Anda di halaman 1dari 96

EMADATAN

TANAH
Definisi :
Proses menaikkan berat jenis tanah dengan
cara mendesak tanah dengan energi mekanis
agar partikel solid pada tanah lebih merapat
dan menjadi kompak serta mengurangi partikel
udara yang mengisi rongga pada massa
tanah.
Pemadatan Tanah
Kepadatan tanah yang tinggi bukanlah tujuan
utama pemadatan. Kepadatan tanah yang
tinggi hanya penting jika menghasilkan
perbaikan perilaku tanah sehubungan dengan
engineering performance.
Tujuan :
mengurangi kompresibilitas
menaikkan kekuatan tanah
mengurangi potensi likuifaksi
mengontrol shrinkage dan swelling
mengurangi hydraulic compressibiliy
/permeabilitas
menaikkan daya tahan terhadap
erosi
mengontrol resilience properties


Tanah Timbunan
Tanah Asli
Data yang diperlukan :
c dan design f
Pemadatan Untuk Timbunan Tinggi
Shear Strength:
Triaxial Test
Impervious Stratum
Foundation
Cut-off
Toe
Toe Drain
Filter
Internal Drain
Filter
Sod or Riprap for Erosion Protection
Transition Filter
Core
Transition Filter
Wave Protection Riprap
Upstream Toe Upstream Blanket
Downstream
Shell
Shell
Top Width
Freeboard
Pemadatan untuk Dam
Nilai permeabilitas
Nilai c, f
Berat Jenis
Kering
(g
d
)
Kadar Air (w)
Kadar Air Optimum
Berat Jenis Kering Maksimum

Usaha
Pemadatan
Tinggi

Usaha
Pemadatan
Rendah

Zero air voids
(saturasi = 100%)


s
w s
d
wG 1
G

g
g
G
s
= specific gravity tanah
Kurva Pemadatan
Teori Pemadatan Tanah
w

1. Lubrication Theory




2. Double Layer Water Deficiency Theory




3. Effective Stress Theory


Teori Pemadatan Tanah
air sebagai pelumas
mengapung
gaya tolak-menolak
antar partikel
mengapung
Lubrication Theory


Untuk suatu energi pemadatan,
penambahan air akan memperlicin butir-
butir tanah untuk ber-relokasi sehingga
akan menaikkan g
d
.
Di sisi kanan dari w
opt
pada kurva
pemadatan di atas, penambahan air akan
mengapungkan butir-butir tanah yang
akan menyebabkan penurunan g
d
.

mengapung
air sebagai pelumas air sebagai pelumas
Lubrication Theory


Pemadatan menyangkut pendesakan
udara dalam pori-pori tanah. Rongga
udara di sisi kanan w
opt
adalah
discontinuous, sehingga tidak mungkin
untuk mendesak seluruh udara keluar
dari pori. Akibatnya tidak tercapai s =
100% dengan pemadatan.


Double Layer Water Deficiency Theory


Penambahan kadar air akan membuat
double layer mengembang sehingga gaya
tolak antar partikel bertambah. Akibatnya
tanah menjadi dispersive, mudah be-
relokasi, dan particle packing menjadi
lebih efisien.
Penambahan air setelah w
opt
tercapai
akan mengapungkan butir-butir tanah
dan menurunkan g
d.

gaya tolak-menolak
antar partikel
mengapung
Effective Stress Theory

Tanah akan memadat supaya dapat
memikul beban-beban saat pemadatan
(compactive pressure). Pemadatan tanah
ini diikuti dengan pertambahan kekuatan
tanah.
Pertambahan kekuatan tsb diakibatkan
oleh kenaikan effective stress, kenaikan
confining stress, dan penurunan
tegangan air pori.
Tanah berhenti memadat ketika bearing
capacity tanah sama dengan beban-
beban saat pemadatan.
Menurut Proctor, pemadatan tanah
ditentukan oleh keempat hal berikut :

1. Usaha Pemadatan (energi)
2. Tipe Tanah
3. Kadar Air (w), dan
4. Berat J enis Kering (gd)

Teori Pemadatan Tanah
Kadar Air dan Berat J enis Kering
Berat Jenis
Tanah (g)
w
2
w
3
0


g
d

Tanah
solid
Air
Tanah
Solid
g

=

g
1

=

g
d
(
w
=
0
)


g
2

Kadar Air (w)
g
3

Derajat pemadatan tanah diukur dari
berat isi keringnya (g
d
). Air yang
ditambahkan ke massa tanah pada saat
pemadatan akan berfungsi seperti
pelumas yang akan mengerakkan
partikel tanah ke posisi yang lebih padat.

Pada saat kadar air w = 0, maka berat
jenis (g) akan sama dengan berat jenis
kering (g
d
) atau g = g
d(w=0)
= g
1


Pada usaha pemadatan yang sama,
pertambahan kadar air akan
menyebabkan pertambahan berat jenis.
Misalnya pada saat w=w
1
, maka g = g
2.
-
g
d(w=w1)
= g
d(w=0)
+ g
d



Sampai suatu kadar air tertentu, pertambahan
kadar air cenderung menurunkan berat jenis
kering tanah. Hal ini disebabkan karena
partikel air akan mengisi ruang yang ditempati
partikel padat. Kadar air pada saat berat jenis
kering mencapai maksimum (g
d max
) disebut
dengan kadar air optimum (w
opt
).

Kurva Pemadatan untuk Tanah Pasir
Kepadatan yang lebih tinggi dapat diperoleh bila
pasir adalah kering atau basah. Tetapi pada
daerah C, tegangan kapiler antar butiran menjadi
semacam kohesi yang menahan butiran untuk ber-
relokasi dan memadat, sehingga sulit dipadatkan.
Vibrasi adalah metode paling efektif untuk
pemadatan pada tanah berpasir.
f tan ' S
g
d

Water Content (w)
0
S = 100%
Daerah C
Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan
Secara umum semakin padat adalah
semakin baik.
Kepadatan Relatif adalah faktor utama
yang mengontrol :
- kompresibilitas
- kekuatan
- potensi likuifaksi dan
- modulus deformasi

Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan
Kadar air pada umumnya tidak begitu penting,
kecuali untuk pasir jenuh yang memikul beban
dinamis (bahaya likuifaksi).
Selain kepadatan relatif, perilaku tanah pasir
sangat bergantung pada confining pressure dan
kondisi fabric.

Pengaruh Cara Pemadatan (di Laboraturium)
Sifat-sifat mekanik (tegangan-regangan,
kompresibilitas, likuifaksi) sangat
bergantung pada sample preparation.
Sample preparation yang berbeda akan
menghasilkan fabric/struktur tanah yang
berbeda. Setelah dipadatkan, struktur
tanah yang berbeda tersebut akan
menghasilkan kenaikan confining
pressure dan strength yang berbeda
pula.
f tan ' S
Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan
Tipe tanah seperti
distribusi ukuran butiran,
bentuk butiran tanah,
specific gravity serta
jumlah dan tipe
kandungan mineral
lempung merupakan
faktor penting yang
mempengaruhi kadar air
optimum (w
optimum
) dan
berat jenis kering
maksimum (g
d mak
).

Tipe Tanah
Kadar Air (w)
B
e
r
a
t


K
e
r
i
n
g

T
a
n
a
h

(
g
d
)

Sandy Silt
Heavy Clay
Poorly-
graded sand
Silty Clay
Pada tanah pasir, berat jenis kering tanah
cenderung untuk menurun pada saat awal
penambahan air. Kemudian pada saat mencapai
kadar air tertentu, berat jenis kering tanah akan
bertambah hingga mencapai nilai maksimum.

Penurunan nilai berat jenis kering tanah pada saat
awal pertambahan kadar air disebabkan oleh efek
tarik kapilaritas.

Pada saat kadar air ditambah tapi masih masih
rendah, gaya tarik kapilaritas pada air akan
menyebabkan partikel tanah cenderung bergerak dan
memadat.

Hubungan Kadar Air dengan Berat Isi Kering untuk Delapan Jenis Tanah yang
Dipadatkan Menurut Metode Standard Proctor (Johnson dan Sallberg, 1960)
Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan
(di Lapangan)
Perilaku di lapangan adalah sama
dengan di laboraturium (ditentukan oleh
kepadatan dan confining pressure).
Cara pemadatan yang berbeda di
lapangan akan menghasilkan struktur
tanah yang berbeda pula (vibratory atau
tamping).
f tan ' S
Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan
Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan
(di Lapangan)
Untuk clean cohesionless fills,
pemadatan dengan vibratory rollers
adalah metode yang terbaik dan paling
ekonomis dengan kedalaman efektif
sekitar 2 m. Apabila digunakan the
heaviest vibratory roller, maka
kedalaman efektifnya dapat lebih besar.
f tan ' S
Perilaku Tanah Pasir yang Dipadatkan
Secara umum sifat-sifat mekanis dari
lempung yang dipadatkan bergantung
pada:
- cara pemadatan
- energi (compactive effort)
- kadar air saat pemadatan
- perubahan kadar air dan volume setelah
pemadatan
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan
Pemadatan dengan kadar air lebih rendah
dari kadar air optimum (w
opt
) akan
menghasilkan struktur tanah yang
flocculated dan aggregate.
Pemadatan dengan kadar air lebih besar
dari kadar air optimum (w
opt
) akan
menghasilkan struktur tanah yang
deflocculated dan disperse.

Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan
Pengaruh Beban Berulang (Repeated Loading)
Beban lalu-lintas pada
flexible pavements dapat
menyebabkan failure
akibat rutting dan fatigue.
Beban berulang ini pada
akhirnya menghasilkan
deformasi plastis.
Terdpt suatu zone dimana
deformasi plastisnya adalh
minimum. Zone tersebut
ditentukan oleh kadar air
dan dry Kepadatan.
Water Content (%)
D
r
y

d
e
n
s
i
t
y
70
80
90 100
Saturation (%)
Max.dry density
(Mod.comp.)
Max.dry density
(Std. compaction)

1
2
3

1 2

3
> >
Water Content (%)
D
r
y

K
e
p
a
d
a
t
a
n

Pengaruh Beban Berulang (Repeated Loading)
Pembebanan berulang tsb
dapat menurunkan
kekuatan tanah.
Utk pembebanan berulang,
diupayakan pemadatan
tanah pada kepadatan dan
kadar air optimum.

Water Content (%)
D
r
y

d
e
n
s
i
t
y
70
80
90 100
Saturation (%)
Max.dry density
(Mod.comp.)
Max.dry density
(Std. compaction)

1
2
3

1 2

3
> >
Water Content (%)
D
r
y

K
e
p
a
d
a
t
a
n

Perubahan Volume / Kompresibilitas
Dari hasil perbandingan derajat kompresi tanah
lempung yang dipadatkan dengan effort yang
sama terlihat bahwa :
1. Tanah jenuh yang dipadatkan pada kadar dry
of optimum menghasilkan settlement yg lebih
kecil dibandingkan pada kadar wet of optimum.

Perubahan Volume / Kompresibilitas
2. Settlement tambahan akan terjadi pada tanah
jenuh yang dibebani. Settlement tersebut
dinamakan collapse settlement, merupakan
perilaku yang penting pada tanah yang
dipadatkan pada kadar dry of optimum.
3. Total settlement yang terjadi akibat
penjenuhan dan kompresi pada saat kadar air
optimum hampir tercapai adalah sangat kecil,
dimana maximum dry Kepadatan telah
tercapai pada saat kompaksi.
Mikrostruktur Tanah Lempung
Antar partikel dalam satu grup
disperse
agregat
Antar grup
flocculated
deflocculated
Model partikel pada tanah lempung (a) dispersed dan flocculated (b) agregat
tetapi deflocculated (c) edge to face flocculated tetapi dispersed (d) edge to
edge flocculated tetapi dispersed (e) edge to face flocculated dan agregat (f)
edge to edge flocculated dan agregat (g) edge to face dan edge to edge
flocculated dan agregat (Van Ohen, 1963)
Pemadatan di sisikiri kadar air optimum (w
opt
) menghasilkan struktur
lempung yang flocculated.

Prinsip Pemadatan yang Menyangkut Hubungan antara
Struktur dan Perilaku Tanah Lempung
Water Content (w)
g
d

w
opt

dispersed flocculated
Water Content (w)
g
d

w
opt

parallel random
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan
Untuk energi pemadatan yang sama, struktur lempung
flocculated mempunyai kepadatan yang lebih rendah.
Untuk void ratio yang sama, struktur lempung flocculated
lebih rigid.


log p
dispersed
flocculated

dispersed
flocculated
p
f
p
d

e
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan
Struktur lempung deflocculated/disperse mempunyai
ukuran pori yang lebih kecil dan lebih merata sehingga
mempunyai permeabilitas yang lebih rendah.


k
g
dry

e
yang
sama
Water Content (w)
Water Content (w)
Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan
5. Shear strain cenderung merusak struktur
flocculated dan menghasilkan partikel yang
berorientasi lebih sejajar (deflocculated)
sehingga struktur deflocculated tersebut lebih
sensitif terhp shearing (kneading compaction).


Shear
6. Struktur lempung flocculated cenderung
mempunyai tingkat swelling yang lebih tinggi.


Perilaku Tanah Lempung yang Dipadatkan
g
Karakteristik Tegangan-Regangan
Kekuatan Tanah Lempung
Setelah Terjadi Penjenuhan
Dipengaruhi oleh :
- kadar air dan kepadatan kering saat
pemadatan
- struktur tanah saat pemadatan
- besarnya pembebanan saat terjadi
penjenuhan
- tipe tanah lempung

10 12 14 16 18 20 22 24
94
98
102
106
110
114
118
Molding Water Content - percent
D
r
y

D
e
n
s
i
t
y

-

l
b

p
e
r

c
u

f
t
Modified AASHTO Test
Strength q = 4.5 kg per sq cm
q = 4.0
q = 3.3
q = 3.0
q = 2.3
D
e
g
r
e
e

o
f

s
a
t
u
r
a
t
i
o
n

=

1
0
0

%
Notes : Lines show initial compositions resulting in equal
strengths after soaking of constant volume
Strengths after soaking
determined as stress required
to cause 20% strain
Hubungan antara Pengaruh Kondisi Awal (Saat Pemadatan) Terhadap
Kekuatan Tanah Lempung Setelah Terjadi Penjenuhan
(Seed, Mitchell, dan Chan (1960))
Water Content (%)
9 10 11
12
13 14 15 16 9
0
1
2
3
4
5
6
7
2.0
1.9
1.8
D
r
y

d
e
n
s
i
t
y

(
t
/
m
3
)
S
e
t
t
l
e
m
e
n
t
(
i
n

%

o
f

o
r
i
g
i
n
a
l

h
e
i
g
h
t
)
800 kPa
400 kPa
200 kPa
100 kPa
100
200
400
800 kPa
Surcharge
Total Settlement
Compaction Curve
Saturation
Settlement
Total settlement (under given surcharge)
Saturation ("collapse") settlement
Collapse Settlement dan Total Settlement Akibat Pembebanan Pada
Tanah yang Terkompaksi (Huder, 1964)
Karakteristik Tegangan-Regangan As Compacted (setelah dipadatkan)
g
Tes pemadatan tanah di laboraturium
ditemukan oleh R.R. Proctor pada tahun
1933, dinamakan dengan Tes
Pemadatan Proctor. Dilakukan untuk
mendapatkan kurva pemadatan yang
mencerminkan hubungan antara berat
jenis kering (g
d
) dan kadar air optimum (w).

Terdapt dua macam tes pemadatan tanah :
1. Proctor Standar
2. Proctor Modifikasi
Tes Pemadatan Tanah di laboratorium
Energi pemadatan (E) dinyatakan dalam formula sebagai
berikut :

Usaha Pemadatan (Energi)
( (
mol d vol ume
hammer j atuh ti nggi hammer berat l api san) j uml ah pi san) pukul an/l a (j uml ah
E

) (
Perubahan energi pemadatan akan
menyebabkan perubahan kurva pemadatan.
Nilai berat jenis kering tanah maksimum (g
d maks
)
akan meningkat seiring dengan penurunan nilai
kadar air optimum (w
optimum
).

Tes Proctor Standar
(ASTM D698)
Tes Proctor Modifikasi
(ASTM D1557)
Berat Hammer 24.5 N (5.5 lb) 44.5 N (10 lb)
Tinggi Jatuh Hammer 305 mm (12 in) 457 mm (18 in)
Jumlah Layer 3 5
Jumlah Pukulan/Lapis 25 25
Volume Mold 0.000 942 2 m (1/30 ft
3
)
Energi Kompaksi (CE) 595 kJ/m
3
(12400) 2698 kJ/m
3
(56250 lb.ft/ft
3
)
Tanah (-) Saringan No.4
Spesifikasi Peralatan Tes Proctor Standar dan Proctor Modifikasi
Proctor
Modifikasi
Proctor
Standar
Prosedur tes mengacu pada standar ASTM D698
untuk tes Proctor Standar dan ASTM D 1557
untuk tes Proctor Modifikasi.


Tes dilakukan dengan mengikuti prosedur
sebagai berikut :
1.Pengambilan sampel tanah dari quarry.
- untuk tes Proctor Standar tanah diambil seberat
25 kg
- untuk tes Proctor Modifikasi tanah diambil
seberat 50 kg


2.Sampel dimasukkan ke dalam karung dan dibawa
ke laboraturium.

3. Sampel dijemur di bawah sinar matahari hingga
kering udara.

4. Penyaringan sampel yang telah dikeringkan.
- untuk tanah berbutir kasar menggunakan
saringan No.10
- untuk tanah berbutir halus menggunakan
saringan No.40
5 Sampel tanah dimasukkan ke dalam mold,
dibuat sebanyak 5 mold dengan variasi
kadar air.
- untuk tes Proctor Standar digunakan
mold berdiameter 4 dan sampel tanah
dibagi menjadi tiga lapis
- untuk tes Proctor Modifikasi digunakan
mold berdiameter 6 dan sampel tanah
dibagi menjadi lima lapis


6 Sampel di dalam mold kemudian ditumbuk
dengan menggunakan hammer, dilakukan
sebanyak 25 pukulan/lapisan.
- untuk tes Proctor Standar digunakan
hammer dengan berat 2.5 kg dan tinggi
jatuh 12
- untuk tes Proctor Modifikasi digunakan
hammer dengan berat 5 kg dan tinggi
jatuh 18


6 7 Pengukuran berat jenis tanah (g) dan
berat jenis kering tanah (gd)

8 Plot kurva pemadatan (hubungan antara gd
dan w)
9 Tentukan nilai gdmaksimum dan w
optimum

Sampel
Tanah
Sinar
Matahari
Mold 1
(w
1
)
Mold 2
(w
2
)
Mold 3
(w
3
)
Mold 5
(w
5
)
Mold 4
(w
4
)
Berat Jenis Kering
(g
d
)
Kadar Air (w)
Kadar Air
Optimum
Berat Jenis Kering
Maksimum
Proctor
Modifikasi
Proctor
Standar
Zero air voids
(saturation = 100%)
Kurva
Pemadatan
1 2
3
4
5
6
7

Penentuan
w
optimum

Mold 1 Mold 2 Mold 3
Pencampuran
w
optimum

Mold 1 Mold 2 Mold 3
Penumbukan
(hammer 5 kg)
10 x /lapisan 25 x /lapisan 56 x /lapisan
5 lapis

Peralatan pemadatan di lapangan
yang umum digunakan adalah :

a. penggilas kaki kambing
b. smooth wheel roller
c. pneumatic rubber-tired roller
d. vibratory roller
Pemadatan Tanah Lapangan
Penerapan Berbagai Tipe Alat Pemadatan untuk
Berbagai Jenis Tanah (Caterpillar Tractor Co., 1977)
PENGGILAS KAKI KAMBING
Penggilas kaki kambing
adalah berupa silinder
(drum) yang mempunyai
banyak kaki-kaki yang
menjulur keluar dari drum.
Kaki-kaki ini mempunyai
luas proyeksi penampang
sekitar 25 sampai 85 cm2.
Alat ini sangat efektif untuk
memadatkan tanah
lempung. Tekanan kontak di
ujung kaki-kaki kambing
dapat mencapai antara 200
sampai 1000 psi (1380
sampai 6900 kN/m2).
PENGGILAS
BESI HALUS
Permukaan halus cocok untuk meratakan permukaan tanah
dasar (subgrades) dan untuk pekerjaan penggilasan akhir pada
timbunan tanah pasir atau lempung.

Penggilas tipe ini dapat memadatkan 100% luas pemukan tanah
yang dilalui rodanya.

Penggilas tipe ini tidak cocok untuk untuk pekerjaan yang
menginginkan tingkat pemadatan yang tinggi pada lapisan yang
tebal.
PENGGILAS GETAR
Sangat bermanfaat untuk
pemadatan tanah berbutir
(pasir, kerikil dsb).

Alat getar dpt saja dipasang
pada penggilas besi
berpermukaan halus,
penggilas ban karet atau pada
penggilas kaki kambing untuk
menghasilkan getaran pada
tanah.

Getaran dihasilkan dari
berputarnya suatu beban
yang tidak sentries

PENGGILAS BAN KARET
Dalam banyak hal masih lebih baik dari
pada penggilas besi berpermukaan
halus.

Penggilas ini pada dasarnya merupakan
sebuah kereta bermuatan berat dan
beroda karet yang tersusun dalam
beberapa baris.

Memadatkan antara 70 sampai 80%
luasan tanah yang dilalui penggilas.
Dapat digunakan pada pemadatan
tanah-tanah pasir dan lempung.

Pemadatan dicapai dari kombinasi
antara tekanan dan pemadatan dengan
meremas-remas (kneading action).
TINGKAT KEPADATAN DILAPANGAN
Beberapa factor yang mempengaruhi
tingkat kepadatan dilapangan adalah :
jenis tanah, kadar air,
tebal lapisan tanah yang dipadatkan,
intensitas tekanan yg dihasilkan oleh
alat pemadat,
dan besar luasan muka tanah dimana
tekanan tersebut bekerja.
Efek Kecepatan Roller pada Jumlah Pemadatan dengan 7700 kg (17000 lb)
Vibratory Roller (Parsons, et. al., 1962 as cited by Selig and Yoo, 1977)
Spesifikasi pemadatan lapangan
mensyaratkan agar berat jenis kering
lapangan harus mencapai 90 95% berat
jenis kering maksimum di laboraturium
yang ditentukan melalui tes Proctor Standar
atau Proctor Modifikasi.
Penentuan Berat J enis Lapangan Hasil
Pemadatan
Penentuan Berat J enis Lapangan Hasil
Pemadatan
Prosedur standar untuk penentuan berat
jenis lapangan adalah sebagai beirikut :
a. metode kerucut pasir
b. metode balon
c. metode dengan air atau oli
d. metode nuclear density
c). Oli atau Air
Pasir Ottawa
Kerucut
Balon
Oli atau Air
a). Kerucut Pasir
b). Balon
d). Nuclear Density
h
1

h
2

h
3
=

z1

z2

r1

r2

r1

r2

Interface 1
Interface 2

1
= 0.5

2
= 0.5

3
= 0.5
E
1

E
2

E
3

Pavement
Defleksi
Youngs Modulus E
CBR
California Bearing Ratio Test (CBR)
Tes CBR (a). Silinder dan Dial Gauge ; (b). Skema Diagram
(a)
(b)
Deflection Dial
Piston
Sample
Kedalaman Penetrasi Unit Load
0.1 inci 1000 psi
0.2 inci 1500 psi
0.3 inci 1900 psi
0.4 inci 2300 psi
0.5 inci 2600 psi
Prosedur tes mengacu pada standar ASTM
D-1883

Tes dilakukan dengan mengikuti prosedur
sebagai berikut :
1. Penentuan kadar air optimum (w
optimum
).
2. Sampel tanah dimasukkan ke dalam mold, dibuat
sebanyak 3 mold. Sampel tanah dalam setiap mold
dibuat sebanyak 5 lapis.
3. Sampel di dalam mold kemudian ditambah air
sebesar kadar air optimum.
4. Penumbukan sampel tanah dalam mold dengan
menggunakan hammer seberat 5 kg.
- untuk mold pertama dilakukan sebanyak 10
pukulan/lapisan
- untuk mold kedua dilakukan sebanyak 25
pukulan/lapisan
- untuk mold ketiga dilakukan sebanyak 56
pukulan/lapisan
Untuk pengukuran swelling, sampel dalm mold
kemudian direndam (soaked) selama 3 -4 hari

5. Penetrasi sampel pada silinder uji
6. Penentuan besarnya unit load yang diperlukan utk
memperoleh penetrasi 0,1 inci hingga 0,2 inci.
Tentukan nilai CBR.

Penentuan
w
optimum

Mold 1 Mold 2 Mold 3
Pencampuran
w
optimum

Mold 1 Mold 2 Mold 3
Penumbukan
(hammer 5 kg)
10 x /lapisan 25 x /lapisan 56 x /lapisan
5 lapis
s
w s
d
wG 1
G

g
g
g
g
g
g
Contoh Kurva Hubungan Kadar Air Vs Kepadatan
(Lokasi Cikampek Haurgeulis)
Contoh Kurva Korelasi Antara CBR Jenuh Vs g
d

(Lokasi Cikampek Haurgeulis)
TP-4
TP-1
TP-3
TP-5
Minimum CBR = 6%
Perkiraan Nilai CBR Lapangan (Metode)
Molding water content, w=14%
w=15%
w=16%
w=17%
w=17.5%
w=18%
Unconsolidated-undrained test
Confining pressure= 1.0kg per sq.cm
102 104 106 108 110 112 114 116 118
0
1
2
3
4
5
6
Strength after sooking
(stress required to couse 5% strain)
vs
Dry Density
(a)
S
t
r
e
s
s

r
e
q
u
i
r
e
d

t
o

c
o
u
s
e

5
%

S
t
r
a
i
n
-
k
g

p
e
r

s
q

c
m
Dry Density-lb per cu ft
D
e
g
r
e
e

o
f

S
a
t
u
r
a
t
i
o
n

=

1
0
0
%
Mod. AASHO test
118
114
110
106
102
98
94
D
r
y

D
e
n
s
i
t
y
-
l
b

p
e
r

c
u

f
t
Molding Water Content-percent
Note: Lines show initial compositions resulting in equal
strength after sooking at constant volume
Silty clay 321
12 14 16 18 20 24 22 10
Hubungan antara Pengaruh Kondisi Awal (Saat Pemadatan) Terhadap
Kekuatan Tanah Lempung Setelah Terjadi Penjenuhan
(Seed, Mitchell, dan Chan (1960))
Hubungan antara Kepadatan Kering, Kadar Air dan Kekuatan Pada Tanah Lempung
Setelah Pemadatan (Seed, Mitchell, dan Chan (1960))
Pengaruh Besarnya Surcharge Loading Pada Saat Terjadi Penjenuhan
(Seed, Mitchell, dan Chan (1960))
Mod. AASHO test
Strength =3.5kg per sq cm
3.0
2.5
Notes:Lines show initial compositions resulting
in equal strength after swelling
Unconsolidated-undrained test
Confining pressure=10kg per sq cm
Strength determined as
stress required to couse
5% strain
D
e
g
r
e
e

o
f

S
a
t
u
r
a
t
i
o
n

=

1
0
0
%
10
94
D
r
y

D
e
n
s
i
t
y
-
l
b

p
e
r

c
u

f
t
Molding Water Content-percent
12 14 16 18 20 22 24 26
98
102
106
110
114
118
25% strain
stress required to couse
Strength determined as Mod. AASHO test
Strength=40kg per sq cm
Notes:Lines show initial compositions resulting
in equal strength after swelling
Confining pressure=10kg per sq cm
Unconsolidated-undrained test
118
114
110
106
102
98
94
10 26 24 22 20 18 16 14 12
Molding Water Content-percent
D
r
y

D
e
n
s
i
t
y
-
l
b

p
e
r

c
u

f
t
3.5
3.0
D
e
g
r
e
e

o
f

S
a
t
u
r
a
t
i
o
n

=

1
0
0
%
Sandy clay 302
Pengaruh Besarnya Surcharge Loading Pada Saat Terjadi Penjenuhan
(Seed, Mitchell, dan Chan (1960))
118
114
110
106
102
98
94
10
D
r
y

D
e
n
s
i
t
y
-
l
b

p
e
r

c
u

f
t
26 24 22 20 18 16 14 12
Molding Water Content-percent
5% strain
stress required to couse
Strength determined as
Unconsolidated-undrained test, Confining pressure=10kg per sq cm
Notes:Lines show initial compositions resulting in equal strength after swelling
D
e
g
r
e
e

o
f

S
a
t
u
r
a
t
i
o
n

=

1
0
0
%
Strength=0.5kg/cm
2
0.75
1.0
1.5
Mod. AASHO test
D
e
g
r
e
e

o
f

S
a
t
u
r
a
t
i
o
n

=

1
0
0
%
Mod. AASHO test
1.5
1.0
0.75
2
Strength=0.5kg/cm
Notes:Lines show initial compositions resulting in equal strength after swelling
Unconsolidated-undrained test, Confining pressure=10kg per sq cm
D
r
y

D
e
n
s
i
t
y
-
l
b

p
e
r

c
u

f
t
Strength determined as
stress required to couse
25% strain
Molding Water Content-percent
12 14 16 18 20 22 24 26 10
94
98
102
106
110
114
118
Sandy clay 302
Tes California Bearing Ratio (CBR)
Kedalaman Penetrasi Unit Load
0.1 inci 1000 psi
0.2 inci 1500 psi
0.3 inci 1900 psi
0.4 inci 2300 psi
0.5 inci 2600 psi
Nilai CBR didefinisikan sebagai rasio antara nilai beban tersebut di atas
terhadap nilai standar sebagai berikut :
CBR

Kurva Pemadatan dan
CBR untuk Tanah
Mississippi Lean Clay
(Rollings, 1996)
(a)
Kuat Jenuh Vs Kepadatan Kering
(Turnbull and Foster, 1958)
3-wheel roller for compaction of fine-grained soil;
weight from 5 to 6 tons for materials of low
plasticity to 10 tons for materials of high plasticity
6 coverages 6 to 8 Maybe used for fine-grained soils other than
in earth dams. Not suitable for clean well-
graded sands or silty uniform sands.
Do
such as provided by
wobble-wheel equipment,
may be substituted for
heavy-wheel load if lift
thickness is decreased. For
cohesionless soils, large-
size tires ate desirable to
avoid shear and rutting
3-Wheel rollers obtainable in
wide range of sizes. 2-Wheel
tandem rollers are available in
the ring of 1 to 20 ton weight.
3-axle tandem rollers are
generally used in the range of
10 to 20 ton weight. Very
heavy rollers are used for
proof rolling of subgrade or
base course.
Tire inflation pressures in excess of 65 p.s.i. For
fine-grained soils of high plasticity. For uniform
clean sands or silty fine sands, use large size tires
with pressures of 40 to 50 p.s.I.
Tandem type rollers for base course or subgrade
compaction, 10 to 15 ton weight. 300 to 500 lb. Per
lineal in. of width of rear roller
4 to 6
coverages.
4 coverages
6 to 8
8 to 12
For fine-grained soil or well-graded, dirty
coarse-grained soils with more than 8
percent passing the No. 200 sieve
Appropriate for sugrade or base course
compaction of well-graded sand-gravel
mixtures
Do
Smooth Wheel
Rollers
Wide variety of rubber tire
compaction equipment is
available. For cohe- sive
soils, light-wheel loads,
Tire inflation pressures of 60 to 80 p.s.i. for
clean granular material or base course and
subgrade compaction. Wheel load 10

000 to
25,000 lb.
3 to 5
coverages.
10 For clean, coarse-grained soils with 4
to 8 percent passing the No. 200
sieve.
Rubber Tire
Rollers.
Efficient compaction of soils wet of optimum
requires less contact pressures than the
same soils at lower moisture contents
For earth dam, highway and
airfield work drum of 00 in.
dia. loaded to 1.5 to 3 tons per
lineal ft. of drum generally is
utilized. For smaller projects 40
in. dia. drum; loaded to 0.75 to
1.75 tons per lineal ft. of
drum is used. Foot contact
pressure should be regulated
so as to avoid shearing the soil
on the third or fourth pass.
Foot Contact
Pressure
p.s.i.
250 to 500
200 to 400
150 to 250
Foot Contact
Area
Sq.in
5 to 12
7 to 14
10 to 14
Soil Type
Fine-grained
soil PI>30
Fine-grained
soil PI<30
Coarse-grained
soil
4 to 6 passes
For
fine-grained
soil.
6 to 8 passes
for coarse-
grained soil.
6 For fine-grained soils or dirty coarse-grained
soils with more than 20 percent passing the
No. 200 sieve. Not Suitable for clean coarse-
grained soils. Particularly appropriate for
compaction of impervious zone for earth
dam or linings where bonding of lifts is
important.
Sheepsfoot
Rollers
Dimensions and Weight of Equipment Passes or
Coverages
Compacted
Lift
Thickness,
in
Possible Variations in
Equipment
Reqirements for Compaction of 95 to 100 Precent Standard Proctor Maximum Density
Applicability Equipment Type
3-wheel roller for compaction of fine-grained soil;
weight from 5 to 6 tons for materials of low
plasticity to 10 tons for materials of high plasticity
6 coverages 6 to 8 Maybe used for fine-grained soils other than
in earth dams. Not suitable for clean well-
graded sands or silty uniform sands.
Do
such as provided by
wobble-wheel equipment,
may be substituted for
heavy-wheel load if lift
thickness is decreased. For
cohesionless soils, large-
size tires ate desirable to
avoid shear and rutting
3-Wheel rollers obtainable in
wide range of sizes. 2-Wheel
tandem rollers are available in
the ring of 1 to 20 ton weight.
3-axle tandem rollers are
generally used in the range of
10 to 20 ton weight. Very
heavy rollers are used for
proof rolling of subgrade or
base course.
Tire inflation pressures in excess of 65 p.s.i. For
fine-grained soils of high plasticity. For uniform
clean sands or silty fine sands, use large size tires
with pressures of 40 to 50 p.s.I.
Tandem type rollers for base course or subgrade
compaction, 10 to 15 ton weight. 300 to 500 lb. Per
lineal in. of width of rear roller
4 to 6
coverages.
4 coverages
6 to 8
8 to 12
For fine-grained soil or well-graded, dirty
coarse-grained soils with more than 8
percent passing the No. 200 sieve
Appropriate for sugrade or base course
compaction of well-graded sand-gravel
mixtures
Do
Smooth Wheel
Rollers
Wide variety of rubber tire
compaction equipment is
available. For cohe- sive
soils, light-wheel loads,
Tire inflation pressures of 60 to 80 p.s.i. for
clean granular material or base course and
subgrade compaction. Wheel load 10

000 to
25,000 lb.
3 to 5
coverages.
10 For clean, coarse-grained soils with 4
to 8 percent passing the No. 200
sieve.
Rubber Tire
Rollers.
Efficient compaction of soils wet of optimum
requires less contact pressures than the
same soils at lower moisture contents
For earth dam, highway and
airfield work drum of 00 in.
dia. loaded to 1.5 to 3 tons per
lineal ft. of drum generally is
utilized. For smaller projects 40
in. dia. drum; loaded to 0.75 to
1.75 tons per lineal ft. of
drum is used. Foot contact
pressure should be regulated
so as to avoid shearing the soil
on the third or fourth pass.
Foot Contact
Pressure
p.s.i.
250 to 500
200 to 400
150 to 250
Foot Contact
Area
Sq.in
5 to 12
7 to 14
10 to 14
Soil Type
Fine-grained
soil PI>30
Fine-grained
soil PI<30
Coarse-grained
soil
4 to 6 passes
For
fine-grained
soil.
6 to 8 passes
for coarse-
grained soil.
6 For fine-grained soils or dirty coarse-grained
soils with more than 20 percent passing the
No. 200 sieve. Not Suitable for clean coarse-
grained soils. Particularly appropriate for
compaction of impervious zone for earth
dam or linings where bonding of lifts is
important.
Sheepsfoot
Rollers
Dimensions and Weight of Equipment Passes or
Coverages
Compacted
Lift
Thickness,
in
Possible Variations in
Equipment
Reqirements for Compaction of 95 to 100 Precent Standard Proctor Maximum Density
Applicability Equipment Type
Peralatan-peralatan dan Metode-metode Pemadatan Tanah
(NAVDOCKS DM-7)
Peralatan-peralatan dan Metode-metode Pemadatan Tanah
- Lanjutan - (NAVDOCKS DM-7)
Weights up to 250
lb., foot diameter 4 to
10 in.
30 lb. minimum weight. Considerable range is
tolerable, depending on materials and conditions
2 coverages 4 to 60 in.
for silt or
clay, 6 in.
for coarse-
grained
soils.
For difficult access, trench
back-fill. Suitable for all
inorganic soils.
Power
Tamper or
Rammer.
Tractor weights up to
60.000 lb.
No smaller than D8 tractor with blade, 34,500 lb.
weight, for high compaction.
3 to 4
coverages
10 to 12 Best suited for coarse-
grained soils with less than
4 to 8 percent passing No.
200 sieve, placed
thoroughly wet.
Crawler
Tractor
Vibrating pads or
plates are available.
hand -propelled fir
self-propelled, single
or in gangs, with
width of coverage
from 1/2 to 15 ft.
Various types of
vibrating-drum
equipment should be
considered for
compaction in large
areas.
Single pads or plates should weigh no le
s
s than 200
Ill.May be used in tandem where working space is
Available. for clean coarse-grained soil, vibration
frequency should be no less thin 1,600 cycles per
minute.
3 coverages 8 to 10 For coarse- grained soils
with less than about12
percent passing No. 200
sieves. Best suited for
materials with 4 to 8
percent passing No. 200,
placed thoroughly wet
Vibrating
Baseplate
compactors
Dimensions and Weight of Equipment
Passes Of
Coverages
Compacted
Lift
Thickness,
in.
Possible Variations
in Equipment
Requirements for Compact ion of 95 to 100 Percent Standard Proctor
Maximum Density
Applicability
Equipment
Type
Weights up to 250
lb., foot diameter 4 to
10 in.
30 lb. minimum weight. Considerable range is
tolerable, depending on materials and conditions
2 coverages 4 to 60 in.
for silt or
clay, 6 in.
for coarse-
grained
soils.
For difficult access, trench
back-fill. Suitable for all
inorganic soils.
Power
Tamper or
Rammer.
Tractor weights up to
60.000 lb.
No smaller than D8 tractor with blade, 34,500 lb.
weight, for high compaction.
3 to 4
coverages
10 to 12 Best suited for coarse-
grained soils with less than
4 to 8 percent passing No.
200 sieve, placed
thoroughly wet.
Crawler
Tractor
Vibrating pads or
plates are available.
hand -propelled fir
self-propelled, single
or in gangs, with
width of coverage
from 1/2 to 15 ft.
Various types of
vibrating-drum
equipment should be
considered for
compaction in large
areas.
Single pads or plates should weigh no le
s
s than 200
Ill.May be used in tandem where working space is
Available. for clean coarse-grained soil, vibration
frequency should be no less thin 1,600 cycles per
minute.
3 coverages 8 to 10 For coarse- grained soils
with less than about12
percent passing No. 200
sieves. Best suited for
materials with 4 to 8
percent passing No. 200,
placed thoroughly wet
Vibrating
Baseplate
compactors
Dimensions and Weight of Equipment
Passes Of
Coverages
Compacted
Lift
Thickness,
in.
Possible Variations
in Equipment
Requirements for Compact ion of 95 to 100 Percent Standard Proctor
Maximum Density
Applicability
Equipment
Type
Propertis Tanah Terkompaksi
1. Densification
2. Strength
3. Permeability
1. Densification

Persyaratan Pemadatan untuk
Tanah Kohesif
(Ahlvin et al. (1959))
Persyaratan Pemadatan untuk
Tanah Non Kohesif
(Ahlvin et al. (1959))
3. Permeability

Permeabilitas lempung di sebelah kiri kadar air
optimum (w
opt
) pada kurva pemadatan umumnya
bernilai 2 3 kali permeabilitas lempung di
sebelah kanan w
opt
(pengaruh flocculated
deflocculated).
Tipikal Hasil Tes Kompaksi dan CBR untuk Tanah Kerikil Well-Graded (GW)
(Yoder & Witczak, 1975)
Tipikal Hasil Tes Kompaksi dan CBR untuk Tanah Silty Clay
(Yoder & Witczak, 1975)

DUA TIPE SCRAPER
Conventional or self-
loading scraper
Elevating scraper
CONTOH PERALATAN UNTUK MENGANGKUT DAN
MENGHAMPARKAN MATERIAL TIMBUNAN
Material timbunan diangkut oleh
dump truck
Motor grader menghamparkan
dan mempersiapkan timbunan
subgrade
JENIS-JENIS ROLLER
Smooth-wheel roller
Rubber-tired roller (self-propelled)
SHEEPFOOT ROLLERS
Detail sheepfoot yang berbentuk
bujur sangkar
Self-propelled sheepfoot roller
TAMPING FOOT ROLLERS
Detail tamping foot
Self-propelled tamping foot compactor
GRID ROLLER DAN SMOOTH WEEL ROLLER
Grid roller
Vibrating drum on
smooth-wheel
roller
Pemadatan Dinamis pada Lokasi Proyek di Bangladesh
CONTOH SOAL
Dari suatu percobaan pemadatan dg proktpr standard di
lab diperoleh data-data sbb:

Keterangan Percobaan ke
1 2 3 4
Brt Cawan
(gr)
55,1 52,7 47,9 41,4
Brt Cawan +
tnh bsh (gr)
212,4 133,7 124,9 140,2
Brt Cawan +
tnh kering (gr)
204,1 127,1 115,5 125,2

Anda mungkin juga menyukai