Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Geomekanik adalah cabang ilmu geologi struktur yang mempelajari kondisi stress
reservoir bawah permukaan yang berkaitan dengan operasi pemboran dan
pengembangan lapangan. Hubungan yang dipelajari adalah stress, tekanan pori,
dan sifat fisik dari reservoar, rekahan atau sesar, cap rocks, dan formasi batuan
dalam keadaan overburden (pembebanan) serta menjelaskan tentang deteminasi
dan identifikasi stress pada kerak bumi yang bisa mengganggu dalam kegiatan
pemboran minyak dan gas.
Deformasi aktif yang dimanifestasikan oleh adanya sesar dapat menyebabkan pola
tegasan regional berubah. Deformasi aktif yang berkaitan dengan pergerakan sesar
ini menyebabkan terbentuknya rekahan dan gangguan terhadap tegasan lokal
(Hennings dkk, 2012). Pembentukan rekahan dan gangguan terhadap tegasan
lokal dapat mempengaruhi distribusi permeabilitas disekitar sesar. Bagaimanapun,
di beberapa daerah di dunia memiliki current stress field yang berbeda dengan
sesar yang ada. Hal ini di karenakan kemungkinan struktur terbentuk pada
kejadian tektonik yang berbeda dalam skala waktu geologi.

I.2 Rumusan Masalah


Reservoir rekahan sangat berbeda dengan reservoir konvensional, dimana dalam
reservoir rekahan permeabilitas dikontrol oleh rekahan dan distribusi rekahan
dikontrol oleh sesar. Untuk daerah Indonesia yang mempunyai tektonik aktif,
rekahan dan patahan sangat sulit diidentifikasi dan dievaluasi sehingga akan
sangat sulit menentukan aliran fluida. Namun tidak semua rekahan dan patahan
tersebut mampu mengalirkan fluida (Long dkk, 1991).

Salah satu cara mengetahui rekahan yang mampu mengalirkan fluida adalah
dengan menganalisis tekanan rekah kritis dimana rekahan yang mampu
mengalirkan fluida adalah rekahan yang mempunyai tekanan dalam kondisi kritis,
yaitu tekanan yang melebihi koefisien friksi geser dari rekahan. Dari analisis ini
akan diketahui arah dari rekahan permeable yang menjadi target pomboran berikut
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengatahui jenis-jenis rekahan yang terjadi akibat pemboran
2. Mengetahui parameter geomekanika yang diperlukan, yaitu arah dari stress
utama yang bekerja, insitu stress (Sv, SHmax, dan SHmin) dan tekanan pori.
3. Membuat analisis diagram Mohr
4. Menganalisis tekanan rekah kritis (critically stressed fractures)
I.4 Pembatasan Masalah
Batas masalah pada laporan praktikum ini adalah parameter-parameter
geomekanika yang diperoleh dari analisis data yang telah diberikan.
I.5 Data Praktikum
Data yang diberikan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Data bore hole image
2. Data well log

Gambar 1.1 Peta Daerah Penelitian


Pada laporan ini data yang dipakai adalah image well-04 dan data well log Well B.

I.6 Metodologi Penulisan


Pada praktikum ini, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menginterpretasi
rekahan alami dan rekahan yang terjadi akibat pemboran pada log gambar. Yang
diinterpretasi adalah conductive fracture, resistive fracture, tensile, dan breakout.
Kemudian akan dicari nilai parameter geomekanika seperti SHmax, SHmin, Sv,
kekuatan batuan, koefisien friksi dan tekanan pori. Untuk mengetahui tekenan

rekah kritis harus diketahui terlebih dahulu tekanan yang bekerja di rekahan
tersebut.

Pemilihan Data

3D Mohr
Diagram

Picking
Fracture,Tensile,
Brealoot

Sv, SHmin,
SHmax
Gambar 1.2 Diagram alir praktikum

Analisi
s
Stress
Kritis

BAB II
DASAR TEORI

II.1 Rekahan
Rekahan adalah suatu bidang planar yang mempunyai kecenderungan bergerak
pada bidangnya. Berdasarkan hasil percobaan di laboratorium terdapat 3 jenis
rekahan yaitu :
1.Extension (mode1)
2.Shear (mode 2)
3. Shear (mode 3)

A . E x te n s io n (M o d e I)

B . S h e a r (M o d e II)

C . S h e a r (M o d e III)

Gambar II.1 Jenis rekahan pada batuan (Twiss dan Moore, 1992)

Dalam batuan yang hampir tidak mempunyai permeabilitas matriks, rekahan


mode 1 dapat mengalirkan fluida sampai batas tertentu. Namun, rekahan mode 2
dan 3 dapat mengalirkan fluida lebih baik dari pada rekahan mode 1 (zoback,
2007). Pergerakan geser (shearing) dapat menyebabkan breksiasi disepanjang
permukaan sesar. Breksiasi mempertahankan permeabilitas pada zona sesar
walaupun tegasan normal bekerja di bawah permukaan bumi.
Nelson (2001) menyatakan, reservoar rekahan adalah diskontinuitas planar
makroskopis yang terjadi secara alami akibat dari deformasi atau diagenesis fisik.
Terdapat 3 jenis rekahan berdasarkan arah dari 3 tegasan utamanya (principal
stress) yaitu rekahan shear, extensional, dan tension.
Rekahan shear mempunyai pergerakan paralel terhadap bidangnya. Dimana
berada pada sudut lancip dan
terbentuk paralel terhadap

berada pada sudut tumpulnya. Rekahan geser

Rekahan ekstensional mempunyai pergerakan tegak lurus terhadap bidangnya.


Posisi dari

dan

paralel dan

tegak lurus terhadap bidangnya.

Rekahan tension mempunyai pergerakan tegak lurus terhadap bidangnya namun


perbedaan dengan rekahan ekstensional adalah

pada rekahan tension dalam

kondisi tensile. Mekanisme rekahan dan principal stress dapat dilihat pada
Gambar II.2.

Gambar II.2 Hubungan rekahan dan tegasan (Nelson, 2001)

Dalam log gambar rekahan terdiri dari rekahan alami dan rekahan akibat
pemboran. Analisis Rekahan alami dan rekahan akibat pemboran dilakukan
berdasarkan kenampakan warna pada log gambar. Warna tersebut menunjukan
nilai resistivitas pada dinding bor.
II.1.1 Rekahan Alami
Rekahan alami dalam log gambar terdiri dari rekahan konduktif, rekahan parsial
dan rekahan resistif. Dalam log gambar rekahan alami ini terlihat dalam bentuk
sinusoidal.
Rekahan konduktif akan memiliki resistivitas yang rendah karena rekahan tersebut
terisi dengan lumpur pemboran yang bersifat konduktif. Dalam log gambar,
rekahan konduktif ditunjukan oleh warna gelap dengan bentuk sinusoidal penuh.
Rekahan parsial hanya berbentuk sinusoidal sebagian dikarenakan hanya sebagian

yang terisi lumpur pemboran. Rekahan resisitif akan memiliki resistivitas yang
tinggi dikarenakan rekahan tersebut terisi oleh mineral, sedangkan sekeliling
dinding formasi memiliki nilai resistivitas yang rendah. Rekahan resistif ini akan
ditunjukan oleh warna putih dengan bentuk sinusoidal penuh.
II.1.2 Rekahan Akibat Pemboran
Rekahan akibat pemboran terbentuk karena konsentrasi tegasan pada sumur bor
melebihi kekuatan batuan akibat adanya aktivitas pemboran. Rekahan akibat
pemboran memiliki kenampakan vertikal pada log gambar sehingga hanya
memberikan informasi azimut. Terdapat 2 jenis rekahan akibat pemboran yaitu
breakout dan rekahan induced tensile.
II.2 Tekanan Pori
Pada umumnya nilai tekanan pori didapat dari uji pemboran berupa DST, RFT,
dan uji alir pada sumur. Selain itu, nilai tekanan pori dapat ditentukan dari berat
lumpur pemboran. Dengan ketentuan berat lumpur pemboran harus selalu
seimbang dengan tekanan formasi.
Pada laporan ini nilai tekanan pori didapat dari persamaan Eaton ( 1975)

II.3 Tegasan Vertikal (Sv)


Tegasan vertikal ini dikenal juga sebagai tegasan overburden. Besaran
tegasan vertikal adalah ekuivalen dengan integrasi densitas batuan dari permukaan
bumi sampai di kedalaman yang diinginkan (z). Dengan kata lain tegasan verikal
adalah fungsi kedalaman dari densitas dan percepatan gravitasi (persamaan (1)).

Dmana Sv adalah tegasan vertikal,

adalah denstias batuan, g adalah

percepatan gravitasi dan z adalah kedalaman.


z=TD

S v=

. g . dz ,(1)

z=0

II.4 Tegasan Horizontal Maksimum (SHmax) dan Tegasan Horizontal


Minimum (SHmin)
Nilai dari tekanan horisontal minimum (Shmin) didapat dari tes rekahan
hidrolik. Namun rekahan hidrolik biasanya terjadi selama dilakukannya leak-off
test (LOT) dan extended leak-off test (xLOT), hasil dari tes ini dapat digunakan
sebagai nilai dari tekanan horisontal minimum (Shmin).
Dari kurva skematik xLOT (Error: Reference source not found), tegasan
minimum didapat dari nilai LOP yaitu pada tekanan terbentuknya rekahan
hidrolik. Terkadang dalam tes, nilai LOP, FPP, dan ISIP kurang lebih memiliki
nilai yang hampir sama dan merupakan nilai tegasan terkecil (Shmin).
II.5 Kekuatan Batuan dan Koefisien Friksi
Kekuatan batuan didefinisikan sebagai level tegasan puncak yang dicapai
selama percobaan deformasi yaitu setelah sampel batuan dikatakan strain soften,
dengan kata lain batuan melemah berlanjut sampai terdeformasi (Zoback, 2007).
Kegagalan batuan terjadi ketika tegasan yang bekerja pada batuan melebihi
kekuatan batuan. Kegagalan batuan dapat terjadi pada kondisi kompresi, tensil,
dan shear.
Pengujian kekuatas batuan dilakukan dengan Uniaxial compression test
(UCS) danTriaxial compression test (TCS). Proses pengujian UCS dilakukan
dengan menekan batuan dengan satu arah (1 > 2 = 3 = 0) sampai inti batuan
runtuh. Nilai kekuatan batuan runtuh tersebut merupakan nilai kekuatan batuan
(C0). (Pada uji TCS yang dilakukan adalah dengan menekan batuan dari tiga arah
yang saling tegak lurus (1 > 2 = 3 0). Pengujian dilakukan berkali-kali
dengan nilai tegasan terkecil (3) yang berbeda-beda (Gambar )

Gambar II.3 Simplifikasi mohr failure envelope dari pengujian UCS dan TCS
untuk menentukan nilai C0 dan S0 dan

berdasarkan nilai 1 dan 3 (Zoback,

2007).

Banyak metoda dan teknologi yang digunakan untuk melakukan analisis


geomekanika ini, mulai dari yang sederhana sampai yang cukup komplex.
Kedudukan stress dalam reservoir hidrokarbon didefinisikan sebagai stress
vertikal (Sv) dan dua stress horizontal yang saling tegak lurus (S Hmax dan SHmin).
Magnitude dari vertikal stress dapat dengan mudah ditentukan dari berat batuan
yang menindih diatas, atau dari integrasi log density atau dari hubungan empiris
density-depth. Dan lebih sulit menentukan magnitude dan orientasi dari stress
maksimum horizontal. Sebuah pendekatan komprehensif geomekanika dalam
modelling deformasi batuan berdasarkan pada observasi detail dari failure sumur
pemboran yang memberikan kesempatan untuk mendeterminasi magnitude stress
horizontal (SHmax).

Gambar II.4 Parameter yang digunakan dalam analisis in situ stress

II.6 Perangkat yang Digunakan


Perngkat yang digunakan untuk menginterpretasi image log adalah
perangkat lunak Geolog 6.7. setelah itu melakukan interpretasi picking yang dapat
dikenali pada data image log yaitu perlapisan batuan, dan rekahan serta
mengelompokkan tipe rakahan tersebut. Kemudian data rekahan hasil tahapan
intepretasi bukan merupakan dip sebenarnya atau masih dipengaruhi sudut
penetrasi sumur terhadap garis vertikal, oleh karena itu harus dilakukan konfersi
ke dip sebenarnya sebelum ketahap berikutnya. Tahap yang terakhir adalah
meliputi pembuatan stereonet dan diagram rose serta intepretasi geologi rekahan
yang terdapat pada batuan dengan menggunakan program dips.
Borehole image log dapat digunakan untuk menganalisa fitur-fitur geologi yang
terekam dari gambaran lubang pengeboran yang dihasilkan dari perbedaan sifat
konduktifitas batuan. Log ini dapat digunakan untuk mengetahui sedimentologi
dan stratigrafi formasi juga untuk mengetahui geomekanika dari batuan serta
menganalisa rekahan yang terdapat pada batuan sebagai akibat dari perbedaan
sifat konduktifitas dari batuan. fitur geologi yang dapat dikenali pada image log
adalah :

Rekahan terbuka ( conductive fracture): pada penampang log terlihat


berwarna relative gelap (konduktif) dikarenakan pengisian rekahan oleh
lumpur pengeboran yang bersifat relative lebih konduktif disbanding
formasi batuan

Gambar II.5 Contoh image conductive fracture yang dianalisis menggunakan


softwere Geolog 6.7 dan perbandingan dengan contoh samplenya.

Rekahan tertutup ( resistive fracture) : pada penampang log dicirikan


dengan warna yang relative lebih terang dikarenakan pengisian rekahan
oleh mineral lain yan bersifat lebih resistive disbanding formasi batuan

Gambar II.6 Contoh image resistive fracture yang dianalisis menggunakan


softwere Geolog 6.7 dan perbandingan dengan contoh samplenya.

Rekahan terisi sebagian ( partially healed fracture) : sebagian dari


rekahan terisi oleh mineral.

Gambar II.7 Contoh image partial fracture yang dianalisis menggunakan softwere
Geolog 6.7 dan perbandingan dengan contoh samplenya.

Bidang perlapisan

Hadir sebagai perbedaan resistivitas antar lapisan, dapat dikenali dari


perubahan warna dari lapisan batuan, biasanya memiliki arah jurus dan
sudut perlapisan yang relative konstan atau berubah secara konstan

Gambar II.8 Contoh image bidang perlapisan yang dianalisis menggunakan


softwere Geolog 6.7 dan perbandingan dengan contoh samplenya.

Drilling induced fracture


Terbentuk sebagai manifestasi dari aktifitas pengeboran, pada penampang
log terlihat sebagai rekahan dengan sudut yang relative vertical.

Gambar II.9 Contoh image induced fracture yang dianalisis menggunakan


softwere Geolog 6.7 dan perbandingan dengan contoh samplenya.

BAB III
DATA DAN ANALISIS

III. 1 Data
Data yang digunakan dalam analisa kondisi stress di sumur Well B ( Well
4) adalah sebagai berikut:
a. Data well log untuk well B
b. FMI untuk well - 4
c. LOT

Data well log digunakan untuk menghitung tegasan vertical (overburden


stress) dengan menggunakan data RHOB dan kedalaman (depth) dan juga
digunakan untuk menghitung tekanan hidrostatik. Data LOT digunakan untuk
menghitung tegasan horizontal minimum. Sementara itu, untuk menghitung
tekanan pori digunakan data sonic log (DT) dengan menggunakan persamaan
eaton(1975). Yang terakhir, untuk menghitung (mengestimasi) nilai tegasan
horizontal maksimum (SHmax) maka digunakan koefisien friksi 0.6 dan nilai
UCS untuk karbonat 32000 Psi.
III. 2 Analisis Data
Tahapan tahapan yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai
berikut,
Start

Well Log

Overburden
stress,
Hydrostatic ,
Pore

FMI

Picking
fracture,
bedding

Estimation
SHmax

3D Mohr
Diagram

LOT

Calculate
SHmin

Co dan
koefisien friksi

Kurva Tekanan (Sv,


SHMax, SHmin, Pp) vs
Depth

Anda mungkin juga menyukai