Anda di halaman 1dari 28

243P_KAM1213_NIF44180077

INTERFEROMETRI MENGGUNAKAN APLIKASI SNAPHU


Interferometry Using SNAPHU Applications
Nur Izza Fauziah1
Kamis
1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jalan Kamper, Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680.
Email: nurizzafauziah77@gmail.com

Abstrak: Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, saat ini telah memunculkan
berbagai metod untuk melakukan pemantauan terhadap aktifitas deformasi.InSAR (Interferometric
Synthetic Aperture Radar) merupakan salah satu teknik yang mampu digunakan untuk
mengidentifikasi terjadinya deformasi di permukaan tanah dengan memanfaatkan data dari satelit
penginderaan jauh aktif yaitu RADAR (Radio Detection and Ranging). Pemilihan teknologi radar
adalah salah satu solusi yang baik untuk pemetaan spasial pada estimasi penurunan muka tanah. \
Metode PS-InSAR diterapkan pada wilayah Indonesia merupakan solusi yang tepat karena
kemampuannya menembus ketebalan awan dan kabut tebal. InSAR ini merupakan teknologi
perhitungan baru, yang digunakan pada tahap informasi yang ada pada gambar Synthetic
Aperture Radar (SAR). InSAR sudah banyak dikenal sebagai alat yang potensial untuk generasi
digital elevation models (DEMs) dan alat pengukuran deformasi permukaan tanah. Praktikum
Interferometri dengan SNAPHU dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Mei 2020. Melalui Whatsapp
group. Tahap yang dilakukan antara lain tahap coregisteration, interferogram formation,
topographic phase removal, phase filtering, serta unwrapping dengan SNAPHU. Hasil yang
diperoleh didapatkan gambar dengan beragam warna yang menunjukkan objek dan tingkatan
suhu pada suatu objek. Didapatkan juga data dari SAR yang akan dipindahkan ke aplikasi
SNAPHU untuk geocoding. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PALSAR
(Phased Array type-L band Synthetic Aperture Radar). PALSAR merupakan salah satu sensor aktif
dengan sistem SAR yang dibawa oleh satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite. Oleh
karena itu, praktikum ini bertujuan mampu memahami dan melaksanakan tahapan-tahapan dalam
proses interferometri dan mampu mengoperasikan algoritma khusus SNAPHU pada tahap
unwrapping.
Kata kunci: Geocoding, InSAR, PALSAR, RADAR, SNAPHU

Abstract: Along with the rapid development of technology, currently has emerged a variety of
methods for monitoring deformation activities. INSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar)
is one technique that is able to be used to identify deformations on the surface of the ground by
utilizing data from active remote sensing satellites namely RADAR (Radio Detection and
Ranging). The choice of radar technology is a good solution for spatial mapping in estimating
subsidence. \ The PS-InSAR method applied to the territory of Indonesia is the right solution
because of its ability to penetrate the thickness of clouds and thick fog. InSAR is a new calculation
technology, which is used at the information stage in the Synthetic Aperture Radar (SAR) image.
InSAR has been widely known as a potential tool for the generation of digital elevation models
(DEMs) and ground surface deformation measurement tools. Interferometry Practicum with
SNAPHU was held on Wednesday, May 12, 2020. Through Whatsapp group. The stages carried
out include coregisteration, interferogram formation, topographic phase removal, phase filtering,
and unwrapping with SNAPHU. The results obtained obtained images with a variety of colors that
indicate the object and the temperature level of an object. Also obtained data from SAR will be
moved to the SNAPHU application for geocoding. The data used in this study is PALSAR (Phased
Array type-L band Synthetic Aperture Radar) data. PALSAR is one of the active sensors with SAR
systems carried by the ALOS (Advanced Land Observing Satellite) satellite. Therefore, this
practicum aims to be able to understand and carry out the stages in the interferometry process and
be able to operate the SNAPHU special algorithm at the unwrapping stage.
Keywords: Geocoding, InSAR, PALSAR, RADAR, SNAPHU

PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, saat ini telah
memunculkan berbagai metod untuk melakukan pemantauan terhadap aktifitas
deformasi. InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar) merupakan salah
satu teknik yang mampu digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya deformasi
di permukaan tanah dengan memanfaatkan data dari satelit penginderaan jauh
aktif yaitu RADAR (Radio Detectionand Ranging). Interferometric SAR (InSAR)
telah menjadi cara yang efektif untuk mengukur objek dalam tiga dimensi dan
melakukan survei medan untuk aplikasi sipil dan militer. Prosedur penting dalam
pemrosesan Synthetic Aperture Radar (SAR) Interferometric (InSAR) telah
dipelajari, yaitu coregistration pada citra SAR. Fase interferometri unwrapping
juga merupakan prosedur kunci pemrosesan InSAR (Prasetyo 2010).
Pada teknik ini dilakukan pembentukan interferogram yang didapat dari dua
buah atau lebih citra SAR (master dan slave) yang direkam pada objek yang sama
di permukaan bumi namun pada waktu yang berbeda. Jika suatu titik di tanah
begerak, maka jarak antara sensor dengan titik akan berubah, dan berpengaruh
pada nilai phase yang direkam oleh sensor SAR. Nilai beda phase inilah yang
menunjukkan adanya ground movement. Interferogram yang terbentuk memiliki
efek topografi dan atmosferik, oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan
dengan proses differential inferometry SAR (DInSAR), sehingga dihasilkan
informasi deformasi serta dapat diketahui besar pergerakan tanah (subsidance atau
uplift) yang terjadi.
Fase filtering dan phase unwrapping adalah dua langkah penting dalam
pemrosesan InSAR, dan kinerjanya akan secara langsung mengurangi kualitas
fase interferometri dan keakuratan mengikuti produk. Selain itu, fase
interferometri lainnya untuk citra satelit dapat membuat citra yang dihasilkan
semakin jelas dan memiliki kombinasi warna yang beragam sehingga dapat
mempermudah dalam analisis datanya. Hasil citra dari fase interferometri dapat
dilihat dengan cara mengekpor hasil citra radar ke SNAPHU, yang selanjutnya
digunakan untuk fase unwrapping. Oleh karena itu, praktikum ini bertujuan
mampu memahami dan melaksanakan tahapan-tahapan dalam proses
interferometri dan mampu mengoperasikan algoritma khusus SNAPHU pada
tahap unwrapping.

METODOLOGI
Praktikum Interferometri dengan SNAPHU dilaksanakan pada hari Rabu,
12 Mei 2020 pukul 13.00 – 16.00 WIB melalui Aplikasi Whatsapp group. Alat
dan bahan yang digunakan selama penelitian berlangsung yakni personal
computer dan aplikasi Snap yang terlampir pada Lampiran 1. Ada beberapa
tahap untuk mendapatkan hasil akhir berupa Unwrapped Phase, langkah-
langkah tersebut diantaranya open data, subset, corregistration, interferogram,
topophase, goldstein filtering, unwrapping dan terrain correction.
Tahapan Open Data
Tahapan pertama adalah tahap open data. Tahapan open data dapat dilihat
pada Gambar 1-2

Gambar 1 Tahapan awal dalam membuka aplikasi SNAP

Pertama, buka aplikasi SNAP kemudian pilih menu File, lalu Import, lalu SAR
Sensors, lalu ALOS PALSAR CEOS. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 1

Gambar 2 Tahapan dalam mengimport file


Langkah kedua yaitu pilih file ALOS PALSAR yang akan digunakan lalu klik
Open. Plih dua folder yang tersedia yaitu “0000184966_001001-
ALPSRP056827040” file bulan Februari, dan “0000184966_001001-
ALPSRP056827040” file bulan Januari, lakukan satu persatu. Langkah ini dapat
dilihat pada Gambar 2.
Tahapan Subset 2007 dan 2009
Tahapan kedua adalah tahap subset. Tahapan subset yang dilakukan pada
tahun 2007 dan 2009.Tahapan subset dapat dilihat pada Gambar 3-7.

Gambar 3 Gambar hasil pemilihan Intensity_HH


Selanjutnya, akan muncul pada kotak dialog product explorer, masing-
masing bands dibuka, dan pilih Intensity_HH. Hal ini dilakukan dengan dua file
dengan satu per satu mulai dengan file “0000184966_001001-
ALPSRP056827040” lalu “0000184966_001001-ALPSRP056827040”.
Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 4 Tahapan awal dalam proses subset pada gambar


Lakukan subset pada gambar, dengan cara klik kanan pada bagian gambar,
pilih Spatial Subset from Video. Hal ini dilakukan dengan dua file dengan satu
per satu mulai dengan file “0000184966_001001-ALPSRP056827040” lalu
“0000184966_001001-ALPSRP056827040”. Langkah ini dapat dilihat pada
Gambar 4
Gambar 5 Tahapan dalam menentukan subset tahun 2007

Masukkan angka pada setiap kolom yang tersedia, yaitu Scene start X 137,
Scene strart Y 1016, Scene end X 1008, dan Scene end Y 1613. Lalu klik OK.
Lakukan hal yang sama pada file Januari. Maka akan tampil file baru pada kolom
Product Explorer. Hal ini dilakukan dengan file “0000184966_001001-
ALPSRP056827040” Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 6 Tahapan dalam menentukan subset tahun 2009


Masukkan angka pada setiap kolom yang tersedia, yaitu Scene start X 127,
Scene strart Y 1044, Scene end X 998, dan Scene end Y 1641. Lalu klik OK.
Lakukan hal yang sama pada file Januari. Maka akan tampil file baru pada kolom
Product Explorer. Hal ini dilakukan dengan file “0000184966_001001-
ALPSRP056827040”. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 7 Tahapan dalam menyimpan file baru yang telah disubset

Simpan file baru pada kolom product explorer di komputer. file 2007 dan file
2009 dibuat pada masing-masing folder yang berbeda. Masukkan kedalam folder
“SUBSET 2007” dan “SUBSET 2007”. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Tahapan Coregistration
Tahapan ketiga adalah tahap coregistration. Tahapan coregistration yang
dilakukan pada tahun 2007 dan 2009. Tahapan coregistration dapat dilihat pada
Gambar 8-10.

Gambar 8 Tahapan corregistration

Tahapan selanjutnya yaitu corregistration, dengan cara pilih tools Radar, lalu
pilih corregistration. Maka akan muncul tabel corregistration, lalu pilih ikon (+).
Pilih kedua file untuk dimasukkan, yaitu file Januari dan file Februari yang telah
disubset, file tersebut akan muncul pada tabel di ProducSet-Reader. Atur menu
pada CreateStack, kolom Resampling Type diisi dengan NONE, kolom Initial
Offset Method diisi dengan Orbit, dan kolom Output Extents diisi dengan Master.
Bagian Warp diatur, dengan mengisi kolom RMS Threshold dengan 0.05, Warp
Polynomial Order dengan angka 2, dan Interpolation Method dengan Cubic
convolution (6 points), lalu atur folder penyimpanan dan klik Run. Maka file baru
hasil corregistration muncul pada kolom product explorer.

Gambar 9 Open RGB Image Window

Lakukan Open RGB Image Window pada file baru yang telah dilakukan
corregistration, isi kolom Red dengan Intensity_HH_mat_02Jan2007, kolom
Green dengan Intensity_HH_sivi_17Feb2007 dan kolom Blue dengan angka 0,
lalu klik OK.

Gambar 10 Hasil Open RGB Image Window

Tahap selanjutnya adalah tampak gambar hasil Open RGB Image Window
seperti telampir pada Gambar 9. Gambar tersebut memiliki empat warna yang
berbeda-beda yaitu merah, kuning, hijau dan hitam. Warna tersebut memiliki
keterangan masing-masing. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Tahapan Interferogram formation
Tahapan keempat adalah tahap interferogram formation. Tahapan
interferogram formation yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2009. Tahapan
interferogram formation dapat dilihat pada Gambar 11-13.

Gambar 11 Tahapan dalam interferogram formation

Selanjutnya yaitu proses interferogram, dengan cara pilih tool Radar, lalu pilih
Intererometric, Products, pilih Interferogram Formation. Langkah ini dapat
dilihat pada Gambar 11.

Gambar 12 Tahapan dalam interferogram formation

Maka akan muncul kolom Interferogram Formation, dan simpan file baru ke
dalam folder, dan klik Run. Maka akan muncul file baru pada kolom product
explorer, dengan format file _ifg. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 13 Tahapan dalam pemilihan bands


Langkah selanjutnya adalah klik bands yang berada pada Product Explorer,
dengan pilih bands dengan nama Phase_ifg_HH_02Jan2007_17Feb2007, dan akan
terlihat gambar seperti yang terlampir pada Gambar 13. . Hal ini dilakukan dengan
dua file dengan satu per satu mulai dengan file “0000184966_001001-
ALPSRP056827040” lalu “0000184966_001001-ALPSRP056827040”.
Tahapan Topographic Phase Removal
Tahapan kelima adalah tahap Topographic phase removal. Tahapan
Topographic phase removal yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2009. Tahapan
Topographic phase removal dapat dilihat pada Gambar 14-17.

Gambar 14 Tahapan dalam menjalankan Topographic Phase Removal


Selanjutnya yaitu penghilangan fase topografi, dengan cara pilih tool Radar,
lalu pilih Interferometic, Products, lalu pilih Topographic Phase Removal. Maka
muncul kotak dialog Topographic Phase Removal Langkah ini dapat dilihat pada
Gambar 14.

Gambar 15 Tahapan dalam menjalankan Topographic Phase Removal

Selanjutnya isi beberapa parameter pada kotak dialog tersebut. Lalu klik OK,
dan akan muncil file baru pada kotak dialog Product Explorer dengan format file
_dinsar. Langkah ini dapat dilihat pada Gambar 15. File akan disimpan di menu
baru yaitu “TOPOPHASE” dalam bentuk folder
Gambar 16 Hasil pemilihan bands yang telah dipilih
Berikutnya, lakukan pemilihan bands, yaitu dengan nama
Phase_ifg_srd_HH_02Jan2007_17Feb2007 pada file “0000184966_001001-
ALPSRP056827040”. Gambar hasil pemilihan bands tampak seperti Gambar 16.
Gambar terlihat dominan abu-abu dengan warna biru dan hitam yang lebih sedikit.

Gambar 17 Bands yang telah dipilih

Lakukan tahapan yang sama, tetapi dengan memilih bands yang berbeda. Bands
yang dipilih yaitu dengan nama topo_phase_HH_02Jan2007_17Feb2007 pada file
“0000184966_001001-ALPSRP056827040”. Maka hasil gambar dari bands
tersebut, tampak seperti Gambar 17. Gambar 17 memiliki warna yang berbeda-beda
itu biru dan serupa dengan sinar ultraviolet
Tahapan Goldstein Phase Filtering
Tahapan keenam adalah tahap Goldstein Phase Filtering. Tahapan Goldstein
Phase Filtering yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2009. Tahapan Goldstein
Phase Filtering dapat dilihat pada Gambar 18-22.

Gambar 18 Tahapan dalam menjalankan proses Goldstein Phase Filtering


Tahapan selanjutnya yaitu Goldstein Phase Filtering, pilih tool Radar,
Interferometric Filtering, lalu pilih Goldstein Phase Filtering. Langkah ini dapat
dilihat pada Gambar 18.

Gambar 19 Tahapan dalam menjalankan proses Goldstein Phase Filtering

Berdasarkan Gambar 19, terdapat beberapa kotak dialog. Kotak dialog


mengenai Goldstein Phase Filtering ditinjau beberapa parameter, seperti source
product, nama file, dan penyimpanan file. Lalu klik Run. Maka akan muncul file
baru pada Product Explorer, dengan format file _flt.
Gambar 20 Tahapan dalam mengexport file filtering ke SNAPHU

Kemudian tahap selanjutnya berupa unwrapping product dengan dua program,


yaitu ESA SNAP dan SAR MINT 64. Langkah-langkah unwrapping product
adalah sebagai berikut, pilih tool Radar, Interferometric, Unwrapping, lalu
SNAPHU Export. Tahap ini dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 21 Tahapan lanjutan dalam proses SNAPHU export


Selanjutnya pada tab read pilih file yang hasil Goldstein phase removal kemudian
pada tab SNAPHU export, pilih folder yang dijadikan untuk tempat penyimpanan
hasil export dan Run. Tahap ini dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 22 Tahapan awal dalam membuka aplikasi Vmware


Langkah selanjutnya adalah buka aplikasi VMware, lalu masukkan alamat
email, dan klik continue. Lalu pilih Open a Virtual Machine. Tahap ini dapat
dilihat pada Gambar 22.

Tahapan Unwrapping
Tahapan ketujuh adalah tahap Unwrapping. Tahapan Unwrapping yang
dilakukan pada tahun 2007 dan 2009. Tahapan Unwrapping dapat dilihat pada
Gambar 23-31.

Gambar 23 Tampilan awal sar

Setelah itu, langkah selanjutnya adalah Interferometri dengan SNAPHU.


Pertama, kita buka Vmware player yang telah di-install sebelumnya di desktop
masing-masing. Play Virtual Machine Mint 64. Lakukan login seperti pada Gambar
23. Password untuk user sar yaitu sar01.

Gambar 24 Tampilan awal sar

Setelah login, tampilan selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 24. Terdapat
beberapa pengaturan. Pertama klik player, lalu pilih manage. Setelah itu, lalu pilih
virtual machine settings. Langkah lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 25 Pengaturan memory

Setelah itu, pada menu hardware, di icon memory, pilih memory 4 GB yang
direkomendasikan, namun sesuai dengan spec laptop anda. Namun, pada
praktikum ini memakai memory 2 GB yang compatible sesuai dengan laptop yang
dapat menampung file-file yang akan dipakai, Proses ini dapat diihat pada Gambar
25 dengan jelas.

Gambar 26 Pengaturan Shared Folders


Tahap selanjutnya kita akan mengatur pengaturan shared folders, pilih icon
always enabled agar lebih mudah mengakses data, lalu klik OK. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 26 untuk lebih jelasnya.
Gambar 27 SNAPHU configuration
Setelah itu, langkah selanjutnya adalah pada desktop mint, klik kanan lalu open
documents. Copy folder SNAPHU yang telah diexport dari SNAP, dengan cara
men-drag folder kedalam documents sar. Klik open pada snaphu.conf, maka akan
muncul task snaphu seperti pada Gambar 27.

Gambar 28 Proses Running terminal SNAPHU sebagai tahap Unwrapped Phase

SNAPHU
Selanjutnya, copy nama file yang terdapat pada SNAPHU tasks yaitu “snaphi-f
snaphu.conf Phase_ifg...” lalu paste pada terminal. Terminal dapat di buka dengan klik
kanan lalu open terminal. Setelah di paste, Run terminal hingga selesai. Tahap
SNAPHU sudah selesai. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 29 SNAPHU import

Tahap SNAPHU sudah selesai, selanjutnya kita akan membuka program SNAP
kembali untuk membuka hasil unwrapped phase dari SNAPHU tadi. Sebelumnya
copy terlebih dahulu hasil interferometri dari SNAPHU, dengan klik copy pada sar
desktop di aplikasi Mint 64. Copy ke folder local disk sendiri. Selanjutnya pada
SNAP klik Radar, lalu pilih interferometric, unwrapping dan pilih SNAPHU
import. Hal ini dapat dilihat seperti pada Gambar 29.

Gambar 30 SNAPHU import

Setelah itu, pada Read phase open file SNAPHU yang telah di copy tadi, klik
Phase_ifg_srd...”. Lalu pada menu Read-Unwrapped Phase pilih file
“Unwphase_ifg_srd. ”. Write pada file extention yang anda pilih, laluklik Run. Hal
ini dapat dilihat seperti pada Gambar 30.
Gambar 31 Unwrapped phase
Setelah itu, hasil Unwrapped phase dapat dilihat pada Gambar X. Hasilnya
menunjukkan beberapa warna diantaranya ungu, biru, hijau, orange, dan kuning.
Warna tersebut memiliki penjelasan atau keterangan yang berbeda-beda yang
dapat dilihat pada Gambar 31.
Tahapan Range-Doppler Terrain Correction

Tahapan terakhir adalah tahap Range-Doppler Terrain Correction. Tahapan


Range-Doppler Terrain Correction yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2009.
Tahapan Range-Doppler Terrain Correction dapat dilihat pada Gambar 32-35.

Gambar 32 Proses Range-Doppler Terrain Correction

Tahap ini merupakan tahap akhir dari semuanya yaitu Range-Doppler Terrain
Correction, dengan cara klik radar, lalu pilih geometric, pilih terrain correction,
dan pilih Range-Doppler Terrain Correction. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
32 untuk lebih jelasnya.

.
Gambar 33 Processing parameters

Selanjutnya, pada menu processing Parameters, pilih baris ketiga dan keenam.
Lebih jelasnya, lakukan pengaturan sesuai seperti Gambar X. Setelah itu, klik Run.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 33.

Gambar 34 Geocoded Interferogram


Langkah selanjutnya, akan muncul produk baru pada product explorer yaitu
hasil range doppler terrain correction yaitu berupa Geocoded Interferogram pada
file “Phase_ifg_srd...” dan Geocoded Unwrapped Phase pada file
“Unw_Phase_ifg...” lalu klik open image window. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 34.
Gambar 35 Geocoded Unwrapped Phase

Langkah akhir adalah akan muncul produk baru pada product explorer yaitu
hasil range doppler terrain correction yaitu berupa Geocoded Interferogram pada
file “Phase_ifg_srd...” dan Geocoded Unwrapped Phase pada file
“Unw_Phase_ifg...” lalu klik open image window. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 35.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR) merupakan teknologi
penginderaan jauh yang menggunakan citra hasil sensor radar dari pesawat
udara/satelit.Sensor radar pada satelit memancarkan gelombang radar secara
konstan, kemudian gelombang radar tersebut direkam setelah diterima kembali oleh
sensor akibat dipantulkan oleh target di permukaan bumi. InSAR merupakan suatu
teknik yang digunakan untuk mengekstraksi informasi tiga dimensi dari permukaan
bumi dengan pengamatan fase gelombang radar. Untuk memperoleh topografi dari
citra harus dipenuhi dua syarat, yaitu objek di permukaan bumi yang dicitrakan
harus dapat terlihat dengan jelas atau memiliki resolusi citra yang tinggi sehingga
dapat dilakukan intrepretasi dan identifikasi yang sesuai. Selain itu citra harus
memiliki posisi tiga dimensi yang cukup sehingga daerah yang akan dipetakan
dapat diketahui topografinya (Susanto 2009).
Teknik InSAR terbagi atas beberapa tahapan, di antaranya adalah coregistration,
interferogram formation, topographic phase removal, phase filtering, dan
unwrapping dengan menggunakan SNAPHU. Interferogram formation adalah
pembetukan interferogram dengan Data masukan yang digunakan untuk SAR
interferometri adalah SAR gambar pasangan yang kompleks dan navigasi masing-
masing data. Prosedur yang digunakan untuk produk produk interferometrik dan
dapat Diringkas sebagai berikut: Berbagai dan Azimut penyaringan gambar
kompleks. Sebelum interferogram terbentuk, kompleks gambar pasangan dapat
secara terpisah dapat disaring di rentang arah dan Azimut untuk mengoptimalkan
koherensi dan kemurnian tahap interferometrik Per tarik spektral disebut berbagai
penyaringan diterapkan untuk keperluan seksual decorrelation dasar-induced.
Penyaringan umum Doppler band dalam arah Azimut diterapkan menghilangkan
efek decorrelation yang disebabkan oleh Doppler centroid perbedaan antara dua
gambar (Moreira et al 1995).
Phase Unwrapping (PU) merupakan masalah fundamental pada pengolahan
citra koheren. Tujuan utama PU adalah mengekstraksi phase map untuk
menghasilkan suatu informasi yang berguna untuk pemrosesan lebih lanjut.
Secara singkat, teknik ini dapat didefinisikan sebagai suatu metode komputasi
dimana data fasa absolut yang terestimasi direkonstruksi dari bentuk tutupannya.
Teknik ini berguna untuk meningkatkan akurasi pada aplikasi pengolahan sinyal
dan citra koheren (Ghiglia dan Pritt 1998).
SNAPHU merupakan software yang dapat digunakan untuk proses
unwrapping. Program tersebut merupakan program unwrapping fasa yang handal
yang digunakan untuk mendapatkan fasa unwrapped yang halus, dan juga dpaat
menggunakan amplitude interferometri dan atau citra koherensi untuk
perhitungannya. Program ini secara otomatis dapat dijalankan melalui modul
Doris (Budhiman et al 2005). SNAPHU berfungsi dapat memberikan fleksibilitas
yang lebih tinggi dalam menyiapkan masalah unwrapping karena fungsi biaya
adalah fungsi objektif umum yang dapat disesuaikan sesuai persyaratan.
Algoritma ini mengemukakan phase unwrapping sebagai masalah estimasi
probabilitas posensialori maksimum (MAP), yang tujuannya adalah untuk
menghitung solusi unwrap yang paling mungkin karena data masukan yang dapat
diamati. SNAPHU menggunakan prosedur pengoptimalan berulang, waktu
eksekusi bergantung pada sulitnya interferogram (Chen dan Zebker 2002).
Geocoding pada SNAPHU adalah Salah satu metode "Terbang" satelit
sepanjang jalan menyerupai orbit yang dilakukan dengan menentukan titik
(Azimut) melalui pendekatan terdekat DEM setiap pixel yang dikenal sebagai
lintang dan bujur. Tahap geocode dilakukan melalui komen geocode.csh pada
software GMT yang memiliki kemampuan dengan memberikan hasil yaitu
ditampilkan dalam bentuk phostscript dan kml Google Earth. Walaupun telah
bergeoreferensi, grid, skala, dan informasi lainnya belum ada. Untuk itu, skill
menggunakan GMT perlu dilakukan sehingga diperoleh hasil yang artistik akan
ditampilkan di bagian hasil (Kurniawan 2016).
Pelaksanaan praktikum dilakukan dalam empat tahap. Tahapan-tahapan
tersebut antara lain adalah coregistration, interferogram formation, topographic
phase removal, spatial filtering atau Goldstein Phase Filtering dengan SNAP,
serta unwrapping oleh SNAPHU dengan data awal citra satelit ALOS PALSAR
tahun 2007 dan tahun 2009 yang dibuka dengan Intensity_HH. Setiap tahapan
didapatkan hasil akhir file dengan berbagai macam format. Format yang terdapat
pada setiap tahapan antara lain _stack, _ifg, _dinsar, _flt.
Pertama, dilakukan proses coregistration sehingga didapatkan hasil file dengan
format _stack. Dua atau lebih gambar harus di-coregister menjadi stack
(tumpukan) untuk pemrosesan interferometri. Satu gambar dipilih sebagai master
dan gambar lainnya adalah slave (Veci 2015). Setelah proses coregistration
selesai dilakukan, stack tersebut dibuka dengan RGB dengan band Intensity_HH,
untuk Red adalah data master (data 2007), Green adalah data slave (2009), dan
Blue 0 sehingga data coregisteration berwarna. Tampilan RGB terlihat kuning
dengan perpaduan merah dan hijau, hal tersebut menunjukan adanya keselarasan
indikasi visual pada coregistration. Tampilan RGB dapat berguna untuk deteksi
perubahan amplitudo (Veci 2015).
Berdasarkan Gambar 37, RGB stack data hasil olahan menampilkan gambar
dengan warna- warna seperti merah, hijau, hitam, dan hijau muda. Warna hitam
mempresentasikan bentuk aliran sungai, sementara di sekelilingnya terdapat
warna merah dan hijau mengikuti yang merupakan vegetasi dan lahan sekitar
sungai. Warna hijau muda. menggambarkan lahan ataupun daratan vegetasi, dan
warna merah menggambarkan daratan.

Gambar 37 Hasil RGB format stack


Tahapan selanjutnya ialah tahap interferogram formation dari hasil proses
coregistration. Proses interferogram ini format file _stack_ifg. Gambar yang
dihasilkan yakni dua gambar dengan format coh_HH_stack_ifg dan
phase_HH_stack_ifg yang dapat dilihat pada Gambar 38 dan Gambar 39. Dapat
dilihat perbedaan hasil yakni pada format coh atau coherence menghasilkan data
yang lebih cerah untuk koherensi tinggi dan lebih gelap untuk koherensi yang
rendah (Veci, 2015).

Gambar 38 Data hasil interferogram formation phase_ifg_HH-


02Jan2007_17Feb2007 format ifg

Gambar 38 Data hasil interferogram formation coh_ifg_HH-


02Jan2007_17Feb2007 format ifg
Tampilan pada band coh_HH menampilkan dataran yang dipresentasikan dari
beberapa warna yang disusun menjadi suatu gambar yang terlihat seperti warna
keabuan dengan titik-titik pixel berbagai macam warna. Tampilan pada band
phase_ifg terlihat seperti garis-garis putih hitam memanjang secara vertikal dan
penuh menempati gambar daerah subset.
Selanjutnya dilakukan proses topographic phase removal dimana File yang
hasilkan akan miliki format File _stack_ifg_dinsar sehingga. Proses ini akan
menghasilkan fasa topografi sehingga dihasilkan interferogram yang diratakan
(Veci 2015). Hasil gambar proses topographic phase removal dapat dilihat pada
Gambar 40.

Gambar 40 Hasil gambar proses topographic phase removal


Tampilan pada olahan band phase_ifg terlihat seperti pada band coh_HH
dengan terdapat corak biru di sebelah kanannya. Tampilan band topo_phase
terlihat suhu dari suatu topografi yang tersusun dari warna biru yang dominan,
merah, dan kuning pada beberapa bagian menunjukan tingkat suhu dari daerah
yang digunakan. Warnanya pun menunjukan tingkatan pada daerah
tersebut,dimana warna biru,ungu,oranye dan juga kuning.
Tahap praktikum selanjutnya adalah spatial filtering yang menggunakan
produk hasil topographic phase removal. Tahap ini menggunakan Goldstein
Phase Filtering dan menghasilkan produk dengan nama _stack_ifg_dinsar_flt di
mana flt menunjukkan filtering. Noise pada fase dikurangi dari interferogram
sehingga memudahkan fase unwrapping dengan tahap ini (Ogundare 2016).
Hasil gambar Goldstein Phase Filtering dapat dilihat pada Gambar 41.

Gambar 41 Tampilan Goldstein phase filtering


Tampilan Goldstein phase filtering terlihat seperti suatu daerah yang
dipresentasikan sebagai gabungan dari beberapa warna menjadi suatu gambar
yang terlihat seperti warna keabuan yang dominan dengan titik-titik pixel yang
tersusun dari berbagai macam warna. Hasil ini sebenarnya telah disaring
kembali sehingga tampilannya lebih luas dari band coh_HH.
Proses selanjutnya yakni proses unwrapping dilakukan dengan SNAPHU.
Tahap unwrapping menggunakan program SNAPHU. Tahap awal proses ini
adalah mengekspor file dari SNAP kemudian diolah menggunakan Vmware
dengan data mint 64.vmx. hasil yang diperoleh kemudian diimpor ke SNAP
kembali dengan import SNAPHU dengan nama produk unwphase_ifg_srd_.
Produk tersebut diimpor sebagai read-unwrapped phase sedangkan untuk read-
phase digunakan hasil interferogram filtering. Tahap ini mengatasi ambiguitas
dengan mengintegrasikan perbedaan fasa antara pixel. Kualitas yang dihasilkan
bergantung pada hasil unwrapped yang sangat bergantung dengan coherence
input. Hasil yang dapat diandalkan hanya bisa diharapkan pada area dengan
coherence tinggi. Aplikasi VMware juga turut digunakan untuk membantu
proses input dengan SNAPHU. Setelah Import dilakukan, dapat dilihat hasil
pada Gambar 42.

Gambar 42 Hasil unwrapping Unw_phase_ifg_06Jun2007_26Apr2009


Tampilan hasil gambar unwrapped didominasi oleh warna biru muda sebagai
latar belakang di mana pada bagian tengah terdapat gambar seperti gambar suhu
dengan warna ungu kemerahan dan dikelilingi warna kehijauan dan biru tua di
mana warna ini mewakili tingkat suhu yang tercatat pada data sehingga pada
saat di unwrapping menjadi warna waran yang berbeda dan menunjukan
tingkatan suhu pada daerah tersebut.
Tahap selanjutnya adalah geocode produk yaitu dengan Range-Doppler
Terrain Correction. Source band yang digunakan untuk proses ini adalah
Unw_phase_ifg_ dan Phase_ifg_srd_ dengan band HH. Gambar yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 31. Kedua gambar tersebut menunjukkan
perbedaan di mana hasil dari geocoded unwrapped phase lebih terlihat
perbedaan dan klasifikasi warnanya. Sedangkan pada geocoded interferogram
warnanya masih terlihat acak karena merupakan hasil interferogram filtering.
Namun keduanya memiliki bentuk dan posisinya miring. Hal ini dikarenakan
Range doppler terrain correction yang digunakan untuk mereduksi kesalahan-
kesalahan akibat variasi topografi yang disebabkan oleh kemiringan sensor citra,
sehingga diperoleh koordinat elemen hamburan balik yang mengacu pada sistem
referensi yang sama dengan data posisi orbit satelit (Septiana et al 2017).
Gambar 43 Hasil Terrain Correction

Unw_phase_ifg_06Jun2007_26Apr2009_HH

Gambar 44 Hasil Terrain Correction


Unw_phase_ifg_srd_06Jun2007_26Apr2009_HH
Gambar 43 dan 44 merupakan hasil dari penggabungan data phase_ifg_srd
dan Unw_Phase_ifg yang digabungkan dan mengasilkan hasil data terrain
correction. Pada bagian ini menunjukan bahwa data sebelumnya sesuai dengan
bentuk bumi yang ada dan hal ini juga terlihat dari aliran sungai yang berubah
arahnya dari data sebelumnya yaitu pada data awal pengerjaan.dan juga hal ini
menunjukan tingkat geografi dari data yang ada pada daerah tersebut dengan
tingkat suhu yang berbeda beda. Pada hasil unwrapping dapat dilihat bahwa
gambar subset aliran sungai dan daratan memiliki background warna hitam
dengan gambar inti seperti berbentuk suhu dengan warna ungu, kuning, hijau
muda, biru muda, dan biru yang menunjukkan elevasi.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, data hasil citra satelit ALOS PALSAR tahun
2007 dan 2009 untuk merupakan tahap awal dan data Mint 64.vmx untuk tahap
SNAPHU. Percobaan terdiri dari tahap coregisteration, interferogram
formation, topographic phase removal, spatial filtering, serta unwrapping
dengan SNAPHU. Masing-masing proses menghasilkan file dengan format dan
tampilanyang berbeda. RGB stack data hasil olahan menampilkan gambar
dengan warna-warna seperti merah, hijau, hitam, dan hijau muda yang
mempresentasikan sungai, vegetasi, dan daratan di sekitarnya. Tampilan pada
band coh_HH menampilkan dataran yang dipresentasikan dari beberapa warna
Tampilan pada band phase_ifg terlihat seperti garis-garis putih hitam
memanjang secara vertikal dan penuh menempati gambar daerah subset.
Tampilan pada olahan band phase_ifg terlihat seperti pada band coh_HH
dengan terdapat corak biru di sebelah kanannya. Tampilan Goldstein phase
filtering telah disaring kembali sehingga tampilannya lebih luas dari band
coh_HH. Hasil gambar unwrapped didominasi oleh warna biru muda sebagai
latar belakang di mana pada bagian tengah terdapat gambar seperti gambar suhu
dengan warna ungu kemerahan dan dikelilingi warna kehijauan dan biru tua di
mana warna ini mewakili tingkat suhu yang tercatat pada data Pada hasil
unwrapping dapat dilihat bahwa gambar subset aliran sungai dan daratan
memiliki background warna hitam dengan gambar inti seperti berbentuk suhu
dengan warna ungu, kuning, hijau muda, biru muda, dan biru yang menunjukkan
elevasi.

DAFTAR PUSTAKA
Budhiman S, Ismoko H, Suhermanto. 2005. Penggunaan software open souce
Doris untuk pengolahan interferometri data radar (studi kasus : Gunung
Merapi). Jurnal Geodesi Undip. 4(4): 154-159.
Chen CW, Zebker HA. 2002. Phase unwrapping for large SAR interferograms:
Statistical segmentation and generalized network models. IEEE
Transactions on Geoscience and Remote Sensing. 40(8): 1709-1719.
Kurniawan R. 2016. Pemanfaatan metode Differential Intermerometry Synthetic
Aperture Radar (DInSAR) untuk pemantauan deformasi akibat aktivitas
eksploitasi panasbumi. Jurnal Teknik Geomatika. 5(2): B331-B334.
Moreira J, M. Schwäbisch GF, Lanari R. Bamler DJ, and Stein-brecher U. 1995.
"X-SAR In-terferometry: First Results", IEEE Transactions on Geosc.and
Remote Sens.33(4): 950-956.
Prasetyo Y. 2010. Pemanfaatan Teknologi Permanent Scatterer Interferometric
Synthetic Aperture Radar (PS-InSAR) Dalam Studi Penurunan Muka
Tanah (Land Subsidence). Semarang : Jurusan Teknik Geodesi, UNDIP.
Susanto dan Julzarika A. 2009. Pemanfaatan Interferometric Synthetic Aperture
Radar (InSAR) untuk pemodelan 3D (DSM, DEM, dan DTM). Jurnal
Sains dan Teknologi Dirgantara. 4(4): 154-159.
LAMPIRAN

Gambar 45 Software SNAP

Gambar 46 Laptop atau komputer

Anda mungkin juga menyukai