Anda di halaman 1dari 35

KLASIFIKASI MASSA BATUAN (RMR DAN Q-SYSTEM)

Oleh :
Razak Karim

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


UMMU TERNATE 2013
Menurut Bieniawski (1984) metode rancangan untuk
menilai kestabilan suatu penggalian bawah tanah dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Metoda Empirik (Empirical methods)
2. Metoda Analitik (Analytical methods)
3. Metoda Pengamatan (Observational methods)
1. Metoda Empirik (Empirical methods)
- Klasifikasi Geomekanika (Bieniawski) RMR1989
- Rock Tunnelling Quality Index – Q-System (Barton dkk, 1974)
Rock Mass Rating (RMR), 1989

• Enam parameter yang digunakan untuk


mengklasifikasikan massa batuan menggunakan RMR
system:
– Kuat tekan uniaksial contoh batuan,
– Rock Quality Designation (RQD),
– Spasi bidang diskontinu,
– Kondisi bidang diskontinu,
– Kondisi air tanah,
– Orientasi bidang diskontinu.
Rock Mass Rating (RMR), 1989
A. PARAMETER KLASIFIKASI DAN PEMBOBOTANNYA

Parameter Selang nilai

Untuk nilai yang


PLI > 10 MPa 4 – 10 MPa 2 – 4 MPa 1 – 2 MPa lebih kecil dipakai
Kekuatan UCS
Batuan
1 Utuh
5 – 25 1–5 <1
UCS > 250 MPa 100 - 250 MPa 50 - 100 MPa 25 – 50 MPa
MPa MPa MPa

Pembobotan 15 12 7 4 2 1 0

RQD 90% - 100% 75% - 90% 50% - 75% 25% - 50% < 25%
2
Pembobotan 20 17 13 8 3

Spasi bidang lemah >2m 0.6 – 2 m 200 – 600 mm 60 – 200 mm < 60 mm


3
Pembobotan 20 15 10 8 5

Permukaan sangat kasar, Gores garis/bahan Bahan pengisi lemah,


Agak kasar, pemisahan Agak kasar, pemisahan pengisi <5mm atau
Kondisi bidang lemah (Lihat D) tidak menerus, tidak ada <1mm, agak lapuk <1mm, sangat lapuk pemisahan 1-5mm, tebal>5mm atau pemisahan
4 pemisahan, tidak lapuk menerus 5mm, menerus

Pembobotan 30 25 20 10 0

Aliran per 10 m panjang


terowongan (liter/menit) Tidak ada < 10 10 - 25 25 - 125 >125

Air tanah Nisbah : tekanan air


5 kekar/tegangan utama 0 < 0.1 0.1 – 0.2 0.2 – 0.5 > 0.5
maks

Keadaan umum Kering sepenuhnya Lembab Basah Menetes Mengalir

Pembobotan 15 10 7 4 0
Rock Mass Rating (RMR), 1989

B. PENGARUH ARAH JURUS DAN KEMIRINGAN PADA PEMBUATAN TEROWONGAN

Arah jurus tegak lurus sumbu terowongan


Arah jurus sejajar sumbu Kemiringan 0 -20 tanpa
Jurus terowongan memperhatikan jurus
Maju searah kemiringan Maju melawan kemiringan

Kemiringan 45-90 20-45 45-90 20 -45 45-90 20-45

Tidak menguntungkan
Tidak Sangat tidak
Keterangan sangat menguntungkan Menguntungkan Sedang
menguntungkan menguntungkan sedang

C. PENYESUAIAN PEMBOBOTAN UNTUK ARAH KEKAR

Arah jurus dan kemiringan Sangat menguntungkan Menguntungkan Sedang Tidak menguntungkan Sangat tidak menguntungkan

Terowongan 0 -2 -5 -10 -12

Pembobotan Pondasi 0 -2 -7 -15 -25

Lereng 0 -2 -25 -50 -60


Rock Mass Rating (RMR), 1989
D. PANDUAN PEMBOBOTAN KONDISI BIDANG-BIDANG DISKONTINUITAS

Parameter Pembobotan

Kemenerusan <1m 1–3m 3 – 10 m 10 – 20 m > 20 m

Pembobotan 6 4 2 1 0

Pemisahan None < 0.1 mm 0.1 – 1.0 mm 1 – 5 mm > 5 mm

Pembobotan 6 5 4 1 0

Kekasaran Sangat kasar Kasar Kasar sedikit Halus Gores garis

Pembobotan 6 5 3 1 0

Material pengisi Tidak ada Material keras <5mm Material keras > 5mm Material lunak < 5mm Material lunak > 5mm

Pembobotan 6 4 2 2 0

Pelapukan Segar Sedikit lapuk Pelapukan menengah Pelapukan tinggi Pelapukan lengkap

Pembobotan 6 5 3 1 0

E. KELAS MASSA BATUAN YANG DITENTUKAN DARI PEMBOBOTAN TOTAL DAN ARTI DARI KELAS MASSA BATUAN

Pembobotan

81 – 100 61 – 80 41 – 60 21 – 40 < 21

Nomor kelas I II III IV V

Keterangan Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk

20 tahun untuk span 15 1 tahun untuk span 1 minggu untuk span 5 10 jam untuk span 30 menit untuk span
Stand-up time rata-rata
m 10 m m 2.5 m 1m

Kohesi massa batuan (kPa) > 400 300 – 400 200 – 300 100 – 200 < 100

Sudut geser dalam (deg) > 45 35 – 45 25 – 35 15 – 25 < 15


Rekomendasi Penyangga berdasar RMR
( Bieniawski, 1989)
Rekomendasi Penyangga berdasar RMR ( Bieniawski, 1989)

KELAS MASSA METODE PENGGALIAN BAUT BATUAN (DIAMETER 20 BETON TEMBAK STEEL SET
BATUAN MM, FULLY GROUTED)

I. Sangat baik Full face, dengan kemajuan 3 meter Secara umum tidak membutuhkan penyangga
RMR = 81 – 100

Full face, dengan kemajuan 1.5 -3 meter. Baut batuan pada atap panjang
II. Baik Pemasangan penyangga penuh 20 meter 3m, spasi 2.5 m dengan 50 mm pada atap Tidak dibutuhkan
RMR = 61 - 80 dari face penambahan jaring kawat

Top heading dan bench 1.5 – 3 m


Baut batuan panjang 4 m, spasi 50 – 100 mm pada atap. 30
III. Sedang kemajuan pada top heading, penyanggaan 1.5 – 2 m pada dinding dan atap, mm pada dinding Tidak dibutuhkan
RMR = 41 - 60 setelah peledakan. Penyanggaan penuh 10
m dari face serta pemasangan jaring kawat

Top heading dan bench 1 – 1.5 m Baut batuan panjang 4 – 5 m,


kemajuan pada top heeading.
IV. Buruk Penyanggaan sesegera pada saat
spasi 1 – 1.5 m pada dinding dan 100 – 150 mm pada atap. Ringan sampai medium
RMR = 21 - 40 atap serta pemasangan jaring 100 mm pada dinding dengan spasi 1.5 m
penggalian. Penyanggaan penuh 10 m dari kawat
face

Multiple drift kemajuan 0.5 – 1.5 m pada Baut batuan panjang 5 – 6 m,


top heading. Pemasangan penyangga 150 – 200 mm pada atap. Medium – berat dengan
V. Sangat buruk sesegera mungkin pada saat penggalian.
spasi 1 – 1.5 pada dinding dan
150 mm pada dinding. 50 spasi 0.75m. Forepolling
RMR = <20 Beton tembak sesegera mungkin setelah atap, serta pemasangan jaring mm pada face jika dianggap perlu
kawat
peledakan
Roof Span Vs Stand-up Time
Rock Tunnelling Quality Index - Q
(Barton dkk, 1974)

RQD Jr Jw
Q x x
Jn Ja SRF

• RQD = Rock Quality Designation


• Jn = Jumlah Famili Kekar
• Jr = Kekasaran Kekar
• Ja = Jenis Perubahan Kekar dan Material pengisinya
• Jw = Kondisi air
• SRF = Keadaan tegangan dan zona lemah
Rock Quality Designation : RQD

Deskripsi Nilai Catatan

A Sangat Jelek 0 – 25

B Jelek 25 – 50
1. Jika RQD yang diukur ternyata ≤ 10 (termasuk 0), maka nilai RQD yang
dimasukan dalam perhitungan Q adalah 10
C Sedang 50 – 75
2. RQD dengan interval 5, seperti 100, 95, 90 dan seterusnya lebih baik dan
akurat
D Baik 75 – 90

E Sangat Baik 90 – 100


Jumlah Famili Kekar : Jn

Deskripsi Nilai Catatan

A Keadaan Tidak ada atau sedikit kekar 0.5 – 1.0

B Satu famili kekar 2

C Satu famili kekar ditambah random 3

D Dua famili kekar 4


1. Untuk daerah persimpangan
E Dua famili kekar ditambah random 6 terowongan, gunakan (3.0 × Jn)

F Tiga famili kekar 9 2. Untuk daerah portal, gunakan (2.0 × Jn)

G Tiga famili kekar ditambah random 12

H Empat atau lebih famili kekar, random, sangat 15


terkekarkan, “sugar cube”

J Batuan hancur seperti tanah 20


Kekasaran Kekar : Jr
Deskripsi Nilai Catatan

a. Kontak antar dinding kekar, dan


b. Kontak antar dinding kekar sebelum bergeser 10 cm

A Kekar tidak menerus 4

B Kasar atau tidak teratur, bergelombang 3

C Halus, bergelombang 2

D Slickensided, bergelombang 1.5 1. Tambahkan 1.0 bila rata-rata


jarak antar kekar  3.0 m. Jr =
E Kasar atau tidak teratur, rata 1.5 0.5 dapat digunakan untuk kekar
F Halus, rata 1.0 2. slickensided , rata yang memiliki
lineasi
G Slickensided, rata 0.5

c. Tidak ada kontak antar permukaan kekar ketika bergeser

H Zona yang mengandung mineral clay yang cukup tebal 1.0


untuk mencegah kontak permukaan kekar

Diisi material berukuran pasir, gravell datu zona hancuran


I yang cukup tebal untuk mencegah kontak antar permukaan 1.0
permukaan kerja
Jenis Perubahan kekar dan
material pengisinya : Ja

Deskripsi Nilai Nilai fr (deg) Catatan


(Perkiraan.)

a. Kontak Antar dinding kekar

Ditempel erat dengan material pengisi yang keras dan


A 0.75
impermiable, seperti kwarsa dan epidote

Dinding kekar tidak berubah, hanya perubahan warna


B pada permukaan saja 1.0 25 – 35

Dinding kekar sedikit berubah. Diisi mineral yang


C nonsoftenning, partikel berpasir, pecahan batuan tidak 2.0 25 – 30 Nilai fr, ditujukan sebagai
mengandung clay panduan perkiraan untuk
mineralogi, properti dari hasil
perubahan jika ada
Tertutup oleh material silt atau clay pasiran, fraksi clay
D 3.0 20 – 25
sedikit (nonsoftenning)

Tertutup oleh mineral softenning atau berfriksi rendah


seperti kaolinit, mika. Juga Klorit, talk, gipsum dan
E grafit dan sejumlah clay yang mengembang (tertutup 4.0 8 – 16
tidak menerus, ketebalannya 1-2 mm atau kurang)
Jenis Perubahan kekar dan
material pengisinya : Ja

Deskripsi Nilai Nilai fr (deg) Catatan


(Perkiraan.)

b. Kontak antar dinding kekar sebelum bergeser 10 cm

F Partikel berpasir, pecahan batuan tidak mengandung pasir 4.0 25 – 30

G Sangat padat, diisi oleh mineral clay (menerus dengan ketebalan 6.0 16 – 24
< 5 mm) Nilai fr, ditujukan
sebagai panduan
Tidak terlalu atau kurang padat diisi oleh mineral clay yang perkiraan untuk
H 8.0 12 – 16 mineralogi, properti
softenning (menerus, ketebalan < 5mm)
dari hasil perubahan
jika ada
Diisi oleh mineral clay yang mengembang, seperti monmorilonit
I (menerus, ketebalan < 5mm). Nilai Ja tergantung pada ukuran 8.0 – 12.0 6 – 12
partikel persen mengembang dan kedekatan dengan air
Jenis Perubahan kekar dan
material pengisinya : Ja

Deskripsi Nilai Nilai fr (deg) Catatan


(Perkiraan.)

c. Tidak ada kontak antar dinding kekar ketika bergeser

Zona atau kumpulan hancuran atau pecahan


J 6.0
batuan dan clay

K 8.0
(lihat G, H, I dan J) ,
Untuk deskripsi kondisi clay Nilai fr, ditujukan
L 8.0 – 12.0 sebagai panduan
perkiraan untuk
Zona atau kumpulan clay berpasir atau silt clay, 6 – 24 mineralogi, properti
M 5.0 dari hasil perubahan
berfraksi kecil (nonsoftenning)
jika ada

N Zona atau kumpulan clay yang tebal (lihat G,H,I, J 10.0 – 13.0
untuk deskripsi kondisi clay

0 Q, R (lihat G,H,I, J untuk deskripsi kondisi clay) 6.0 – 24.0


Kondisi Air : Jw

Tekanan Air
Kondisi air Bobot Notes
Perkiraan (Kgf/cm2 )

Kering atau aliran sangat kecil, debit < 5


A liter/menit lokal 1.0 < 1.0

Aliran dan tekanan medium, kadang-kadang


B 0.66 1.0 – 2.5 1. Faktor C sampai F
melepas material pengisi kekar
adalah perkiraan kasar,
dianjurkan untuk
Aliran sangat besar atau tekanan tinggi pada meningkatkan nilai Jw,
C 0.5 2.5 – 10.0 jika dilakukan
batuan kompeten tanpa material pengisi
penyaliran

D Aliran besar atau tekanan tinggi 0.33 2.5 – 10.0 2. Masalah khusus yang
disebabkan oleh
formasi, batuan es tidak
Terjadi aliran atau tekanan yang sangat besar diperhitungkan
E ketika terjadi peledakan, runtuh berdasarkan 0.2 – 0.1 > 10
waktu

F Aliran dan tegangan sangat besar 0.1 – 0.05 > 10


Keadaan Tegangan dan Zona Lemah (SRF)
Keadaan Tegangan dan Zona Lemah SRF Catatan

a. Penggalian memotong zona lemah yang dapat menyebabkan runtuhnya


massa batuan ketika penggalian dilakukan

Zona lemah yang mengandung clay atau bahan kimia pada hancuran
A batuan hadir beberapa kali, batuan disekitar sangat hancur (semua 10.0
kedalaman)

Zona lemah yang mengandung clay atau bahan kimia pada hancuran
B 5.0
batuan

Zona lemah yang mengandung clay atau bahan kimia pada hancuran 1. Kurangi nilai SRF sebanyak 25-50%
C batuan (kedalaman >50 m) 2.5 jika zona sesar hanya
mempengaruhi tapi tidak
Beberapa zona sesar hadir pada batuan kompeten (bebas clay), memotong
D 7.5
batuan sekitar hancur (semua kedalaman)

E Sebuah zona sesar pada batuan kompeten (bebas clay) (kedalaman < 5.0
50 m)

Sebuah zona sesar pada batuan kompeten (bebas clay), (kedalaman


F 2.5
> 50 m)

G Kekar terbuka dan hancur, sangat terkekarkan (sugar cube) pada 5.0
semua kedalaman
Keadaan Tegangan dan Zona Lemah (SRF)
Keadaan Tegangan dan Zona Lemah SRF Notes

b. Batuan kompeten, masalah tegangan batuan sc/s1 st/s1

H Tegangan rendah dekat permukaan > 200 < 0.01 2.5


I Tegangan medium 200 – 10 0.01 – 0.3 1.0

Tegangan tinggi, struktur sangat kuat (biasanya


J menguntungkan untuk kestabilan, dapat tidak 10 – 5 0.3– 0.4 0.5 – 2
menguntungkan untuk kestabilan lereng
2. Untuk daerah yang tegangannya
sangat anisotropik, (jika diukur) ;
Moderat slabbing setelah > 1 jam pada batuan bila 5≤σ1/σ3≤10, kurangi σc dan σc
K 5–3 0.5 – 0.65 5 – 50
masif 0.6σc dan 0.6σt bila σ1/σ3 > 10,
kurangi σc dan σc menjadi 0.8σc
Slabbing dan Rockburst setelah beberapa menit dan 0.8σt.
L 3-2 0.65 - 1 50 – 200
pada batuan masif
3. Beberapa kasus menunjukan
Heavy Rock Burst (strain burst) dan deformasi bahwa bila kedalaman atap
M dinamik menengah pada batuan masif <2 >1 200 - 400 terowongan dibawah permukaan
lebih kecil dari panjang span,
c. Batuan Squeezing, aliran plastis pada batuan tidak kompeten dibawah pengaruh tekanan batuan dianjurkan meningkatkan SRF dari
yang tinggi 2,5 menjadi 5 (lihat H)

N Tekanan batuan mild squeezing 5 – 10


N Tekanan batuan heavy squeezing 10 – 20
d. Batuan swelling, aktifitas swelling kimiawi bergantung pada kehadiran air
O Tekanan batuan mild swelling 5 – 10

P Tekanan batuan Heavy swelling 10 – 15


Klasifikasi SRF (Grimstad & Barton, 1993)

(Barton dkk, 1974)


Deskripsi SRF
b. Batuan kompeten, masalah tegangan
batuan sc/s1
K Mild rockburst (massive rock) 5 – 2.5 5 – 10
L Heavy rockburst (massive rock) < 2.5 10 – 20

(Grimstad & Barton, 1993)


Deskripsi SRF
b. Batuan kompeten, masalah tegangan
batuan sc/s1
Moderat slabbing setelah > 1 jam pada
5–3 5 – 50
batuan masif
K
Slabbing dan Rockburst setelah beberapa
3–2 50 – 200
menit pada batuan masif
L Heavy rockburst (massive rock) <2 200 – 400
ESR dan De

Excavation span, diameter or height (m)


De 
Excavation Support Ratio, ESR

• Nilai ESR berhubungan dengan tujuan


penggunaan lubang bukaan dan tingkat
keamanan yang dipersyaratkan bagi sistem
penyangga untuk menjamin kemantapan
lubang bukaan
ESR and De

Kategori Penggalian ESR


A Lubang bukaan sementara 3–5
B Bukaan tambang tetap, terowongan untuk PLTA, pilot tunnels, 1.6
drift dan penggalian yang besar

C Gudang penyimpanan, instalasi pengolahan air, jalan kecil dan 1.3


terowongan kereta api, terowongan akses

D Pembangkit listrik, jalan utama dan terowongan kereta api, 1.0


ruang penjagaan sipil , persimpangan portal.

E Stasiun tenaga nuklir bawah tanah, stasiun kereta api, fasilitas 0.5
umum dan olahraga, pabrik-pabrik.
Perkiraan penggunaan penyangga
2. Metoda Analitik (Analytical method)
Metoda Numerik

• Pada rancangan lubang bukaan tambang bawah tanah, permodelan


numerik dapat mensimulasikan sifat mekanik dari batuan dalam skala
besar.
• Pendekatan numerik memiliki kelebihan atas metoda empirik karena
kemampuannya menghitung mekanika kompleks dari masalah dengan
lebih teliti dan akurat.
• Untuk analisis dalam penelitian ini digunakan metoda elemen hingga yang
merupakan salah satu metoda pendekatan secara numerik yang
menggunakan metoda differensial.
• Metoda ini dapat digunakan untuk mengetahui dan menganalisa tegangan
dan perpindahan pada sebuah struktur.
Hubungan antara gaya (F) dan Perpindahan (u)

- Sebagai contoh, sebuah pegas dikenakan gaya tarik F


m m’ (Gambar 3) maka Titik m akan berpindah ke m’ dengan
F besaran perpindahan u. Dengan hipotesa elastis akan
u diperoleh hubungan k :

Gambar 3. Elemen pegas yang


dikenai gaya tarik sebesar F dimana :
k = koefisien dari pegas yang dapat disebut
koefisien kekakuan
Gaya - Dalam masalah elastisitas dari suatu elemen dari model
F
elemen hingga didapatkan hubungan :
Sudut, k

= matrik dari semua gaya yang dikenankan pada


Perpindahan, u model disemua titik-titik simpul
= matriks kekakuan dari suatu elemen
Gambar 4. Hubungan antara gaya dan = matriks perpindahan dari titik-titik simpul
perpindahan untuk suatu pegas elastik
sederhana
Model Numerik

- Untuk analisis dalam penelitian ini digunakan perangkat lunak Phase2


(Rocscience Inc, 1998) dalam prosesnya menggunakan tiga modul,
yaitu :
- Model
- Compute,
- Interprete
- Model adalah modul sebelum proses yang digunakan untuk memasukan
dan merubah batasan-batasan model, penyangga, tegangan in-situ,
kondisi batas, sifat-sifat material dan membuat jaring element hingga.
Compute adalah modul untuk menjalankan program sebelum dianalisa
dengan Interprete
Model Numerik

M I

Gambar 5. Skema hubungan antara


MODUL, COMPUTE dan INTERPRET
3. Metoda Pengamatan
(Observational method)
Metoda Pengamatan

- Metoda pengamatan adalah mengadakan analisis berdasarkan pada


data pemantauan pergerakan massa batuan sewaktu penggalian untuk
mengamati ketidakmantapan dan analisis interaksi penyanggaan
terhadap massa batuan
- Metoda ini merupakan cara untuk memeriksa balik hasil analisis dari
metoda yang lain
- Untuk pengukuran perpindahan dilubang bukaan alat yang dipakai pada
penelitian ini adalah Digital tape extensometer (Soil instruments.Ltd)
dengan ketelitian ± 0.01 mm
Pengukuran Convergence

Gambar 6. Pengukuran convergence


(Brady & Brown, 1993)
Pengukuran Convergence
Perpindahan Relatif (mm)

Perpindahan Relatif Terhadap Waktu


10.00 Peledakan

Horizontal

Kiri
5.00
Kanan

0.00
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00

-5.00

Ka
ri
Ki

na
n
Horisontal
Peledakan
-10.00

Waktu (Jam)
Gambar 7. Grafik perpindahan relatif terhadap waktu dilubang bukaan rampdown
CGT gudang handak L-500 PT. Antam, Tbk – Pongkor (2012)
Pengukuran Convergence
Perpindahan Relatif (mm)

Perpindahan Relatif Terhadap Permuka Kerja


20.00

15.00
Horizontal

10.00 Kiri
Kanan
5.00

0.00
0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0
-5.00

Ka
ri
Ki
-10.00

na
n
Horisontal
-15.00
Peledakan

-20.00
Kemajuan Permuka Kerja (m)

Gambar 8. Grafik perpindahan relatif terhadap Kemajuan permuka kerja dilubang bukaan
rampdown CGT gudang handak L-500 PT. Antam, Tbk – Pongkor (2012)
Referensi

- Arif Irwandy, Permodelan Struktur Alamiah TA 733, Bidang Khusus Geomekanika, Program
Studi Rekayasa Pertambangan, Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung, 1996.

- Astawa Rai Made, Suseno Kramadibrata, Ridho Kresna Wattimena, Catatan kuliah Mekanika
Batuan - TA311, Program studi Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung, 2011

- Bieniawski, Z.T., “ Engineering Rock Mass Classifications”, John Wiley & Sons Inc., Canada,
1989.

- Hoek, E and E.T. Brown, Underground Excavations in Rock, The institution of Mining and
Metallurgy, London, 1980

- Hoek, E., Kaiser, P.K., Bwaden, W.F., “Support of Underground Excavations in Hard Rock”, A.
A Balkema., Rotterdam, 1995.

- Sulistianto, B., Determination of Stope Geometry in Jointed Rock Mass at Pongkor


Underground Gold Mine. International Journal of the JCRM vol.5 (2009)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai