Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan tidak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak/ Ibu dosen dan asisten yang telah membimbing dan memberi
pengarahan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan dari semua pihak khusunya kepada kedua orang tua yang saya cintai,
dosen mata kuliah Praktikum Fitokimia dan teman-teman seperjuangan angkatan 2020, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi dengan lancar
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas pendahuluan pada mata kuliah
Praktikum Fitokimia. Makalah ini pun bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
pembentukan kristal asam asetil salisilat (Aspirin) bagi para pembaca dan juga penulis.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan
kekeliruan baik dalam pembahasan materi maupun teknik penyusunannya. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari para pembaca untuk memperbaiki
kekeliruan dan kesalahan tersebut. Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan.

Bandung, 9 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................2


DAFTAR ISI .................................................................................................................................................3
BAB 1 ............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .........................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................................4
1.3. Tujuan ...........................................................................................................................................5
1.4. Manfaat .........................................................................................................................................5
BAB 2 ............................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ...........................................................................................................................................6
2.1. Definisi Kristal Asam Asetilsalisilat ...........................................................................................6
2.2. Karakteristik Kristal Asam Asetilsalisilat .................................................................................7
2.2.1 Sifat Fisika ............................................................................................................................7
2.2.2 Sifat Kimia ............................................................................................................................7
2.3. Reaksi Pembentukan Kristal Asam Asetilsalisilat ....................................................................7
2.3.1 Sintesa Kristal Aspirin menurut Kolbe ..............................................................................7
2.3.2 Sintesa Kristal Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt .........................7
2.3.3 Sintesa Kristal Aspirin dengan Reaksi Esterifikasi ..........................................................8
BAB 3 ..........................................................................................................................................................11
PENUTUP ...................................................................................................................................................11
3.1. Simpulan .....................................................................................................................................11
3.2. Saran............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proses kristalisasi memegang peranan sangat penting baik dalam industri farmasi maupun
industri lainnya. Hal ini berdasarkan, kurang lebih 75% sediaan farmasi yang dihasilkan berasal
dari bahan aktif maupun bahan tambahan (eksipien) berbentuk padatan (kristal). Adapun
keuntungan suatu bahan yang berbentuk padatan (kristal) diantaranya biaya transportasi yang
lebih murah, tidak voluminous baik dalam pengepakkan maupun pada saat penyimpanan, dan
lebih tahan terhadap kerusakan akibat terjadinya dekomposisi.
Salah satu obat yang sering digunakan di kalangan masyarakat adalah obat kelompok
analgetika (mengobati rasa nyeri), antipiretik (menurunkan demam), dan antiinflamasi
(mengobati peradangan). Contoh produk yang umum dijumpai pada kelompok tersebut adalah
obat asam asetilsalisilat (aspirin), adalah obat untuk mengurangi demam dan meredakan nyeri
ringan sampai sedang seperti nyeri otot, sakit gigi, pilek, dan sakit kepala. Aspirin ini bekerja
dengan cara menghambat zat alami tertentu di dalam tubuh untuk mengurangi nyeri dan bengkak.
Adapun untuk membuat senyawa asam asetilsalisilat yang umumnya dijumpai adalah melalui
reaksi esterifikasi, kemudian untuk memperoleh kristal yang lebih murni maka dilakukan proses
rekristalisasi.
Rekristalisasi merupakan teknik pemurnian zat padat dari campuran atau pengotornya yang
dilakukan dengan cara melakukan pengkristalan kembali dengan dilarutkan dalam pelarut
(solven) yang cocok. Ada beberapa syarat bagi pelarut yang akan digunakan dalam proses
kristalisasi, diantaranya memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang
dimurnikan dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, serta dapat
dengan mudah dipisahkan dari kristalnya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1.2.1. Apa yang dimaksud senyawa asam asetilsalisilat?
1.2.2. Bagaimana karakteristik dari kristal asam asetilsalisilat?
1.2.3. Bagaimana proses pembuatan kristal asam asetilsalisilat?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui senyawa asam asetilsalisilat.
1.3.2. Mengetahui karakteristik (sifat fisiko-kimia) kristal asam asetilsalisilat.
1.3.3. Dapat menyebutkan berbagai macam metode pembuatan kristal asam asetilsalisilat.
1.4. Manfaat
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kebahasaan yang berkaitan dengan
kristalisasi dari senyawa asam asetilsalisilat. Makalah ini juga diharapkan dapat menjadi referensi
bahan ajar baik oleh lembaga ataupun dosen yang berkaitan. Serta memberikan bahan inspirasi
bagi pembaca dan calon penulis lain untuk melakukan pengkajian pada objek yang berkaitan
dengan rekristalisasi suatu senyawa.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kristal Asam Asetilsalisilat


Aspirin (asam asetilsalisilat) adalah senyawa turunan dari asam salisilat. Aspirin
berbentuk kristal berwarna putih, bersifat asam lemah (pH 3,5) dengan titik lebur 136°C.
Aspirin mudah larut dalam cairan ammonium asetat, karbonat, sitrat atau hidroksida dari logam
alkali. Aspirin stabil dalam udara kering, tetapi terhidrolisis perlahan menjadi asetat dan asam
salisilat bila kontak dengan udara lembab. Dalam campuran basa, proses hidrolisis ini terjadi
secara cepat dan sempurna (Nugraha, 2009).
Asam asetilsalisilat adalah senyawa berupa kristal tidak berwarna, yang sedikit larut
dalam air, sebaliknya mudah larut dalam pelarut organik polar seperti etanol. Dibandingkan
dengan asam salisilat, asam asetilsalisilat merupakan asam yang lebih lemah. Pada pelarutan
dengan penambahan basa akan terjadi hidrolisis yang cepat atau lambat menjadi salisilat dan
asetat tanpa tergantung pada konsentrasi ion OH-. Selain itu dalam suasana asam juga akan
terhidrolisis. Untuk menghindari penguraian ini (bau asam asetat) harus dibuat bebas dari
kelembapan udara (Schunack et al, 1990).
Aspirin/asam asetilsalisilat/asetosal adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering
digunakan sebagai senyawa analgesik (anti nyeri), antipiretik (penurun panas), dan anti inflamasi
(anti peradangan). Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok
senyawa glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian gula yang terikat pada non-
glikosida L. Aglikon dalam salian adalah salial alkohol dan tereduksi sempurna menjadi asam
salisilat. Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi. Ester merupakan
turunan asam karboksilat yang gugus –OH dari karboksilnya diganti dengan gugus –OR dari
alkohol. Ester dapat dibuat dari asam dengan alkohol atau dari anhidrida asam dengan alkohol.
Suatu ester asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2R dengan R
dapat berbentuk alkil maupun aril. Alkohol dengan asam karboksilat dan turunan asam
karboksilat membentuk ester asam karboksilat (Fessenden & Fessenden, 1986).
2.2. Karakteristik Kristal Asam Asetilsalisilat
2.2.1 Sifat Fisika
1. Bentuk kristal seperti jarum.
2. Berwarna putih mengkilat.
3. Dalam alcohol panas larut.
4. Titik leleh 135-136.
5. Bilangan molekul: 180 g/mol.
2.2.2 Sifat Kimia
1. Dengan NaOH terhidrolisa menjadi asam salisilat bebas.
2. Dengan air terhidrolisis menjadi asam salisilat bebas dan asam asetat.
3. Tidak terhidrolisis dalam asam lemak, karena dalam lambung tidak diserap dahulu.
Setelah dalam usus halus, dalam suasana basa dapat terhidrolisis menghasilkan asam
salisilat bebas (Fieser, 1987).
2.3. Reaksi Pembentukan Kristal Asam Asetilsalisilat
Asam asetilsalisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Anhidrida asam
karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam karboksilat. Berikut ini beberapa cara
atau metode yang ditemukan oleh beberapa tokoh:
2.3.1 Sintesa Kristal Aspirin menurut Kolbe
Pembuatan asam asetilsalisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini
ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada sintesis ini, sodium
phenoxide dipanaskan bersama karbondioksida (CO2) pada tekanan tinggi, lalu
ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat. Asam salisilat yang dihasilkan
kemudian di reaksikan dengan asetat anhidrat dengan bantuan asam sulfat sehingga
dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat (George Austin, 1984).
2.3.2 Sintesa Kristal Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt
Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill yang memiliki
tekanan vakum dan panas (130oC). Sodium phenoxide berubah menjadi serbuk halus yang
kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700 kPa dan temperatur 100oC
sehingga membentuk sodium salisilat. Sodium salisilat dilarutkan keluar dari mill lalu
dihilangkan warnanya dengan menggunakan karbon aktif. Kemudian ditambahkan asam
sulfat untuk mengendapkan asam salisilat, asam salisilat dimurnikan dengan sublimasi
(George Austin, 1984).
Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan kemudian
dikeringkan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2C6H5ONa + 2H2O → 2C6H5OH + 2NaOH
Phenol Sodium Phenoxide
ONaC6H4COONa + C6H5OH → 2C6H5ONa + CO2
Sodium salicylate
OHC6H4COOH + Na2SO4 → ONaC6H4COONa + H2SO4
Asam salisilat
OHC6H4COOCH3 + H2O → OHC6H4COOH + (CH3CO)2O
Untuk membentuk aspirin, asam salisilat di reflux bersama asetat anhidrat di dalam
pelarut toluen selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di dinginkan dalam tangki
pendingin aluminium, asam asetil salisilat mengendap sebagai kristal besar. Kristal
dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan kemudian dikeringkan.
Berdasarkan proses ini, untuk menghasilkan 1 ton asam salisilat, dibutuhkan phenol 800 kg,
NaOH 350 kg, CO2 500 kg, Seng 10 kg, Seng Sulfat 20 kg, dan karbon aktif 20 kg (George
Austin, 1984).
2.3.3 Sintesa Kristal Aspirin dengan Reaksi Esterifikasi

Sintesis asam asetilsalisilat (aspirin) termasuk reaksi esterifikasi. Dimana bahan


aktif dari aspirin yaitu asam salisilat direaksikan dengan asam asetat anhidrida atau dapat
juga direaksikan dengan asam asetat glacial bila asam asetat anhidrida sulit ditemukan
Asam salisilat dicampur dengan anhidrida asetat, menyebabkan reaksi kimia yang
mengubah grup alkanol asam salisilat menjadi grup asetil (R-OH→R-OCOCH3). Proses
ini menghasilkan aspirin dan asam asetat, yang merupakan produk sampingan. Sejumlah
kecil asam sulfat umumnya digunakan sebagai katalis. Pada proses pembuatan reaksi
esterifikasi ini dibantu oleh suatu katalis asam yaitu H3PO4 85% untuk mempercepat
reaksi. Tetapi pada penambahan katalis ini tidak terlalu berefek maka dilakukan
pemanasan untuk mempercepat reaksinya. Pada pembuatan aspirin juga ditambahkan air
untuk melakukan rekristralisasi berlangsung cepat dan akan membentuk endapan.
Endapan inilah yang merupakan aspirin. Selain katalis H3PO4 85%, terdapat katalis lain
yaitu Asam sulfat yang akan melakukan donor proton sehingga ikatan rangkap pada
anhidrida asetat lebih mudah terbuka lalu bergabung dengan asam salisilat yang
kehilangan hidrogennya. Setelah proses pengikatan selesai, ion SO42- kembali mengikat
proton H+ yang berlebih (Nugraha, 2009).

Adapun mekanisme reaksinya secara umum diinisiasi oleh katalis asam yang akan
memprotonasi atom O pada C karbonil anhidrida asetat sehingga akan meningkatkan
elektrofilisitas dari atom karbonil, pasangan elektron bebas pada O akan menyerang atom H
pada H3PO4. Selanjutnya atom oksigen dari gugus fenol akan menyerang atom C karbonil
pada anhidrida asetat yang bersifat nukleofilik sehingga akan terbentuk ion oksonium, atom
O pada gugus fenol akan bermuatan positif karena kelebihan ikatannya sehingga akan
melepaskan hidrogen dari gugus hidroksil sehingga senyawa kompleks akan teraktivasi,
hidrogen akan berikatan dengan OH membentuk H2O (peristiwa ini dinamakan transfer
proton). Kemudian akan terjadi protonasi pada salah satu gugus hidroksil dibarengi dengan
pelepasan molekul air, sehingga membentuk ester (Carey, 1993).
Kristal aspirin dibuat dengan menggunakan metode penguapan dengan menggunakan
berbagai pelarut yaitu metanol, tetrahidrofuran, dan kloroform. Sejumlah 3 gram aspirin
ditimbang kemudian dimasukan kedalam 10 mL pelarut. Larutan kemudian dipanaskan
sampai suhu 40OC sehingga aspirin menjadi larut. Larutan diuapkan pada suhu kamar dan
kristal yang diperoleh dikeringkan dengan desikator (Indra et al, 2019).
Kondisi Operasi:
• Tekanan : 1 atm
• Suhu : 90OC
• Perbandingan Asam Salisilat dan Asetat Anhidrat: 1:1,4
• % Konversi : 90% pada Asam Salisilat
• Waktu tinggal reaksi : 2,32 jam
BAB 3
PENUTUP

3.1. Simpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulkan bahwa asam asetilsalisilat adalah
senyawa turunan asam salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (pereda
nyeri), antipiretik (penurun demam), dan anti-inflamasi (mengobati peradangan) yang mana
merupakan kristal tidak berwarna, yang sedikit larut dalam air, akan tetapi mudah larut dalam
pelarut organik polar seperti etanol. Proses pembuatan kristal Asam asetilsalisilat (aspirin)
memiliki 3 metode yang digunakan diantaranya yaitu dengan metode sintesa kristal aspirin
menurut Kolbe, sintesa kristal aspirin setelah modifikasi sintesa kolbe oleh Schmitt, dan dengan
menggunakan reaksi esterifikasi. Metode yang paling sering digunakan pada proses pembuatan
kristal aspirin yaitu menggunakan metode reaksi esterifikasi yang memiliki prinsip reaksi antara
asam asetat anhidrida dengan asam salisilat yang menyebabkan reaksi kimia yang mengubah grup
alkanol asam salisilat menjadi grup asetil.

3.2. Saran

Pada pembuatan makalah Fitokimia pembentukan kristal Asam Asetilsalisilat dapat


diharapkan menjadi sumber data yang dapat digunakan sebagai bahan untuk dilakukan penelitian
lebih lanjut serta diharapkan bermanfaat dalam pembuatan makalah selanjutnya, dan dapat menjadi
referensi bahan ajar baik bagi lembaga ataupun mahasiswa yang berkaitan, serta memberikan bahan
inspirasi bagi pembaca dan calon penulis lain untuk melakukan pengkajian pada objek yang
berkaitan dengan pembuatan kristal secara luas dan umum. Diharapkan hasil makalah ini dapat
memberikan kontribusi sebagai sumber data dasar bagi penelitian lanjutan mengenai pembentukan
kristal aspirin serta dapat menambah wawasan juga pengetahuan bagi para pembaca.
Daftar Pustaka

Austin, T. George. (1984). “Shreve’s Chemical Process Industries”. Fifth Edition. New York:
McGraw-Hill Book Company.
Carey, F. (1993). Advanced Organic Chemistry Part B: Reaction a Syntesis. London: Plenum
Press.
Fessenden, R., Fessenden, J. (1986). Kimia Organik 3rd Edition Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Fieser, L. F., dan Williamson, K.L. (1987). Organic Experiment Seventh Edition D.C Heath and
Company: Lexington, Masachusetts Toronto.
Indra, Ahmad Fauzi, & Ratih Aryani. (2019). Karakterisasi dan Uji Disolusi Aspirin Hasil
Rekristalisasi Penguapan Pelarut. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. p-ISSN: 2407-7062 e-
ISSN: 2442-5435.
Nugraha, Y. (2009). Esterifikasi Fenol: Sintesis Aspirin. Bandung: ITB.
Schunack, W., Mayer, K., Haake, M. (1990). Senyawa Obat. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai