Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOTEKNIK
ROCK QUALITY DESIGNATION ( RQD )

Praktikum Dilaksanakan :

Hari/tanggal : Senin , September 2019


Waktu : 10.40 – 12.01 wib
Asisten pembimbing : Rizto Salia Zakri, ST., MT.

Disusun Oleh :

Feraldo Sandrio
BP/Nim: 2017/17080024

Dosen Pengampu :
Drs.Bambang Heriyadi, M.T

LABORATORIUM TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dalam geoteknik, klasifikasi massa batuan yang pertama diperkenalkan


sekitar 60 tahun yang lalu yang ditujukan untuk terowongan dengan
penyanggaan menggunakan penyangga baja. Kemudian klasifikasi
dikembangkan untuk penyangga non-baja untuk terowongan, lereng, dan
pondasi 3 pendekatan desain yang biasa digunakan untuk penggalian pada
batuan yaitu: analitik, observasi, dan empirik. Salah satu yang paling banyak
digunakan adalah pendekatan desain dengan menggunakan metode empiric.
Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang
timbul di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi
analitik, observasi lapangan, pengukuran, dan engineering judgement.

Klasifikasi massa batuan menguntungkan pada tahap studi kelayakan dan


desain awal dimana sangat sedikit informasi yang tersedia mengenai massa
batuan, tegangan, dan hidrogeologi. Secara sederhana, klasifikasi massa batuan
digunakan sebagai sebuah check-listuntuk meyakinkan bahwa semua informasi
penting telah dipertimbangkan.Satu atau lebih sistem klasifikasi dapat
digunakan untuk memperkirakan komposisi dan karakteristik massa batuan,

perkiraan awal kebutuhan penyangga. Perkiraan kekuatan dan sifat deformasi


massa batuan.Harus diingat bahwa klasifikasi massa batuan tidak dimaksudkan
untuk menggantikan pekerjaan desain rinci.

Tetapi, pekerjaan desain ini memerlukan informasi mengenai tegangan in


situ, sifat massa batuan, dan tahapan penggalian. Semua data ini mungkin tidak
tersedia pada tahap awal proyek. Jika data ini telah tersedia, klasifikasi massa
batuan dapat diubah dan disesuaikan dengan kondisi spesifik lapangan.
Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk:

1. Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi


kelakuan/sifat massa batuan.
2. Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai
kesamaan sifat dan kualitas.
3. Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap kelas
massa batuan.
4. Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan di suatu
tempat dengan kondisi massa batuan di tempat lain.
5. Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.
6. Menyediakan dasar acuan untuk komuniukasi antara geologist dan
engineer.

Keuntungan dari digunakannya klasifikasi massa batuan:

1. Meningkatkan kualitas penyelidikan lapangan berdasarkan data


masukan sebagai parameter klasifikasi.
2. Menyediakan informasi kuantitatif untuk tujuan desain.
3. Memugkinkan kebijakan teknik yang lebih baik dan komunikasi
yang lebih efektif pada suatu proyek.

Dikarenakan kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha


untuk mencari hubungan antara desain galian batu dengan parameter massa
batuan. Banyak dari metode-metode tersebut telah dimodifikasi oleh yang
lainnya dan sekarang banyak digunakan untuk penelitian awal atau bahkan untuk
desain akhir.

Beberapa klasifikasi massa batuan yang dikenal saat ini adalah:

1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)


2. Klasifikasi stand-up time
3. Rock Quality Designation (RQD)
4. Rock Structure Rating (RSR)
5. Rock Mass Rating (RMR)
B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menentukan nilai Rock Quality Designation dari inti bor.


2. Menentukan nilai Rock Quality Designation dari scanline bidang
lemah.
3. Menentukan kekuatan batuan berdasarkan nilai RQD.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. TEORI DASAR

Rock Quality Designation (RQD) adalah ukuran dari tingkat sambungan


atau fraktur dalam massa batuan, diukur sebagai persentase dari inti bor
yang memiliki panjang 10 cm atau lebih. Batu berkualitas tinggi memiliki
RQD lebih dari 75%, kualitas rendah kurang dari 50%. Penunjukan kualitas
batuan (RQD) memiliki beberapa definisi, definisi yang paling banyak
digunakan dikembangkan pada tahun 1964 oleh D. U. Deere. RQD
merupakan persentase dari hasil pengeboran inti yang terdiri dari potongan-
potongan inti padat yang panjangnya lebih dari 100 mm, dan diukur di
sepanjang garis tengah inti. Dalam hal ini potongan inti yang tidak keras
tidak boleh dihitung meskipun panjangnya 100 mm. RQD awalnya
diperkenalkan untuk digunakan dengan diameter inti 54,7 mm (inti ukuran
NX). RQD memiliki nilai yang cukup besar dalam memperkirakan
penyangga terowongan batuan. RQD merupakan elemen dasar dalam
beberapa sistem klasifikasi massa batuan yang paling banyak digunakan:
Rock Mass Rating system (RMR) dan Q-system.
RQD dapat didefenisikan sebagai :
L = 24 cm

L = 18 cm

Panjang Total Core Run = 200 cm


Tidak ada yang lebih besar
L=0
sama dengan 10 cm
L = 11 cm

RQD = ((24+18+11+49)/200)) x 100%


L = 49 cm
RQD = 51%

L=0 Tidak ada perolehan

Pecahan karena pemboran

Gambar 1. Penentuan Nilai RQD

Jumlah potongan inti bor diukur pada inti bor sepanjang 2 m. Potongan
akibat penanganan pemboran harus diabaikan dari perhitungan. Into bor
yang lembek dan tidak baik berbobot RQD = 0 (Bieniawski, 1989).
Dalam beberapa kondisi inti bor tidak tersedia, penghitungan nilai RQD
menggunakan metode tidak langsung, metode ini menggunakan jarak antar
kekar yang diperoleh dari permukaan batuan.
Priest dan Hudson (1976) mendefenisikan RQD sebagai :
RQD = 100 e-0.1 λ (0.1 λ + 1)
λ = Frekuensi bidang diskontinu per meter
Sementara untuk bidang diskontinu yang mempunya frekuensi 6-16/m,
nilai RQD dapat dihitung sebagai :
RQD = 110.4 – 3.68l λ
Priest dan Hudson, menyatakan nilai error dari persamaan ini adalah
sebesar 5%.
Berdasarkan nilai RQD maka dapat didefinisakan kekuatan batuan
sebagai berikut :
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN


1. Penggaris
2. Papan Jalan
3. Pita Ukur
4. Alat Tulis

B. LANGKAH KERJA
1. Persiapkan peralatan pengukuran.
2. Tentukan inti bor yang memiliki panjang ≥ 100 m
3. Ukur total panjang inti bor yang memiliki panjang ≥ 100 mm
4. Hitung nilai RQD.
5. Siapkan pita ukur dan penggaris
6. Ukur jarak scnaline yang akan dilakukan
7. Ukur jarak antar kekar dengan menggunakan penggaris
8. Hitung frekuensi kekar yang muncul untuk setiap meter scnaline
9. Hitung nilai RQD
BAB IV

PENGOLAHAN DATA

A. HASIL PENGUKURAN

No. Core Panjang Inti Bor ≥100mm Total Panjang Inti Bor Nilai RQD
Box (mm) (mm) (%)
1 450
2 100
3 160

2000
4 125
5 105
6 140
7 125

Scanline Frekuensi Kekar SCANLINE Nilai RQD


Meter ke- (Kekar//Meter) (%)
1–2 0.35
2–3 0
3–4 0.17
4–5 0
3 METER

5–6 0
6–7 0
7–8 0
8–9 0
9 – 10 0
10 – 11 0.065
11 – 12 0.245
12 – 13 0
13 – 14 0
14 – 15 0.08
\
B. ANALISIS DATA
BAB V

PEMBAHASAN

A. Prosedur Pengukuran RQD

1. Prosedur pengukuran RQD yang benar digambarkan dalam Gambar


1. Cara perhitungan dengan gambar disajikan dalam SNI 03-2436.
2. Korelasi asli RQD harus dicatat berdasarkan atas pengukuran pada
inti ukuran NX (Deere,1963) RQD dapat dihitung berdasarkan inti
yang mempunyai diameter minimal berukuran NX(Deere dan Deere,
1989 , pada Gambar 2)
3. Inti pipa kawat yang menggunakan NQ, HQ, dan PQ dapat juga
diterima. Ukuran BQ dan BX lebih kecil tidak dapat digunakan, sebab
yang lebih kecil dari NX sangat berpotensi mengalami kerusakan dan
kehilangan inti.
Gambar 2. Contoh prosedur perekaman inti RQD (Deere & Deere, 1988,
Bickel et.al., 1996)

B. PENGUKURAN PANJANGAN POTONGAN INTI

Potongan inti yang sama dapat diukur dengan tiga cara, yaitu sepanjang garis
sumbu, dari ujung ke ujung, atau sepanjang potongan laras lingkaran penuh
(Gambar 3. Pengukuran Panjang Inti dengan Penentuan RQD). Prosedur yang
dianjurkan adalah mengukur panjang inti sepasang garis sumbu. Lihat acua The
Internasioanl Society for Rock Mechanics (ISRM), Commission on Standardization
of Laboratory and Field Test (1978, 1981)

Pengukuran sepanjang garis sumbu lebih banyak digunakan, karena:


1. Menghasilkan RQD standar yang tidak bergantung pada diameter inti.
2. Menghindari ancaman serius kualitas batuan, jika keadaan retakan sejajar
lubang bor dan dipotong dengan pemasangan kedua.

Gambar 3. Modifikasi pengambilan ulang inti sebagian indek kualitas (RQD)

Patahan inti yang disebabkan oleh pengeboran harus disusun kembali dan
diperhitungkan sebagai satu potongan. Patahan akibat bor biasanya terjadi
karena permukaan yang kasar. Pada batuan schistose dan batuan berlapis,
biasanya sulit untuk membedakan antara patahan alami dan patahan akibat bor.
Oleh karena itu, sebaiknya dipertimbangkan sebagai patPahan alami dalam
perhitungan RQD yang konservatif untuk berbagai keperluan Jika RQD
digunakan sebagai bagian dari perkiraan pekerjaan pembongkaran atau
pengerukan, perhitungan menjadi tidak bersifat konservatif.
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa,
untuk menentukan nilai RQD dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu berdasarkan
bor core box dan juga berdasarkan kekar. Dari pengolahan data diatas, didapat
nilai RQD sebesar :
Bor Core Box = 60.25%
Kekar = 90.98% dan 54.51%
Hasil dari pengklasifikasian pada core box adalah batuan bersifat fair atau baik.

B. SARAN

Saat mengambil data coring, panjang coring yang diambil harus lebih atau
sama dengan 10mm. Dan juga pada scanline, apabila bidang kekarnya saling
berpotongan maka nilai scanlinenya sama dengan 0.
DAFTAR PUSTAKA

Nuryanto, dan Wulandari, S. 2012. ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN


METODE KESETIMBANGAN BATAS (LIMIT EQUILIBRIUM) DAN
ELEMEN HINGGA (FINITE ELEMENT). DEPOK: KAMPUS G
GUNADARMA.

Sinaga Sri, Y. 2013. MAKALAH MEKBAT RQD. PALANGKA RAYA.


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

Anda mungkin juga menyukai