegangan baru mencapai titik P, keruntuhan tanah akibat geser
tidak akan terjadi. Keruntuhan geser akan terjadi jika tegangan – tegangan mencapai
titik Q yang terletak pada garis selubung kegagalan (failure envelope). Kedudukan
tegangan yang ditunjukkan oleh titik R tidak akan pernah terjadi, karena sebelum
tegangan yang terjadi mencapai titik R, bahan sudah mengalami keruntuhan. Tegangan
– tegangan efektif yang terjadi di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh tekanan air pori.
Terzaghi (1925) mengubah persamaan Coulomb seperti pada persamaan 9 dan
persamaan 10 dalam bentuk tegangan efektif sebagai berikut:

τ = C’ + (σ – u) tg υ’ (2-5)

τ = C + σ’ tg υ’ (2-6)

dengan :

C’ = kohesi tanah efektif (kN/m2)

σ’ = tegangan normal efektif (kN/m2)

u = tekan air pori (kN/m2)

υ’ = sudut gesek dalam tanah efektif (derajat)

Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain:

a. Pengujian geser langsung (Direct shear test)

b. Pengujian triaksial (Triaxial test)

c. Pengujian tekan bebas (Unconfined compression test)

d. Pengujian baling-baling (Vane shear test)

Namun dalam penelitian ini yang digunakan untuk menentukan kuat geser tanah adalah
pengujian geser langsung (Direct shear test).
D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tugas Akhir

c. Kuat Geser pada Tanah Lempung


Pada tanah lempung jenuh air bila mengalami pembebanan akan terjadi
perubahan volume berupa pengurangan atau penambahan. Dalam kondisi pengujian
dengan drainase terbuka, perubahan volume berupa kompresi ataupun pelonggaran
tidak hanya tergantung pada kerapatan dan tegangan kekang saja, akan tetapi
bergantung pula pada sejarah tegangan. Demikian pula pembebanan tak terdrainase,
nilai tekanan air pori sangat tergantung dari jenis lempung, apakah lempung tersebut
normally consolidated ataukah overconsolidated.

Gambar 2.2 Uji Triaksial CD pada Tanah Lempung (a). Pada Penerapan Tekanan Sel
(b). Pada Penerapan Tegangan Deviatorik
D3 TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Tugas Akhir

Kecepatan perubahan volume yang terjadi pada tanah pasir dan lempung
berbeda. Karena kecepatan perubahan volume tanah akan sangat tergantung dari
permeabilitas tanah. Dimana tanah lempung memiliki permeabilits yang sangat
rendah, sedangkan tanah pasir tinggi sehingga kecepatan berkurangnya tekanan air
pori akan lebih cepat terjadi pada tanah pasir. Jadi, untuk tanah pasir, perubahan
volume akibat penghamburan tekanan air pori akan lebih cepat daripada tanah
lempung.

Anda mungkin juga menyukai