Anda di halaman 1dari 6

2.

PEMADATAN TANAH

2.1 Umum

Pemadatan adalah proses menambah kepadatan tanah menggunakan beban dinamis. Getaran dan
energi beban dinamis menyebabkan partikel-partikel tanah saling merapat/mendekat, volume
rongga antar butiran berkurang, dan kepadatan tanah bertambah. Pemadatan tanah dilakukan
pada kondisi tanah asli tidak memenuhi persyaratan teknis dan timbunan tanah pada pekerjaan
tanah dasar (sub grade) jalan raya dan landas pacu pesawat, dasar fondasi, tanggul, bendung tanah
dan lainnya. Tujuan utama pemadatan tanah adalah : 1) menaikkan kuat geser dan daya dukung
tanah, dan 2) mengurangi penurunan dan 3) memperkecil permeabilitas tanah. Berat volume kering
digunakan sebagai ukuran kepadatan tanah, makin besar berat volume kering menggambarkan
makin besar kepadatan tanah.

Beban dinamis pada proses pemadatan berasal dari alat pemadatan yang bekerja dengan cara
menumbuk atau menggilas. Alat pemadatan yang bekerja dengan cara menumbuk antara lain:
penumbuk pada uji pemadatan Proctor, penumbuk tradisonal menggunakan tenaga manusia dan
penumbuk mesin (stemper), sedangkan alat pemadatan yang bekerja dengan cara menggilas antara
lain: smooth wheel rollers, sheep foot rollers, rubber-tire rollers, dan vibrator rollers.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemadatan

Tanah terdiri dari butiran-butiran tanah, dan rongga antar butiran yang diisi oleh udara dan atau air.
Volume tanah merupakan penjumlahan dari volume butiran-butiran tanah, air dan udara. Pada
proses pemadatan volume butiran tanah dan air dianggap tetap (uncompressible), sedangkan
volume udara bisa berkurang (compressible). Walaupun tidak bisa termampatkan, air dalam rongga
pori tanah berbutir kasar dianggap bisa mengalir akibat beban dinamis dari alat pemadatan.
Pemampatan udara dan aliran air keluar dari rongga pori akibat beban dinamis menyebabkan
pengurangan volume pori antar butiran tanah dan memperkecil jarak antar partikel sehingga tanah
menjadi lebih padat. Derajat kepadatan yang diperoleh pada proses pemadatan dipengaruhi oleh: 1)
jenis tanah, 2) kandungan air dan 3) tenaga pemadatan.

2.2.1 Jenis Tanah

Secara umum tanah berbutir kasar memiliki perilaku yang berbeda dengan tanah berbutir halus
ketika dipadatkan. Tanah pasir dan kerikil merupakan tanah berbutir kasar yang memiliki
permeabilitas tinggi, sehingga air dalam rongga pori antar partikel tanah dengan mudah dan cepat
mengalir akibat beban dinamis pada saat proses pemadatan. Hal ini menyebabkan tanah pasir dan
kerikil bersih, tidak mengandung butiran halus lanau atau lempung, menjadi lebih mudah dipadatkan
karena keberadaan air tidak mengganggu proses pemadatan. Namun demikian disarankan untuk
sebisa mungkin tidak melakukan pemadatan pada kadar air tinggi apalagi kondisi kadar air jenuh.
Agar pemadatan pasir dan kerikil lebih efektif sebaiknya menggunakan pemadat getar seperti
vibrator rollers.

Tanah berbutir halus atau tanah yang mengandung butiran halus memiliki permeabilitas rendah,
sehingga air dalam rongga pori antar partikel tanah dengan sulit/tidak bisa mengalir akibat beban
dinamis pada saat proses pemadatan, di sisi lain kandungan air akan berpengaruh pada kemudahan
(workability) tanah berbutir halus ketika dipadatkan. Hal ini menyebabkan kadar air sangat
berpengaruh terhadap proses pemadatan pada tanah berbutir halus atau mengandung butiran
halus.

2.2.2 Kadar Air


Pada kadar air rendah tanah berbutir halus berkonsistensi padat dan lebih sulit dipadatkan.
Penambahan kadar air akan menyebabkan partikel butiran halus semakin mudah tergelincir dan
merapat pada proses pemadatan sehingga makin tinggi kepadatan yang diperoleh (Johnson dan
Sallberg, 1960). Namun demikian penambahan air juga menyebabkan volume rongga pori yang terisi
air meningkat dan mengurangi volume udara dalam rongga pori yang bisa memampat pada proses
pemadatan sehingga hasil kepadatan yang diperoleh akan berkurang jika kadar air yang berlebih
(Gambar 2.1). Untuk satu jenis tanah dan nilai tenaga pemadatan tertentu, akan diperoleh nilai
kadar air tertentu, disebut sebagai kadar air optimum (optimum moisture content, wopt) yang
menghasilkan kepadatan maksimum (maksimum dry dencity, MDD). Gambar 2.2 menunjukkan
grafik hubungan antara kadar air dan kepadatan untuk berbagai jenis tanah.

Gambar 2.1 Pengaruh penambahan kadar air pada pemadatan

Gambar 2.2 Pengaruh jenis tanah pada pemadatan.

2.2.3 Tenaga Pemadatan


Energi dinamis yang dihasilkan alat pemadatan merupakan fungsi dari berat penumbuk atau mesin
gilas dan jumlah tumbukan atau lintasan pemadatan. Untuk satu jenis tanah tertentu semakin berat
penumbuk/mesin gilas dan jumlah tumbukan/lintasan makin besar tenaga pemadatan yang
dihasilkan dan makin bertambah kepadatan tanah yang dihasilkan. Disisi lain kepadatan tanah yang
tinggi tidak bisa dicapai jika volume air yang mengisi rongga pori antar partikel besar, oleh karena itu
jika diinginkan derajat kepadatan tinggi maka tanah harus dipadatkan menggunakan tenaga
pemadatan yang besar pada kadar rendah. Tanah yang dipadatkan dengan tenaga pemadatan lebih
besar memiliki berat volume kering maksimal yang lebih besar dan kadar air optimum yang lebih
rendah (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Pengaruh tenaga pemadatan pada kepadatan tanah

2.3 Pemadatan Proctor

Proctor (1933) menemukan metode untuk memperoleh hubungan antara kadar air, w dengan
kepadatan yang dinyatakan dalam berat volume kering tanah sebagaimana terlihat pada Gambar 2.1
yang kemudian disebut sebagai uji pemadatan Proctor. Berdasarkan tenaga pemadatan yang
digunakan ada dua macam uji pemadatan Proctor yaitu: 1) uji pemadatan Proctor standard, disebut
juga uji pemadatan ringan dan 2) uji pemadatan Proctor modifikasi, atau uji pemadatan berat.

2.3.1. Pemadatan Proctor Standar

Pekerjaan bendung, tanggul saluran air, timbunan, tanah dasar fondasi dan pekerjaan pemadatan
pekerjaan sipil lainnya pada umumnya mensyaratkan tingkat kepadatan standard dan menggunakan
pemadatan tenaga pemadatan standar. Pelaksanaan pemadatan pekerjaan-pekerjaan sipil tersebut
berpedoman pada kadar air optimum, w opt dan berat kering maksimum, MDD yang diperoleh dari
grafik hubungan kadar air dengan kepadatan uji pemadatan Proctor standar.
Uji pemadatan Proctor standar menggunakan benda uji 2,5 kg tanah kering udara yang ditumbuk
dan lolos saringan no.4 dan alat yang digunakan adalah: 1) silinder pemadatan (mould) berukuran
0,994 liter dan 2) penumbuk standar berat 2,5 kg dan tinggi jatuh 30,5 cm (Gambar 2.2).

Langkah-langkah dalam percobaan Proctor standar adalah sebagai berikut ini.

1. Mengukur volume (V) dan timbang berat silinder (W1)


2. Pasang silinder perpanjangan pada silinder pemadatan.
3. Menambahkan sejumlah air secara merata pada benda uji tanah sedemikian sehingga kadar
air benda uji tanah kurang lebih 10 % dibawah kadar air optimum. Setelah tercampur secara
merata bagi benda uji menjadi 3 bagian yang sama volumenya.
4. Memasukkan bagian pertama benda uji dalam silinder pemadatan, ratakan dan padatkan 25
kali tumbukan. Ulangi metode tersebut untuk bagian kedua dan ketiga benda uji sehingga
diperoleh 3 lapisan dengan 25 kali tumbukan tiap lapisan.
5. Melepas silinder perpanjangan dan memotong benda uji tanah bagian atas hingga rata
dengan silinder pemadatan.
6. Melepas alas silinder pemadatan dan menimbang berat silinder yang berisi benda uji tanah
basah, (W2).
7. Mengambil bagian atas, tengah dan bawah benda uji tanah untuk diuji kadar air tanah, (w)
8. Menghitung berat volume kering tanah dengan persamaan berikut ini.
(W 2−W 1)
γw V
γd = =
(1+w) (1+ w)
Dengan,
d = berat volume kering tanah
w = berat volume basah tanah
W1 = berat silinder pemadatan
W2 = berat silinder pemadatan berisi tanah basah
V = volume silinder.

9. Mengulangi langkah 2 sampai dengan 8 dengan menambah kadar air kurang lebih 4 %,
sehingga diperoleh minimal 5 pasangan data kadar air versus berat volume kering tanah.
10. Mambarkan grafik hubungan antara kadar air, w dan berat volume kering tanah () untuk
menentukan kadar air optimum, wopt dan berat volume kering maksimum ().
Gambar 2.3. Contoh grafik hasil uji pemadatan Proctor standar.

2.3.1. Pemadatan Proctor Modifikasi

Pekerjaan pemadatan tanah dasar landas pacu pesawat, jalan tol, bendung, timbunan atau
pekerjaan pemadatan lainya dengan spesifikasi khusus, mensyaratkan tingkat kepadatan tinggi
sehingga membutuhkan tenaga pemadatan yang besar untuk mencapai kepadatan yang
dipersyaratkan. Tenaga pemadatan yang digunakan pada uji pemadatan standar Proctor tidak lagi
sesuai dengan tenaga pemadatan pelaksanaan pekerjaan tersebut. Oleh karena itu pemadatan
Proctor standar dimodifikasi dengan cara manambah tenaga pemadatan agar sesuai dengan tenaga
pemadatan yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan pemadatan di lapangan dan disebut
sebagai uji pemadatan Proctor modifikasi atau uji pemadatan berat.

Metode dan ukuran silinder pemadatan uji pemadatan Proctor modifikasi pada dasarnya sama
dengan uji pemadatan Proctor standar, perbedaannya terletak pada penumbuk yang memiliki berat
4,5 kg dan tinggi jatuh 40,8 cm dan tanah dipadatkan dalam 5 lapisan dengan jumlah tumbukan
masing-masing lapisan 25 kali sehingga tenaga pemadatan yang dihasilkan lebih besar dari tenaga
pemadatan uji pemadatan Proctor standar.

Suatu tanah yang dipadatkan dengan uji pemadatan Proctor modifikasi akan memiliki berat volume
kering maksimal lebih tinggi, dan kadar air optimum yang lebih rendah dibandingakan berat volume
kering maksimal dan kadar air optimum jika dipadatkan dengan uji pemadatan Proctor standar
(Gambar 2.3).
Gambar 2.4 Perbandingan hasil uji pemadatan Proctor standard dan modifikasi.

2.4. Pemadatan di Lapangan

Pelaksanaan pemadatan di lapangan bertujuan agar tanah mencapai kepadatan dan atau kuat
dukung yang dipersyaratkan sesuai spesifikasi pekerjaan. Pelaksanaan pemadatan di lapangan
didasarkan pada kadar air optimum dan berat volume kering maksimum yang diperoleh dari uji
pemadatan Proctor standar atau modifikasi terhadap contoh tanah yang diambil dari lokasi
pekerjaan atau tanah bahan timbunan (borrow area). Sebelum dipadatkan kadar air tanah diatur
sedemikian sehingga kurang lebih sama dengan kadar air optimum dengan toleransi 3 % . Tanah
dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang dipersyaratkan dalam spesifikasi pekerjaan, biasanya
lebih besar dari 90 % atau 95 % berat kering maksimum.

Tenaga pemadatan yang dihasilkan dipengaruhi oleh: 1) tebal lapisan pemadatan, 2) tekanan
pemadatan yang merupakan fungsi berat alat pemadatan, dan 3) jumlah lintasan. Secara umum
untuk jenis alat yang ditentukan akan ada hubungan antara ketebalan dan jumlah lintasan untuk
mencapai kepadatan sesuai persyaratan dengan biaya paling ekonomis dan diketahui dengan
melakukan pemadatan percobaan (trial compaction) sebelum pelaksanaan pekerjaan pemadatan.

Anda mungkin juga menyukai