Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PENYALIRAN TAMBANG BAWAH TANAH

Studi Kasus :

Tambang Batubara Bawah Tanah Seam C2 Site Sapan Dalam PT Nusa Alam Lestari, Desa Salak,
Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto

Dosen Pengampu :
Drs. Rusli HAR, M.T
Air Tanah pada Rekahan

2
Hubungan Struktur Geologi terhadap Hidrogeologi

• Rekahan dan bidang diskontinuitas • Fracture aquifer terdiri atas rekahan


pada batuan berfungsi sebagai tempat yang saling berhubungan pada batuan.
penyimpanan fluida sebagai porositas Fracture dapat dikenali dari bentuk atau

sekunder. Arah aliran utama dalam dimensi rekahannya, seperti aperture

rekahan yaitu sepanjang zona kekar, (bukaan), panjang, dan kedalamannya,

zona sesar dan zona bidang serta lokasi rekahan seperti orientasi,

diskontinuitas. spasi dan dinding bidang rekahan


(Ramsay, 1967).
3
Hubungan Spasi Rekahan terhadap Air Tanah

Tabel Pemerian Spasi Diskontinu Menurut ISRM Sugested Method (1978)

Spasi Rekahan (mm) Pemerian • Besarnya spasi rekahan rata-rata pada ketiga lokasi

< 20 Ekstrim tertutup penelitian adalah 170 mm, 200 mm dan 150 mm.

20 – 60 Sangat Tertutup • Spasi rekahan pada ketiga lokasi termasuk spasi


60 – 200 Tertutup dengan jarak tertutup, dalam artian masih dalam
200 – 600 Menengah jarak yang dekat. Semakin tertutup spasi rekahan

600 – 2000 Lebar dan semakin banyak jumlah rekahan yang ada,
kemungkinan untuk mengalirkan air akan semakin
2000 – 6000 Sangat Lebar
besar pula.
< 6000 Ekstrim Lebar

4
Hubungan Bukaan Rekahan (Aperture) terhadap Air Tanah

Tabel Pemerian Pemisahan Rekahan (ISRM Sugested Method, 1978)

• Besar aperture rata-rata yang diukur pada ketiga


Pemisahan Deskripsi Istilah
lokasi berkisar antara 0,5 – 2,5 mm, yaitu sebesar
< 0,1 mm Sangat Tertutup 1,48 mm, 1,47 mm, dan 1,44 mm.
0,1 – 0,25 mm Ketat Closed
0,25 – 0,5 mm Sebagian Tertutup • Besar kecilnya nilai aperture akan mempengaruhi
0,5 – 2,5 mm Terbuka kemungkinan untuk mengalirkan air. Hal ini
2,5 - 10 mm Sangat Terbuka Grapped berkaitan erat dengan besarnya permeabilitas
> 10 mm Lebar
sekunder. Rekahan dengan nilai aperture yang
1,0 -10,0 cm Sangat Lebar
tinggi akan memperbesar nilai permeabilitas
10,0 - 100 cm Ekstrim Lebar Open
sekunder dari suatu batuan.
> 100 cm Terbuka

5
Permeabilitas Sekunder
Tabel Klasifikasi Potensi Aliran Air Tanah Berdasarkan Nilai
Permeabilitas Sekunder Menurut Singh (1966)
Batuan
• Permeabilitas sekunder (ks) merupakan kemampuan Klasifikasi Ks (m/s) Batuan Utuh
Terkekarkan
10-12 Slate
batuan untuk mengalirkan batuan melalui media rekahan 10-11 Dolomit
10 -10
Granit
pada batuan atau tanah (Snow, 1968). Impermeab
Batugamping dan
le 10-9
• Ks = ……………………………………………(1) Batupasir
Batugamping dan
10-8 Terisi Lempung
• Dimana Ks adalah koefisien permeabilitas sekunder air Batupasir
Low
10-7 Rekahan
tanah (m/detik), s adalah berat jenis batuan (kg/m3 ) μ Discharge
Poor 10-6
adalah viskositas fluida (kg/ms) d adalah bukaan dari Drainage 10-5
High
rekahan (m), dan s adalah spasi rekahan (m). 10-4 Batuan
Discharge
Terekahkan
10-3  
• Nilai permeabilitas sekunder pada rekahan di lokasi
Batuan dengan
10-2
penelitian dihitung menggunakan persamaan 1 dan Free Rekahan Terbuka
Discharge
diperoleh nilai rata-rata yaitu 10-2 sehingga termasuk Batuan dengan
10 -1
Rekahan
kedalam klasifikasi free discharge. Terbuka Kuat

6
Pola Aliran Air Tanah
pada Rekahan di
Lokasi Penelitian

7
Contoh Data Lapangan
Dip Debit Air Tabel disamping merupakan contoh data pemetaan rekahan dan
Strike Dip Spasi Aperture
No Direction Pengisi Kondisi Tanah
(o) (o) (cm) (mm) air tanah yang muncul pada rekahan. Pada studi kasus ini
(o) (ml/mnt)
dilakukan pemetaan rekahan disepanjang terowongan dan
1 10 28 100 0 1 None Mengalir 62.5 diperoleh data sebanyak 437 data rekahan dengan kondisi air
2 11 30 101 8 1 None Mengalir 62.5 tanah mengalir, menetes dan kering. Dari debit air tanah yang
3 13 32 103 11 1 None Mengalir 62.5 diukur dengan 3 lokasi dan dilakukan pengukuran secara
4 78 97 75 0 2 Clay Lembab 0 manual sebanyak 3 kali pada rekahan-rekahan di setiap lokasi

5 76 95 166 10 1 None Menetes 13.89 penelitian, maka akan dihitung debit air tanah total dengan

6 4 15 94 0 2 Clay Menetes 13.89 menjumlahkan debit air tanah disetiap rekahan.

7 51 70 5 12 2 None Mengalir 62.5


8 75 94 50 25 2 None Menetes 13.89
9 63 82 153 13 2 None Mengalir 62.5
10 50 68 140 0 1 None Mengalir 62.5
11 78 12 168 12 1 None Mengalir 131.58
12 61 44 151 9 2 None Mengalir 131.58
13 70 33 160 8 1 None Mengalir 131.58
14 24 12 114 8 1 None Mengalir 131.58
15 24 1 114 0 1 None Mengalir 131.58 8
Debit Air Tanah pada Rekahan

a. Perhitungan Debit Air Pada Titik Pengukuran 1 • Tabel Klasifikasi Aliran Air Tanah pada Terowongan
Bawah Tanah Bawah Permukaan (Frezee Dan Cherry
(1979); Dalam Patrick A. Domenico, 1990)
Q=
Flow Rate Classification
b. Perhitungan Debit Air Pada Titik Pengukuran 2
< 100 gpm Very low

Q= 100 – 500 gpm Low


500 – 1500 gpm Moderate
c. Perhitungan Debit Air Pada Titik Pengukuran 3 >1500 gpm Heavy

Q=
Catatan : 1 gpm = 264

9
Debit Air Tanah Total

No Titik Pengukuran Debit Air Tanah Total (ml/menit)

1 Titik pengukuran 1 1159,73

2 Titik pengukuran 2 750,06

3 Titik pengukuran 3 5250,81

4 Debit Total 7160,6

Dari tabel debit air tanah total yang muncul dari akuifer sekunder berupa rekahan yaitu 7160,6

ml/menit = 0,007106 l/menit = 0,43 m3/jam = 10,32 m3/hari

10
Perhitungan Kebutuhan Pompa

debit
debit keluar
No Sump In Sump Out Status Jenis Pompa masuk Keterangan
(m3/jam)
(m3/jam)

1 Front Maju Bak Kontrol 1 Aktif Sanyo PWH-137C 0,43 12  Cukup

2 Bak Kontrol 1 Bak Kontrol 2 Aktif Airlux WQD6-12-0,55 0,43 18   Cukup

3 Bak Kontrol 2 Bak Kontrol 3 Aktif Airlux WQD6-12-0,55 0,43 18   Cukup

4 Bak Kontrol 3 Bak Kontrol 4 Aktif Airlux WQD6-12-0,55 0,43 18   Cukup

4 Bak Kontrol 4 Luar Penambangan Aktif Airlux WQD6-12-0,55 0,43 18   Cukup

11
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai