Anda di halaman 1dari 67

DISTRIBUSI TEGANGAN DI SEKITAR

TEROWONGAN
Pendahuluan
• Massa batuan pada lokasi yang dalam akan mengalami
tegangan in situ yang dihasilkan oleh:
• berat tanah/batuan yang ada di atasnya (gravitational
stress),
• tegangan akibat peristiwa tektonik (tectonic stress),
• tegangan sisa (residual stress).
Pendahuluan
• Jika sebuah lubang bukaan bawah tanah dibuat pada
massa batuan ini:
• kondisi tegangan secara lokal akan berubah,
• kondisi tegangan baru akan dialami oleh massa batuan
di sekitar lubang bukaan tersebut.
Pendahuluan
• Pemahaman mengenai besar dan arah tegangan in situ
dan tegangan terinduksi ini merupakan bagian penting
dalam perancangan lubang bukaan bawah tanah.
• Dalam banyak kasus, tegangan terinduksi ini akan
melampaui kekuatan massa batuan dan menyebabkan
ketidakmantapan lubang bukaan bawah tanah.
Tegangan Induced
Sebelum penggalian dilakukan, massa batuan berada dalam kondisi
setimbang, dan setelah penggalian dilakukan, kesetimbangan tersebut
menjadi terganggu dan dapat mengubah distribusi tegangan awal. Untuk
mengetahui distribusi tegangan di sekitar terowongan dapat digunakan
persamaan Kirsch (1898).
Tegangan Awal - 3 Macam

• Tegangan gravitasi (gravitational stress) yang terjadi karena berat


dari tanah atau batuan yang berada di atasnya (overburden).
• Tegangan tektonik (tectonic stress) terjadi akibat geseran-geseran
pada kulit bumi yang terjadi pada waktu yang lampau maupun
saat ini, seperti pada saat terjadi sesar dan lain-lain.
• Tegangan sisa (residual stress) adalah tegangan yang masih
tersisa, walaupun penyebab tegangan tersebut sudah hilang yang
berupa panas ataupun pembengkakan pada kulit bumi.
Tegangan Insitu

• Penyelesaian masalah kestabilan terowongan yang biasa


dilakukan adalah berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dan
dengan melakukan perhitungan secara teoritis.
• Secara teoritis tegangan vertikal pada kedalaman tertentu (z
meter) adalah sama dengan berat per satuan luas dari batuan
yang ada di atasnya, yang dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut.

• σ=ρgz
• ρ = bobot isi batuan (ton/m3)
• g = percepatan gravitasi (m/det2)
Tegangan Insitu

• Pendekatan ini secara umum dapat digunakan.


• Pengukuran tegangan insitu di beberapa lokasi baik tambang
maupun sipil (Hoek & Brown, 1980) menunjukkan bahwa besar
tegangan vertikal dapat didekati dengan persamaan.
• Pendekatan teoritis untuk tegangan horisontal lebih sulit dilakukan
daripada tegangan vertikal, namun tegangan horisontal pada
beberapa kondisi dapat dinyatakan berikut

• σH = σv k = k . g . z
• g = ρ.g
• k = perbandingan antara tegangan horisontal terhadap tegangan
vertikal.
Tegangan Insitu

• Terzaghi dan Richart (1952) menyatakan bahwa untuk beban


gravitasi di mana tidak terjadi regangan dalam arah lateral, nilai k
tidak bergantung pada kedalaman tetapi dinyatakan sebagai k =
ν/(1-ν), dengan ν = nisbah Poisson massa batuan.
• Dengan menggunakan pendekatan ini nilai tegangan horisontal
yang diperoleh akan selalu lebih kecil daripada tegangan vertikal.
• Banyak pengukuran tegangan insitu menunjukkan bahwa nilai
tegangan horisontal tidak selalu lebih kecil dari tegangan
vertikalnya.
• Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan ini terbukti tidak
valid lagi.
Tegangan Insitu
Macam Tegangan Insitu

Herget (1988) menyatakan bahwa menurut asal mulanya


tegangan dalam batuan dibagi menjadi 2, yaitu
• tegangan alamiah (natural stresses) dan
• tegangan terganggu (induced stresses) .
Tegangan In Situ Vertikal
• Perhatikan sebuah elemen batuan pada kedalaman
1000 m di bawah permukaan.
• Berat dari kolom vertikal batuan yang membebani
elemen ini merupakan hasil perkalian antara:
• kedalaman, dan
• berat satuan massa batuan di atasnya (umumnya
diasumsikan sekitar 2.7 t/m3 ~ 0.027MN/m3).
• Jadi, tegangan in situ vertikal yang dialami oleh elemen
adalah 2700 t/m2 atau 27 MPa.
Tegangan In Situ Vertikal
• Tegangan ini dapat diperkirakan dari hubungan
sederhana:
σv = γ. z ~ 0.027 z
• σv = tegangan in situ vertikal
• γ = berat satuan massa batuan di atas elemen
• z = kedalam dari permukaan
• Pengukuran tegangan in situ vertikal di sejumlah
tambang dan konstruksi sipil menunjukkan bahwa
hubungan ini cukup valid, meskipun terdapat
penyebaran data yang cukup besar.
Tegangan In Situ Vertikal
Tegangan In Situ Horisontal
• Tegangan in situ horisontal jauh lebih sulit untuk
diperkirakan dibandingkan dengan tegangan in situ
vertikal.
• Biasanya, rasio tegangan in situ horisontal terhadap
tegangan in situ vertikal dinyatakan dengan k, sehingga:
σh = k.σv
Tegangan In Situ Horisontal
• Terzaghi and Richart (1952) mengusulkan bahwa:

ν = Poisson’s ratio
Hubungan ini sempat dipakai secara luas, tetapi telah
dibuktikan tidak akurat, sehingga jarang dipakai lagi
sekarang.
Tegangan In Situ Horisontal
• Pengukuran tegangan in situ horisontal pada beberapa
tambang dan proyek sipil di seluruh dunia (Brown and
Hoek, 1978; Herget, 1988) menunjukkan bahwa:

k cenderung tinggi pada kedalaman dangkal,


dan menurun dengan bertambahnya
kedalaman.
Tegangan In Situ Horisontal
• Sheorey (1994) mengusulkan persamaan:

• Eh = Modulus deformasi bagian atas dari kulit bumi


yang diukur pada arah horisontal dalam GPa
• z= kedalaman dalam m
Tegangan In Situ Horisontal
Distribusi Tegangan Sebelum Dibuat
Terowongan

• Dibuatnya sebuah atau beberapa terowongan di bawah tanah


akan mengakibatkan perubahan distribusi tegangan (stress
distribution) di bawah tanah, terutama di dekat
terowongan-terowongan tersebut.
• Sebelum terowongan dibuat, pada titik-titik di dalam massa
batuan bekerja tegangan mula-mula (initial stress).
• Tegangan mula-mula ini sukar diketahui secara tepat), baik
besarnya maupun arahnya.
• Baru sekitar 20 tahun yang lalu dengan cara pengukuran tegangan
in-situ dapat diketahui lebih banyak mengenai tegangan
mula-mula ini.
Tegangan Alamiah
Tegangan alamiah merupakan tegangan dalam massa batuan sebelum penggalian
dilakukan. Tegangan alamiah dapat terdiri dari beberapa macam seperti tegangan
gravitasi, tegangan tektonik, tegangan sisa dan tegangan termal.

Tegangan gravitasi
▪ Tegangan gravitasi terjadi karena beban batuan yang ada di atasnya dan komponen
vertikal dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan (II.6). Sedangkan komponen
horisontal, jika material diasumsikan elastik dan tidak ada pergerakan secara horisontal,
maka komponen ini dapat dihitung dengan persamaan (II.7)
Tegangan tektonik
▪ Pergerakan dalam kerak bumi terjadi secara kontinyu, seperti peristiwa seismik,
pergerakan lempeng dan pergerakan karena perbedaan panas antara inti bumi dan kerak.
Tegangan tektonik sangat sulit diperkirakan baik besar maupun arahnya, hanya pada
umumnya lebih besar daripada tegangan vertikalnya.
Tegangan sisa
▪ Tegangan yang masih ada di dalam batuan meskipun penyebab tegangan tersebut sudah
tidak ada. Sebagai contoh, pada Gambar II.5.a. menggambarkan kondisi tegangan pada
saat bidang lemah belum bergerak. Sedangkan Gambar II.5.b. menyatakan kondisi
tegangan sisa setelah terjadi proses pergerakan bidang lemah tersebut.
Tegangan termal
▪ Tegangan termal terjadi karena pemanasan atau pendinginan batuan dan terjadi di dekat
permukaan yang terkena panas matahari atau sebagai hasil pemanasan bagian dalam
bumi karena bahan-bahan radioaktif atau proses geologi lainnya.
Tegangan Induced

• Tegangan induced terjadi karena aktivitas penggalian dan menjadi


perhatian utama dalam rancangan penggalian bawah tanah.
• Distribusi tegangan di dinding terowongan berbeda dari tegangan
sebelum batuan digali.
• Jika suatu penggalian dilakukan, batuan yang tidak tergali
menerima beban lebih besar daripada saat sebelum digali karena
bagian yang harus menerima beban tersebut telah hilang.
Tegangan Induced
Sebelum penggalian dilakukan, massa batuan berada dalam kondisi
setimbang, dan setelah penggalian dilakukan, kesetimbangan tersebut
menjadi terganggu dan dapat mengubah distribusi tegangan awal. Untuk
mengetahui distribusi tegangan di sekitar terowongan dapat digunakan
persamaan Kirsch (1898).
Tegangan Tangensial & Radial
σθ
σr

τrθ

r
σθ

θ θ
R

σθ
Persamaan Kirsch
Keterangan

• σr = Tegangan radial
• σθ = Tegangan tangensial
• σrθ = Tegangan geser
• σV = Tegangan vertikal
• σH = Tegangan horizontal
• θ = Sudut yang dibentuk ke titik pengamatan searah perputaran
jarum jam
• R = Jari-jari lubang bukaan
• r = Jarak dari pusat lubang bukaan ke titik pengamatan

Perhitungan tersebut mengunakan beberapa asumsi seperti; penampang


lubang bukaan adalah sebuah lingkaran dengan jari-jari R, lubang bukaan
mempunyai arah horisontal, lubang bukaan terletak pada kedalaman H >> R
(H > 20R) dan lubang bukaan sangat panjang sehingga dapat digunakan
hipotesa regangan bidang (plane strain).
Near & Far Field Zone

• Berdasarkan pengaruh lubang bukaan, kondisi tegangan dapat


dibedakan dalam dua daerah, yaitu near field zone dan far field zone.
• Dari persamaan Kirsch (1898), dapat diketahui bahwa untuk k = 1 near
field zone terjadi pada daerah dengan jarak hingga 5 R, sedangkan far
field zone terjadi di daerah yang berjarak lebih besar daripada 5 R
• Dapat dikatakan bahwa tegangan yang terjadi pada near field zone
merupakan tegangan induced, dan tegangan yang terjadi pada far field
zone merupakan tegangan asli.
Near & Far Field Zone

2
σ/σο

σθ/σ0

σr/σ0

r/R
1 2 3 4 5
Tegangan Gravitasi

• Jika tegangan tektonik dan tegangan sisa tidak ada atau dapat
diabaikan karena kecilnya pada suatu daerah yang akan dibuat
terowongan maka tegangan mula-mula hanya berupa tegangan
gravitasi yang dapat dihitung secara teoritis sebagai berat persatuan
luas dari tanah/batu yang terdapat di atasnya,

• σo = gH

• σo = tegangan mula-mula
• g = bobot isi tanah/batu di atasnya
• H = jarak dari permukaan tanah
Distribusi Tegangan Di Sekitar Terowongan
Untuk Keadaan Ideal
• Untuk memudahkan perhitungan distribusi tegangan disekitar terowongan
maka digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
• Geometri dari terowongan
✔ Penampang terowongan merupakan sebuah lingkaran dengan jari- jari R.
✔ Terowongan berada pada bidang horisontal.
✔ Terowongan terletak pada kedalaman H >> R (H > 20 R).
✔ Terowongan sangat panjang, sehingga dapat digunakan hipotesa regangan bidang
(plane strain).
• Keadaan batuan.
✔ Kontinu.
✔ Homogen.
✔ Isotrop.
• Keadaan tegangan mula-mula (initial stress) hidrostatik.
✔ σo = gH
✔ Symmetrical revolution di sekeliling 0z
Hasil Uji Tegangan Insitu-1
Location Rock Type Depth (m) σv (MPa) Ref.
AUSTRALIA
1 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chi oritic slate 360 16.6 1.46 78
2 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 360 8.0 1.30 78
3 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 540 15.2 1.70 78
4 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 330 10.0 1.40 78
5 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 455 11.0 1.90 78
6 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 245 8.4 2.10 78
7 CSA mine, Cobar, NSW Siltstone, chloritic slate 633 13.7 2.00 78
8 NBHC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 1022 6.2 1.66 78
9 NBHC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 668 13.8 1.17 78
10 NBHC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 668 4.8 2.73 78
11 NBHC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 570 15.9 1.32 78
12 ZC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 818 20.0 1.07 78
13 ZC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 818 26.9 1.17 78
14 ZC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 915 13.1 1.29 78
0.97
15 ZC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 915 21.4 78
.
Hasil Uji Tegangan Insitu-2
Location Rock Type Depth (m) σv (MPa) Ref.
AUSTRALIA
16 ZC mine, Broken Hill, NSW Sillimanite gneiss 766 9.7 1.85 78
17 ZC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 570 14.7 1.43 78
18 ZC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 570 12.7 2.09 78
19 ZC mine, Broken Hill, NSW Garnet quartzite 818 12.3 2.10 78
20 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 670 13.0 2.40 78
21 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1277 19.2 1.60 78
22 NBNC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1140 6.9 2.40 78
23 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1094 25.5 0.82 78
24 NBHC mine, Broken Hill, NSW Rhodonite 1094 15.9 1.81 78
25 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1094 18.6 1.62 78
26 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1094 26.9 1.34 7S
27 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1140 29.7 1.43 78
28 NBHC mine, Broken Hill, NSW Gneiss and quartzite 1423 24.2 1.51 7E
29 Mount Isa Mine, Queensiand Silica dolomite 664 19.0 0.83 78
30 Mount Isa Mine, Queensiand Silica dolomite 1089 16.5 1.28 78
Hasil Uji Tegangan Insitu-3

Depth σv Ref
Location Rock Type
(m) (MPa) .
AUSTRALIA
78,
31 Mount Isa Nine, Queensland Dolomite and shale 1025 28.5 0.87
79
32 Mount Isa Nine, Queensland Shale- 970 25.4 0.85 78
Warreeo mine, Tennant
33 Magnetite 245 7.0 2.40 78
Creek, NT
Warrego mine, Tennant
34 Chloritic slate, quartz 245 6.8 1.80 78
Creek, NT
Warrego mine, Tennant
35 Magnetite 322 11.5 1.30 78
Creek, NT
36 Kanmantoo`, SA Black garnet-mica schist 58 2.5 3.34 78
37 Mount Charlotte mine, WA Oolerite 92 11.2 1.45 78
38 mount Charlotte mine, WA Greenstone 152 10.4 1.42 78
39 Mount Charlotte mine, WA Greenstone 152 7-9 1.43 78
40 Ourkin mine, Kambalda, WA Serpentine 87 7.4 2.20 78
Hasil Uji Tegangan Insitu-4
Depth σv
Location Rock Type Ref.
(m) (MPa)
AUSTRALIA
Dolphin Mine, King Is., 1.8
41 Marble and skarn 75 1.8 78
Tasmania 0
Poatina hydro. project, 1.7
42 Nudstone 160 8.5 78,80
Tasmania 0
Cethana hydro. project, Quartzite 1.3
43 90 14.0 78
Tasmania conglomerate 5
Gordon River hydro. 2.1
44 Quartzite 200 11.0 78
project, Tas. 0
2.9
45 Mount Lyell mine, Tasmania Quartzite schist 105 11.3 78
5
Windy Creek, Snowy Mts., 1.0
46 Diorite 300 12.4 78
NSW 7
Tumut 1 power stn., Snowy 1.2
47 Granite and gneiss 335 11.0 78
Mts., NSW 0
Tumut 2 power stn., Snowy 1.2
48 Granite and gneiss 215 18.4 78
Mts., NSW 0
Eucumbene Tunnel, Snowy 2.6
49 Granite 365 9.5 78
Mts., NSW 0
Hasil Uji Tegangan Insitu-5
Location Rock Type Depth (m) σv (MPa) Ref.
AUSTRALIA
G. W. NacLeod Nine, Wawa,
50 Siderite 370 16.1 1.29 81
Ontario
G.W. NacLeod Nine, Wawa,
51 Tuff 370 15.1 2.54 81
Ontario
G.W. MacLeod Nine, Wawa,
52 Tuff 575 21.5 1•23 81
Ontario
G.W. Nacleod Mine, Wawa,
53 Tuff 575 14.6 1.25 81
Ontario
G.W. NacLeod Nine, Wawa,
54 Meta-diorite 480 18.7 1.54 81
Ontario
G.W. NacLeod Nine, Wawa,
SS Chert 575 26.6 1.52 81
Ontario
56 Wawa, Ontario Granite 345 20.0 2.50 82
57 Elliot Lake, Ontario Sandstone 310 (11.0)* 2.56 83
58 Elliot Lake, Ontario Quartzite 705 (17.2) 1.70 83
59 Elliot Lake, Ontario Diabase dyke 400 17.2 1.90 84
Peta Tegangan
Peta Tegangan
• Anak panah tebal berarah ke dalam menunjukkan
orientasi σhmax pada daerah thrust faulting
(σhmax>σhmin> σv).
• Anak panah tebal berarah ke luar menunjukkan
orientasi σhmin pada daerah normal faulting (σv>σhmax>
σhmin).
• Anak panah tebal berarah ke dalam menunjukkan
σhmax bersama dengan anak tipis berarah ke luar
menunjukkan σhmin, terletak pada lokasi strike-slip
faulting (σhmax>σv> σhmin).
Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan
Keadaan Paling Sederhana

• Geometri terowongan
• Penampang lingkaran, jari-jari R.
• Terowongan horisontal.
• Kedalaman, H > 20R.
• Massa batuan
• Kontinu.
• Homogen.
• Isotrop.
• Tegangan awal hidrostatik:
• σv = σh = σ0
Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan
Keadaan Paling Sederhana

σ0

R
σ0
Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan
Keadaan Paling Sederhana
Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan
Keadaan Umum (Kirsch, 1898)

R
Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan
Keadaan Umum (Kirsch, 1898)
Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan
Keadaan Umum, k = 2
Daerah Plastis di Sekitar Terowongan
Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan
Penampang Tapal Kuda

σv
• σh = σv
• σθA = 2.2 σv
• σθB = 1.3 σv
A
• σh = 0.5 σv
σh • σθA = 0.6 σv
B B
• σθB = 1.8 σv
• σh = 0.33 σv
• σθA = 0.1 σv
• σθB = 1.9 σv
Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan
Penampang Bujursangkar

σv
• σh = σv
• σθA = 1.1 σv
• σθB = 1.1 σv
A
• σh = 0.5 σv
σh • σθA = 0.1 σv
B B
• σθB = 1.6 σv
• σh = 0.33 σv
• σθA = -0.3 σv
• σθB = 1.8 σv
Distribusi Tegangan di Sekitar Terowongan
Penampang Elips
Metodologi Perancangan Lubang Bukaan
pada Batuan Masif Elastik

Kembangkan rancangan
untuk memenuhi
duty requirements

Hitung tegangan pada


batas galian

σθθ < σc atau σθθ > σc atau


σθθ > - σT σθθ < -σT
Metodologi Perancangan Lubang Bukaan
pada Batuan Masif Elastik (Lanjutan)

Periksa peranan
bid. diskontinu
mayor

Tidak ada slip Slip dan/atau


separation
Tidak ada separation

Terima Terima rancangan dan


rancangan tentukan penyangga
ATAU
Modifikasi rancangan dan
analisis ulang
Metodologi Perancangan Lubang Bukaan
pada Batuan Masif Elastik (Lanjutan)

Modifikasi rancangan untuk membatasi


failure pada batas galian

Tentukan tegangan pada


titik-titik interior

Tentukan perluasan daerah failure potensial


dan nilai kepentingan pertambangan

Daerah failure Daerah failure tak


dapat diterima dapat diterima

Rancang Modifikasi rancangan


sistem penyangga untuk mereduksi daerah failure
Daerah Pengaruh Lubang Bukaan
Daerah Pengaruh Lubang Bukaan (Lanjutan)
Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi Tegangan Elastis:
Kasus 1
Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi Tegangan Elastis:
Kasus 1 (Lanjutan)

• Dengan menggunakan Persamaan Kirsch untuk θ=0


diperoleh bahwa σrθ=0 untuk semua r, jadi σrr dan σθθ
adalah tegangan principal.
• Tegangan geser pada bidang lemah adalah nol dan
tidak ada kecenderungan terjadinya slip.
• Bidang lemah tidak mempengaruhi distribusi tegangan
elastik
Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi Tegangan Elastis:
Kasus 2
Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi Tegangan Elastis:
Kasus 2 (Lanjutan)

• Persamaan Kirsch dengan θ=90 → tidak terjadi


tegangan geser pada bidang lemah.
• Kemungkinan pemisahan pada bidang lemah terjadi
jika tegangan tarik terdapat pada atap (K < 1/3) →
de-stress zone di atap (dan dinding) dengan tinggi, :
Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi Tegangan Elastis:
Kasus 3
Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi Tegangan Elastis:
Kasus 3 (Lanjutan)

• Tegangan normal dan tegangan geser pada bidang


lemah:

• Kondisi batas terjadinya pergeseran:


θ=φ
Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi Tegangan Elastis:
Kasus 4
Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi Tegangan Elastis:
Kasus 4 (Lanjutan)

• σv = p, σh = 0.5p

• τ/σn maksimum terjadi pada r/R = 0.357, yang sesuai


dengan φ = 19.60
Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi Tegangan Elastis:
Kasus 5
Pengaruh Bidang Lemah pada Distribusi Tegangan Elastis:
Kasus 5 (Lanjutan)

• σv = p, σh = p

• Pergeseran terjadi jika φ < 240


Distribusi Tegangan
di Sekitar Stope
Distribusi Tegangan
di Sekitar Stope
Distribusi Tegangan di
Production Level
Distribusi Tegangan di
Production Level

Anda mungkin juga menyukai