Anda di halaman 1dari 25

PEMADATAN TANAH : UJI PROKTOR DAN SANDCONE

Laporan Praktikum
Mekanika Tanah

Kelompok 4
Rifki Aldriyan Achza (F44180030)
Welly Ageng Styawan (F44180033)
Nanda Purwita Natasyarini (F44180035)
Shandy Permadika (F44180047)
Irgie Yudhistira (F44180051)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
ABSTRAK

Natasyarini (2020) et al. Pemadatan Tanah: Uji Proktor dan Sandcone

Proses pemadatan tanah dipengaruhi oleh berapa faktor seperti usaha pemadatan, jenis tanah dan gradasi,
serta kadar air. Praktikum pemadatan tanah yang meliputi uji Proktor dan sandcone bertujuan menganalisis
dan mengevaluasi kepadatan maksimum. Pengujian pemadatan tanah dengan uji Proktor dilakukan
berdasarkan SNI 1742:2008 mengenai cara uji kepadatan tanah. Pengujian sandcone yang mengacu pada SNI
2828:2011 (Metode uji densitas tanakonus pasir). Berat volume tanah kering (γd) bertambah seiring dengan
ditambahnya kadar air (%). Pada kadar air nol (Wc = 0), berat volume tanah basah (γb) sama dengan berat
volume tanah kering (γd). Ketika kadar air berangsur-angsur ditambah (dengan usaha pemadatan yang sama),
berat butiran tanah padat per volume satuan (γd) juga bertambah. Pada kadar air lebih besar dari kadar air
tertentu, yaitu saat kadar air optimum, kenaikan kadar air mengurangi berat volume kering (yd). Hasil
pengujian Proktor di laboraturium memperoleh kepadatan tanah yang ditunjujkan dengan perolehan nilai berat
volume kering maksimum (yd) yaitu sebesar 1,48 gr/cm 3 pada kadar air optimum (w) 35,6 %. Hasil pengujian
sandcone di lapangan memperoleh nilai kepadatan tanah yang ditunjukan pada berat volume kering maksimum
(yd) yaitu sebesar 1,36 gr/cm3. Kepadatan relatif (relative compaction) yang diperoleh dari rasio antara
kepadatan di laboraturium (uji Proktor) dan di lapangan (uji sandcone) memperoleh nilai sebesar 91%.
Beradasrkan data hasil perbandingan pada tabel 1, diperoleh bahwa semakin menginkatnya kadar pasir (%),
maka kepadatan tanah yang ditunjukan dengan nilai berat volume kering maksium (yd) semakin meningkat
tetapi nilai kadar air (%) semakin menurun.
Kata kunci : kepadatan tanah, uji Proktor, uji sandcone

The soil compaction process is influenced by several factors such as compaction effort, soil type and gradation,
and moisture content. The soil compaction practicum which includes the Proktor and Sandcone test aims to
analyze and evaluate the maximum density. Soil compaction testing using the Test of the Actors was carried out
based on SNI 1742: 2008 concerning the method of soil density testing. Sandcone testing that refers to SNI
2828: 2011 (sand tanonus density test method). Dry soil volume weight (γd) increases with increasing water
content (%). At zero water content (Wc = 0), the volume of wet soil (γb) is equal to the volume of dry soil
(tanahd). When the water content is gradually added (with the same compaction effort), the weight of the solid
soil grains per unit volume (γd) also increases. At a water content greater than a certain water content, i.e. when
the optimum water content, an increase in water content reduces the dry volume weight (yd). The test results of
the Laboratory in the Laboratory obtained soil density which was indicated by the acquisition of a maximum dry
volume weight value (yd) of 1.48 gr / cm3 at the optimum moisture content (w) of 35.6%. Sandcone test results
in the field obtained the value of soil density which is indicated at the maximum dry volume weight (yd) that is
equal to 1.36 gr / cm3. The relative density (relative compaction) obtained from the ratio between density in the
laboratory (Test of the Actors) and in the field (sandcone test) obtained a value of 91%. Based on the
comparative data in table 1, it was found that the increasing the level of sand (%), the soil density indicated by
the value of the maximum dry volume (yd) increases but the value of the water content (%) decreases.
Key words: soil density, Proktor test, sandcone test
(Tulis Abstrak Bahasa Indonesia Aja yak)
PEMADATAN TANAH : UJI PROKTOR DAN SANDCONE
Shandy Permadika1, Irgie Yudhistira1, Nanda Purwita Natasyarini1, Rifki Aldryan Achza1,
Welly Ageng Stywan1

1)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Raya
Dramaga, Kampus IPB Darmaga, Bogor, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat Indonesia

PENDAHULUAN
Pemadatan tanah merupakan suatu kegiatan merapatkan butiran tanah sehingga
mengurangi ruang pori tanah dengan cara menumbuk, menggilas, atau menggetarkan tanah.
Pemadatan tanah merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, seperti pekerjaan pemadatan tanah pada pekerjaan pondasi dan jalan.
Pemadatan juga merupakan salah satu usaha stabilitas tanah untuk memperbaiki kekuatan
daya dukung tanah. Secara umum tujuan pemadatan tanah adalah meningkatkan kuat geser
tanah, mengurangi kompresibilitas tanah, mengurangi permeabilitas tanah, dan mengurangi
perubahan volume tanah akibat adanya perubahan kadar air (Muda 2016).
Prinsip umum dari pemadatan tanah yaitu usaha secara mekanik agar butir- butir tanah
mengisi ruang-ruang pori tanah, volume tanah terpadatkan dengan pemberian beban
menggunakan alat berat dan penambahan air kepada partikel- partikel tanah hingga mencapai
kadar air optimumnya sehingga meningkatkan berat kering pada tanah tersebut. Setelah
mencapai kadar air optimum, adanya pemberian air kembali kepada tanah mengakibatkan
berkurangnya berat volume kering tanah yang disebabkan oleh terisinya pori-pori tanah oleh
air yang seharusnya dapat diisi oleh partikel tanah. Untuk mendapatkan kadar air optimum
dalam pemadatan tanah diperlukan adanya pengujian (Craig dan Budi 1996).
Tingkat kepadatan tanah diukur dari nilai kepadatan/berat volume kering tanah. Kepadatan
kering tanah tidak akan berubah seiring dengan perubahan kadar air sepanjang volumenya
tetap. Proses pemadatan tanah dipengaruhi oleh berapa faktor seperti usaha pemadatan, jenis
tanah dan gradasi, serta kadar air (Santosa dan Suprapto 2011). Cara mengetahui hubungan
antara kadar air dan kepadatan/berat volume serta mengevaluasi kepadatan tanah agar
memenuhi persyaratan kepadatan maka perlu dilakukan uji pemadatan, salah satunya yaitu uji
proktor. Hubungan antara kadar air dan berat volume kering untuk berbagai jenis tanah,
umumnya terdapat nilai kadar air optimum untuk mencapai kepadatan maksimum tanah.
Praktikum pemadatan tanah yang meliputi uji Proktor dan Sandcone bertujuan
menganalisis dan mengevaluasi kepadatan maksimum tanah yang akan digunakan dalam
pekerjaan konstruksi. Kepadatan maksimum digunakan untuk perancangan kepadatan tanah di
lapangan dengan toleransi 5-10% (Budi 2011). Demi mengontrol proses pemadatan di
lapangan maka perlu dilakukan uji kepadatan di lapangan, salah satunya adalah dengan uji
proktor.

METODOLOGI
Praktikum pemadatan tanah yaitu “Uji Proktor” dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Februari
2020 di Laboraturium Struktur, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian
Bogor. Pengujian pemadatan tanah dengan uji Proktor dilakukan berdasarkan SNI 1742:2008
mengenai cara uji kepadatan tanah. Uji Proktor dilakukan sebanyak lima kali percobaan
dengan variasi kadar air dalam setiap pengujian. Pengujian pertama pada uji Proktor, sampel
tanah tidak ditambahkan air dan untuk pengujian selanjutnya, penambahan air pada sampel
tanah yaitu; 60 mL untuk pengujian kedua, 80 mL untuk pengujian ketiga, 90 mL untuk
pengujian ke-empat, dan 60 mL untuk pengujian ke-lima. Gumpalan tanah digerus terlebih
dahulu dengan menggunakan palu karet). Sampel tanah yang digunakan dalam pengujian
terdiri atas 600 gr pasir dan 2400 gr tanah. Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan
Uji Proktor adalah sebagai berikut:
1. Silinder pemadatan (Silinder standard dan silinder modifikasi)
2. Extruder (Alat untuk mengeluarkan sampel tanah dari silinder)
3. Neraca digital
4. Penumbuk 2,7 kg
5. Saringan 2 inch, 3/4 inchi, dan saringan nomor 4 (4.75mm)
6. Oven
Bahan yang digunakan untuk melakukan Uji Proktor adalah sebagai berikut :
1. Sampel tanah
2. Air (60mL, 80mL, dan 90mL)
Visualisasi alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan uji Proktor terlampir pada
lampiran (7). Perhitungan yang dilakukan dalam pelaksanaan uji Proktor meliputi perhitungan
berat volume basah (yb), berat air (Ww), berat tanah kering (Ws), kadar air (Wc), dan berat
volume kering (yd) dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
Perhitungan berat volume basah (yb) dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut.
Berat tanah padat (gr)
Berat volume basah (yb) = ……………..………………….persamaan
volume silinder(m3)
(1)
Keterangan : yb = berat volume basah (gr/cm3)
berat tanah padat (gr) = berat tanah padat yang terdapat pada silinder
(gr)
3
volume silinder (m ) = volume silinder yang digunakan untuk
memadatkan tanah (gr)

Perhitungan berat air (Ww) dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
Berat air (Ww) = W2 (gr) – W1 (gr)……………………………………persamaan (2)
Keterangan : Ww = berat air (gr)
W2 = berat cawan + tanah basah (gr)
W1 = berat cawan kosong (gr)

Perhitungan berat tanah kering (Ws) dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut.
Berat tanah kering (Ws) = W3 (gr) – W1 (gr)……….…………………………..persamaan (3)

Keterangan : Ws = berat tanah kering (gr)


W3 = berat cawan + tanah kering (gr)

Perhitungan kadar air (Wc) dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
Ww(gr )
Kadar air (Wc) = x 100%.........................................................................persamaan
Ws(gr)
(4)
Keterangan : Wc = kadaar air (%)
Ww = berat air (gr)
Ws = berat tanah kering (gr)
Perhitungan berat volume kering (yd) dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut.
yb( gr /cm 3)
Berat volume kering (yd) = …………………………………………persamaan
(1+ wc)
(5)
Keterangan ; yd = berat volume kering (gr/cm3)
yb = berat volume basah (gr/cm3)
Wc = kadar air (%)
Proses pelaksanaan uji proktor untuk mendapatkan nilai kepadatan maksimum dari sampel
tanah dijelaskan pada diagram alir sebagai berikut.

Mulai

Silinder pemadatan yang digunakan dibersihkan dan


ditimbang beratnya, kemudian dilumasi bagian dalam
silinder dengan pelumas.

Klem pelat alas silinder dipasang kemdian dikunci pada


pengunci yang tersambung dengan pelat alas silinder.

Silinder diisi dengan tanah lembab yang tidak


ditambahkan dengan air untuk pengujian pertama hingga
mencapai bagain atas silinder

A
A

Tanah lembab pada silinder ditumbuk dengan penumbuk


2,7 kg sebanyak 25 kali dengan pola mengelilingi dan
tidak konstan di satu titik.

Siinder yang berisi tanah lembab dilepaskan dari plat


dasar dan ditimbang dengan neraca.

Tanah yang telah dipadatkan dikeluarkan dari silinder


dengan menggunakan extruder, lalu dipotong menjadi
tiga bagian untuk dijadikan sampel pengujian kadar air.

Pengujian dilanjutkan seperti proses sebelumnya tetapi


dicampurkan dengan variasi volume air yang digunakan
yaitu 60 mL untuk pengujian ke-2, 80 mL untuk
pengujian ke-3, 90 mL untuk pengujian ke-4, dan 60 mL
untuk pengujian ke-5.

Sampel tanah dari setiap pemadatan dikeringkan dengan


Oven untuk mendapatkan nilai kadar air (Wc)

Perhitungan berat volume basah (yb)


dilakukan dengan persamaan (1)

Perhitungan kadar air (%) dilakukan


dengan persamaan (4)

Perhitungan berat volume kering (yd)


dilakukan dengan persamaan (5)
Selesai

Evaluasi kepadatan tanah di lapangan dilakukan dengan melakukan uji Sandcone.


Praktikum uji Sandcone dilakukan pada hari Selasa tanggal 25 Februari 2020. Praktikum ini
dilakukan di Laboratorium Struktur, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Pertanian Bogor. Metode yang digunakan uji pemadatan tanah pada praktikum ini di yaitu
Pengujian Sandcome yang mengacu pada SNI 2828:2011 (Metode uji densitas tanakonus
pasir). Praktikum dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Tanah yang
digunakan sebagai sampel pengujian diambil langsung dari tempat yang lapang. Tanah yang
diambil harus dalam keadaan tidak ada hujan di tempat pengambilan tersebut. Lokasi
pengmabilan tanah harus yang memiliki permukaan yang rata. Langkah-langkah prosedur
pengujian ditunjukkan oleh diagram alir pada gambar (2) Perhitungan berat volume basah
tanah (yb) dan berat volume kering tanah (yd) didapat dari persamaan-persamaan berikut.
Perhitungan berat pasir yang mengisi corong dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut
M7 = M1-1 – M2-1…………………………………….…………………………persamaan (6)
Keterangan :
M7 = berat pasir yang mengisi corong
M1-1 = berat botol yang terisi pasir
M2-1 = berat botol dan sisa pasir

Perhitungan volume pasir dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

.................................................................................................. persamaan (7)

Keterangan :
V2 = volume pasir
M6 = Berat botol dan air
M4 = Berat kosong botol
Yw = massa jenis air ( 1gr/cm3)

Perhitungan berat volume pasir dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

................................................................................................. persamaan (8)


Keterangan :
Y1 = berat volume pasir
M5 = berat pasir
V2 = volume pasir
M4 = Berat kosong botol
M3 = botol yang terisi penuh pasir

Perhitungan volume galian tanah dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut

…………………………………………………………………. persamaan (9)


Keterangan :
M7 = Berat pasir yang mengisi corong (gr)
V1 = Volume galian tanah (cm3)
M1 = Berat sandcone + pasir awal (gr)
M2 = Berat sandcone + pasir sisa (gr)
Y1 = Berat volume pasir (gr/cm3)

Perhitungan kepadatan tanah basah dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
……………………………………………………………... persamaan (10)
Keterangan :
Yb = kepadatan tanah basah (gr/cm3)
W3 = Berat tanah (gr)
V1 = Volume galian tanah
Perhitungan kepadatan tanah kering dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut
………………………………………………….………….. persamaan (11)

Keterangan :
Yd = kepadatan tanah kering
Yb = kepadatan tanah basah
Wc = tanah yang di dalam kontainer

Proses pelaksanaan uji Sandcone untuk mendapatkan nilai kepadatan maksimum dari
sampel tanah dijelaskan pada diagram alir sebagai berikut.

Mulai

Alat dan bahan pengujian disiapkan


Pasir dituangkan ke dalam botol sesuai ketentuan pengujian

Lokasi pengujian ditentukan pada tanah lapang dalam keadaan permukaan


yang rata

Pelat diposisikan dasar pada permukaan tanah dan buat penanda

Gali lubang pada tanah dengan mengikuti pola pelat

Masukkan tanah hasil galian ke dalam container dengna berat yang telah
diketahui (w1)

Timbang wadah yang berisi tanah(w2), kemudian hitung berat tanah (w3)

Lubang dialasi dengan plastic kemudian posisikan pelat dasar di atas lubang

Letakkkan botol yang berisi pasir menghadap ke bawah ke lubang. Buka


katup dan tunggu hingga pasr mengisis lubang dan corong, kemudian tutup.

botol dan sisa pasir ditimbang (M2)

dilakukan pengujian kadar air tanah pada tanah dalam kontainer


Berat pasir yang mengisi corong dihitung
dengan persamaan 1

Dilakukan kalibrasi kepadatan pasir sandcome

Posisikan botol pasir dengan corong menghadap ke atas

Mulai

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemadatan tanah yaitu naiknya kerapatan tanah dengan memperkecil jarak antar partikel
sehingga terjadi reduksi volume udara. Tingkat pemadatan diukur dari berat volume kering
yang dipadatkan. Bila air ditambahkan pada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut
akan berfungsi sebagai unsur pembasah atau pelumas pada partikel-partikel tanah. Karena
adanya air, partikel-partikel tersebut agar lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama lain
dengan membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat. Usaha pemadatan yang sama, berat
volume kering dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah (pada saat dipadatkan)
meningkat (Prihatono 2011) dalam Situmetang (2018). Pemadatan tanah dilakukan dengan
dua metode dalam pelaksanaannya, yaitu uji Proktor dan sandcone. Uji Proktor dilakukan di
laboraturium untuk mendapatkan berat volume kering (yd) maksimum yang menunjutkan
kepadatan tanah. Metode sandcone dilakukan di lapangan untuk melakukan evaluasi terhadap
kepadatan tanah yang diperoleh dari pengujian Proktor di laboraturium. Uji Proktor dilakukan
dengan menggunakan 30 % pasir (60 gr) dan 70 % tanah lempung (2400 gr) sebagai
campuran sampel uji. Volume air yang digunakan sebagai pelumas pada partikel – partikel
tanah bervariasi dalam lima kali pengujian, yaitu pada pengujian pertama tanah tidak
ditambahkan air dan untuk pengujian selanjutnya, penambahan air pada sampel tanah yaitu;
60 mL untuk pengujian kedua, 80 mL untuk pengujian ketiga, 90 mL untuk pengujian ke-
empat, dan 60 mL untuk pengujian ke-lima.
Perolehan nilai kepadatan tanah yang dinyatakan dalam berat volume kering (yd)
dilakukan dengan perhitungan berat volume basah (yb) terlebih dahulu. Berat volume basah
(yb) merupakan rasio antara berat tanah padat (gr) dengan volume silinder uji (cm 3). Berat
volume basah (yb) yang diperoleh berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan (1) dari
lima sampel uji secara berturut-turut yaitu, 1,79 gr/cm 3, 1,96 gr/cm3, 2.10 gr/cm3, 1,85
gr/cm3, dan 1,74 gr/cm3. Kadar air rata – rata (%) hasil pengujian yang merupakan rasio
antara berat air (gr) dengan berat tanah kering (gr) secara berturut- turut diperoleh sebesar
31,45%, 33,79%, 37,03%, 41,66%, dan 42,20%. Kadar air rata-rata yang diperoleh digunakan
dalam perhitungan berat volume kering (yd) berdasarkan persamaan (5). Berat volume kering
(yd) yang dihasilkan untuk lima sampel uji yaitu; 1,36 gr/cm 3, 1,46 gr/cm3, 1,53 gr/cm3, 1,31
gr/cm3, dan 1,22 gr/cm3. Data hasil percobaan uji Proktor terlampir pada lampiran (2).
Perolehan nilai kadar air (%) dan berat volume kering (yd) digunakan dalam membuat grafik
hubungan antara kadar air optimum (ώ) dan berat volume kering maksimum (yd). Grafik
hubungan tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

1.80

1.60
Berat Volume Kering Maksimum (yd)

1.53
1.46
1.40 1.36
1.31
1.20 1.22

1.00

0.80

0.60

0.40

0.20

0.00
30.00 32.00 34.00 36.00 38.00 40.00 42.00 44.00
Kadar Air Optimum (%)

Grafik 1 Kurva hasil pemadatan tanah


Berdasarkan grafik 1 kurva hasil pemadatan tanah, pada awal proses pemadatan, berat
volume tanah kering (γd) bertambah seiring dengan ditambahnya kadar air (%). Pada kadar
air nol (Wc = 0), berat volume tanah basah (γb) sama dengan berat volume tanah kering (γd).
Ketika kadar air berangsur-angsur ditambah (dengan usaha pemadatan yang sama), berat
butiran tanah padat per volume satuan (γd) juga bertambah. Pada kadar air lebih besar dari
kadar air tertentu, yaitu saat kadar air optimum, kenaikan kadar air j mengurangi berat volume
kering (yd). Hal tersebut terjadi karena, air mengisi rongga pori yang sebelumnya diisi oleh
butiran padat. Kadar air pada saat berat volume kering mencapai maksimum (γd maks)
disebut kadar air optimum (ώ) (Hardiyatmo 2002). Perolehan nilai berat volume kering
maksimum (γd maks) yang menyatakan kepadatan tanah berdasarkan grafik 1 yaitu sebesar
1,48 gr/cm3. Kadar air optimum (ώ) yang diperoleh berdasarkan grafik 1 saat berat volume
kering (γd maks) mencapai maksimum yaitu sebesar 35,6 %. Kadar air optimum untuk contoh
tanah yang dipadatkan pada uji pemadatan dilaboratorium selalu tergantung pada energi
pemadatan (jumlah tumbukan). Dengan menambah energi pemadatan (jumlah tumbukan)
maka kadar air optimum menjadi lebih rendah (Syafruddin 2007). Hal tersebut dapat dilihat
pada grafik yang terlampir pada lampiran (4). Syafruddin (2007) juga menyatakan bahwa hal
yang sama juga belaku untuk percobaan pemadatan tanah di lapangan, Pada kadar air tanah
agak rendah semakin besar usaha pemadatan semakin padat tanah tersebut. Akan tetapi bila
kadar air tinggi, walaupun usaha pemadatan ditambah tidak berarti tanah menjadi lebih padat
karena ruangan pori sudah penuh berisi air. Kurva yang menunjukan hubungan antara usaha
pemadatan tanah dengan kadar air yang diperoleh berdasarkan terlampir pada lampiran (5).
Kurva pemadatan tanah yang terbentuk dibedakan menjadi empat tipe umum. Lee dan
Suedkamp (1972) membagi empat tipe kurva pemadatan tanah seperti yang terlampir pada
lampiran (6). Berdasarkan empat kurva tipe pemadatan tanah, Lee dan Suedkamp (1972)
menyatakan bahwa kurva pemadatan tipe A adalah kurva yang hanya satu puncak. Tipe ini
biasanya ditemukan pada tanah yang mempunyai batas cair antara 30 dan 70. Kurva tipe B
mempunyai satu setengah puncak dan kurva tipe C mempunyai puncak ganda. Kurva-kurva
pemadatan tipe B dan C dijumpai pada tanah dengan batas cair kurang dari 30. Tipe kurva
pemadatan D adalah tipe yang tidak mempunyai puncak tertentu. Tipe ini disebut sebagai
berbentuk ganjil untuk tanah dengan batas cair lebih besar dari pada 70. Pengujian kepadatan
tanah di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode sandcone. Pengujian kepadatan
tanah dengan menggunakan peralatan sandcone merupakan pengujian destruktif. Pengujian
destruktif yaitu pengujian dengan cara merusak perkerasan sehingga menurunkan nilai daya
dukung lapisan. Sandcone adalah salah satu alat untuk menentukan kepadatan ditempat dari
lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan, hasilnya didapat setelah contoh material
yang didapat di lapangan diolah di laboratorium. Uji sandcone pada tanah dilakukan untuk
menentukan kepadatan in situ dari lapisan tanah atau perkerasan yang telah dipadatkan
(Supardin et al. 2011). Nilai kepadatan tanah ditentukan oleh nilai berat volume kering (yd).
Berdasarkan hasil percobaan sandcone, kadar air rata-rata (%) yang diperoleh dari tiga
sampel uji sebesar 44,8 %. Nilai kepadatan pasir yang diperoleh berdasarkan rasio antara
berat pasir penuh (gr) dengan volume botol sandcone (cm3) yaitu sebesar 1,86 gr/cm3.
Kepadatan tanah basah (yb) diperoleh dari rasio antara berat tanah galiran (gr) dengan volume
galian tanah (cm3) yaitu sebesar 1,97 gr/cm3. Kepadatan tanah kering (yd) yang diperoleh dari
hasil perhitungan dengan persamaan (11) yaitu sebesar 1,36 gr/cm 3. Data hasil pengujian
sandcone terlampir pada lampiran (3). Nilai kepadatan tanah kering (yd) yang diperoleh
merupakan nilai kepadatan tanah pada pengujian. Pada pengujian sandcone nilai kepadatan
tanah dipengaruhi oleh kadar air (%) yang terkandung pada tanah tersebut. Rasio nilai
kepadatan yang diperoleh di lapangan dengan nilai kepadatan yang diperoleh di laboraturium
digunakan dalam penentuan kepadatan relatif (relative compaction), yang menentukan berat
volume kering (yd) yang harus dicapai. Berdasarkan hasil pengujian, nilai kepadatan relatif
yang diperoleh yaitu sebesar 91%. Nilai kepadatan relatif yang diperoleh sesuai dengan
rentang kepadatan relatif pada Bowles dan Joseph (1993) yang menyatakan bahwa nilai
kepadatan relatif memiliki rentang antara 105% sampai dengan 90%. Perolehan nilai berat
volume kering (yd) berdasarkan hasil pengujian di laboraturium dan di lapangan digunkan
dalam pembuatan kurva hubungan antara persen pasir (%), persen lempung (%), berat volume
kering (yd), dan kadar air optimum (ώ). Data yang diperoleh merupakan data hasil pengujian
kelompok lainnya untuk melihat pengaruh penambahan pasir terhadap kepadatan tanah. Data
hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Data perbandingan hasil pengujian kepadatan tanah
Berat Volume
Kering (yd)
Kadar Air (%) % Pasir % Lempung

1,43 38 10 90
1,48 35,6 20 80
1,45 32 30 70
1,55 28 40 60

Berdasarkan tabel 1 data hasil perbandingan kepadatn tanah, pengaruh penambahan pasir
dapat terlihat pada kenaikan berat volume kering maksimum (yd) dan penurunan kadar air
optimum (ώ). Semakin tinggi persen pasir pada campuran sampel uji yang digunakan maka
berat volume kering maksimum (yd) yang dihasilkan cenderung semakin tinggi, tetapi kadar
air optimum (ώ) yang diperoleh semakin rendah. Sebagai contoh, pada tingkat kadar pasir
10% diperoleh berat volume kering maksimum (yd) sebesar 1,43 gr/cm 3 dan kadar air
optimum (ώ) sebesar 38 %. Pada tingkat kadar pasir 20 %, terjadi kenaikan berat volume
maksimum sebesar 0,05 gr/cm3 sehingga berat volume maksimum yang dihasilkan sebesar
1,48 gr/cm3. Penurunan kadar air optimum (w) karena adanya penambahan pasir sebesar 10%
sehingga kadar pasir menjadi 20% yaitu sebesar 2,4 gr/cm3. Data hasil perbandingan
berdasarkan tabel satu dapat dibuat dalam grafik hubungan antara berat volume kering
maksimum (yd), kadar air optimum (w), % pasir, dan % lempung sebagai berikut.

Grafik 2 Kurva hubungan antara kadar pasir (%), berat volume kering maksimum (yd),
Kadar air optimum (w), dan kadar lempung (%)
Berdasarkan grafik 2 hubungan antara kadar pasir (%), berat volume kering maksimum
(yd), kadar air optimum (yd), dan kadar lempung (%) dapat dilihat bahwa semakin tinggi
kadar pasir (%) maka kepadatan tanah semakin tinggi tetapi kadar air yang dihasilkan
menurun.
Simpulan
Berat volume tanah kering (γd) bertambah seiring dengan ditambahnya kadar air (%). Pada
kadar air nol (Wc = 0), berat volume tanah basah (γb) sama dengan berat volume tanah kering
(γd). Ketika kadar air berangsur-angsur ditambah (dengan usaha pemadatan yang sama), berat
butiran tanah padat per volume satuan (γd) juga bertambah. Pada kadar air lebih besar dari
kadar air tertentu, yaitu saat kadar air optimum, kenaikan kadar air j mengurangi berat volume
kering (yd). Hasil pengujian Proktor di laboraturium memperoleh kepadatan tanah yang
ditunjujkan dengan perolehan nilai berat volume kering maksimum (yd) yaitu sebesar 1,48
gr/cm3 pada kadar air optimum (w) 35,6 %. Hasil pengujian sandcone di lapangan
memperoleh nilai kepadatan tanah yang ditunjukan pada berat volume kering maksimum (yd)
yaitu sebesar 1,36 gr/cm3. Kepadatan relatif (relative compaction) yang diperoleh dari rasio
antara kepadatan di laboraturium (uji Proktor) dan di lapangan (uji sandcone) memperoleh
nilai sebesar 91%. Hal tersebut menunjukan bahwa tanah harus dipadatkan 91% dari berat
volume kering maksimum (yd). Beradasrkan data hasil perbandingan pada tabel 1, diperoleh
bahwa semakin menginkatnya kadar pasir (%), maka kepadatan tanah yang ditunjukan dengan
nilai berat volume kering maksium (yd) semakin meningkat tetapi nilai kadar air (%) semakin
menurun.

Saran
Penjelasan mengenai hubungan antara kadar air optimum (w) dan berat volume kering
maksimum (yd) seharusnya dijelaskan di awal praktikum agar saat pelaksanaan praktikum
praktikan mengerti mengenai fungsi dari variasi penambahan air. Pembuatan kurva
perbadningan antara % pasir, kadar air optimum (w), berat volume kering maksimum (yd),
dan % lemprung seharusnya dijelaskan pada akhir praktikum pengujian sandcone agar
praktikan mnegerti cara pembuatan grafik tersebut. Penjelasan mengenai penambahan % pasir
tentang keanikan berat volume kering maksimum (yd) dan penurunan kadar air (w)
seharusnya dijelaskan sebelum pembuatan laporan.

Daftar Pustaka
BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. Metode Uji Kepadatan Ringan Untuk Tanah. SNI
1742:2008. Jakarta (ID) : Badan Standarisasi Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Metode Uji Densitas Tanah di Tempat Lapang
dengan Alat Konus. SNI 2828:2011. Jakarta (ID) : Badan Standarisasi Nasional.
Bowles, Joseph E. 1993. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah Edisi II. Jakarta (ID) :
Erlangga.
Budi GS. 2011. Pengujian Tanah di Laboratorium. Surabaya (ID) : Graha Ilmu
Craig RF, Budi S. 1996. Mekanika Tanah. Jakarta (ID) : Erlangga.
Hardiyatmo H. 2002. Mekanika Tanah Jilid I. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University
Press.
Lee DY, Suedkamp RH. 1972. Characteristics of irregularly shaped compaction curves of
soil. Highway Research Board. 5(2) : 1 -9.
Muda A. 2016. Model pendekatan alat uji kepadatan ringan untuk tanah di laboratorium.
Jurnal Info Teknik. 17(1) : 53-68.
Santosa B, Suprapto H. 2011. Dasar Mekanika Tanah. Jakarta (ID) : GunaDarma.
Situmetang PT. 2018. Study perbandingan antara uji Proktor Modified dengan alat pemadat
modifikasi berdasarkan tekanan kontak pada alat berat pemadat tanah[skripsi]. Bandar
Lampung: Universitas Bandar Lampung.
Supardin, Riyadhsyah T, Agustina R. 2011. Eksperimental pengukuran kepatan base course
dengan alat sand cone dan nuclear densitometer test. Jurnal Portal. 3(1): 9-19.
Syafruddin. 2007. Hubungan teoritis antara berat isi kering dan kadar air untuk menentukan
kepadatan relatif. Jurnal Info Teknik. 8(2) : 142-150.
Lampiran 1 Contoh Perhitungan
Lampiran 2 Data hasil pengujian Proktor

Tabel 1 Data hasil pengujian Proktor

COMPACTION STANDARD TEST

Ukuran Silinder Cara A/B/C/D A


Diameter (cm) 9,37 Berat penumbuk 2,7 kg
Tinggi (cm) 12,71 Jumlah lapisan 3
Volume V (cm^3) 875,98 Jumlah tumbukan 25      
Percobaan No.   1 2 3 4 5
Berat silinder + tanah padat gr 6190,9 6334,5 6460,6 6242,9 6140,5
Berat silinder gr 4620 4620 4620 4620 4620
Berat tanah padat gr 1570,9 1714,5 1840,6 1622,9 1520,5
Berat volume basah yb 1,79 1,96 2,10 1,85 1,74
No. cawan timbang   1 2 3 4 5
24,2 23,3 21,6 24,3 23
Berat cawan kosong W1 gr 23,8 22,9 22,4 23,9 23,3
23,9 22,3 23,6 24,2 23,9
42,8 45,7 51,2 52,9 64,3
Berat cawan + tanah basah W2 gr 44 38,6 40,9 58,3 58,9
51,7 58,6 50,3 61,5 60,5
38,5 39,7 43,4 44,5 51,9
Berat cawan + tanah kering W3 gr 38,9 34,9 35,7 48,2 48,5
45,2 49,4 43,2 50,5 49,6
4,3 6 7,8 8,4 12,4
Berat air A' = W2 - W3 5,1 3,7 5,2 10,1 10,4
6,5 9,2 7,1 11 10,9
14,3 16,4 21,8 20,2 28,9
Berat tanah kering B' = W3 - W1 15,1 12 13,3 24,3 25,2
21,3 27,1 19,6 26,3 25,7
30,07 36,59 35,78 41,58 42,91
Kadar air (w) w = (A'/B')* 100% 33,77 30,83 39,10 41,56 41,27
30,52 33,95 36,22 41,83 42,41
% 31,45 33,79 37,03 41,66 42,20
Kadar air rata - rata (w)
Desimal 0,31 0,34 0,37 0,42 0,42
Berat volume kering yd = yb/ (1 + w) 1,36 1,46 1,53 1,31 1,22
Lampiran 3 Data hasil pengujian sandcone

SANDCONE

Lapangan
No. Pengujian
Berat sandcone + pasir awal M1 gr 7386
4192,
Berat sandcone + pasir sisa M2 gr 5
Berat wadah tanah galian W1 gr 169,2
1987,
Berat wadah tanah galian + tanah galian W2 gr 5
1818,
Berat tanah galian W3 gr 3

Laboraturium
Pengujian kadar air
No. Pengujian A1 A2 A3
Berat cawan W4 24,5 24 24
Berat cawan + tanah basah W5 61,5 60,5 55,5
Berat cawan + tanah kering W6 50 49,2 45,8
Berat air Ww 11,5 11,3 9,7
Berat tanah kering Ws 25,5 25,2 21,8
Kadar air w% 45,1 44,8 44,5
Kadar air rata - rata % 44,8
Desimal 0,45
Laboraturium
No. Pengujian          
Kalibrasi kepadatan pasir sandcone
8151,
Berat sandcone + pasir penuh M3 gr 5
Berat sandcone kosong M4 gr 667,5
Berat pasir penuh M5 gr 7484
4022,
Volume botol sandcone M6 gr 5
Kepadatan pasir y1, gr/cm^3 1,86
Kepadatan tanah basah yb, gr/cm3 1,97
Kepadatan tanah kering yd, gr/cm3 1,36
Berat pasir yang mengisi corong
4192,
Berat sandcone + pasir awal M1-1 5
Berat sandcone + pasir sisa M2-1 2720
1472,
Berat pasir yang mengisi corong M7 5      
Lampiran 4 Kurva Hubungan aantara Energi Pemadatan (Jumlah Tumbukan) terhadap
perolehan nilai kadar air optimum (w) dan kepadatan tanah (yd)

Gambar 3 Kurva Hubungan Energi Pemadatan (Jumlah Tumbukan) terhadap perolehan


Nilai kadar air optimum (w) dan berat volume kering (yd) (Syahruddin 2007).
Lampiran 5 Kurva Hubungan antara Kadar Air Optimum (w) dan berat volume kering
maksimum di Lapangan.

Gambar 4 Kurva Hubungan antara Kadar Air Optimum (w) dan berat volume kering (yd) di
Lapangan (Syafruddin 2007)
Lampiran 6 Tipe Kurva Pemadatan Tanah

Gambar 5 Tipe Kurva Pemadatan Tanah (Lee dan Seudkampn 1972)


Lampiram 7 Alat dan Bahan

Anda mungkin juga menyukai