CASE STUDY 2: MISSISSIPPIAN MISSION CANYON

FORMATION, WILLISTON BASIN, U.S.A

oleh:

Fajar Manfaluthi, Jilly Yurino, M Syukri, Muspitta, Ravy Charli Putra

PENDAHULUAN

Sebuah pemboran sumur eksplorasi sedang berlangsung di cekungan Williston,

pemboran ini akan berlangsung hingga mencapai formasi Orovician Red River.
Selama proses pemboran berlangsung, ditemukan dua zona yang memiliki indikasi
kandungan hidrokarbon, yaitu pada Mississipian Mission Canyon dan Devonian
Duperow. Ketika sumur tersebut hampir mencapai zona kedua, Devonian Duperow,
pemboran dihentikan dan sebuah keputusan untuk menurunkan drill-stem test
(DST) dilakukan. Sayangnya, alat DST tersebut tersangkut pada lubang bor.
Berbagai cara telah dilakukan untuk mengangkat DST yang tersangkut tersebut,
namun tidak ada yang sukses. Sedangkan, dinding lubang bor pada zona Devonian
Duperow mulai rubuh (caving).

Saat ini pilihan yang tersedia adalah menghentikan pemboran pada Devonian
Duperow, dan berharap zona Mississipian Canyon mempunyai produktif reservoir,
atau melanjutkan usaha pengambilan alat DST yang tersangkut. Apabila DST dapat
ditarik, maka sumur dapat diperdalam hingga Formasi Red River.

Karena sumur ini merupakan sumur eksplorasi, maka beberapa minggu sebelumnya
telah dilakukan coring pada Mission Canyon. Mission Canyon mempunyai
ketebalan 112 ft, 9297 ft hingga 9409 ft. Coring dilakukan dari kedalaman 9302
hingga 9358 ft. Berdasarkan hasil coring, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

- Noda hidrokarbon sepanjang 25ft.

- Jenis batuan mikrokristalin dolomite
Akhirnya setelah dipertimbangkan, maka diturunkan satu set logging yang lengkap,
log porositas ( log densitas, log sonic, log neutron) log induksi (MSFL*, LLS, LLD)
dan log gamma ray.

Gambar 1. Log Induksi dengan Log Gamma Ray dan Log Kaliper
Gambar 2. Kombinasi log Densitas dan Log Neutron dengan Log Gamma Ray dan Log Kaliper

Gambar 3. Log Sonic dan Log Gamma Ray dan Log Kaliper
Informasi-informasi lain yang dibutuhkan dalam interpretasi log:

- Temperatur permukaan = 40oF

- Temperatur formasi = 207oF
- Resistivity water (Rw) pada Tf = 0.023 ohm-m
- Resistivity mud filtrat (Rmf) pada Tf = 0.017 ohm-m
- Dtfl = 185 μs/ft (Saltwater mud)
- ρf = 1.1 gm/cc (salt water)
- Tortuosity factor (a) =1
- Cementation Exponent (m) =2
- Saturation Exponent (n) =2

ANALISA

Analisa log dilakukan pada Mississipian Mission Canyon (MC) dengan

menurunkan dua log package, yaitu log elektrik untuk pengukuran resistivitas dan
kombinasi log neutron-densitas serta log sonik untuk pengukuran porositas dan
litologi batuan. Berdasarkan basis data log, maka MC dibagi menjadi dua bagian,
yaitu “Upper MC” dari 9310 ft hingga 9370 ft dan “Lower MC” dari 9370 ft hingga
9406 ft.

Berdasarkan permasalahan awal, lubang bor mengalami reruntuhan yang biasanya

akan menyebabkan caving. Maka dari itu, penilaian formasi awal dimulai dengan
melihat log kaliper untuk mengecek kondisi diameter sumur. Setelah dilakukan
pengecekan, ternyata pada kedalaman 9310 – 9406 tidak ditemukan pembesaran
diameter sumur secara tidak wajar. Hal ini dapat menyatakan bahwa hasil data log
dapat dipercaya.

Indikasi Kandungan Hidrokarbon

Penilaian formasi selanjutnya dilakukan dengan melihat hasil log resistivitas.

Terdapat tiga parameter yang diperhatikan, yaitu microspherically focused log
(MSFL) yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada flushed zone (Rxo),
sedangkan shallow laterolog (LLS) dan deep laterolog (LLD) digunakan untuk
mengukur resistivitas pada zona invaded (Ri) dan zona uninvaded (Rt).
Di antara kedalaman 9310 ft – 9406 ft, kurva resistivitas (MSFL, LLS, dan LLD)
memperlihatkan nilai Rxo, Ri dan Rt yang berbeda-beda. Perbedaan nilai tersebut
mengindikasikan bahwa batuan telah terinvasi oleh mud filtrate, sehingga
hidrokarbon (jenis minyak) pada zona tersebut berada pada batuan porous dan
permeable. Apabila tidak terdapat perbedaan pada kurva-kurva log resistivitas,
maka dapat disimpulkan bahwa bisa saja formasi tidak terinvasi oleh lumpur atau
tidak terdapat kandungan hidrokarbon di dalamnya.

Gambar 4. Perbedaan kurva MSFL, LLS dan LLD

Perhatikan juga pada lower MC (9370 ft – 9406 ft), tidak terdapat begitu banyak
perbedaan antara kurva MSFL, LLS dan LLD. Hal tersebut dapat mengindikasikan
bahwa lower MC mempunyai saturasi air yang lebih tinggi, yang artinya nilai
saturasi hidrokarbonnya rendah.

Gambar 5. Kurva MSFL, LLS dan LLD pada lower MC

Jenis Litologi

Untuk menentukan jenis litologi, maka dapat digunakan log kombinasi, yaitu
menggunakan M-N Plot ataupun plot antara Dtmaa (apparent matrix traveltime)
dan ρmaa (apparent matrix density). Nilai M dan N pada M-N plot didapat melalui
persamaan berikut:

Di mana, nilai M didapatkan melalui kombinasi antara log sonik dan log densitas
dan nilai N didapatkan melalui kombinasi antara log neutron dan log densitas.
Setelah mendapatkan nilai M dan N, maka nilai tersebut di plot pada M-N plot.
Berdasarkan gambar di bawah, maka dapat dilihat bahwa batuan pada MC
cenderung dolomite dan limestone. Untuk nilai M-N Plot dapat dilihat pada
lampiran.

Gambar 6.M-N Litologi Crossplot

Selain menggunakan M-N Plot, litologi batuan dapat juga ditentukan melalui plot
antara Dtmaa dan ρmaa. Nilai Dtmaa dan ρmaa dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut:
Crossplot antara Dtmaa dan ρmaa ternyata tidak begitu berbeda hasilnya dengan
M-N Plot. Batuan pada MC masih didominasi oleh dolomite, dan terdapat dua
mineral yang ada yaitu quartz-calcite-dolomite dan calcite-dolomite-anhydrite.
Titik-titik pada plot mengindikasikan bahwa kebanyakan dari batuan tersebut
merupakan campuran antara dolomite dan kalsit.

Gambar 7. Matrix identification plot antara Dtmaa dan RHOmaa

Berdasarkan dua crossplot di atas, maka data hasil coring di mana litologi
batuannya adalah microcrystalline dolomite dan sebagian kecil microcrystalline
limestone dapat divalidasi. Dan juga hal ini menandakan bahwa hasil data log dapat
dipercaya karena sudah adanya cross check antara data coring dan logging.
Zona Porous dan Permeable

Untuk mengetahui zona porous dan permeable pada MC, maka digunakan log
densitas x porositas. Sedangkan untuk mengetahui apakah zona kita permeable atau
tidak dapat menggunakan quick look pada log resistivitas. Pada Mississipian
Mission Canyon, nilai porositas yang didapatkan tidak begitu tinggi, terlebih lagi
pada bagian lower MC yang berkisar sekitar 8%. Pada bagian upper MC, nilai
porositas terbesar terdapat pada ke dalaman 9310 ft yaitu sebesar 17%.

Gambar 8. Log Porositas (densitas x neutron)

Zona Permeable dapat diidentifikasi menggunakan log resistivitas, di mana

terdapat perbedaan antara kurva MSFL, LLS dan LLD (gambar 1).

Kedua parameter tersebut (Porositas dan Permeable) merupakan salah satu hal
yang paling penting dalam menentukan apakah zona tersebut produktif atau tidak.
Berdasarkan nilai porositasnya, maka lower MC dapat dikategorikan sebagai zona
tidak produktif dikarenakan nilai porositas dan permeable yang rendah. Namun,
tidak menutup kemungkinan bahwa zona ini dapat diproduksikan apabila dilakukan
hydraulic fracturing untuk meningkat harga porositas dan permeabilitas pada zona
tersebut.

Saturasi Air

Harga saturasi air pada zona ini dapat dihitung menggunakan kombinasi antara log
porositas (neutron x densitas) dan log resistivitas. Perhitungan untuk harga saturasi
dapat dilihat di lampiran. Nilai saturasi pada lower MC jauh lebih tinggi daripada
upper MC. Nilai saturasi pada upper MC mempunyai rata-rata sekitar 49%,
sedangkan pada lower MC mempunyai rata-rata 64%. Hal itu dapat dilihat melalui
grafik antara Efektif Porositas dan LLD di mana nilai saturasi air tersebar:

Gambar 9. Pola penyebaran saturasi air

Analisa Zona Produktif

Untuk analisa zona produktif, diperlukan data logging dengan tingkat akurasi yang
tinggi serta interpretasi hasil data logging yang baik. Berdasarkan data-data di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa zona produktif terdapat pada upper MC yang
mempunyai porositas dan permeabilitas lebih baik dari zona lower MC. Zona upper
MC juga memiliki saturasi air yang jauh lebih kecil dibandingkan lower MC, yang
artinya memiliki kandungan hidrokarbon lebih banyak.

Namun, tidak semua kedalaman pada upper MC merupakan zona produktif, karena
terdapat beberapa ke dalaman yang nilai porositasnya sangat rendah sehingga tidak
lagi bisa dikatakan produktif. Kedalaman tidak produktif ini mempunyai ketebalan
sekitar beberapa kaki di atas lower MC.

Kedalaman produktif pada upper MC dimulai dari 9310 ft hingga 9353 ft. sebagai
contoh, penulis akan mengambil contoh satu kedalaman yaitu 9310. Kedalaman
9310 mempunyai nilai porositas yang tertinggi yaitu sekitar 17% dengan nilai
saturasi air sebesar 17% pula. Nilai Movable Hydrocarbon Index (MHI) 0.532 yang
menurut Schlumberger (1972) maka terjadi perpindahan Hidrokarbon saat mud
filtrat menginvasi batuan. Nilai Bulk Volume Water (BVW) yang kecil 0.03
menandakan bahwa zona tersebut sangat prospek dan produktif.

Untuk membuktikan apakah kedalaman 9310 ft hingga 9353 ft pada upper MC

benar merupakan zona produktif, maka kita dapat melakukan perhitungan cadangan
secara volumetrik terhadap ketebalan tersebut. Parameter-parameter yang
dibutuhkan antara lain:

- Area pengurasan = 160 Acre (didapatkan dari peta isophac)

- h = 43 ft
- ϕ = 13% (rata-rata)
- Sw = 47% (rata-rata)
- RF = 20% (didapatkan melalui perkiraan tenaga
pendorong, yaitu water drive. Ditandai
dengan esarnya saturasi air dan adanya
aquifer air di bawah Devonian Duperow
- BOI = 1.35
Dengan menggunakan persamaan volumetrik,

7758 𝑥 𝐷𝐴 𝑥 ℎ 𝑥 ∅ 𝑥 𝑆𝑤 𝑥 𝑅𝐹
𝑁𝑝 =
𝐵𝑂𝐼

maka didapatkan perkiraan jumlah cadangan pada kedalaman 9310 ft hingga 9353
ft adalah 2305010,98 STB.
LAMPIRAN

Tabel. 1 Harga-harga analisa log

DEPTH ILD ILS MSFL DT DPHI NPHI RHOB PHINDXPT PHI RHOMAA DT M N
NSDXPT MAA
9310 26 20.5 1.2 63 0.09 0.26 2.57 0.175 0.112 2.882 47.600 2.490 0.503
9322 18 10 5.7 52 0.02 0.06 2.68 0.040 0.035 2.746 47.176 2.525 0.595
9326 17 8.3 3.8 53.5 0.03 0.12 2.66 0.075 0.065 2.786 44.358 2.529 0.564
9332 9 6.1 2.4 58 0.05 0.14 2.63 0.095 0.090 2.791 45.440 2.490 0.562
9335 32 6.8 13 52.5 0.035 0.085 2.65 0.060 0.075 2.749 41.757 2.565 0.590
9347 4.8 2.4 0.8 61.5 0.1 0.23 2.55 0.165 0.125 2.837 43.857 2.555 0.531
9353 4.7 2.3 1.6 61.5 0.045 0.25 2.64 0.148 0.130 2.906 43.046 2.406 0.487
9362 40 17 11 53 -0.015 0.135 2.73 0.060 0.065 2.834 43.824 2.429 0.531
9367 22 16 8.8 52.5 -0.015 0.125 2.73 0.055 0.060 2.825 44.043 2.439 0.537
9373 11 7.7 3.5 53.5 0 0.155 2.71 0.078 0.070 2.845 43.602 2.450 0.525
9376 5.1 3.3 2.1 57.5 0.075 0.165 2.59 0.120 0.095 2.793 44.116 2.567 0.560
9383 3.3 1.5 1.2 62 0.09 0.22 2.57 0.155 0.125 2.840 44.429 2.510 0.531
9387 3.3 1.5 1.3 62 0.08 0.135 2.58 0.108 0.105 2.758 47.600 2.493 0.584
9398 6.4 3.2 2.2 58 0.055 0.135 2.62 0.095 0.090 2.780 45.440 2.507 0.569
9406 5.1 3.5 2.2 55 0.03 0.15 2.66 0.090 0.075 2.814 44.459 2.500 0.545
DEPTH Rwa F Sw Sxo MHI MOS ROS BVW
9310 0.796 32.653 0.170 0.702 0.242 0.532 0.298 0.030
9322 0.029 625.000 0.894 0.978 0.914 0.084 0.022 0.036
9326 0.096 177.778 0.490 0.867 0.566 0.377 0.133 0.037
9332 0.081 110.803 0.532 0.881 0.604 0.349 0.119 0.051
9335 0.115 277.778 0.447 0.851 0.525 0.404 0.149 0.027
9347 0.131 36.731 0.420 0.841 0.499 0.421 0.159 0.069
9353 0.102 45.964 0.474 0.861 0.551 0.387 0.139 0.070
9362 0.144 277.778 0.400 0.832 0.480 0.433 0.168 0.024
9367 0.067 330.579 0.588 0.899 0.654 0.311 0.101 0.032
9373 0.066 166.493 0.590 0.900 0.656 0.310 0.100 0.046
9376 0.073 69.444 0.560 0.890 0.629 0.331 0.110 0.067
9383 0.079 41.623 0.539 0.884 0.610 0.345 0.116 0.083
9387 0.038 86.533 0.777 0.951 0.817 0.174 0.049 0.083
9398 0.058 110.803 0.631 0.912 0.692 0.281 0.088 0.060
9406 0.041 123.457 0.746 0.943 0.791 0.197 0.057 0.067
Perhitungan

Kedalaman 9310 ft

◦ Langkah pertama mencari Porositas ND

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,09+0,26
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,175
2 2

◦ Langkah selanjutnya mencari porositas Sonic

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 63 − 47,6
𝜙𝑆𝑁 = = = 0,112
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6

◦ Langkah Selanjut nya adalah mencari Densitas Matrix “Rho maa”

𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,57−(0,175𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,882
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,175

◦ Langkah Selanjutnya adalah mencari Transit Time Matrix “DT maa”

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 63−(0,112𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,6
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,112

◦ Selanjutnya Mencari M

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−63
𝑀= 𝑥0,03 = 2,57−1,1 𝑥0,03 = 2,490
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

◦ Selanjutnya Mencari N

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,26
𝑁= = 2,57−1,1 = 0,503
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

◦ Mencari Water Resistivity “Rwa”

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 26𝑥0,1752
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,796
𝛼 1
 ◦ Mencari F

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,1752 = 32,563

◦ Mencari Water Saturation “Sw”

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,1752 𝑥26 = 0,17

◦ Mencari “Saturasi Flushed Zone” Sxo

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,170,2 = 0,702

◦ Mencari “Movable Hydrocarbon Index” MHI

𝑆𝑤 0,17
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,702 = 0,242

◦ Mencari “Movable Oil Saturation” MOS

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,702 − 0,17 = 0,532

◦ Mencari “Residual Oil Saturation” ROS

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,702 = 0,298

◦ Mencari “Bulk Volume Water” BVW

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,175 𝑥 0,17 = 0,03

Kedalaman 9322
𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,02+0,06
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,04
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 52 − 47,6
𝜙𝑆𝑁 = = = 0,032
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,57−(0,04𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,746
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,04

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 52−(0,032𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,6
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,032

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−52
𝑀= 𝑥0,03 = 2,68−1,1 𝑥0,03 = 2,525
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,06
𝑁= = 2,68−1,1 = 0,595
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 18𝑥0,042
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,029
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,042 = 625

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,042 𝑥18 = 0,894

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,8940,2 = 0,978

𝑆𝑤 0,894
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,978 = 0,914

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,914 − 0,894 = 0,084

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,914 = 0,022

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,04 𝑥 0,894 = 0,036

Kedalaman 9326

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,03+0,12
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,075
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 53,5 − 47,6

𝜙𝑆𝑁 = = = 0,043
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,66−(0,075𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,786
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,075

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 53,5−(0,043𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,6
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,043

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−53,5
𝑀= 𝑥0,03 = 𝑥0,03 = 2,529
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙 2,66−1,1

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,12
𝑁= = 2,66−1,1 = 0,564
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 17𝑥0,0752
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,096
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,0752 = 177,778

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,0752 𝑥17 = 0,49

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,490,2 = 0,867

𝑆𝑤 0,49
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,867 = 0,566

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,867 − 0,49 = 0,377

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,867 = 0,133

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,075 𝑥 0,49 = 0,037

Kedalaman 9332

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,05+0,14
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,095
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 58 − 47,6
𝜙𝑆𝑁 = = = 0,076
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,63−(0,095𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,791
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,095

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 58−(0,076𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,6
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,076

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−58
𝑀= 𝑥0,03 = 2,63−1,1 𝑥0,03 = 2,49
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,14
𝑁= = 2,63−1,1 = 0,562
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 9𝑥0,0952
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,081
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,0952 = 110,803

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,0952 𝑥9 = 0,532

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,5920,2 = 0,881

𝑆𝑤 0,592
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,881 = 0,604

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,881 − 0,592 = 0,349

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,881 = 0,119

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,095 𝑥 0,592 = 0,051

Kedalaman 9335

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,035+0,85
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,06
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 52,5 − 47,6

𝜙𝑆𝑁 = = = 0,036
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏 − (𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,65 − (0,06𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,749
1 − 𝜙𝑁𝐷 1 − 0,06

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 52,5−(0,036𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,6
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,036

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−52,5
𝑀= 𝑥0,03 = 𝑥0,03 = 2,565
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙 2,65−1,1

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,085
𝑁= = 2,65−1,1 = 0,59
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 32𝑥0,062
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,115
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,062 = 277,778

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,062 𝑥32 = 0,447

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,4470,2 = 0,851

𝑆𝑤 0,447
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,851 = 0,525

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,851 − 0,447 = 0,404

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,851 = 0,149

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,06 𝑥 0,447 = 0,027

Kedalaman 9347 ft

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,1+0,23
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,165
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 61.5 − 47,6

𝜙𝑆𝑁 = = = 0,101
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏 − (𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,55 − (0,165𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,837
1 − 𝜙𝑁𝐷 1 − 0,165

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 61.5−(0,101𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,6
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,101

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−61.5
𝑀= 𝑥0,03 = 𝑥0,03 = 2,555
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙 2,55−1,1

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,23
𝑁= = 2,55−1,1 = 0,531
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 4.8𝑥0,1752
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,131
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,1652 = 36.731

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,1652 𝑥4.8 = 0,42

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,420,2 = 0,841

𝑆𝑤 0,42
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,841 = 0,499

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,841 − 0,42 = 0,421

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,841 = 0,159

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,165 𝑥 0,42 = 0,069

Kedalaman 9353 ft

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,045+0,25
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,148
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 61.5 − 47,6

𝜙𝑆𝑁 = = = 0,101
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,64−(0,148𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,906
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,148

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 61.5−(0,101𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,6
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,101

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−61.5
𝑀= 𝑥0,03 = 𝑥0,03 = 2,406
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙 2,64−1,1

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,25
𝑁= = 2,64−1,1 = 0,487
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 4.7𝑥0,1482
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,102
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,1482 = 45,964

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,1482 𝑥4.7 = 0,474

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,4740,2 = 0,861

𝑆𝑤 0,474
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,861 = 0,551

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,861 − 0,474 = 0,387

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,861 = 0,139

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,148 𝑥 0,474 = 0,07

Kedalaman 9362 ft

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 −0,015+0,135
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,06
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 53 − 47,6
𝜙𝑆𝑁 = = = 0,039
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,73−(0,06𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,834
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,06

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 53−(0,039𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,6
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,039

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−53
𝑀= 𝑥0,03 = 2,73−1,1 𝑥0,03 = 2,429
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,135
𝑁= = 2,73−1,1 = 0,531
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 40𝑥0,062
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,144
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,062 = 277.778

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,062 𝑥40 = 0,4

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,40,2 = 0,832

𝑆𝑤 0,4
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,832 = 0,480

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,832 − 0,4 = 0,433

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,832 = 0,168

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,06 𝑥 0,4 = 0,024

Kedalaman 9367 ft

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,015+0,125
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,055
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 52,5 − 47,6

𝜙𝑁𝑆 = = = 0,036
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,73−(0,055𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,825
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,055

𝐷𝑇−(𝜙𝑁𝑆𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 52,5−(0,036𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,6
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,036

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−52,5
𝑀= 𝑥0,03 = 𝑥0,03 = 2,439
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙 2,73−1,1

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,125
𝑁= = 2,73−1,1 = 0,537
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 22𝑥0,0552
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,067
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,0552 = 330,579

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √ 𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,0552 𝑥27 = 0,588

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,5880,2 = 0,899

𝑆𝑤 0,588
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,899 = 0,654

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,899 − 0,588 = 0,311

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,899 = 0,101

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,055 𝑥 0,558 = 0,032

Kedalaman 9373 ft

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,0+0,155
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,078
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 53,5 − 47,6

𝜙𝑁𝑆 = = = 0,043
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,71−(0,078𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,845
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,078

𝐷𝑇−(𝜙𝑁𝑆𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 53,5−(0,043𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,6
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,043

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−53,5
𝑀= 𝑥0,03 = 𝑥0,03 = 2,450
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙 2,71−1,1

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,155
𝑁= = 2,71−1,1 = 0,525
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 11𝑥0,0782
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,066
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,0782 = 166,493

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √ 𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,0782 𝑥11 = 0,590

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,5900,2 = 0,900

𝑆𝑤 0,590
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,900 = 0,656

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,9 − 0,590 = 0,310

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,9 = 0,1

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,078 𝑥 0,590 = 0,046

Kedalaman 9376 ft

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,075+0,165
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,12
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 57,5 − 47,6

𝜙𝑁𝑆 = = = 0,072
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,59−(0,120𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,793
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,120

𝐷𝑇−(𝜙𝑁𝑆𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 57,5−(0,072𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,6
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,072

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−57,5
𝑀= 𝑥0,03 = 𝑥0,03 = 2,567
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙 2,59−1,1

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,165
𝑁= = 2,59−1,1 = 0,560
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 5,1𝑥0,1202
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,073
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,1202 = 69,44

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √ 𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,1202 𝑥5,1 = 0,560

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,5600,2 = 0,890

𝑆𝑤 0,560
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,890 = 0,629

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,890 − 0,560 = 0,331

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,890 = 0,110

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,120 𝑥 0,560 = 0,032

Kedalaman 9383 ft

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,09+0,22
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,155
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 62 − 47,6
𝜙𝑆𝑁 = = = 0,105
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,57−(0,155𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,839
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,155

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 62−(0,105𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,56
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,105

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−62
𝑀= 𝑥0,03 = 2,57−1,1 𝑥0,03 = 2,510
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,22
𝑁= = 2,57−1,1 = 0,530
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 3,3𝑥0,1552
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,079
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,1552 = 41,62

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,1552 𝑥3,3 = 0,539

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,5390,2 = 0,883

𝑆𝑤 0,539
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,883 = 0,610

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,883 − 0,539 = 0,345

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,883 = 0,117

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,155 𝑥 0,539 = 0,083

Kedalaman 9387 ft

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,08+0,135
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,108
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 62 − 47,6
𝜙𝑆𝑁 = = = 0,105
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,58−(0,108𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,758
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,108

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 62−(0,105𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,56
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,105

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−62
𝑀= 𝑥0,03 = 2,58−1,1 𝑥0,03 = 2,493
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,135
𝑁= = 2,58−1,1 = 0,584
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 3,3𝑥0,1082
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,038
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,1082 = 86,533

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,1082 𝑥3,3 = 0,773

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,7730,2 = 0,949

𝑆𝑤 0,773
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,949 = 0,814

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,949 − 0,773 = 0,176

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,949 = 0,051

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,108 𝑥 0,773 = 0,079

Kedalaman 9398 ft

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,055+0,135
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,095
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 58 − 47,6
𝜙𝑆𝑁 = = = 0,075
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,62−(0,095𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,779
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,095

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 58−(0,075𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 49,89
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,075

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−58
𝑀= 𝑥0,03 = 2,62−1,1 𝑥0,03 = 2,506
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,135
𝑁= = 2,62−1,1 = 0,569
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 6,4𝑥0,0952
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,057
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,0952 = 110,803

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,0952 𝑥6,4 = 0,631

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,6310,2 = 0,912

𝑆𝑤 0,631
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,912 = 0,691

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,912 − 0,631 = 0,281

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,912 = 0,088

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,095 𝑥 0,631 = 0,059

Kedalaman 9406 ft

𝐷𝑃𝐻𝐼+𝑁𝑃𝐻𝐼 0,03+0,15
𝜙𝑁𝐷 = = = 0,09
2 2

𝐷𝑇 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 55 − 47,6
𝜙𝑆𝑁 = = = 0,053
𝐷𝑇𝑓 − 𝐷𝑇𝑚𝑎 185 − 47,6
 𝜌𝑏−(𝜙𝑁𝐷𝑥𝜌𝑓𝑙) 2,66−(0,09𝑥1,1)
𝜌𝑚𝑎𝑎 = = = 2,814
1−𝜙𝑁𝐷 1−0,09

𝐷𝑇−(𝜙𝑆𝑁𝑥𝐷𝑇𝑓𝑙) 55−(0,053𝑥185)
𝐷𝑇𝑚𝑎𝑎 = = = 47,72
1−𝜙𝑁𝑆 1−0,053

𝐷𝑇𝑓𝑙−𝐷𝑇 185−55
𝑀= 𝑥0,03 = 2,66−1,1 𝑥0,03 = 2,5
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝜙𝑁𝑓𝑙−𝜙𝑁 1−0,15
𝑁= = 2,66−1,1 = 0,544
𝜌𝑏−𝜌𝑓𝑙

𝑅𝑡 𝑥 𝜙𝑚 5,1𝑥0,092
𝑅𝑤𝑎 = = = 0,041
𝛼 1

𝛼 1
𝐹 = 𝜙2 = 0,092 = 123,456

𝛼 𝑥 𝑅𝑤 1 𝑥 0,023
𝑆𝑤 = √𝜙𝑛𝑥𝑅𝑡 = √0,092 𝑥5,1 = 0,746

𝑆𝑥𝑜 = 𝑆𝑤 0.2 = 0,7460,2 = 0,943

𝑆𝑤 0,746
𝑀𝐻𝐼 = 𝑆𝑥𝑜 = 0,943 = 0,791

𝑀𝑂𝑆 = 𝑆𝑥𝑜 − 𝑆𝑤 = 0,943 − 0,746 = 0,197

𝑅𝑂𝑆 = 1 − 𝑆𝑥𝑜 = 1 − 0,943 = 0,057

𝐵𝑉𝑊 = 𝜙𝑁𝐷 𝑥 𝑆𝑤 = 0,09 𝑥 0,746 = 0,067

Perhitungan Cadangan

7758 𝑥 𝐷𝐴 𝑥 ℎ 𝑥 ∅ 𝑥 𝑆𝑤 𝑥 𝑅𝐹
𝑁𝑝 =
𝐵𝑂𝐼

7758 𝑥 160 𝑥 43 𝑥 0.13 𝑥 0.47 𝑥 0.2

𝑁𝑝 = = 2305010,98 STB
1.35