Anda di halaman 1dari 33

N

DA
0
1
3
T IK
S
I
2

E P
R
M
A

TIS
N
A
F

O
G
, A
I

IO
L

A N
R
O
B
T
K T
M
IK
F E E
IN W
ES A
D NG
PE
Desinfektan, antiseptik dan pengawet merupakan suatu senyawa kimia
memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba

Desinfeksi adalah proses melenyapkan mikroorganime, termasuk yang patogen, dari


permukaan benda tidak hidup.
Desinfeksi tidak membunuh semua mikroorganisme tetapi hanya mengurangi sampai
tingkat level tertentu

Antiseptik adalah destruksi atau inhibisi mikroorganisme pada jaringan hidup,


berfungsi untuk mencegah penyebaran infeksi berbahaya. Senyawa kimia digunakan
pada kulit atau membran mukosa. Syarat yang haru dipenuhi adalah memiliki
kemampuan antimikroba, tidak toksik dan tidak mengiritasi kulit.

Pengawet adalah suatu senyawa kimia yang biasanya terdapat pada produk tertentu
(termasuk didalamnya sediaan farmasi) untuk mencegah kontaminasi mikroba pada
produk dan untuk meminimalisir pasien terkena infeksi akibat produk yang digunakan.
Pengawet digunakan pada konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan
desinfektan dan antiseptik. Pengawet harus dapat membatasi proliferasi
mikroorganisme yang tidak dapat dihindari pada produk non steril.
Komposisi
senyawa kimia

Toksisitas
Tantangan
senyawa
mikroorganisme
desinfektan
Faktor yang
mempengauhi
pemilihan
antimikroba

Faktor lingkungan Aplikasi rutin


Komposisi Senyawa Kimia Tantangan mikrobiologi
• Kemampuan membunuh • Tipe mikroorganisme dan
atau menghambat level kontaminasi
tergantung dari reaksi kimia (bioburden)  menentukan
yang terjadi, kecepatan dan hasil
lama reaksi • Bioburden tinggi
• Dipengaruhi oleh konsentrasi tinggi  waktu
konsentrasi, suhu, pH dan yang diperlukan lebih lama
formulasi
Bakteri vegetatif
Desinfektan  Pada konsentrasi in-use harus memiliki kemampuan membunuh sel
vegetatif mikroba.
Antiseptik dan pengawet  pada konsentrasi in-use harus bersifat biosidal, setelahnya
hanya bersifat biostatik.

Mycobacterium tuberculosa dan bakteri mikobakteria yang lain resisten terhadap


bakterisida. Bisa dengan cara menurunkan permeabilitas selular (resistensi intrinsik)
juga bisa dengan bantuan mutasi dan plasmid (resistensi ekstrinsik).

Spora mikroba juga bersifat resisten. Beberapa senyawa yang bisa membasmi spora
adalah senyawa kimia turunan aldehid, halogen dan peroksida.

Fungi lebih sensitif dibanding bakteri. Spora fungi juga bersifat resisten (conidia dan
chlamydiospora). Biasanya digunakan etanol 70%.

Virus  tergantung dari apakah virus tersebut punya selubung lipid atau tidak. Virus
tanpa selubung lipid lebih resisten, contohnya HAV, HBV dan HIV. Untuk HIV dan HBV
diperlukan desinfektan dengan level tinggi
Protozoa
Contohnya kista dari Acanthamoeba sp  masalah desinfektan lensa kontak.
Turunan klor  gagal untuk membasmi protozoa ini. Paling banyak digunakan adalah
Polyhexamethylene Biguanida. Yang paling efektif  hidrogen peroksida

Prion
Infeksi yang diakibatkan prion banyak terjadi di otak, tulang belakang dan mata.
Biasanya desinfeksi dilakukan terhadap alat-alat medis yang kontak dengan jaringan
terinfeksi  direndam dalam NaOH 1 N atau NaOCl (20000 ppm Cl2) selama 1 jam
kemudian dilanjutkan dengan autoklaf, pembersihan dan sterilisasi rutin  rekomendasi
WHO
Aplikasi Rutin Faktor lingkungan
• Komponen organik (darah, faeces,
• Penggunaan desinfektan susu, residu makanan, protein) 
tidak boleh merusak mempengaruhi kerja desinfektan 
instrumen  korosi logam, membentuk barrier ke permukaan
atau mengadsoprsi senyawa kimia
tekstur polimer, kejernihan
lensa
• Beberapa plastik dan karet Toksisitas senyawa kimia
bisa mengadsorpsi • COSHH (Control of Substance
desinfektan  QAC oleh Hazardous to Health)
bahan pakaian, fenolik oleh membatasi penggunaan
karet  [desinfektan] turun senyawa fenolik, formaldehid
dan glutaraldehid
Asam dan
Ester
Turunan
senyawa Alkohol
lain

Surfaktan Aldehid

Tipe
Senyawa

Fenol Biguanida

Senyawa
Peroksida Halogen
Logam
Berat
Senyawa Kimia yang Digunakan
Asam dan Ester Alkohol
• Aktivitas antimikroba kebanyakan • Sebagai desinfektan dan
oleh senyawa asam organik, antiseptik, contoh etanol dan
terutama asam lemah yang akan IPA. Etanol pada konsentrasi
terdisosiasi. Yang memiliki aktivitas 100% tidak efektif, efektif 60-
antimikroba adalah bentuk dasar 95%. IPA lebih toksik 60-70%.
(HA). Nilai pKa juga mempengaruhi Penetrasi rendah dipengaruhi
formula yang digunakan
komponen organik.
• Asam benzoat, asam sorbat
• Sebagai pengawet, contoh benzil
• Belerang dioksida, sulfit dan
alkohol (2.0%), klorbutanol
metabisulfit
(0.5%), feniletanol (0.25-0.5%),
• Metil, etil, propil, dan butil bronopol (0.01-0.1%)
prahidroksibenzoat
Senyawa Kimia yang Digunakan
Aldehid Biguanida
• Glutaraldehid memiliki spektrum luas. Tidak • Klorheksidin  punya struktur
dipengaruhi senyawa organik. 1 menit  proguanil (aktivitas antimikroba).
bakteri mati; 3 jam  spora. Punya 2 ggs
aldehid yang reaktif. pH tinggi aktivitas
Yang digunakan dalam bentuk
tinggi tp tdk stabil (terbentuk polimer). pH garam glukonat, asetat. Pada pH 7-8
rendah stabil tp kurang aktif. Konsentrasi 2% membentuk dikation yang dalam
dalam suasana asam, sebelum digunakan sabun akan membentuk air sadah.
ditambah agen pembasa, digunakan untuk Air yang digunakan harus air deion
endoskop, laparoskop, dll.
atau destilasi. Aktivitas dipengaruhi
• O-phtalaldehyde (OPA) stabil pada pH 3-9
komponen organik.
• Formaldehid  toksik, dalam bentuk
padatan atau larutan 34-38%. Gas dibentuk • Poliheksametilen biguanida (PHMB)
dengan direaksikan KMnO4 dan H2O. Bisa  digunakan untuk tetes mata,
juga untuk desinfektan permukaan (formalin spektrumnya luas meliputi bakteri
4%) Gram negatif dan positif
Senyawa Kimia yang Digunakan
Halogen Logam Berat
• Klorin • Logam yang biasa
• Hipoklorit (NaOCl)  kompatibel dengan
berbagai surfaktan anion dan kation, digunakan adalah merkuri.
dipengaruhi material organik. pH optimum Contoh senyawa thiomersal,
5,0
• Senyawa klorin organik  turunan =N-Cl, fenilmerkurinitrat/asetat 
contoh kloramin T dan dikloramin T diabsorbsi oleh karet dan
untuk desinfeksi air minum; turunan =N-Cl
dari senyawa N heterosiklik (NADCC, Na- plastik. Digunakan untuk
diklorosianurat) dalam bentuk tablet tete mata, lensa kontak.
dengan air akan membentuk klorin
• Iodin kelarutan dalam air rendah dapat
Dahulu untuk pengawet
meninggalkan warna pada kulit dan vaksin  bersifat
pakaian
neurotoksik
• Iodofor (pembawa iodin), terbagi menjadi
4 : polyoxymer iodofor, surfaktan kationik
iodofor, surfaktan nonionik iodofor dan
PVP-I
Senyawa Kimia yang Digunakan
Senyawa Peroksida Fenol
• Hidrogen peroksida  Desinfektan level • Aktif pada pH rendah. Bersifat
tinggi dengan cara pembentukan radikal
hidroksil. Senyawa dekomposisinya non
baktersida tetapi tidak sporisida.
toksik dan biodegradable. Konsentrasi Punya efek kaustik dan toksik.
yang biasa digunakan adalah 3-6%. Hingga • Senyawa turunan lain, contoh
35% bersifat sporicidal.
• Asam perasetat  Peroksida dari asam
karbol (asam karbolat) dan lysol
asetat. Lebih poten dibandingkan (kresol, xylenol) fenol yang
hidrogen peroksida. Tetap aktif dengan diperoleh dari hasil destilasi
kehadiran komponen organik. Konsentrasi
fraksinasi batu bara 
0.2-0.35%. Biasa digunakan secara sinergis
dengan hidrogen peroksida untuk sterilan toksisitasnya rendah
mesin dialisis • Turunan bisphenol, contoh :
triclosan (anti pseudomonal)
Senyawa Kimia yang Digunakan
Surfaktan Senyawa turunan lain
• Yang paling banyak • Diamidin, contoh propamidin
digunakan adalah surfaktan untuk sediaan tetes mata
kation (QAC), contoh (0.1%)
benzalkonium klorida, • Pewarna, contoh gentian
cetrimide. Aktif pada pH violet, brilliant green 
netral, inaktif pada pH pewarna trifenilmetan 
asam, dipengaruhi punya aktivitas bakterisotatik,
fungistatik
komponen organik, paling
aktif terhadap bakteri Gram • Turunan quinolon  aktif
terhadap Gram positif 
positif
digunakan pada lozenges
Faktor yang mempengaruhi aktivitas
antimikroba desinfektan
Pertahanan alami mikroorganisme Densitas mikroba
• Prion, endospora dan • Agar bisa bekerja dengan
mikobakteria baik desinfektan harus
• Mikroba yang tumbuh di dapat menempel pada
permukaan dalam bentuk permukaan mikroba
biofilm • Makin tinggi jumlah
• Uji untuk desinfektan harus mikroba  makin lama
lebih banyak menggunakan waktu yang dibutuhkan
mikroba, contoh Ps.
aeruginosa, E. coli, S.
aureus, E. hirae
Faktor yang mempengaruhi aktivitas
antimikroba desinfektan
Konsentrasi desinfektan dan waktu
pemaparan
• Makin tinggi konsentrasi • Death time : waktu yang
desinfektan  efikasi makin dibutuhkan untuk membunuh
tinggi (kecuali untuk mikroba
iodofor)  makin sedikit • Kurva antara log t dan log [] 
waktu yang dibutuhkan gradien merupakan
konsentrasi eksponen
• Berlaku hubungan
• HgCl2 ƞ = 1, artinya kekuatan
eksponensial antara potensi
akan menurun dengan faktor
dam konsentrasi
pengenceran 1. Pengenceran 3
kali akan menurunkan aktivitas
sebanyak 31 = 3 kali
Faktor yang mempengaruhi aktivitas
antimikroba desinfektan
Faktor fisika dan kimia
• Temperatur • pH
Sampai batas tertentu aktivitas akan naik, - Mempengaruhi pertahanan dan
suhu naik secara aritmatika dan kecepatan pertumbuhan mikroorganisme
akan naik secara geometri - Mempengaruhi potensi desinfektan dan
antimikroba
- Mempengaruhi penempelan pada
permukaan sel
- Apabila senyawa asam/basa  derajat
ionisasi dipengaruhi
• Kation divalen  pada air sadah dapat - Senyawa glutaraldehid dan QAC pH
berinteraksi dengan permukaan sel sehingga tinggi, aktivitas tinggi
memblok situs adsorpsi desinfektan pada - Peningkatan pH eksternal  permukaan sel
permukaan sel. Bisa menyebabkan kerusakan jadi cenderung lebih negatif  sehingga
membran luar bakteri Gram – sehingga meningkatkan penempelan senyawa
menyebabkan peningkatan masuknya senyawa kationik seperti klorheksidin dan QAC
Faktor yang mempengaruhi aktivitas
antimikroba desinfektan
Kehadiran komponen organik
• Aktivitas antimikroba • Material organik juga dapat
dipengaruhi oleh kehadiran menempel pada permukaan
komponen organik seperti sel mikroba, memblok
faeces, protein adsorpsi desinfektan pada
• Desinfektan halogen sel mikroba
(NaOCl) akan bereaksi • Uji desinfektan dilakukan
dengan material organik pada kondisi “kotor” dan
membentuk kompleks yang “bersih”
tidak aktif
Evaluasi Desinfektan Cair
• Capacity-Use Test (Kelsey-Sykes Test)
Uji Suspensi Mikroba Prinsip : Tes kapasitas, dimana inokulum
• Uji Koefisien Fenol (Rideal- bakteri ditambahkan pada 3 lot
desinfektan, pada rentang waktu 0, 1 dan
Walker Test) 5 menit.
Uji standarisasi senyawa fenol Uji menggunakan 4 mikroba yaitu S.
untuk membunuh bakteri aureus, E.coli, P. aeruginosa dan Proteus
vulgaris.
Salmonella thypii. Kekurangan Uji dilakukan pada media cair yang
tidak bisa digunakan untuk mengandung Tween 80. Menggunakan
senyawa selain fenol karena pipet terkalibrasi. Desinfektan diencerkan
menggunakan fenol sebagai dengan air sadah. Dilakukan dalam 3
replikasi
standarnya. Bakteri juga hanya Kelebihan : Organisme yang digunakan
untuk S. thypii tidak bisa lebih banyak, dibandingkan antara kondisi
digunakan bakteri lain  uji kotor dan bersih, tes kapasitas 
tidak representatif Pass/Fail, bukan berbentuk koefisien
Kekurangan : hanya bisa dilakukan untuk
desinfektan yang jernih
Evaluasi Desinfektan Cair
Quantitative Suspension Test
• Suspensi bakteri ditambahkan dengan
desinfektan uji, kemudian koloni bakteri
yang tersisa dihitung dibandingkan
dengan suspensi bakteri tanpa
desinfektan.
• Proses desinfeksi dihentikan dengan
penambahan netralizer atau diencerkan
dengan pengencer yang sesuai
• Harus diuji dengan kehadiran albumin
dan air sadah
• Bisa juga digunakan metode filtrasi
membran, dimana suspensi bakteri +
desinfektan disaring dengan membran
filter, kemudian filter disimpan pada
media agar padat
Evaluasi Desinfektan Cair
• Simulated use test
In-use dan simulated use test Kontaminasi suspensi mikroba pada
• In-use test instrumen, permukaan dan kulit.
Dikembangkan oleh Maurer 1972, Pertama-tama permukaan dibiarkan
digunakan untuk menguji desinfektan kering. Kemudian diekspos
dalam kemasan atau wadah desinfektan selama beberapa watu
Sejumlah kecil cairan dibuang dari wadah tertentu. Selanjutnya mikroba
yang digunakan, kemudian diencerkan dihilangkan dengan diusap
dengan sejumlah pengencer. Selanjutnya
menggunakan alat swab steril. Alat
dihitung jumlah mikroba yang terkandung.
swab kemudian diresuspensi dengan
Dibuat dalam 2 petri, satu petri diinkubasi
cairan penetral  diuji mikroba yang
pada 32°C selama 3 hari dan satu petri
diinkubasi pada suhu kamar selama 7 hari masih hidup
Pertumbuhan 1-2 koloni pada plat agar Biasanya produk yang diuji
diabaikan karena desinfektan bukan dibandingkan dengan komparator
sterilan. seperti 60% 2-propanol yang biasa
Pertumbuhan ≥10 koloni menunjukkan digunakan untuk desinfektan tangan
aktivitas sidal yang rendah
Evaluasi Desinfektan Cair
Uji Fungisida Uji Virusida
• Ragi, biakannya seperti bakteri karena • Sulit dilakukan karena virus merupakan
uniselular parasit intraseluler dan tidak bisa
• Suspensi spora (dalam NaCl fisiologis ditumbuhkan pada media sintetis
• Uji biasa dilakukan untuk rotavirus,
0.9% yang mengandung Tween 80),
adenovirus, poliovirus, pox virus, HIV, HBV
dari biakan 7 hari dan FMDV
• Jumlah spora dalam suspensi 106 • Virus ditumbuhkan terlebih dahulu pada
cfu/mL cell line, kemudian dicampur dengan air
• Media yang digunakan Malt Extract yang telah mengandung pengotor organik
Agar, inkubasi 20°C, 48 jam atau lebih dan desinfektan yang diuji, dibiarkan
beberapa waktu kemudian residu
• Syarat dari EN 1275 minimum reduksi infekivitas dilakukan dengan uji kultur
dengan faktor 104 dalam 60 menit jaringan/plak
• Uji dilakukan pada Candida albicans • Syarat EN 14476 harus ada pengurangan
dan Aspergillus niger faktor 104
• Untuk sel yang tdk dapat ditumbuhkan di
lab maka digunakan sel terinfeksi
Evaluasi Desinfektan Cair
Uji Desinfeksi Prion
• Membutuhkan biaya yang
mahal dan waktu yang lama
• Menggunakan jaringan yang
dihomogenisasi
• Log penurunan ditetapkan
dari penentuan periode
inkubasi
• Desinfektan yang biasa
digunakan adalah NaOH
dan NaOCl
Permasalahan yang timbul
• Mikobakteria  bersifat hidrofob, sulit membuat suspensi bakteri yang tidak
menggumpal
• MTB sulit tumbuh dan berbahaya sehingga diganti dengan bakteri M. hirae
• Spora jamur yang digunakan untuk uji membutuhkan inkubasi beberapa hari
(lebih lama) untuk memfasilitasi pertumbuhan
• Bakteri dalam bentuk biofilm diinokulasikan pada permukaan dalam bentuk
biofilm atau menggunakan sumur2 mikro. Setelah itu diimersikan dengan
desinfektan selama interval waktu tertentu  sel pada biofilm diambil lalu
disonikasi dan diresuspensi pada medium netralisasi  dihitung jumlah sel
mikroba dalam bentuk planktonik
• Bakteri yang hidup di mikroorganisme lain, diuji 2 kali, yaitu suspensi bakteri
tersebut dan suspensi bakteri dan protozoanya. Sel yang dihitung adalah
yang hidup setelah sel protozoanya lisis
Evaluasi Desinfektan Padat
• Biasanya terdiri dari komponen desinfektan yang
diencerkan dengan serbuk inert
• Senyawa fenol yang diadsorpsi pada kieselguhr, atau
NADCC, acriflavine, zinc undekanoat, asam salisilat yang
dicampur dengan talk
• Mikroba uji ditumbuhkan pada media padat. Desinfektan
padat ditaburkan pada permukaan media padat yang telah
ditumbuhi mikroba, menggunakan pengencer inert sebagai
kontrol. Pertumbuhan kemudian diamati selama inkubasi.
Lalu dilakukan subkultur untuk melihat jumlah mikroba
yang dapat bertahan hidup
Evaluasi Desinfektan Gas
• Suspensi mikroba dibuat dalam ruangan
tertutup, lalu diekspos pada desinfektan (bisa
dalam bentuk radiasi, aerosol atau uap kimia).
Mikroba yang bertahan hidup di udara
disampling dengan menggunakan Air sampler
• Kesulitan terletak pada bagaimana caranya
membuat suspensi bakteri di udara dan
bagaimana caranya menetralkan desinfektan
sisa uji
Evaluasi Pengawet
• Pengawet biasanya digunakan pada sediaan kosmetik
• Masalah muncul pada bentuk sediaan dimana pengawet
biasanya terkonsentrasi pada salah satu fase
• Menggunakan metode uji suspensi atau uji pengenceran
• Sediaan farmasi diinokulasi dengan biakan jamur dan bakteri.
Untuk sediaan yang mengandung kadar gula tinggi juga
diujikan Zygosaccharomyces rouxii (jamur/ragi osmofilik)
• Jumlah bakteri yang mati kemudian dihitung
• Diuji untuk sediaan injeksi multidose, tetes mata, sediaan
topikal dan sediaan oral
Rapid Test
• Epifluorescent 
menggunakan pewarna
acridine orange, dilihat
di bawah UV, sel hidup
akan berfluoresens
hijau kuning, sedangkan
sel mati tetap orange
• Bioluminescence
• PCR (Polymerase Chain
Reaction)

Anda mungkin juga menyukai