Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PENGANTAR EKONOMI TAMBANG

ARTIKEL “MINERAL INDONESIA”

DISUSUN OLEH :

Yoel Dolofart Pesiwarissa

710018106

KELAS : 02

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONALYOGYAKARTA

2020
Indonesia, negara yang berada pada bumi bagian selatan ini, secara regional

berada pada posisi tumbukan tiga buah lempeng besar, yaitu Lempengan Pasifik,

Eurasia dan Lempeng Australia di Selatan. Akibat ketiga lempeng tersebut, telah

menempatkan wilayah negara Indonesia menjadi salah satu wilayah negara yang

rawan akan bencana gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi. Namun di

balik bencana alam akibat tumbukan ketiga lempeng tersebut pulalah yang

menghasilkan tatanan tektonik yang lengkap. Kondisi geologi demikian,

mendukung kondisi pembentukan mineralisasi berbagai mineral atau bahan galian

berharga sebagai dampak dari maraknya aktifitas tektonik yang ditimbulkan oleh

ketiga lempeng tersebut.

Tiga Lempeng Besar Yang Berada Diwilayah Indonesia

Proses mineralisasi adalah salah satu hikmah dari bencana yang diakibatkan

oleh kedua lempeng tadi, secara nyata telah menempatkan indonesia sebagai negara

yang kaya akan berbagai macam mineral atau bahan galian.Mineral sendiri adalah

suatu benda padat homogen yang terdapat dialam secara alami, terbentuk secara

anorganik, dengan komposisi kimia dan batas tertentu dan memiliki susunan atom

tertentu secara teratur.


Berdasarkan tinjauan posisi tektonik diatas, Indonesia mempunya potensi

sumberdaya mineral yang banyak, baik logam, non logam maupun mineral industri.

Keterdapatannya di Indonesia tersebar mulai dari wilayah Indonesia bagian Barat

hingga Indonesia Timur. Relatif banyak data mengenai sumberdaya mineral yang

telah dikumpulkan secara sporadis oleh Pemerintah Daerah dan Instansi terkait

lainnya seperti Dinas Pertambangan maupun pihak industri pertambangan swasta.

Dengan adanya keterdapatan bahan galian atau mineral yang sangat banyak,

tentunya akan sangat bermanfaat jika dikelola oleh bangsa Indonesia. Tak bisa

dipungkiri bahwa industri pertambangan dan industri-industri lain yang melibatkan

bahan galian sebagai salah satu bagian didalammnya merupakan industri yang

padat akan modal sehingga menjadi Suatu Kekayaan Nasional yang patut

diperhitungkan. Salah satu contoh mineral yang sangat banyak digunakan dalam

kehidupan manusia dan menjadi salah satu komoditas utama untuk ditambang

adalah bahan galian yang terkandung Mineral Besi didalamnya.

Gambar Bahan Galian Yang Mengandung Mineral Besi (Bijih Besi)


a. Perkembangan Peran Mineral Besi Dalam Peradapan Manusia

Besi adalah salah satu logam yang paling banyak dijumapai di dalam

kerak bumi. Besi telah digunakan selama ribuan tahun dan kini terutama

dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan baja. Besi meliputi sekitar 5

persen dari kerak bumi dan sekitar 35 persen dari materi bumi secara

keseluruhan. Sebagian besar besi terkumpul di bagian inti bumi.4 Besi

adalah logam termurah dan paling umum dipakai. Dalam bentuk alaminya,

besi bersenyawa dengan oksigen sebagai biji besi oksida. Dua jenis besi

yang utama adalah hematik dan magnetit. Sejak abad ke-14, tungku oven

raksasa telah digunakan untuk mengubah bijih besi dan arang menjadi besi

tuang atau gubal besi. Besi tuang adalah besi yang mengandung sejumlah

kecil karbon yang tertinggal dari arang tungku pengecoran. Besi tuang

dipakai senjata dan benda-benda lain. Sejak tahun 1850-an, makin banyak

besi tuang diubah menjadi baja. Baja lebih lentur dan mengandung lebih

sedikit karbon dari pada besi tuang. Baja dibuat dengan menghembuskan

udara atau oksigen pada besi tuang panas.

Kegunaan besi bagi manusia realitasnya sudah kita lihat, karena

berbagai macam kendaraan di darat, di laut dan di udara, keperluan rumah

tangga dan sebagainya yang terbuat dari besi. Demikian pula manusia dapat

membina kekuatan bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala

macam alat perlengkapan, pertahanan dan keamanan negeri seperti,

senapang, kendaraan perang dan sebagainya.


Tanda-tanda awal penggunaan besi ditemukan diwilayah Sumeria

dan Mesir, sekitar 4000 SM, benda kecil, seperti mata lembing dan

perhiasan, dihasilkan dari besi yang diperoleh dari material meteor. Sekitar

3000 SM hingga 2000 SM, tercatat banyak objek besi yang diperoleh di

Mesopotamia, Anatolia, dan Mesir. Pada 1600 SM hingga 1200 SM, besi

digunakan secara lebih meluas di Timur Tengah. Di China besi pertama

yang digunakan juga merpakan besi meteor, dengan bukti arkeologi

mengenai besi tempa muncul di barat laut, pada abad ke-8 SM. Benda2

tersebut dibuat dengan besi tempa, dibuat melalui proses yang sama dengan

yang dibuat di Timur Tengah dan Eropa. Pada tahun-tahun terakhir Dinasti

Zhou (550 BC), teknologi tanur (pembakaran dengan suhu tinggi mencapai

1300 derajat) mulai berkembang hinga upaya untuk membuat besi tuang

atau besi mentah sudah dapat. Perkembangan terus bertambah hingga

sekitar tahun 221 M di zaman dinasti Sinasti Qin. Sementara di wilayah

Eropah, kemampuan dalam teknologi peleburan besi masih jauh dibawah

dinasti di China dimana mereka baru mampu mencapai suhu sekitar 1000

derajat saja. Sebahagian besar penemuan besi di Abad Pertengahan, di

Eropa Barat, besi masih dibuat dengan metode penempaan. Sedangkan

Contoh besi tuang yang paling awal di Eropa dijumpai di Lapphyttan dan

Vinarhyttan, wilyah Swedia antara tahun 1150 hingga 1350. Bukti tersebut

terlihat dari penemuan senjata seperti meriam dan peluru2nya. Pada akhir

abad 17 pengembangan peleburan besi mencapai puncak awalnya di Eropa

hingga terjadi revolusi Industri besar besaran. Pemanfaatan besi pada


bangunan masih sebatas pada keperluan pelengkap ataupun peralatan

bangunan. Tercatat penggunaan material besi masih sebatas sebagai bahan

perlengkapan pintu dan jendela sepeti engsel, kunci dan railing tangga atau

balkon dsb (ironmongery) hingga abad 17. Sementara penggunaan besi pada

konstruksi bangunan dimulai pada akhir abad 17. Tercatat jembatan besi di

buat pada tahun 1779. Dan Kolom Cast Iron pada bangunan di Eropa di

zaman Kerajaan Sir Goerge III pada abad 18.

b. Mineral Sebagai Kekayaan Nasional

Mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan

merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara untuk sebesar-

besar kesejahteraan rakyat. Penguasaan mineral dan batubara oleh negara

dikelola oleh pemerintah pusat dan / atau pemerintah daerah. Kewenangan

Pemerintah dalam pengelolaan pertambangan mineral dan batubara, diatur

dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara sebagai pengganti Undang-undang Nomor 11 Tahun

1967. Kewenangan tersebut antara lain penetapan kebijakan nasional,

pembuatan peraturan perundangan-undangan, penetapan sistem perizinan

pertambangan mineral dan batubara nasional, perumusan dan penetapan

penerimaan negara bukan pajak dari hasil usaha pertambangan mineral dan

batubara, pengelolaan informasi geologi, informasi potensi sumber daya

mineral dan batubara, serta informasi pertambangan pada tingkat nasional,

penyusunan neraca sumber daya mineral dan batubara nasional dan terakhir
pengembangan dan peningkatan nilai tambah kegiatan usaha pertambangan.

Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan,

tujuan pengelolaan mineral dan batubara adalah :

1. Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha

pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing

2. Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup

3. Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan /

atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri

4. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar

lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional

5. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta

menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat;

dan terakhir, menjamin kepastian hukum dan penyelenggaraan kegiatan

usaha pertambangan mineral dan batubara.

Oleh sebab itulah sumberdaya alam berupa mineral dan batubara

yang terdapat di Indonesia adalah harta yang sangat besar, suatu kekayaan

yang harus dikelola dengan baik, sehingga akan adanya perkembangan

signifikan diseluruh aspek, baik itu ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan

lain-lain.
c. Sumber

Artikel ini disusun berdasarkan beberapa sumber, baik itu dari jurnal, skripsi

maupun laporan praktikum. Berikut sumber-sumber yang digunakan :

1. Jurnal Teguh Prayogo, Bayu Budiman, Penerapan Sistem Informasi

Untuk Manajemen Data Mineral, Peneliti Pusat Teknologi Sumberdaya

Mineral

http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JSTI/article/view/826/0

2. Jurnal Gatot Suharjanto, Bahan Bangunan Dalam Peradaban Manusia:

Sebuah Tinjauan Dalam Sejarah Peradaban Manusia, Jurusan

Arsitektur, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Binus

https://journal.binus.ac.id/index.php/Humaniora/article/download/3100

/2486

3. Skripsi Muhammad Ibnul Faizal Bin Miskon, Kajian Tentang Besi Dan

Manfaatnya Bagi Kehidupan Manusia Dalam Perspektif Sains Dan

QS.Al-Hadid/57:25, Jurusan Ilmu Alquran Dan Tafsir, Fakultas

Ushuluddin dan Studi Islam Universitan Islam Negeri Sumatera Utara

http://repository.uinsu.ac.id/3166/1/FAIZAL.pdf

4. Skripsi Ika Astuti, Pengawasan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan

Kewajiban Pascatambang Pemilik Izin Usaha Pertambanagn Di Desa

Mangilu, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Program Studi

Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin

https://core.ac.uk/download/pdf/89562567.pdf
5. Tesis Nugraha, Analisa Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Bagi

Kontraktor Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara

Khususnya Generasi Pertama, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,

Departemen Ilmu Administrasi, Program Pascasarjana Kekhususan

Administrasi Dan Kebijakan Perpajakan, Universitas Indonesia

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/121865-T%2025850-

Analisa%20perlakuan-HA.pdf

Anda mungkin juga menyukai