Anda di halaman 1dari 28

Webinar

Potensi overbreak dalam peledakan


lubang akses bawah tanah pada
massa batuan terkekarkan
(Potential for overbreak in blasting of underground access
in the fractured rock mass)

Awang Suwandhi

BALAI DIKLAT TAMBANG BAWAH TANAH


SAWAH LUNTO
25 September 2020
TOPIK BAHASAN

• Overbreak & • Approach: BDI;


• Model Blast
Blast damage H-P model;
Damage Index
• Jointed rock Orientations of
• Orientations of
• Factor to rock discontinuities
discontinuities
damage • Implemented
• Model Holmberg-
• Blast damage to u/g access at
Persson
criteria Pongkor
I. REVIEW TEORITIK
APAKAH OVERBREAK DAN BATUAN TERKEKARKAN?

Overbreak: increase in volume of the


actual profile of tunnel over the
designed profile of each blasting
round. (S. Paul Singh, 2005)
Overbreak measurement: The depth Rencana penggalian
of overbreak beyond the designed
Hasil penggalian
profile was determined by post-
blasting survey.
The Extent of Damage is calculated
to be the distance from the designed
Overbreak
profile outward into the intact rock. Blast damage
(1500 mm/s)
Massa batuan terkekarkan (jointed rock mass): massa batuan
heterogen dengan banyak rekahan alami yang berukuran
mikroskopis hingga makroskopis termasuk didalamnya patahan
continental
Dari sudut pandang geoteknik, massa batuan diidentifikasi terutama
berdasarkan jurus dan kemiringannya (strike and dips)
DAMPAK KERUSAKAN MASSA BATUAN AKIBAT PELEDAKAN
TAMBANG
‒ Kontaminasi bijih
‒ Masalah kontrol massa batuan
‒ Fragmentasi buruk
‒ Larangan masuk ke lokasi batuan
yang runtuh untuk operasi
pengeboran dan peledakan
‒ Pengurangan strength dan
modulus elastisitas batuan
‒ Pengurangan bentangan tanpa penyanggaan (span) maksimum
dan waktu tidak runtuh tanpa pengangga (stand up time)
‒ Kerusakan mengakibatkan ikatan inherent bidang lemah lepas
‒ Peningkatan biaya instalasi dan perawatan sistem penyanggaan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERUSAKAN AKIBAT
PELEDAKAN

EXPLOSIVE
CHARACTERISTICS &
DISTRIBUTION
ROCK MASS
FEATURES
BLAST DESIGN &
EXECUTION

Keadaan massa batuan tidak dapat diubah tetapi dengan memahaminya dapat
memfasilitasi pemilihan karakteristik bahan peledak dan parameter desain ledakan
yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal
KRITERIA KERUSAKAN LUBANG AKSES AKIBAT PELEDAKAN
MENURUT BEBERAPA PENELITI
Peak Particle Velocity
Peneliti Kriteria
in/sec mm/sec
Bauer & Calder (1970) < 10 < 254 Tidak ada rekahan pada batuan utuh
10 - 25 254 - 635 Sedikit rekahan karena tarikan
25 - 100 635 - 2540 Timbul rekakan akibat tarikan yang besar dan rekahan radial
> 100 > 2540 Massa batuan hancur
Langefors & Kihlstrom 12 305 Runtuhan batuan di dinding terowongan yang tidak disemen
(1973) 24 610 Timbul formasi rekahan baru
Oriard (1982) 25 635 Kerusakan terjadi pada hampir semua jenis batuan
Yu & Crovall (1985) 10 250 Kerusakan mulai terlihat
Fadeev (1987) 120 Terjadi bukaan (rekahan) primer
480 Terjadi bukaan (rekahan) sekunder
Adhikari, et.al (1994) RMR = 60 RMR = 38
mm/sec mm/sec
< 153 < 52 Tidak ada kerusakan
153 - 217 52 - 195 Mulai ada rekahan
217 - 367 195 - 297 Jatuhnya batuan kecil yang tidak terikat
367 - 604 297 - 557 Timbul rekahan terinduksi
> 604 > 557 Kerusakan yang besar
Singh (2000) 50 - 400 Kerusakan kecil
200 - 700 Kerusakan medium (sedang)
600 - 2000 Kerusakan agak banyak
II. METODE ANALISIS

BLAST DAMAGE
INDEX (BDI)

PENDEKATAN HOLMBERG-
ANALISIS PERSSON (H-P)

ORIENTASI
DISKONTINUITAS
1) BLAST DAMAGE INDEX (BDI)
(Yu dan Vongpaisal, 1996)

Induksi tegangan Tarik PPV x ρ x Cp


BDI = =
Resistensi Kerusakan Kr x σtd

PPV = Vektor kecepatan partikel puncak, m/s


 = Densitas batuan, g/cc
Cp = Kecepatan gelombang kompresi batuan in-situ, km/s
= 0,97 x Pwaves-lab (hasil ultrasonic test)
RMR + %Indeks Q
Kr = Konstanta batuan maksimum 1 (satu) = 100
td = Kuat tarik dinamik massa batuan, MPa
= 4,1 x Brazillian test (uji kuat tarik statik tdk langsung)
Kriteria kerusakan berdasarkan BDI
BDI Kriteria Kerusakan Tipikal Kerusakan
≤0.125 Tidak ada kerusakan penggalian bawah tanah.
Nilai maksimum yang diijinkan untuk bukaan
permanen, misalnya ruang crusher, sumuran,
pertokoan, tempat penampungan bijih, rumah
pompa, dan sebagainya.

0.25 Kerusakan tidak terlihat jelas.


Nilai toleransi maksimum untuk tempat kerja
jangka panjang, misalnya sumuran akses, stasiun
tim penyelamat, ruang makan, stasiun, pertokoan,
lubang ventilasi, ore passes, dan sebagainya.

0.5 Ada sedikit retakan.


Nilai toleransi maksimum untuk tempat kerja
jangka menengah, misalnya main drifts, jalan
angkut utama, dan sebagainya.
BDI Kriteria Kerusakan Tipikal Kerusakan
0.75 Ada retakan diskontinu berjumlah sedang.
Nilai toleransi maksimum untuk tempat kerja
sementara, misalnya cross-cut, drill drifts,
lombong, dan sebagainya.

1.1 Ada banyak runtuhan menerus, memerlukan


rehabilitasi yang intensif.

1.5 Ada kerusakan disekeliling lubang bukaan,


menyebabkan sulit atau tidak mungkin
direhabilitasi.

≥2.0 Terjadi ambrukan, biasanya terdapat pada


lubang akses yang tidak dipakai lagi.
2) MODEL HOLMBERG-PERSSON (H-P)
Dirangkum oleh J. Silva, T. Worsey, B. Lusk, 2019

Lima langkah untuk menilai kerusakan batuan ledakan sbb:


(1) Tentukan sifat statis batuan UCS, Modulus Young (E) dan Pwave
(2) Tentukan sifat dinamis batuan, y.i. penambahan kekuatan akibat peledakan (η)
→ UCSdyna = η x UCSstatic (menurut Liu, η = 3)
(3) Tentukan batas kerusakan menggunakan sifat dinamik batuan
Vp
PPVmaks = 0.1 x UCS E ; Vp = Pwave

(4) Kembangkan nilai PPV sekitar satu lubang bor


dengan model H-P

KQα R β
PPV = β ; atau PPV = K (USBM, 1971)
R Q
(5) Bandingkan dengan PPV seturut tabel kriteria
kerusakan
3) ORIENTASI DISKONTINUITAS
Menggunakan model dari G.M.Simangunsong & S. Wahyudi,
2015

Model empirik persamaan PPV (khususnya di tambang batubara)


dgn memperhitungkan Nc (jumlah lapisan batubara) dan i
(incident angle atau sudut datang)

-n
D
PPV = K (1+cos θi +log Nc )
W

Sudut datang (i) antara 0° – 90° dan Nc minimum 1 layer


‒ Rekahan mempengaruhi peredaman
gelombang tegangan terinduksi.
‒ Redaman gelombang ditransmisikan
melalui rekahan tergantung pada
sudut datang () gelombang ke per-
PARADIGMA ORIENTASI mukaan rekahan.
DISKONTINUITAS
‒ Peredaman akan:
TERHADAP OVERBREAK
• Minimum, jika  sejajar atau
tegak lurus bidang permuka kerja
(face)
• Meningkat hingga maksimum,
jika  antara 15ᵒ -45ᵒ
(Lewandowski dkk., 1996).
Ilustrasi isometrik dan strereografik sudut datang
Side wall
Low wall Area High wall
peledakan Arah kemiringan
i : Sudut datang

Arah propagasi

Pemantau
getaran tanah

W E

S
III. HASIL ANALISIS
Penerapan analisis overbreak dan blast damage diterapkan
dengan memakai data dari lokasi penelitian di lubang akses
RU4C-L500 Tambang Emas Pongkor, PT. Antam, tahun 2015.
Panjang lubang akses RU4C-L500 adl 100 m, dimensi bukaan
direncanakan 4 m x 4 m semi-arch dibuat dari RD4C-L450
menuju badan bijih mendaki antara 5%-7%.

Data yang tersedia diantaranya:


- Sifat fisik dan mekanik batuan
- Hasil pengukuran garis-bentang (scanline)
- Hasil pengukuran getaran peledakan (39 titik)
- Percentase overbreak
671780 mE 671800 mE 671820 mE 671840 mE

Lubang akses RU4C-L500 terbagi dlm 3 segmen


31 Jan 2016
(80 m dari 0.0 m)

9261780 mN
25 Jan 2016
N
Ahir ukur getaran 0 5 10 m
peledakan 11 Jan 2016
S K A L A
Sta: 71.3 30 Des 2015

27 Nov 2015

berdasarkan arahnya

9261760 mN
4 Nov 2015
52 m dari 0.0 m
Awal ukur getaran
peledakan

5 Okt 2015
KE TERA NGAN: (40 m dari 0.0 m)
9261740 mN

Sta: 40.0

4m 17 Juni 2015
(30 m dari 0.0 m)

4m Sta: 30.0
Dimensi penampang
melintang
- Penguatan (split set);
Sta: 25.5
L=1.4 m, pola bujur
sangkar 1 m² dikombi- 13 Juni 2015
Pintu masuk
nasi dgn. wire mesh & Lubang akses
9261720 mN

spasi steel strap 2 m. RU 4C-L500


Koord:
- Lubang RU4C-L500 9261719 N
yang belum terbuka 671831 E

- Lubang RU4C-L500 Sta:10.5


Segmen-1 Sta.
yang terbuka 80 m
±0.0
- lubang utama Mulai dibuka
RD4C-L500 20 Mei 2015
- Sumbu terowongan
Nilai konstanta K dan β dari hasil pengukuran
getaran peledakan di 39 titik
1. HASIL BDI
Segmen Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3 Segmen 4 Segmen 5
Litologi Breksi Hidrotermal Breksi Hidrotermal Andesit Terubah Andesit Terubah Tuf Terubah
Panjang segmen 0 - 10,50 m 10,5 - 18,3 m 18,3 - 25,3 m 25,3 - 39,3 m 39,3 - 71,3 m
Gel. Ultrasonik (C p), Lab. Site Lab. Site Lab. Site Lab. Site Lab. Site
km/s 1) 4,69 4,55 4,69 4,55 4,66 4,52 4,66 4,52 4,65 4,51
Kuat tarik (t), Lab. Site Lab. Site Lab. Site Lab. Site Lab. Site
Mpa 2) 7,54 30,91 7,54 30,91 7,49 30,71 7,49 30,71 7,74 31,73
Densitas ( n), g/cc 3) 2,32 2,32 2,27 2,27 2,30
RMRterkoreksi 4) 69,47 70,73 63,00 58,00 58,57
Indeks-Q 5) 27,87 32,26 24,93 27,53 29,74
Konstanta Kr 6) 0,70 0,71 0,63 0,58 0,59

Jarak (m) 0,50 0,75 1,00 1,50 2,00 0,50 0,75 1,00 1,50 2,00 0,50 0,75 1,00 1,50 2,00
PPV (m/s) 5,57 2,90 1,82 0,95 0,60 5,57 2,90 1,82 0,95 0,60 5,57 2,90 1,82 0,95 0,60
 n (g/cc) 2,30 2,30 2,30 2,30 2,30 2,27 2,27 2,27 2,27 2,27 2,32 2,32 2,32 2,32 2,32
Cp (km/s) 4,51 4,51 4,51 4,51 4,51 4,52 4,52 4,52 4,52 4,52 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55
Kr 0,59 0,59 0,59 0,59 0,59 0,58 0,58 0,58 0,58 0,63 0,70 0,70 0,70 0,70 0,70
 td (Mpa) 31,73 31,73 31,73 31,73 31,73 30,71 30,71 30,71 30,71 30,71 30,91 30,91 30,91 30,91 30,91
BDI 3,11 1,62 1,02 0,53 0,33 3,21 1,67 1,05 0,55 0,32 2,72 1,41 0,89 0,46 0,29
Model getaran jarak dekat (near field
vibration model) dan BDI
2. HASIL ORIENTASI DISKONTINUITAS
671780 mE 671800 mE 671820 mE 671840 mE

Front peledakan N
maju

F
80 m 31 Jan 2016

9261780 mN
F 20 Jan 2016

0 5 10 m
R:5
(N074°E)
S K A L A
E
E
73 m 27 Nov 2015
Segmen-3
R:4
9261760 mN

(N233°E)

D
D

50 m

R:3
(N255°E)
9261740 mN

C
Segmen-2
C
38 m

B
A
KETERANGAN: R:2
9261720 mN

(N215°E)
• AA-BB: Breksi hidrotermal ±0.0 m
• BB-CC: Andesit terubah B 9261719 N
18 m 671831 E
• CC-DD: Tuf terubah
• DD-EE: Tuf terubah R:1
(N172°E) A
• EE-FF: Breksi andesitik

Segmen-1
Dip, Dip Direction dan Strike (jurus) umum bidang
diskontinuitas sepanjang lubang akses RU4C-L500

Dip : 74º
Dip Direction: N102ºE
Strike : N012ºE
Sudut datang (incident angle) pada setiap segmen
Persentase overbreak setiap segmen
L1 L2 DL1-L2 Vreal Vplan DV Sudut
Segmen %V/seg
(m²) (m²) (m) (m³) (m³) (%) datang (º)
25,00 18,49 3,00 65,24 48,00 35,91
1 44,11 15 - 48
18,49 30,25 3,50 85,30 56,00 52,31
30,25 30,25 3,00 90,75 48,00 89,06
2 30,25 21,16 4,00 102,82 64,00 60,66 65,18 8 - 31
21,16 25,50 3,50 81,66 56,00 45,81
25,50 19,36 6,00 134,58 96,00 40,19
19,36 26,00 8,00 181,44 128,00 41,75
26,00 19,36 10,00 226,80 160,00 41,75
3 31,12 60 - 87
19,36 19,80 12,00 234,96 192,00 22,38
19,80 19,36 10,00 195,80 160,00 22,38
19,36 18,49 12,00 227,10 192,00 18,28
Panjang total 75,00
Keterangan:
- L1 dan L2 , luas profil awal dan luas akhir
- DL1-L2 , jarak antara profil awal dan akhir
- V real dan V plan , volume aktual dan volume rencana,
L1 +L2
Vreal = DL1-L2 ; Vplan = 16 x DL1-L2
2
Vreal - Vplan
- Overbreak ,∆V = x 100
Vplan
- %V/seg , persentase overbreak per segmen
Persentase overbreak pada orientasi rekahan yang
berbeda (S. P. Singh & P. Xavier, 2005)
Prediksi PPV dengan mempertimbangkan 
(Ganda M. S. & S. Wahyudi, 2015)
D (m) = 80
Wd (kg) = 10
i , PPV pred i , PPV pred
(ᵒ) (mm/s) (ᵒ) (mm/s)
45 17,04 67 13,88
45 17,04 68 13,72
48 16,66 67 13,88
51 16,26 67 13,88
49 16,53 67 13,88
49 16,53 68 13,72
49 16,53 68 13,72
53 15,99 68 13,72
56 15,56 67 13,88
59 15,12 67 13,88
60 14,97 67 13,88
60 14,97 67 13,88
62 14,67 67 13,88
63 14,51 67 13,88
59 15,12 67 13,88
63 14,51 67 13,88
64 14,35 67 13,88
65 14,20 67 13,88
68 13,72 67 13,88

Anda mungkin juga menyukai