Laporan Praktikum
Laporan Praktikum
1. Tujuan Praktikum
a. Menguraikan penjelasan mengenai disolusi
b. Menampilkan praktek uji disolusi sediaan tablet
2. Dasar Teori
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih
bahan obat yang dibuat dengan pemadatan dimana suatu sediaan tablet
biasanya memiliki perbedaan dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan ataupun
ketebalannya. Sehingga pengertian obat baik dalam bentuk padatan atau
bentuk laninnya merupakan bagian dari semua zat baik kimiawi, hewani
maupun nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan
atau mencegah penyakit gejala-gejalanya (Ismail and Kanitha, 2020).
Laju absorbsi obat oral sangat tergantung pada kecepatan disolusi zat
aktif dari bentuk sediaannya. Jika laju disolusi obat yang rendah maka
diperlukan dosis yang lebih besar untuk mencapai suatu efek terapeutik,
sehingga modifikasi dari suatu obat menjadi pilihan efektif dalam
meningkatkan disolusi baik dengan metode fisika, kimia dan teknik lain
(Sagala, 2019).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju disolusi dari suatu
zat obat, diantaranya yaitu : (Siregar, 2010)
Ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk melakukan uji disolusi
suatu obat, diantaranya yaitu (USP,
2005):
1. Tipe basket/keranjang
Alat terdiri atas wadah tertutup yang
terbuat dari kaca atau bahan
transparan lain yang inert, dilengkapi
dengan suatu motor atau alat
penggerak. Wadah tercelup sebagian dalam penangas sehingga dapat
mempertahankan suhu dalam wadah 37° ± 0,5° C selama pengujian
berlangsung. Alat diletakkan pada tempat yang tidak dapat memberikan
gerakan, goncangan, atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat
perputaran alat pengaduk. Wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar
setengah bola, tinggi 160-175 mm, diameter dalam 98-106 mm, dengan
volume sampai 1000 mL. Batang logam berada pada posisi tertentu
sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm, berputar dengan halus dan
tanpa goyangan yang berarti.
2. Tipe paddle/dayung
Tipe dayung mirip dengan tipe basket,
namun terdapat perbedaan yaitu pada
dayung yang terdiri dari daun (propellor)
dan batang sebagai pengaduk. Batang
berada pada posisi sedemikian sehingga
sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada
setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan
berputar dengan halus tanpa goyangan
yang berarti. Daun melewati diameter
batang sehingga dasar daun dan batang rata. Jarak 25mm ± 2mm antara
daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian
berlangsung. Untuk mencegah mengapungnya sediaan digunakan
sepotong kecil bahan inert seperti gulungan kawat berbentuk berbentuk
spiral.
3. Reciprocating Cylinder
Desain dari USP apparatus 3, didasarkan pada uji disintegrasi, selain itu
menggabungkan fitur hidrodinamik dari metode botol berputar dan
menyediakan kemampuan pengadukan dan perubahan komposisi media
selama proses serta otomatisasi penuh dari prosedur. Apparatus 3 dapat
sangat berguna dalam kasuskasus dimana satu atau lebih perubahan
pH/penyangga yang diperlukan dalam
prosedur pengujian disolusi misalnya,
salut enterik/sunstained rilis.
4. Flow Through Cell
Aliran melalui sel terdiri dari reservoir
untuk medium disolusi dan pompa yang
memaksa medium disolusi melalui sel
sampel uji. Laju alir berkisar antara 4-6
mL/menit. Enam sampel dilakukan pengujian disolusi, dan suhu
dipertahankan pada 37℃. Alat ini digunakan untuk pengujian dengan
bentuk sediaan modified-release yang mengandung bahan aktif yang
memiliki kelarutan sangat terbatas.
Prinsipnya, samepel dipegang dalam posisi tetap sementara medium
disolusi dipompa oleh pemegang sampel, sehingga melarutkan obat.
Peristaltik pompa sentrifugal tidak dianjurkan. Laju aliran biasanya
dipertahankan antara 10-100 mL/menit. Medium disolusi kemudian
diresirkulasi. dalam metode ini, laju disolusi dapat diperoleh setiap saat,
sedangkan pada metode dayung atau metode keranjang tingkat pelarutan
kumulatif terdapat di monitor. Sebuah volume besar medium disolusi juga
dapat digunakan, pengoperasian alat mudah disesuaikan (Shargel, 2004).
5. Paddle Over Disk (Dayung Diatas Cakram)
Alat uji disolusi jenis ini terdiri dari pemegang sampel atau perakitan disk
yang memegang produk. Seluruh persiapan ditempatkan dalam labu
disolusi yang telah diisi oleh media tertentu, suhu dipertahankan pada
32℃. Dayung ditempatkan langsung diatas perakitan disk. Selanjutnya,
sampel diambil pada bagian tengah antara permukaan media disolusi dan
bagian atau pisau dayung pada waktu yang ditentukan. Sebanyak 6 tablet
diuji pada metode ini, kriteria penerimaan
dapat dinyatakan dalam monografi obat.
6. Rotating Cylinder (Silinder Berputar)
Alat ini dapat digunakan untuk menguji
sediaan transdermal yang dimodifikasi dari
apparatus 1 (tipe keranjang). Pada keranjang,
sebuah silinder berbahan stainless steel yang
digunakan untuk menyimpan sampel. Sampel kemudian dipasang ke
cuphrophan (bahan selulosa berpori lembab). Pengujian dipertahankan
pada suhu 32℃. Sampel diambil pada bagian tengah antara permukaan
media disolusi dan bagian atas
silinder yang berputar untuk dapat
dianalisis.
7. Reciprocating Disk (Tipe Cakram
Naik Turun)
Metode piringan bolak balik
digunakan untuk pengujian produk
transdermal, sampel ditempatkan pada pemegang sampel berbentuk
cakram menggunakan cuprophan. Pengujian ini dipertahankan pada suhu
32℃, dan frekuensi reciprocating adalah sekitar 30 siklus per menit.
Kriteria penerimaan tercantum dalam monografi obat.
a. Alat : b. Bahan :
- Dissolution tester - Tablet Rifampicin 450 mg
- Spektrofotometer UV-VIS - Cangkang kapsul
- Pipet ukur - Etanol
- Peralatan gelas - NaOH
- Urea
- Larutan dapar fosfat pH 7,2
Larutan diambil sebanyak 5 ml, pada menit ke 5, 10, 15, 30, dan
45.
Disolusi erat kaitannya dengan laju absorbsi obat oral, dimana dapat
menggambarkan tentang kecepatan zat aktif dalam suatu sediaan obat
terdisolusi. Semisal suatu obat kecepatan disolusinya rendah maka obat
tersebut harus memerlukan dosis yang cukup besar agar mencapai efek
terapeutik. Agar mencapai efek terapeutik maka obat harus dimodifikasi demi
meningkatnya laju disolusi obat baik dimodifikasi secara fisika, kimia atau
pun teknik lain (Sagala, 2011). Dalam sistemnya ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi disolusi obat diantaranya adalah sifat fisikokimia zat
aktif obat, formulasi obat, bentuk sediaan, alat yang digunakan saat uji
disolusi dan parameter uji lain.
6. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka ada beberapa hal
yang dapat diarik kesimpulan yaitu :
1. Faktor yang dapat mempengaruhi disolusi obat diantaranya adalah sifat
fisikokimia zat aktif obat, formulasi obat, bentuk sediaan, alat yang
digunakan serta parameter lainnya.
2. Persamaan kurva baku sediaan rifampicin setelah dibaca absorbansinya
adalah y = 0,113x + 0,3692
3. Rifamficin dispersi padat terdisolusi dengan baik dalam dapar fosfat
dengan pH 6,8 yang ditunjukan dengan nilai DE 45 sangat baik lebih dari
95%.
Daftar Pustaka
BPOM, 2014. Pedoman Uji Disolusi Dan Tanya Jawab. Jakarta: Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Republik Indonesia.
Deviarny, C., Henny, L. & Safni, 2012. Uji Stabilitas Kimia Natrium Askorbil
Fosfat dalam Mikroemulsi dan Analisisnya dengan HPLC. Jurnal Farmasi
Andalas Padang, Volume Vol : I, No : 01.
Edyaningrum, A., 2013. Perbandingan Mutu Fisik Dan Profil Disolusi Tablet
Glibenklamida Merek Dagang Dan Generik.
Noval & Malahayati, S., 2021. Teknologi Penghantaran Obat Terkendali. Jawa
Tengah: CV. Pena Persada.
Nurtanti, M. P., Kusuma, A. M. & Siswanto , A., 2010. Profil Disolusi Terbanding
Tablet Rifampicin. PHARMACY, Volume Vol : VII, No :01, pp. 07-10.
Priani, S. E., Nurismawati, D. A. & Darusman , F., 2022. PENGARUH
PENGEMBANGAN SELF-NANOEMULSIFYINGDRUG DELIVERY
SYSTEM TERHADAP DISOLUSI, BIOAVAILABILITAS, DAN
AKTIVITAS AGEN ANTIHIPERLIPIDEMIA. Jurnal Ilmiah Farmasi
Farmasyifa, Volume Vol : V, No : 01, pp. 101-111.
Raini, Mariana, Daroham, M. & Lastari, P., 2010. Uji Disolusi dan Penetapan
Kadar Tablet Loratadin Inovator dan Generik Bermerek. Artikel Media
Litbang Kesehatan, Volume Vol : XX, No : 02, pp. 59-64.
Sari, D. P., Sulaiman, S. & Mafruhah, O. R., 2013. Uji Disolusi Terbanding Tablet
Metformin Hidroklorida Generik Berlogo dan Bermerek. Majalah
Farmaseutik, Volume Vol : IX, No : 01, p. 225.
Siregar, C. & Wikarsa, S., 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar
Praktis. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
Dispersi Padat