GEOTEKNIK TAMBANG
September 2014
SUPANDI, ST, MT
supandisttnas@gmail.com
GEOTEKNIK TAMBANG
Jurusan : Teknik Geologi
Prodi : Teknik Pertambangan Strata 1.
Kode : AS7446P
Mata Kuliah : Geoteknik Tambang
SKS : 2 SKS
Semester : VII
Waktu Perkuliahan : 2 x 50 menit
Dosen Pengampu : Supandi – ST. MT
Sistem Perkuliahan :
Penilaian : a. Tugas, presentasi dan Diskusi, Quiz,
20%
b. Ujian Tengah Semester (UTS)
30%
c. Ujian akhir semester (UAS) 50%
Range Nilai : 0-20,9 = E ; 21-44 = D ; 45-60.9 = C ;
61 – 80 = B ; 81 – 100 = A
Contact Person : supandisttnas@gmail.com
STTNAS Yogyakarta Slide 2
2010 Oct - 2010
Textbook
1. John Read and Peter Stacey, 2009, Guidelines fr Open
Pit Slope Design, CRC Press.
2. William A Hustrulid, Michael K.McCarter and Dirk J.A Van
Zyl, 2000, Slope Stability in Surface Mining, Society for
Mining Mettalurgy and Exploration Inc.
3. Ducan C Wyllie & Christopher W Mah, 2007-4th Edition,
Rock Slope Engineering, Spon Press.
4. Charles A Kliche, 1999, Rock Slope Stability, Society for
Mining Mettalurgy and Exploration Inc.
5. E. Hoek & J.W Bray, 1994, Rock Slope Engineering,
Institute of Mining and Metalurgy.
6. Roy E. Hunt, 2007, Geotechnical Investigation
Methods, CRC Press.
7. Roy E Hunt, 2007, Geologic Hazards, CRC Press.
STTNAS Yogyakarta Slide 3
2010 Oct - 2010
Maksud Analisis Stabilitas Lereng
• Untuk mempelajari efek dari beban seismik pada lereng atau tanggul.
Class No V IV III II I
Untuk lereng tanah atau lereng batuan lemah pada umumnya longsoran
terjadi karena kekuatan geser material sepanjang bidang runtuh tidak
mampu menahan gaya geser yang bekerja. Pada kasus ini, biasanya
bidang runtuh berupa sebuah busur lingkaran atau berupa bidang
lengkung. Metode kesetimbangan batas merupakan metode yang
sangat populer untuk tipe longsoran tersebut. Secara umum metode
untuk menganalisis longsoran tipe rotasional dapat dibagi dua yaitu:
metode massa dan metode irisan.
Metode Massa
Pendekatan yang digunakan dalam metode ini yaitu massa di atas bidang
runtuh dianggap sebagai sebuah benda kaku dan bidang runtuh dianggap
berupa sebuah busur lingkaran. Asumsi lainnya yang digunakan yaitu
paramater kekuatan geser hanya ditentukan oleh kohesi saja. Metode ini
cocok sekali digunakan pada lereng lempung.
Faktor keamanan lereng merupakan perbandingan antara momen penahan
dan momen guling, yang dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
STTNAS Yogyakarta Slide 27
2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 28
2010 Oct - 2010
Metode Irisan
Oleh karena itu analisis kestabilan untuk tipe gulingan dengan metode
kesetimbangan batas harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
gulingan dan atau gelinciran secara bersamaan. Gaya-gaya yang bekerja pada
setiap blok serta kondisi kesetimbangan batas untuk kondisi gelinciran dan
gulingan ditunjukkan pada Gambar 27. Pada model tersebut diasumsikan
lereng dalam kondisi kering. Prosedur penyelesaian pada model tersebut
dikembangkan oleh Hoek dan Bray (1981).
Pada metode kontinum tidak ada bidang runtuh aktual yang terbentuk,
akan tetapi dengan mempertimbangkan konsentrasi tegangan geser
pada model, lokasi bidang runtuh dapat ditentukan.
dimana: SRF = faktor reduksi kekuatan geser. Faktor keamanan (F) besarnya
sama dengan nilai SRF pada saat tepat terjadi keruntuhan.
STTNAS Yogyakarta Slide 44
2010 Oct - 2010
STTNAS Yogyakarta Slide 45
2010 Oct - 2010
Metode Elemen Hingga
dimana: SRF = faktor reduksi kekuatan geser. Faktor keamanan (F) besarnya
sama dengan nilai SRF pada saat tepat terjadi keruntuhan.
dimana gactual adalah konstanta gravitasi (9.81 kN/m3) serta glimit adalah nilai
gravitasi yang tepat menyebabkan terjadi suatu keruntuhan pada lereng
STTNAS Yogyakarta Slide 47
2010 Oct - 2010
Metode Diskontinum
Metode diskontinum mengasumsikan domain dari daerah yang dianalisis
merupakan kumpulan dari blok-blok yang saling berinteraksi satu sama
lainnya, blok-blok tersebut dapat mengalami pembebanan dari gaya-gaya luar
serta dapat mengalami pergerakan atau perpindahan dalam rentang waktu
tertentu. Permodelan diskontinum cocok diterapkan pada lereng dimana
mekanisme keruntuhannya dikontrol oleh adanya bidang-bidang tak menerus.
Metode ini kadang-kadang juga disebut sebagai metode elemen diskrit
(discrete element).
PFC dapat juga digunakan untuk melakukan simulasi dalam ukuran makro
pada blok-blok batuan yang mengandung rekahan-rekahan dan sesar,
maupun untuk simulasi skala mikro dari kontak antar butiran partikel.
Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu
simulasi dari beberapa mekanisme keruntuhan yang dapat terjadi pada
lereng batuan dan kemudian bergeraknya material yang runtuh ke arah
bawah dari lereng dan kemudian menuju ke lembah di bawahnya.