ISBN 978-979-3541-25-9
Abstrak
Tanah daerah Wayang Windu Pangalengan memperlihatkan perilaku yang berbeda dari tanah umumnya. Perubahan
sifat tanah terlihat setelah perlakuan pengeringan terhadap tanah Wayang Windu dimana menunjukan tingkat
kepadatan yang berbeda antara kondisi pemadatan sebelum dikeringkan dan setelah dilakukan pengeringan. Hasil uji
coba pemadatan yang dilakukan menunjukan nilai kadar air optimum yang tinggi dengan tingkat kepadatan yang
rendah. Dari penelitian yang dilakukan melalui beberapa pengujian pemadatan di laboratorium, menghasilkan
beberapa puncak berat isi kering maksimum (γd mak) dan kadar air optimum (ωopt) yang berbeda, sesuai kondisi suhu
pengeringan. Kepadatan maksimum di dapat pada pengeringan tanah dengan oven dengan nilai γd mak=1.014 gr/cm3
dan ωopt=40.87%. Untuk kondisi lapangan kepadatan maksimum yang bisa dicapai adalah dengan nilai berat isi kering
maksimum γd mak = 0.664 gr/cm3 dan ωopt = 107.23 %. Sedangkan nilai CBR yang dihasilkan adalah antara 0.8 % s.d
1.6 %.
Abstract
The Soil from Wayang Windu Pangalengan shows a different behavior of the soil generally. Changes in soil properties
seen after treatment of soil drying which show different levels of density between the conditions before being dreid and
after being dreid. The results of compaction tests conducted showed that the high value of optimum moisture content
with low density. From research conducted through several compaction tests in the laboratory, resulting in several
peaks with maximum dry density and optimum moisture content according to different conditions of drying temperature.
The maximum density which reached by drying the soil in the oven is with value of γd mak= 1.014 gr/cm3 and ωopt =
40.87 %. For field conditions the maximum density can be achieved is γd mak = 0.664 gr/cm3 dan ωopt = 107.23 %. While
the resulting CBR value is between 0.8% to 1.6%.
Kata kunci : wayang windu pangalengan, kepadatan, pengeringan, kadar air optimum
..... (2.3)
247
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
248
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
penambahan kadar air tanah dimulai dari kadar air Selanjutnya dari grafik yang ada akan dapat
terendah sampai kadar air tertinggi dimana tanah dilihat tren perilaku tanah berdasarkan kondisi
tidak dapat lagi dipadatkan atau tanah sudah suhu pengeringan, sehingga dapat diperkirakan
menjadi lembek. Pertama tanah dikondisikan tindakan atau perlakuan yang akan dilakukan
kering dan secara bertahap dibuat beberapa sampel
pada tanah untuk penggunaan di lapangan.
dan ditambahkan kadar air dengan selisih
penambahan kadar air antara 1 – 3 %, seperti
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
terlihat pada tabel 1. berikut :
Pengamatan lapangan di lokasi pekerjaan
Tabel 1. Rancangan kondisi pemadatan penggalian dan penimbunan tanah terlihat
Kondisi Kering Kering Kering kondisi tanah yang relatif gembur dan
Langsung
Tanah Ruangan Matahari oven sebagian sudah dibentuk menjadi badan jalan
Penambahan 0 1 2 3 .. 0 1 2 3 .. 0 1 2 3 4 .. 0 1 2 3 4 (lihat gambar 4).
air, %
Kepadatan ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
tanah
CBR Pada kepadatan maksimum dan kadar air
optimum masing-masing kondisi
Data yang didapat dibuatkan grafik dan dilihat tren Gambar 4. Situasi pengambilan tanah di lapangan
yang terjadi dari semua pengujian tersebut.
Adapun beberapa grafik yang akan dihasilkan
adalah sebagai berikut : Tanah yang diambil dari lapangan dibawa ke
laboratorium. Tanah kemudian dipisah sesuai
- Grafik hubungan antara kadar air dan berat isi dengan keperluan dan perlakukan yang akan
kering untuk empat kondisi variasi lokasi dikerjakan. Sebagian dikeringkan di luar di
pengeringan, yaitu kondisi Langsung (LG), bawah terik matahari, sebagian dikeringkan
Kering Ruangan (KR), Kering Matahari (KM) dalam ruangan, dan sebagian untuk
dan Kering Oven (KO). dikeringkan pakai oven. Sedangkan kondisi
- Grafik perubahan nilai CBR berdasarkan suhu langsung adalah tanah yang baru diambil dari
pengeringan.
lapangan langsung dilakukan pengujian
249
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
dengan mengasumsikan kondisinya sama maksimum) didapat pada kadar air ωopt =
dengan kondisi saat di lapangan. Berikut 107.23 % dengan γd mak = 0.664 gr/cm3.
adalah beberapa kondisi penyiapan tanah di
laboratorium. 0.72
0.70
Pemadatan ZAV
0.68
0.64
0.62
0.60
0.58
0.56
0.54
0.52
95 105 115 125 135
Kadar air [ % ]
0.80
4.1. Pemadatan Kondisi Langsung
0.78
dibuatkan grafik hubungan antara kadar air Gambar 7. Grafik pemadatan kondisi kering
dan berat isi kering seperti terlihat pada ruangan
gambar 6. Pada kondisi langsung nilai
Setelah kondisi yang terpuncak penambahan
kepadatan maksimun (berat isi kering air tidak meningkatkan/menaikkan kepadatan
tanah tetapi menjadi turun mendekati nilai saat
250
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
Pemadatan
Kurva / grafik pemadatan yang dihasilkan
kadar air. Perilaku kepadatan tanah yang Gambar 9. Grafik pemadatan kondisi kering oven
dipadatkan pada kondisi kering matahari
terlihat pada gambar 8. Pada gambar terlihat Dari semua grafik pemadatan untuk 4 suhu
kenaikan kepadatan tanah dengan lokasi pengeringan masing-masing
bertambahnya kadar air tetapi setelah mempunyai puncak kurva dengan kepadatan
mencapai puncaknya kembali turun dan tidak maksimum yang berbeda. Kepadatan
naik lagi. Kepadatan kering maksimum maksimun di dapat saat pengeringan tanah
didapat pada nilai ωopt = 46.06 % dan dengan menggunakan oven, dan kepadatan
terendah saat pengujian secara langsung
γd mak = 0.929 gr/cm3. Grafik/kurva pemadatan
terhadap tanah yang dibawa dari lapangan.
yang didapat menyerupai kurva tipe A
Artinya kepadatan tanah akan meningkat jika
berbentuk bel/lonceng.
tanah dipersiapkan dan dikeringkan terlebih
dahulu.
Untuk lebih melihat perilaku dan perubahan
kepadatan tanah berdasarkan variasi suhu /
lokasi pengeringan maka keempat kurva di
atas (gambar 6. s.d. 9) dibuatkan grafik
gabungan seperti terlihat pada gambar 10.
Dari grafik terlihat perilaku kepadatan tanah
yang dipadatkan pada beberapa kondisi
pengeringan tanah yang digabungkan menjadi
satu grafik, memperlihatkan pola grafik yang
Gambar 8. Grafik pemadatan kondisi kering
matahari berbeda dengan tipe grafik pemadatan secara
umum yang dikemukakan dari hasil penelitian
4.4. Pemadatan kondisi Kering Oven oleh Lee dan Suedkamp. Tanah Wayang
Selanjutnya untuk pemadatan tanah setelah Windu mempunyai puncak lebih dari satu
pengeringan tanah dengan oven, dan disini bahkan ada yang tanpa puncak, sesuai dengan
dapat dilakukan sebanyak 8 kali / 8 variasi kondisi kekeringannya saat dipadatkan.
kadar air. Hasil pemadatan tanah kondisi Bentuk kurva gabungan tidak menunjukan
pengeringan dengan oven ketika diplotkan / suatu tipe kurva yang sudah ditemukan
dibuatkan kurva pemadatan (gambar 9), sebelumnya.
terlihat perilaku yang sama dengan kering Jika dilihat dan dapat diasumsikan maka tipe
matahari dimana kepadatan tanah meningkat / kurvanya cenderung seperti kurva D yang
menaik dengan bertambahnya kadar air tetapi tidak memiliki puncak, karena pemadatan
setelah mencapai puncaknya kembali turun tanah di lapangan dengan cara tanah terlebih
drastis. Kepadatan kering maksimum didapat dahulu dikeringkan dengan oven adalah hal
dengan ωopt= 40.87 % dan γdmak= 1.014 gr/cm3.
Grafik / kurva pemadatan yang didapat juga yang mustahil untuk dilakukan. Kekeringan
menyerupai kurva tipe A berbentuk maksimum tanah di lapangan yang akan dapat
bel/lonceng. dicapai hanyalah pada kering ruangan,
sehingga puncaknya dicapai saat tersebut dan
selanjutnya akan turun.
251
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
1.10
Kering Oven
1.00
0.60
Pemadatan ZAV
0.50
30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140
Kadar Air [ % ]
Gambar 10. Grafik gabungan pemadatan tanah semua kondisi suhu pengeringan
1.00
kurva tipe A. Untuk tanah yang sama dengan
0.80
0.60
perbedaan kondisi kekeringan saat pemadatan
0.40
akan menghasilkan tipe kurva tersendiri
0.20 antara berpuncak ganda dan tidak ada puncak.
LG KR KM
Kondisi Suhu Pengeringan
KO
Puncak tertinggi di dapat pada kondisi yang
kering, kondisi lembab kepadatan akan
Nilai CBR 0.2" Kering 25x
Basah 25x
Kering 56x
Basah 56x
rendah.
2.00
1.80
Perlu pengujian, pengamatan dan evaluasi
1.60 yang lebih jauh, terutama dengan perubahan
1.40
perilaku kepadatan tanah, apalagi jika
Nilai [%]
1.20
1.00 disesuaikan dengan kondisi lapangan yang
0.80
0.60 sanagt berbeda dengan skala laboratorium.
0.40 Skala laboratorium semua kondisi bisa
0.20
LG KR KM KO dikondisikan, tetapi di lapangan sakan sulit
Kondisi Suhu Pengeringan
untuk mendapatkannya. Uji skala lapangan
akan mendukung untuk lebih memberikan
Gambar 11. Grafik hasil uji CBR
jawaban terhadap perilaku pemadatan tanah
Wayang Windu ini.
252
Industrial Research Workshop and National Seminar 2012
6. DAFTAR PUSTAKA
253