Anda di halaman 1dari 58

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

GEOTEKNIK TAMBANG

METODE DALAM ANALISIS


GEOTEKNIK

September 2014

SUPANDI, ST, MT
supandisttnas@gmail.com
GEOTEKNIK TAMBANG
Jurusan : Teknik Geologi
Prodi : Teknik Pertambangan Strata 1.
Kode : AS7446P
Mata Kuliah : Geoteknik Tambang
SKS : 2 SKS
Semester : VII
Waktu Perkuliahan : 2 x 50 menit
Dosen Pengampu : Supandi – ST. MT
Sistem Perkuliahan :
Penilaian : a. Tugas, presentasi dan Diskusi, Quiz,
20%
b. Ujian Tengah Semester (UTS)
30%
c. Ujian akhir semester (UAS) 50%
Range Nilai : 0-20,9 = E ; 21-44 = D ; 45-60.9 = C ;
61 – 80 = B ; 81 – 100 = A
Contact Person : supandisttnas@gmail.com
STTNAS Yogyakarta Slide 2
2010 Oct - 2010
Textbook
1. John Read and Peter Stacey, 2009, Guidelines fr Open
Pit Slope Design, CRC Press.
2. William A Hustrulid, Michael K.McCarter and Dirk J.A Van
Zyl, 2000, Slope Stability in Surface Mining, Society for
Mining Mettalurgy and Exploration Inc.
3. Ducan C Wyllie & Christopher W Mah, 2007-4th Edition,
Rock Slope Engineering, Spon Press.
4. Charles A Kliche, 1999, Rock Slope Stability, Society for
Mining Mettalurgy and Exploration Inc.
5. E. Hoek & J.W Bray, 1994, Rock Slope Engineering,
Institute of Mining and Metalurgy.
6. Roy E. Hunt, 2007, Geotechnical Investigation
Methods, CRC Press.
7. Roy E Hunt, 2007, Geologic Hazards, CRC Press.
STTNAS Yogyakarta Slide 3
2010 Oct - 2010
Maksud Analisis Stabilitas Lereng

• Melakukan kajian potensi kelongsoran lereng yang melibatkan lereng-lereng


baik alami maupun buatan.

• Melakukan analisis kelongsoran dan mengerti mekanisme keruntuhan dan


pengaruh faktor-faktor lingkungan untuk design lereng.

• Melakukan analisis terhadap stabilitas lereng untuk kondisi jangka pendek


(during construction) dan jangka panjang

• Untuk memungkinkan melakukan redesign terhadap lereng yang telah longsor


dan merencanakan dan mendesign langkah-langkah preventif jika diperlukan.

• Untuk mempelajari efek dari beban seismik pada lereng atau tanggul.

STTNAS Yogyakarta Slide 4


2010 Oct - 2010
METODE ANALISIS KEMANTAPAN LERENG

• BEBERAPA METODA ANALISIS


KEMANTAPAN YANG
• DAPAT DIGUNAKAN ANTARA LAIN :
• METODA ANALITIK
• METODA GRAFIK
• METODA KESEIMBANGAN LIMIT
• METODA NUMERIK (METODA ELEMEN
HINGGA, ELEMEN DISKRET, ELEMEN
BATAS DAN LAIN LAIN)
• TEORI BLOK DAN SISTEM PAKAR

STTNAS Yogyakarta Slide 5


2010 Oct - 2010
Penyelidikan lapangan harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum
analisis kestabilan lereng dilakukan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan. Dalam penyelidikan tersebut juga harus dilakukan
investigasi lapangan untuk memperkirakan dan mengevaluasi potensi-
potensi bahaya pada lereng.

Terdapat sejumlah metode yang dapat digunakan dalam analisis


kestabilan lereng mulai dari yang sederhana, seperti metode
kesetimbangan batas, sampai dengan yang rumit dan canggih, seperti
metode finite-element dan metode discrete-element. Setiap metode
mempunyai keunggulan dan keterbasan masing-masing.

STTNAS Yogyakarta Slide 6


2010 Oct - 2010
Saat ini terdapat sejumlah metode analisis dan program komputer yang
tersedia untuk analisis kestabilan lereng memerlukan pemahaman
tentang prinsip-prinsip dari metode tersebut, kelebihan dan keterbatasan
pada setiap metode dan program komputer sehingga dapat digunakan
secara tepat. Secara garis besar metode-metode yang digunakan dalam
analisis kestabilan lereng dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
metode konvensional dan metode numerik

STTNAS Yogyakarta Slide 7


2010 Oct - 2010
Metode Konvensional
Metode Empiris dan Analogi
Prinsip yang digunakan dalam metode empiris dan analogi yaitu analisis
kestabilan dilakukan berdasarkan pada pengalaman-pengalaman sebelumnya
terutama dari lereng-lereng dengan karakteristik yang hampir sama.
Penggunaan metode ini sangat tergantung pada pengalaman dan keputusan
yang dibuat oleh seorang insinyur atau analis yang terlibat. Kadang-kadang
penggunaan metode ini juga digabung dengan metode lainnya seperti stability
chart, analisis kinematik, atau metode kesetimbangan batas.

STTNAS Yogyakarta Slide 8


2010 Oct - 2010
Slope Mass Rating
Beberapa ahli mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis untuk
analisis kestabilan lereng dengan membuat klasifikasi lereng dengan cara
menggunakan pendekatan Slope Mass Rating (SMR). SMR dapat memberikan
panduan awal dalam analisis kestabilan lereng, memberikan informasi yang
berguna tentang tipe keruntuhan serta hal-hal yang diperlukan untuk perbaikan
lereng. Slope Mass Rating merupakan modifikasi dari sistem Rock Mass Rating
(RMR) yang dikembangkan oleh Bieniwaski.
Slope Mass Rating (SMR) dihasilkan dengan melakukan beberapa faktor
koreksi terhadap nilai yang diperoleh dengan Rock Mass Rating. Nilai SMR
dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
SMR = RMR + (F1 x F2 x F3 ) + F4
Faktor-faktor koreksi (F1, F2 dan F3) adalah faktor koreksi terhadap kondisi
kekar (joints) serta F4 adalah faktor koreksi terhadap metode penggalian
lereng.

STTNAS Yogyakarta Slide 9


2010 Oct - 2010
Nilai RMR dihitung berdasarkan proposal yang diajukan oleh Bieniawski
(1979), yang memberikan nilai peringkat untuk kelima parameter sebagai
berikut:
kekuatan batuan utuh
RQD (dengan melakukan pengukuran atau estimasi)
spasi bidang-bidang takmenerus
kondisi bidang-bidang takmenerus
kondisi air yang mengalir pada bidang-bidang tak menerus.

STTNAS Yogyakarta Slide 10


2010 Oct - 2010
Table 4: Rock Mass Rating System (After Bieniawski 1989).
A. CLASSIFICATION PARAMETERS AND THEIR RATINGS
Parameter Range of values  
For this low range -uniaxial
Point-load strength
>10 MPa 4 - 10 MPa 2 - 4 MPa 1 - 2 MPa compressive test is  
index
preferred
1 Strength of intact Uniaxial comp. 5 - 25 1 - 5 < 1 MPa
>250 MPa 100 - 250 MPa 50 - 100 MPa 25 - 50 MPa  
rock material strength MPa MPa
Rating 15 12 7 4 2 1 0  
Drill core Quality RQD 90% - 100% 75% - 90% 50% - 75% 25% - 50% < 25%  
2 Rating 20 17 13 8 3  
Spacing of discontinuities >2m 0.6 - 2 . m 200 - 600 mm 60 - 200 mm < 60 mm  
3 Rating 20 15 10 8 5  
Very rough Slightly rough Slightly rough Slickensided Soft gouge >5 mm thick or
surfaces Not surfaces surfaces surfaces or Gouge Separation > 5 mm
continuous No Separation < 1 Separation < < 5 mm thick or Continuous
Condition of discontinuities (See E) separation mm Slightly 1 mm Highly Separation 1-5 mm  
4
Unweathered weathered weathered Continuous
wall rock walls walls
Rating 30 25 20 10 0  
Inflow per 10 None < 10 10 - 25 25 - 125 > 125
m tunnel  
length (l/m)
(Joint water
Ground water
5 press)/ (Major 0 < 0.1 0.1, - 0.2 0.2 - 0.5 > 0.5  
principal σ)
General Completely
Damp Wet Dripping Flowing  
conditions dry
Rating 15 10 7 4 0  
STTNAS Yogyakarta Slide 11
2010 Oct - 2010
Faktor-faktor koreksi untuk kekar (joints), seperti yang diperlihatkan pada
Tabel 2, adalah merupakan perkalian dari tiga faktor sebagai berikut:
a. F1, nilainya tergantung pada arah jurus kekar terhadap permukaan lereng.
b. F2, nilainya mengacu pada sudut kemiringan kekar.
c. F3, nilainya menggambarkan hubungan antara permukaan lereng dengan
kemiringan kekar seperti yang dikembangkan oleh Bieniawski (1976).
Faktor koreksi F4 nilainya tergantung pada metode penggalian lereng adalah
seperti yang diperlihatkan pada Tabel

s slope dip direction j /j


s slope dip
s joint dip direction
s /s s joint dip

STTNAS Yogyakarta Slide 12


2010 Oct - 2010
Very Unfavor- Very
CASE Favorable Favorable Fair able unfavor-
able
PLANAR >30O 30O – 20O 20O – 10O 10O – 15O <10O
TOPPLING
P/T 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00
PLANAR <20O 20O – 30O 30O – 35O 35O – 45O >45O
TOPPLING 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00
P/T 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
PLANAR >10O 10O – 0O 0O 0O- (-10O) < –10O
TOPPLING <110O 110O -120O >120O
P/T 0.40 -6 -25 -50 -60

STTNAS Yogyakarta Slide 13


2010 Oct - 2010
Very un-
Case Condition Very Favorable Favorable Fair Un-favorable
favorable
P |j – s| >30 30-20 20-10 10-5 <5
T |j – s - 180|
P/T F1 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00
P |j| <20 20-30 30-35 35-45 >45
P F2 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00
T F2 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
P |j – s| >10 10-0 0 0-(-10) <-10
T |j + s| <110 110-120 >120 - -
P/T F3 0 -6 -25 -50 -60
Method of Smooth Blasting / Defficient
Natural slope Presplitting
Excavation blasting mechanical blasting
F4 +15 +10 +8 0 -8

Class No V IV III II I

SMR 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100


Desciption Very bad Bad Normal Good Very good
Completely Completely
Stability Unstable Partially stable Stable
unstable stable
Big planar / soil Planar / big Some joints / Some
Failures None
like wedges many wedges blocks
STTNAS Yogyakarta Important/ Slide 14
Support Re-excavation Systematic Occasional None
2010 corrective Oct - 2010
Analisis Kinematik dan
Teori Blok (Block Theory)
Analisis Kinematik
Analisis kinematik adalah analisis tentang pergerakan benda tanpa
mempertimbangkan gaya-gaya yang menyebabkannya. Pertimbangan
utama dalam analisis ini yaitu kemungkinan terjadinya keruntuhan
translasional yang disebabkan oleh adanya formasi bidang planar atau
baji. Metode ini hanya berdasarkan pada evaluasi detail mengenai
struktur massa batuan dan geometri dari bidang-bidang lemah yang
dapat memberikan kontribusi terhadap ketidakstabilan lereng. Analisis
kinematik dapat dilakukan menggunakan stereonet plot manual atau
dengan program komputer.

STTNAS Yogyakarta Slide 15


2010 Oct - 2010
Hal penting yang harus diperhatikan yaitu analisis kinematik hanya
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya gelinciran yang disebabkan
oleh sebuah bidang lemah saja atau perpotongan dari beberapa bidang
lemah. Analisis tipe ini tidak mempertimbangkan keruntuhan yang
melibatkan multiple joints atau joint sets serta terjadinya deformasi
dan rekahan pada blok batuan

STTNAS Yogyakarta Slide 16


2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 17
2010 Oct - 2010
Teori Blok
Teori blok merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis kinematik.
Teori ini dikembangkan oleh Goodman & Shi (1985). Dasar dari teori blok
yaitumempertimbangkan mengenai terbentuknya suatu blok batuan yang
dihasilkan dari perpotongan beberapa bidang takmenerus serta
melakukan identifikasi terhadap blok-blok yang kritis, yang disebut blok-
blok kunci. Dalam teori blok adanya retakan tarik pada permukaan lereng
dan deformasi dari blok batuan diabaikan.

Blok-blok batuan dikelompokkan menjadi blok-blok takhingga dan blok-


blok terhingga. Blok-blok takhingga merupakan blok yang aman asalkan
tidak terjadi retakan pada blok tersebut. Blok-blok yang terhingga terdiri
dari blok-blok yang tak dapat dipindahkan dan blok-blok yang dapat
dipindahkan.
Blok yang dapat dipindahkan terdiri beberapa tipe. Tipe pertama, blok-
blok yang dapat langsung jatuh atau tergelincir hanya oleh pengaruh
gaya gravitasi saja, blok tipe ini dinamakan sebagai blok kunci. Tipe
kedua, adalah blok-blok yang aman selama gaya gesek yang bekerja lebih
besar dibanding dengan gaya dorong yang bekerja pada blok batuan,
blok tipe ini disebut sebagi blok kunci potensial. Tipe ketiga, adalah blok
yang sudah aman dengan gaya gravitasi saja.

STTNAS Yogyakarta Slide 18


2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 19
2010 Oct - 2010
Diagram Kestabilan
(Slope Stability Charts)

Analisis kestabilan lereng dapat dilakukan secara cepat menggunakan


diagram kestabilan lereng. Diagram kestabilan lereng dapat digunakan pada
perhitungan tahap awal atau untuk memeriksa hasil dari perhitungan detail.
Diagram kestabilan lereng juga sangat bermanfaat dalam perbandingan
beberapa macam alternatif rancangan lereng.

Terdapat beberapa macam diagram untuk analisis kestabilan lereng antara


lain yang dikembangkan oleh Taylor (1937), Bishop dan Morgenstern (1960),
Janbu (1968), Hunter dan Schuster (1968), Hoek dan Bray (1981), Duncan
(1987).

STTNAS Yogyakarta Slide 20


2010 Oct - 2010
Sayangnya diagram kestabilan dikembangkan hanya untuk lereng dengan
material homogen dan geometri yang sederhana. Penerapan cara ini pada
lereng yang komplek harus dilakukan pendekatan tertentu sehingga
diperoleh geometri dan material yang ekuivalen. Pembuatan lereng
ekuivalen diawali dengan membuat penampang melintang, kemudian
berdasarkan penampang melintang tersebut dibuat sketsa geometri lereng
yang sederhana namun sudah dapat mewakili geometri lereng yang
sebenarnya. Tahap berikutnya adalah menghitung nilai rata-rata kuat
geser dari material pada lereng yang dianalisis.

STTNAS Yogyakarta Slide 21


2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 22
2010 Oct - 2010
Metode Kesetimbangan Batas
Metode kesetimbangan batas merupakan metode yang sangat
populer dan rutin dipakai dalam analisis kestabilan lereng untuk longsoran
tipe gelinciran translasional dan rotasional. Metode ini relatif sederhana,
mudah digunakan serta telah terbukti kehandalannya dalam praktek rekayasa
selama bertahun-tahun.
Dalam perhitungan analisis kestabilan lereng dengan metode ini
hanya digunakan kondisi kesetimbangan statik saja serta mengabaikan
adanya hubungan regangantegangan yang ada dalam lereng. Asumsi lainnya
yaitu geometri dari bentuk bidang runtuh harus diketahui atau ditentukan
terlebih dahulu.
Kondisi kestabilan lereng dalam metode kesetimbangan batas
dinyatakan dalam indek faktor keamanan. Faktor keamanan dihitung
menggunakan kesetimbangan gaya atau kesetimbangan momen, atau
menggunakan kedua kondisi kesetimbangan tersebut tergantung dari metode
perhitungan yang dipakai.

STTNAS Yogyakarta Slide 23


2010 Oct - 2010
1. Analisis Longsoran Tipe Translasional
Metode kesetimbangan batas telah digunakan secara meluas dalam analisis
kestabilan lereng yang dikontrol oleh adanya bidang tak menerus, yang
berupa bidang planar atau baji yang dihasilkan oleh perpotongan dua buah
bidang planar.
Longsoran diasumsikan terjadi sepanjang bidang planar atau baji tersebut
dan diasumsikan blok massa tidak mengalami rotasi.
Faktor keamanan lereng dihitung dengan membandingkan kekuatan geser
material dengan gaya geser yang bekerja sepanjang bidang runtuh.
Diagram benda bebas dan rumus untuk analisis kestabilan lereng dengan
bidang runtuh planar diberikan pada gambar
per

STTNAS Yogyakarta Slide 24


2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 25
2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 26
2010 Oct - 2010
2. Analisis Longsoran Tipe Rotasional

Untuk lereng tanah atau lereng batuan lemah pada umumnya longsoran
terjadi karena kekuatan geser material sepanjang bidang runtuh tidak
mampu menahan gaya geser yang bekerja. Pada kasus ini, biasanya
bidang runtuh berupa sebuah busur lingkaran atau berupa bidang
lengkung. Metode kesetimbangan batas merupakan metode yang
sangat populer untuk tipe longsoran tersebut. Secara umum metode
untuk menganalisis longsoran tipe rotasional dapat dibagi dua yaitu:
metode massa dan metode irisan.

Metode Massa
Pendekatan yang digunakan dalam metode ini yaitu massa di atas bidang
runtuh dianggap sebagai sebuah benda kaku dan bidang runtuh dianggap
berupa sebuah busur lingkaran. Asumsi lainnya yang digunakan yaitu
paramater kekuatan geser hanya ditentukan oleh kohesi saja. Metode ini
cocok sekali digunakan pada lereng lempung.
Faktor keamanan lereng merupakan perbandingan antara momen penahan
dan momen guling, yang dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
STTNAS Yogyakarta Slide 27
2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 28
2010 Oct - 2010
Metode Irisan

Metode irisan merupakan metode paling populer dalam analisis kestabilan


lereng dengan tipe keruntuhan rotasional. Salah satu karakteristik dari
metode irisan yaitu geometri dari bidang gelinciran harus ditentukan atau
diasumsikan terlebih dahulu.
Untuk menyederhanakan perhitungan, bidang runtuh biasanya dianggap
berupa sebuah busur lingkaran, gabungan busur lingkaran dengan garis
lurus, atau gabungan dari beberapa garis lurus.

Setelah geometri dari bidang runtuh ditentukan kemudian massa di atas


bidang runtuh dibagi ke dalam sejumlah irisan tertentu. Tujuan dari
pembagian tersebut adalah untuk mempertimbangkan adanya variasi
kekuatan geser dan tekanan air pori sepanjang bidang runtuh. Langkah
selanjutnya adalah menghitung data-data untuk setiap irisan.
Dengan menggunakan data-data pada setiap irisan besarnya faktor
keamanan dapat dihitung menggunakan persamaan kesetimbangan.

STTNAS Yogyakarta Slide 29


2010 Oct - 2010
Berdasarkan kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi, metode irisan dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori.

1.Metode yang tidak memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan


momen, antara lain yaitu metode Irisan Biasa, metode Bishop Yang
Disederhanakan (Simplified Bishop Method) dan metode Janbu Yang
Disederhanakan (Simplified Janbu Method).
2.Metode yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan momen,
antara lain yaitu Metode Spencer, Metode Morgenstern-Price dan Metode
Kesetimbangan, Batas Umum (Generalized Limit Equilibrium Method)

Terdapatnya sejumlah variasi dari metode irisan, dikarenakan oleh perbedaan


asumsi-asumsi yang digunakan dan kondisi kesetimbangan yang dapat
dipenuhi

STTNAS Yogyakarta Slide 30


2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 31
2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 32
2010 Oct - 2010
Perhitungan faktor keamanan harus dilakukan pada sejumlah bidang
runtuh sehingga diperoleh suatu bidang runtuh kritis. Bidang runtuh
kritis adalah bidang runtuh yang menghasilkan faktor keamanan
terkecil.

Penentuan bidang runtuh kritis dapat dilakukan dengan cara coba-


coba atau menggunakan metode optimasi. Untuk kasus analisis balik,
apabila geometri bidang runtuh dapat diketahui dari penyelidikan
lapangan maka penentuan bidang kritis tidak perlu dilakukan.

STTNAS Yogyakarta Slide 33


2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 34
2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 35
2010 Oct - 2010
3. Analisis Keruntuhan Gulingan

Metode kesetimbangan batas dapat juga diaplikasikan pada keruntuhan


gulingan tipe gulingan langsung (direct-toppling). Suatu blok batuan dapat
langsung terguling apabila titik beratnya berada di luar dari zona kritis dan
sudah melewati batas kritis terhadap momen guling. Selain kemungkinan
tergulingnya blok batuan, hal lain yang harus dipertimbangkan yaitu
kemungkinan blok untuk tergelincir saja atau blok akan tergelincir dan
terguling secara bersamaan (Gambar 26).

Oleh karena itu analisis kestabilan untuk tipe gulingan dengan metode
kesetimbangan batas harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
gulingan dan atau gelinciran secara bersamaan. Gaya-gaya yang bekerja pada
setiap blok serta kondisi kesetimbangan batas untuk kondisi gelinciran dan
gulingan ditunjukkan pada Gambar 27. Pada model tersebut diasumsikan
lereng dalam kondisi kering. Prosedur penyelesaian pada model tersebut
dikembangkan oleh Hoek dan Bray (1981).

STTNAS Yogyakarta Slide 36


2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 37
2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 38
2010 Oct - 2010
Analisis Batuan Jatuh
Salah satu tujuan dari analisis kestabilan lereng batuan adalah untuk
merencanakan tindakan perbaikan atau pencegahan apabila terjadi pergerakan
batuan. Untuk kasus keruntuhan batuan adalah hampir tidak mungkin untuk
mengamankan semua blok batuan sehingga harus dirancang suatu sistem
pelindungan terhadap manusia atau bangunan dari bahaya yang ditimbulkan
oleh batuan-batuan yang jatuh. Persoalan utama dari perancangan sistem
perlindungan tersebut adalah menentukan lintasan dan
jalur dari batuan-batuan yang lepas dan jatuh dari lereng.

Penyelesaian analitis dalam analisis batuan jatuh dilakukan dengan menganggap


blok batuan sebagai suatu partikel yang mempunyai massa dan akan bergerak di
udara dengan lintasan balistik kemudian blok batuan tersebut akan memantul,
terguling atau tergelincir setelah jatuh pada permukaan bumi.

Penentuan lintasan batuan jatuh dilakukan dengan membalikkan dan


mengurangi komponen normal dan tangential dari kecepatan blok batuan. Kedua
koefisien tumbukan tersebut digunakan sebagai alat ukur untuk karakteristik
tumbukan, deformasi, kontak gelinciran dan perubahan dari momentum
rotasional ke momentum translational dan sebaliknya. Berdasarkan prinsip
tersebut maka dapat diperkirakan kecepatan dari batuan jatuh, tinggi pantulan
serta tempat berhentinya batuan jatuh
STTNAS Yogyakarta Slide 39
2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 40
2010 Oct - 2010
Metode Numerik
Metode konvensional hanya cocok digunakan untuk menganalisis lereng
yang relatif sederhana. Untuk lereng dengan mekanisme keruntuhan yang
cukup komplek, lereng dengan material yang bersifat anisotropi, lereng
yang mempunyai karakteristik tegangan-regangan yang nonlinier, metode
konvensional tidak dapat memberikan hasil analisis yang memuaskan.
Oleh sebab itu pada kasus-kasus yang rumit tersebut untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan, maka analisis kestabilan lereng harus dilakukan
dengan menggunakan metode numerik.

Beberapa keuntungan lain dari penggunaan metode numerik dalam


analisis kestabilan lereng antara lain yaitu:
1.Dapat digunakan untuk menganalisis lereng dengan mekanisme
longsoran yang komplek.
2. Kondisi tegangan dan regangan yang ada pada lereng dapat dimasukkan
dalam perhitungan kestabilan lereng.
3. Berbagai macam kriteria keruntuhan baik yang linear maupun nonlinier
dapat digunakan.
4. Efek perkuatan pada lereng dapat dimasukkan dengan mudah dalam
analisis kestabilan lereng.

STTNAS Yogyakarta Slide 41


2010 Oct - 2010
Secara garis besar terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk
menyelesaikan persoalan geomekanika yaitu:
1. Pertama, batuan atau tanah dianggap sebagai suatu massa yang kontinu
atau menerus (Metode Kontinum)
2.Kedua, batuan atau tanah dianggap sebagai suatu benda yang tidak
kontinu/tidak menerus (Metode Diskontinum).
3.Kedua pendekatan tersebut dapat juga digabung untuk memperoleh
kelebihan dari masing-masing metode, pendekatan ini disebut Metode
Campuran (hybrid).

STTNAS Yogyakarta Slide 42


2010 Oct - 2010
Metode Kontinum (Continuum Method)

Metode kontinum sangat cocok digunakan untuk menganalisis


kestabilan lereng tanah, lereng batuan yang masif, dan lereng batuan
dengan rekahan yang sangat intensif.

Analisis kestabilan lereng dengan metode kontinum dapat dilakukan


dengan menggunakan dua metode sebagai berikut:
1. Metode beda hingga (Finite-difference method).
2. Metode elemen hingga (Finite-element method).

Pada metode kontinum tidak ada bidang runtuh aktual yang terbentuk,
akan tetapi dengan mempertimbangkan konsentrasi tegangan geser
pada model, lokasi bidang runtuh dapat ditentukan.

STTNAS Yogyakarta Slide 43


2010 Oct - 2010
Metode Beda-Hingga
Metode beda-hingga berdasarkan pembagian domain kedalam sejumlah
sekumpulan simpul yang saling berkaitan dimana sistem persamaan
diferensial pengatur diterapkan.
Sistem persamaan diferensial pengatur yaitu persamaan kondisi
kesetimbangan, hubungan tegangan-regangan dan hubungan regangan-
perpindahan.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam analisis kestabilan lereng
dengan metode beda-hingga adalah metode pengurangan kekuatan geser.
Prinsip dari metode pengurangan kekuatan geser yaitu kekuatan geser
material nilainya dikurangi secara bertahap sampai terbentuk suatu
mekanisme keruntuhan pada lereng.
Pengurangan parameter kohesi (c) dan sudut gesek (f) dapat dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut:

dimana: SRF = faktor reduksi kekuatan geser. Faktor keamanan (F) besarnya
sama dengan nilai SRF pada saat tepat terjadi keruntuhan.
STTNAS Yogyakarta Slide 44
2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 45
2010 Oct - 2010
Metode Elemen Hingga

Dalam metode elemen-hingga domain dari daerah yang dianalisis dibagi


kedalam sejumlah zone-zone yang lebih kecil. Zone-zone kecil tersebut
dinamakan elemen. Elemen-elemen tersebut dianggap saling berkaitan satu
sama lain pada sejumlah titik-titik simpul. Perpindahan pada setiap titik-titik
simpul dihitung terlebih dahulu, kemudian dengan sejumlah fungsi
interpolasi yang diasumsikan, perpindahan padasembarang titik dapat
dihitung berdasarkan nilai perpindahan pada titik-titik simpul.

Selanjutnya regangan yang terjadi pada setiap elemen dihitung berdasarkan


besarnya perpindahan pada masing-masing titik simpul. Berdasarkan nilai
regangan tersebut dapat dihitung tegangan yang bekerja pada setiap elemen.

Terdapat dua pendekatan yang umum digunakan dalam analisis kestabilan


lereng dengan menggunakan metode elemen hingga, yaitu:
1.Metode Pengurangan Kekuatan Geser (Strength reduction method)
2.Metode Penambahan Gravitasi (Gravity increase method)

STTNAS Yogyakarta Slide 46


2010 Oct - 2010
Metode Pengurangan Kekuatan Geser
Prinsip dari metode ini yaitu kekuatan geser material nilainya dikurangi secara
bertahap sampai terbentuk suatu mekanisme keruntuhan pada lereng.
Pengurangan parameter kohesi (C) dan sudut gesek (f) dapat dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut:

dimana: SRF = faktor reduksi kekuatan geser. Faktor keamanan (F) besarnya
sama dengan nilai SRF pada saat tepat terjadi keruntuhan.

Metode Penambahan Gravitasi


Prinsip dari metode penambahan gravitasi yaitu nilai gravitasi dinaikkan secara
bertahap sampai terbentuk suatu mekanisme keruntuhan pada lereng. Faktor
keamanan dalam pendekatan ini didefinisikan sebagai berikut

dimana gactual adalah konstanta gravitasi (9.81 kN/m3) serta glimit adalah nilai
gravitasi yang tepat menyebabkan terjadi suatu keruntuhan pada lereng
STTNAS Yogyakarta Slide 47
2010 Oct - 2010
Metode Diskontinum
Metode diskontinum mengasumsikan domain dari daerah yang dianalisis
merupakan kumpulan dari blok-blok yang saling berinteraksi satu sama
lainnya, blok-blok tersebut dapat mengalami pembebanan dari gaya-gaya luar
serta dapat mengalami pergerakan atau perpindahan dalam rentang waktu
tertentu. Permodelan diskontinum cocok diterapkan pada lereng dimana
mekanisme keruntuhannya dikontrol oleh adanya bidang-bidang tak menerus.
Metode ini kadang-kadang juga disebut sebagai metode elemen diskrit
(discrete element).

Dasar dari metode elemen diskrit adalah penerapan sistem persamaan


kesetimbangan dinamik untuk setiap blok batuan, kemudian sistem persamaan
tersebut diselesaikan dengan memenuhi beberapa kondisi batas mengenai
interaksi dan pergerakan dari blok-blok dapat dipenuhi, seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 41. Metode elemen diskrit juga dapat memasukkan
adanya interaksi nonlinear yang terjadi diantara blok.

STTNAS Yogyakarta Slide 48


2010 Oct - 2010
Karakteristik utama dari metode diskrit element yaitu
1.Sebuah elemen dapat mengalami perpindahan translasional maupun
rotasional, serta dapat terlepas atau terpisah ikatannya dari elemen
lainnya.
2.Kondisi kontak atau persentuhan diantara elemen akan dirubah dan
disesuaikan pada setiap proses perhitungan berlangsung.

Beberapa metode yang termasuk pada metode discrete element, yaitu:


a) Distinct element methods
b) Discontinuum deformation analysis
c) Particle flow codes

STTNAS Yogyakarta Slide 49


2010 Oct - 2010
Distinct Element Method
Metode distinct-element yang dikembangkan oleh Cundall (1971) merupakan
metode pertama yang mengganggap massa batuan yang takmenerus sebagai
kumpulan blok semi-rigid yang dapat terdeformasi, dimana blok-blok tersebut
dapat saling berinteraksi.
Metode distinct-element menggunakan hukum gaya-perpindahan untuk
mengatur interaksi diantara blok-blok batuan yang dapat terdeformasi, serta
hukum pergerakan untuk menentukan perpindahan dari blok-blok yang
berada dalam kondisi tidak setimbang. Sambungan diantara blok tidak
dianggap sebagai elemen tersendiri melainkan sebagai kondisi batas (kiri).
Deformasi dari blok-blok diperhitungkan melalui diskretisasi dari blok-blok ke
dalam beberapa element yang memiliki sifat regangan yang konstan (kanan)

Karateristik dari metode distinct-element sangat cocok untuk menyelesaikan


persoalan kestabilan pada lereng yang memiliki banyak rekahan. Metode ini
juga dapat digunakan untuk menganalisis keruntuhan translasional dimana
mekanisme keruntuhannya dikontrol oleh bidang takmenerus. Selain itu juga
dapat dipakai untuk mensimulasikan perpindahan yang cukup besar pada
lereng sebagai akibat dari suatu gelinciran. Selain itu metode distinct-element
juga dapat digunakan untuk menganalisa keruntuhan flexural toppling.

STTNAS Yogyakarta Slide 50


2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 51
2010 Oct - 2010
Metode distinct-element juga merupakan alat yang canggih dalam
permodelan lereng batuan yang mengalami gaya-gaya seismik akibat dari
gempa bumi atau peledakan. Untuk kasus ini model yang digunakan harus
terdiri dari tiga komponen utama yaitu kondisi batas, redaman mekanik dan
pembebanan dinamik. Batasan untuk persoalan ini dapat dipilih sedemikian
rupa sehingga memungkinkan terjadinya radiasi energi dan dapat
membatasi adanya propagasi gelombang keluar dengan menggunakan
dashpot sebagai elemen damping viscous yang ditempatkan pada sekitar
batas daerah yang dianalisis. Untuk memasukkan damping alamiah dari
energi getaran dan kehilangan energi dilakukan dengan menambahkan
suatu damping mekanik ke dalam model. Gaya dinamik ditambahkan pada
model dalam bentuk suatu tegangan gelombang yang merambah ke atas
yang berasal dari bagian bawah dari batas model.

STTNAS Yogyakarta Slide 52


2010 Oct - 2010
Meskipun metode distinct-element cocok digunakan untuk menganalisis
persolan kestabilan lereng, akan tetapi harus diperhatikan bahwa data
struktur geologi yang dimasukkan harus representatif. Data masukan
struktur geologi yang tidak representatif akan mengakibatkan hasil yang
tidak representatif juga. Apabila memungkinkan hasil simulasi harus
diverifikasi dengan hasil pengukuran di lapangan

STTNAS Yogyakarta Slide 53


2010 Oct - 2010
Discontinuous Deformation Analysis
Metode discontinuous deformation analysis (DDA) yang dikembangkan oleh
Shi (1989, 1993) juga dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan pada
permodelan longsoran dengan mekanisme gelinciran, gulingan maupun
jatuhan pada lereng dengan massa batuan yang tak menerus

Mekanisme keruntuhan pada sebuah bidang runtuh busur lingkaran:


(a) rotation, (b) translation and toppling

STTNAS Yogyakarta Slide 54


2010 Oct - 2010
Kelebihan dari metode DDA yaitu dapat memodelkan suatu deformasi
yang cukup besar dan perpindahan benda kaku serta dapat
mensimulasikan kondisi keruntuhan gabungan diantara blok-blok batuan
yang berhubungan. Sebagai contoh, jika gaya-gaya yang memisahkan
diantara blok-blok melebihi kekuatan tarik sepanjang bidang takmenerus
maka kekakuan diantara blok dihilangkan sehingga suatu blok dapat
terlepas dari blok yang lain

STTNAS Yogyakarta Slide 55


2010 Oct - 2010
Particle Flow Codes(PFC)
PFC merupakan salah satu dari perkembangan terakhir dari metode distinct
element.
Dalam metode ini massa batuan dianggap sebagai gabungan dari beberapa
partikel bulat yang berinteraksi satu sama lainnya dengan kontak gelinciran
geser.
Gabungan atau gugusan partikel bulat juga dapat saling terikat dengan
kekuatan ikat tertentu sehingga dapat mensimulasikan adanya joint bounded
blocks. Siklus perhitungan yang digunakan dalam metode ini berdasarkan
penerapan dari hukum perpindahan dari setiap partikel dan hukum gaya-
perpindahan pada setiap kontak di antara partikel.

STTNAS Yogyakarta Slide 56


2010 Oct - 2010
Metode ini dapat digunakan untuk memodelkan suatu aliran dari material
yang berbutir, pergerakan translasional dari blok-blok, rekahan yang terjadi
pada batuan utuh maupun simulasi dari respon lereng terhadap gaya
dinamik. Terlepaskan ikatan-ikatan diantara partikel merupakan simulasi dari
suatu proses retakan dan keruntuhan yang terjadi pada batuan utuh.
Deformasi diantara partikel akibat pengaruh dari gaya geser atau gaya tarik
juga dapat dimasukkan, dimana gelinciran diantara partikel ditentukan oleh
koefisien gesek yang membatasi kontak dari gaya geser.

PFC dapat juga digunakan untuk melakukan simulasi dalam ukuran makro
pada blok-blok batuan yang mengandung rekahan-rekahan dan sesar,
maupun untuk simulasi skala mikro dari kontak antar butiran partikel.
Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu
simulasi dari beberapa mekanisme keruntuhan yang dapat terjadi pada
lereng batuan dan kemudian bergeraknya material yang runtuh ke arah
bawah dari lereng dan kemudian menuju ke lembah di bawahnya.

STTNAS Yogyakarta Slide 57


2010 Oct - 2010
Terima Kasih

STTNAS Yogyakarta Slide 58


2010 Oct - 2010

Anda mungkin juga menyukai