Abstrak: Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, saat ini telah memunculkan
berbagai metod untuk melakukan pemantauan terhadap aktifitas deformasi.InSAR (Interferometric
Synthetic Aperture Radar) merupakan salah satu teknik yang mampu digunakan untuk
mengidentifikasi terjadinya deformasi di permukaan tanah dengan memanfaatkan data dari satelit
penginderaan jauh aktif yaitu RADAR (Radio Detection and Ranging). Pemilihan teknologi radar
adalah salah satu solusi yang baik untuk pemetaan spasial pada estimasi penurunan muka tanah. \
Metode PS-InSAR diterapkan pada wilayah Indonesia merupakan solusi yang tepat karena
kemampuannya menembus ketebalan awan dan kabut tebal. InSAR ini merupakan teknologi
perhitungan baru, yang digunakan pada tahap informasi yang ada pada gambar Synthetic
Aperture Radar (SAR). InSAR sudah banyak dikenal sebagai alat yang potensial untuk generasi
digital elevation models (DEMs) dan alat pengukuran deformasi permukaan tanah. Praktikum
Interferometri dengan SNAPHU dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Mei 2020. Melalui Whatsapp
group. Tahap yang dilakukan antara lain tahap coregisteration, interferogram formation,
topographic phase removal, phase filtering, serta unwrapping dengan SNAPHU. Hasil yang
diperoleh didapatkan gambar dengan beragam warna yang menunjukkan objek dan tingkatan
suhu pada suatu objek. Didapatkan juga data dari SAR yang akan dipindahkan ke aplikasi
SNAPHU untuk geocoding. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PALSAR
(Phased Array type-L band Synthetic Aperture Radar). PALSAR merupakan salah satu sensor aktif
dengan sistem SAR yang dibawa oleh satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite. Oleh
karena itu, praktikum ini bertujuan mampu memahami dan melaksanakan tahapan-tahapan dalam
proses interferometri dan mampu mengoperasikan algoritma khusus SNAPHU pada tahap
unwrapping.
Kata kunci: Geocoding, InSAR, PALSAR, RADAR, SNAPHU
Abstract: Along with the rapid development of technology, currently has emerged a variety of
methods for monitoring deformation activities. INSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar)
is one technique that is able to be used to identify deformations on the surface of the ground by
utilizing data from active remote sensing satellites namely RADAR (Radio Detection and
Ranging). The choice of radar technology is a good solution for spatial mapping in estimating
subsidence. \ The PS-InSAR method applied to the territory of Indonesia is the right solution
because of its ability to penetrate the thickness of clouds and thick fog. InSAR is a new calculation
technology, which is used at the information stage in the Synthetic Aperture Radar (SAR) image.
InSAR has been widely known as a potential tool for the generation of digital elevation models
(DEMs) and ground surface deformation measurement tools. Interferometry Practicum with
SNAPHU was held on Wednesday, May 12, 2020. Through Whatsapp group. The stages carried
out include coregisteration, interferogram formation, topographic phase removal, phase filtering,
and unwrapping with SNAPHU. The results obtained obtained images with a variety of colors that
indicate the object and the temperature level of an object. Also obtained data from SAR will be
moved to the SNAPHU application for geocoding. The data used in this study is PALSAR (Phased
Array type-L band Synthetic Aperture Radar) data. PALSAR is one of the active sensors with SAR
systems carried by the ALOS (Advanced Land Observing Satellite) satellite. Therefore, this
practicum aims to be able to understand and carry out the stages in the interferometry process and
be able to operate the SNAPHU special algorithm at the unwrapping stage.
Keywords: Geocoding, InSAR, PALSAR, RADAR, SNAPHU
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, saat ini telah
memunculkan berbagai metod untuk melakukan pemantauan terhadap aktifitas
deformasi. InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar) merupakan salah
satu teknik yang mampu digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya deformasi
di permukaan tanah dengan memanfaatkan data dari satelit penginderaan jauh
aktif yaitu RADAR (Radio Detectionand Ranging). Interferometric SAR (InSAR)
telah menjadi cara yang efektif untuk mengukur objek dalam tiga dimensi dan
melakukan survei medan untuk aplikasi sipil dan militer. Prosedur penting dalam
pemrosesan Synthetic Aperture Radar (SAR) Interferometric (InSAR) telah
dipelajari, yaitu coregistration pada citra SAR. Fase interferometri unwrapping
juga merupakan prosedur kunci pemrosesan InSAR (Prasetyo 2010).
Pada teknik ini dilakukan pembentukan interferogram yang didapat dari dua
buah atau lebih citra SAR (master dan slave) yang direkam pada objek yang sama
di permukaan bumi namun pada waktu yang berbeda. Jika suatu titik di tanah
begerak, maka jarak antara sensor dengan titik akan berubah, dan berpengaruh
pada nilai phase yang direkam oleh sensor SAR. Nilai beda phase inilah yang
menunjukkan adanya ground movement. Interferogram yang terbentuk memiliki
efek topografi dan atmosferik, oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan
dengan proses differential inferometry SAR (DInSAR), sehingga dihasilkan
informasi deformasi serta dapat diketahui besar pergerakan tanah (subsidance atau
uplift) yang terjadi.
Fase filtering dan phase unwrapping adalah dua langkah penting dalam
pemrosesan InSAR, dan kinerjanya akan secara langsung mengurangi kualitas
fase interferometri dan keakuratan mengikuti produk. Selain itu, fase
interferometri lainnya untuk citra satelit dapat membuat citra yang dihasilkan
semakin jelas dan memiliki kombinasi warna yang beragam sehingga dapat
mempermudah dalam analisis datanya. Hasil citra dari fase interferometri dapat
dilihat dengan cara mengekpor hasil citra radar ke SNAPHU, yang selanjutnya
digunakan untuk fase unwrapping. Oleh karena itu, praktikum ini bertujuan
mampu memahami dan melaksanakan tahapan-tahapan dalam proses
interferometri dan mampu mengoperasikan algoritma khusus SNAPHU pada
tahap unwrapping.
METODOLOGI
Praktikum Interferometri dengan SNAPHU dilaksanakan pada hari Rabu,
12 Mei 2020 pukul 13.00 – 16.00 WIB melalui Aplikasi Whatsapp group. Alat
dan bahan yang digunakan selama penelitian berlangsung yakni personal
computer dan aplikasi Snap yang terlampir pada Lampiran 1. Ada beberapa
tahap untuk mendapatkan hasil akhir berupa Unwrapped Phase, langkah-
langkah tersebut diantaranya open data, subset, corregistration, interferogram,
topophase, goldstein filtering, unwrapping dan terrain correction.
Tahapan Open Data
Tahapan pertama adalah tahap open data. Tahapan open data dapat dilihat
pada Gambar 1-2
Pertama, buka aplikasi SNAP kemudian pilih menu File, lalu Import, lalu SAR
Sensors, lalu ALOS PALSAR CEOS. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 1
Masukkan angka pada setiap kolom yang tersedia, yaitu Scene start X 137,
Scene strart Y 1016, Scene end X 1008, dan Scene end Y 1613. Lalu klik OK.
Lakukan hal yang sama pada file Januari. Maka akan tampil file baru pada kolom
Product Explorer. Hal ini dilakukan dengan file “0000184966_001001-
ALPSRP056827040” Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Simpan file baru pada kolom product explorer di komputer. file 2007 dan file
2009 dibuat pada masing-masing folder yang berbeda. Masukkan kedalam folder
“SUBSET 2007” dan “SUBSET 2007”. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Tahapan Coregistration
Tahapan ketiga adalah tahap coregistration. Tahapan coregistration yang
dilakukan pada tahun 2007 dan 2009. Tahapan coregistration dapat dilihat pada
Gambar 8-10.
Tahapan selanjutnya yaitu corregistration, dengan cara pilih tools Radar, lalu
pilih corregistration. Maka akan muncul tabel corregistration, lalu pilih ikon (+).
Pilih kedua file untuk dimasukkan, yaitu file Januari dan file Februari yang telah
disubset, file tersebut akan muncul pada tabel di ProducSet-Reader. Atur menu
pada CreateStack, kolom Resampling Type diisi dengan NONE, kolom Initial
Offset Method diisi dengan Orbit, dan kolom Output Extents diisi dengan Master.
Bagian Warp diatur, dengan mengisi kolom RMS Threshold dengan 0.05, Warp
Polynomial Order dengan angka 2, dan Interpolation Method dengan Cubic
convolution (6 points), lalu atur folder penyimpanan dan klik Run. Maka file baru
hasil corregistration muncul pada kolom product explorer.
Lakukan Open RGB Image Window pada file baru yang telah dilakukan
corregistration, isi kolom Red dengan Intensity_HH_mat_02Jan2007, kolom
Green dengan Intensity_HH_sivi_17Feb2007 dan kolom Blue dengan angka 0,
lalu klik OK.
Tahap selanjutnya adalah tampak gambar hasil Open RGB Image Window
seperti telampir pada Gambar 9. Gambar tersebut memiliki empat warna yang
berbeda-beda yaitu merah, kuning, hijau dan hitam. Warna tersebut memiliki
keterangan masing-masing. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Tahapan Interferogram formation
Tahapan keempat adalah tahap interferogram formation. Tahapan
interferogram formation yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2009. Tahapan
interferogram formation dapat dilihat pada Gambar 11-13.
Selanjutnya yaitu proses interferogram, dengan cara pilih tool Radar, lalu pilih
Intererometric, Products, pilih Interferogram Formation. Langkah ini dapat
dilihat pada Gambar 11.
Maka akan muncul kolom Interferogram Formation, dan simpan file baru ke
dalam folder, dan klik Run. Maka akan muncul file baru pada kolom product
explorer, dengan format file _ifg. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 12.
Selanjutnya isi beberapa parameter pada kotak dialog tersebut. Lalu klik OK,
dan akan muncil file baru pada kotak dialog Product Explorer dengan format file
_dinsar. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 15. File akan disimpan di menu
baru yaitu “TOPOPHASE” dalam bentuk folder
Gambar 16 Hasil pemilihan bands yang telah dipilih
Berikutnya, lakukan pemilihan bands, yaitu dengan nama
Phase_ifg_srd_HH_02Jan2007_17Feb2007 pada file “0000184966_001001-
ALPSRP056827040”. Gambar hasil pemilihan bands tampak seperti Gambar 16.
Gambar terlihat dominan abu-abu dengan warna biru dan hitam yang lebih sedikit.
Lakukan tahapan yang sama, tetapi dengan memilih bands yang berbeda. Bands
yang dipilih yaitu dengan nama topo_phase_HH_02Jan2007_17Feb2007 pada file
“0000184966_001001-ALPSRP056827040”. Maka hasil gambar dari bands
tersebut, tampak seperti Gambar 17. Gambar 17 memiliki warna yang berbeda-beda
itu biru dan serupa dengan sinar ultraviolet
Tahapan Goldstein Phase Filtering
Tahapan keenam adalah tahap Goldstein Phase Filtering. Tahapan Goldstein
Phase Filtering yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2009. Tahapan Goldstein
Phase Filtering dapat dilihat pada Gambar 18-22.
Tahapan Unwrapping
Tahapan ketujuh adalah tahap Unwrapping. Tahapan Unwrapping yang
dilakukan pada tahun 2007 dan 2009. Tahapan Unwrapping dapat dilihat pada
Gambar 23-31.
Setelah login, tampilan selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 24. Terdapat
beberapa pengaturan. Pertama klik player, lalu pilih manage. Setelah itu, lalu pilih
virtual machine settings. Langkah lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 25 Pengaturan memory
Setelah itu, pada menu hardware, di icon memory, pilih memory 4 GB yang
direkomendasikan, namun sesuai dengan spec laptop anda. Namun, pada
praktikum ini memakai memory 2 GB yang compatible sesuai dengan laptop yang
dapat menampung file-file yang akan dipakai, Proses ini dapat diihat pada Gambar
25 dengan jelas.
SNAPHU
Selanjutnya, copy nama file yang terdapat pada SNAPHU tasks yaitu “snaphi-f
snaphu.conf Phase_ifg...” lalu paste pada terminal. Terminal dapat di buka dengan klik
kanan lalu open terminal. Setelah di paste, Run terminal hingga selesai. Tahap
SNAPHU sudah selesai. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 29 SNAPHU import
Tahap SNAPHU sudah selesai, selanjutnya kita akan membuka program SNAP
kembali untuk membuka hasil unwrapped phase dari SNAPHU tadi. Sebelumnya
copy terlebih dahulu hasil interferometri dari SNAPHU, dengan klik copy pada sar
desktop di aplikasi Mint 64. Copy ke folder local disk sendiri. Selanjutnya pada
SNAP klik Radar, lalu pilih interferometric, unwrapping dan pilih SNAPHU
import. Hal ini dapat dilihat seperti pada Gambar 29.
Setelah itu, pada Read phase open file SNAPHU yang telah di copy tadi, klik
Phase_ifg_srd...”. Lalu pada menu Read-Unwrapped Phase pilih file
“Unwphase_ifg_srd. ”. Write pada file extention yang anda pilih, laluklik Run. Hal
ini dapat dilihat seperti pada Gambar 30.
Gambar 31 Unwrapped phase
Setelah itu, hasil Unwrapped phase dapat dilihat pada Gambar X. Hasilnya
menunjukkan beberapa warna diantaranya ungu, biru, hijau, orange, dan kuning.
Warna tersebut memiliki penjelasan atau keterangan yang berbeda-beda yang
dapat dilihat pada Gambar 31.
Tahapan Range-Doppler Terrain Correction
Tahap ini merupakan tahap akhir dari semuanya yaitu Range-Doppler Terrain
Correction, dengan cara klik radar, lalu pilih geometric, pilih terrain correction,
dan pilih Range-Doppler Terrain Correction. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
32 untuk lebih jelasnya.
.
Gambar 33 Processing parameters
Selanjutnya, pada menu processing Parameters, pilih baris ketiga dan keenam.
Lebih jelasnya, lakukan pengaturan sesuai seperti Gambar X. Setelah itu, klik Run.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 33.
Langkah akhir adalah akan muncul produk baru pada product explorer yaitu
hasil range doppler terrain correction yaitu berupa Geocoded Interferogram pada
file “Phase_ifg_srd...” dan Geocoded Unwrapped Phase pada file
“Unw_Phase_ifg...” lalu klik open image window. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 35.
Unw_phase_ifg_06Jun2007_26Apr2009_HH
SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, data hasil citra satelit ALOS PALSAR tahun
2007 dan 2009 untuk merupakan tahap awal dan data Mint 64.vmx untuk tahap
SNAPHU. Percobaan terdiri dari tahap coregisteration, interferogram
formation, topographic phase removal, spatial filtering, serta unwrapping
dengan SNAPHU. Masing-masing proses menghasilkan file dengan format dan
tampilanyang berbeda. RGB stack data hasil olahan menampilkan gambar
dengan warna-warna seperti merah, hijau, hitam, dan hijau muda yang
mempresentasikan sungai, vegetasi, dan daratan di sekitarnya. Tampilan pada
band coh_HH menampilkan dataran yang dipresentasikan dari beberapa warna
Tampilan pada band phase_ifg terlihat seperti garis-garis putih hitam
memanjang secara vertikal dan penuh menempati gambar daerah subset.
Tampilan pada olahan band phase_ifg terlihat seperti pada band coh_HH
dengan terdapat corak biru di sebelah kanannya. Tampilan Goldstein phase
filtering telah disaring kembali sehingga tampilannya lebih luas dari band
coh_HH. Hasil gambar unwrapped didominasi oleh warna biru muda sebagai
latar belakang di mana pada bagian tengah terdapat gambar seperti gambar suhu
dengan warna ungu kemerahan dan dikelilingi warna kehijauan dan biru tua di
mana warna ini mewakili tingkat suhu yang tercatat pada data Pada hasil
unwrapping dapat dilihat bahwa gambar subset aliran sungai dan daratan
memiliki background warna hitam dengan gambar inti seperti berbentuk suhu
dengan warna ungu, kuning, hijau muda, biru muda, dan biru yang menunjukkan
elevasi.
DAFTAR PUSTAKA
Budhiman S, Ismoko H, Suhermanto. 2005. Penggunaan software open souce
Doris untuk pengolahan interferometri data radar (studi kasus : Gunung
Merapi). Jurnal Geodesi Undip. 4(4): 154-159.
Chen CW, Zebker HA. 2002. Phase unwrapping for large SAR interferograms:
Statistical segmentation and generalized network models. IEEE
Transactions on Geoscience and Remote Sensing. 40(8): 1709-1719.
Kurniawan R. 2016. Pemanfaatan metode Differential Intermerometry Synthetic
Aperture Radar (DInSAR) untuk pemantauan deformasi akibat aktivitas
eksploitasi panasbumi. Jurnal Teknik Geomatika. 5(2): B331-B334.
Moreira J, M. Schwäbisch GF, Lanari R. Bamler DJ, and Stein-brecher U. 1995.
"X-SAR In-terferometry: First Results", IEEE Transactions on Geosc.and
Remote Sens.33(4): 950-956.
Prasetyo Y. 2010. Pemanfaatan Teknologi Permanent Scatterer Interferometric
Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR) Dalam Studi Penurunan Muka
Tanah (Land Subsidence). Semarang : Jurusan Teknik Geodesi, UNDIP.
Susanto dan Julzarika A. 2009. Pemanfaatan Interferometric Synthetic Aperture
Radar (InSAR) untuk pemodelan 3D (DSM, DEM, dan DTM). Jurnal
Sains dan Teknologi Dirgantara. 4(4): 154-159.
LAMPIRAN