NIM : M0622002
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat meracik sediaan emulsi dan sirup
dengan baik dan benar.
II. TEORI SEDIAAN
Emulsi adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam sistem dispersi
fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya,
umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi. Emulsi adalah jenis khusus dari dispersi
koloid, yang memiliki setidaknya satu dimensi antara sekitar 1 dan 1000 nm. Fase
terdispersi kadang-kadang disebut sebagai fase internal, dan kontinu sebagai fase eksternal.
Emulsi juga membentuk jenis sistem koloid yang agak istimewa karena tetesan sering
melebihi ukuran terbatas 1000 nm. Emulsi dapat sebagai produk akhir atau selama
pemrosesan produk dalam berbagai bidang termasuk industri makanan, industri pertanian,
farmasi, kosmetik, dan dalam bentuk makanan (Hispratin, 2018).
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispesi dan larutan
air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak
merupakan fase pembawa sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Semua emulsi
memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah pertumbuhan
mikroorganisme. Adanya pengawet sangatlah penting dalam emulsi minyak dalam air
karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi (Kemenkes RI, 2020, Hal. 47 – 48).
Sediaan emulsi merupakan suatu campuran yang tidak stabil dari dua cairan yang pada
dasarnya tidak saling bercampur,sehingga untuk mencampurkan kedua fase ini diperlukan
zat pengemulsi (emulsifying agent) atau emulgator (Ningsih dkk., 2018 ). Emulsi dapat
distabilkan dengan penambahan pengemulsi yang disebut emulgator atau surfaktan yang
dapat mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan
akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Tujuan pemakaian emulsi ini adalah
sebagai obat dalam atau peroral. Umunya tipe O/W, dan juga digunakan sebagai obat luar.
Bisa tipe O/W atau W/O, tergantung pada banyak factor (Syamsuni,2013).
Dalam suatu emulsi, salah satu fase cair biasanya bersifat polar sedangkan yang lainnya
relatif non polar. Penetuan tipe emulsi tergantung pada sejumlah faktor. Jika rasio volume
fasa sangat besar atau sangat kecil, maka fasa yang memiliki volume lebih kecil seringkali
merupakan fasa terdispersi. Berdasarkan tipenya emulsi dibagi menjadi empat yaitu:
1. Oil in water (o/w): fase minyak
terdispersi sebagai tetesan dalam keseluruhan fase luar air
2. Water in oil (w/o): fase air terdispersi sebagai tetesan dalam fase luar minyak
3. Oil in water in oil (o/w/o): tetesan minyak yang terdispersi dalam tetesan air yang
kemudian terdispersi dalam fasa minyak kontinyu.
4. Water in oil in water (w/o/w): fase air terdispersi dalam fase air yang mengandung
polimer kemudian membentuk emulsi air dalam minyak (w/o). Emulsi yang terbentuk
kemudian ditambahkan ke fasa berair kedua (mengandung surfaktan) dan diaduk terus
menerus untuk membentuk emulsi (Hispratin, 2018).
atau juga dikenal sebagai 4:2:1 metode karena setiap 4 bagian (volume) minyak, 2 bagian
air, dan 1 bagian gom ditambahkan dalam pembuatan dasar emulsi. Emulsifying agent
dicampurkan ke dalam minyak sebelum ditambahkan air.
2. Metode gom basah (wet gum method) memiliki proporsi sama untuk minyak, air, dan
gom yang digunakan dalam dry gum method, tetapi urutan pencampurannya berbeda.
Emulsifying agent ditambahkan ke dalam air (dimana dapat terlarut) untuk membentuk
muchilago, kemudian secara perlahan minyak akan tergabung membentuk emulsi
3. Metode botol (Forbes bottle method) digunakan untuk minyak yang mudah menguap
atau kurang kental (Hispratin, 2018).
Emulsi didefinisikan sebagai dispersi (tetesan) cairan dalam cairan yang tidak bercampur.
Fase yang ditangguhkan disebut fase eksternal atau kontinu. Fase yang muncul dalam
bentuk tetesan adalah fase internal atau terdispersi. Dalam kasus emulsi minyak, salah satu
fase cair adalah minyak mentah dan cairan lainnya adalah fase berair atau air.
Pencampuran emulsi yang memadai dan keberadaan agen aktif permukaan adalah dua
faktor penting yang mengarah pada pembentukan emulsi ketika fase minyak dan air
disatukan. Selama produksi minyak mentah, ada berbagai sumber pencampuran yang
menghasilkan gaya geser. Umumnya, semakin besar jumlah geser, semakin kecil ukuran
tetesan fase terdispersi dan semakin ketat emulsi.Pencampuran yang memadai dan
keberadaan agen aktif permukaan adalah dua faktor penting yang mengarah pada
pembentukan emulsi ketika fase minyak dan air disatukan. Selama produksi minyak
mentah, ada berbagai sumber pencampuran yang menghasilkan gaya geser. Umumnya,
semakin besar jumlah geser, semakin kecil ukuran tetesan fase terdispersi dan semakin
ketat emulsi (Goodarzi dan Zendehboudi, 2019).
serta perubahan nilai pH dan viskositasnya. kestabilan emulsi yang baik ditandai dengan
tidak terjadinya perubahan nilai yang besar pada pH dan viskositas. Emulsi yang memiliki
tingkat polaritas yang serupa dengan minyak, akan cenderung stabil dalam minyak
tersebut. Emulsi yang paling umum digunakan pada personal care yaitu emulsi oil in water
(o/w) yang menjadikan air sebagai fase eksternalnya karena lebih mudah diaplikasikan dan
cenderung bersifat polar (Wulanawati dkk., 2019).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi
(sirup simplex adalah sirup yang hamper jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam
sirup adalah 64-66%, kecuali dinyatakan lain ada 3 macam sirup yaitu : ( Syamsuni,2006).
1. Sirup simplex : Mengandyng 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.
2. Sirup obat : Mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan
Dan digunakan untuk pengobatan.
3. Sirup pewangi : Tidak mengandung obat namun mengandung zat pewangi/ penyedap
lainnya. Tujuan dibuatnya sirup pewangi adalah untuk menutup rasa tidak enak dan bau
pada obat (Syamsuni,2006).
Sirup dipilih karena bentuk formulasi yang relatif lebih disukai, memiliki rasa yang manis
serta lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan kapsul atau tablet. Pengolahan sediaan
sirup biasanya digunakan bahan-bahan tambahan antara lain pemanis dan pengental.
Pemanis alami yang sering dijumpai dipasaran yaitu sorbitol, sukrosa, high fructose syrup
(HFS) dan madu. Masing-masing jenis pemanis tentunya memiliki karakteristik serta
kandungan yang berbeda. Penggunaan jenis pemanis yang berbeda yaitu sukrosa dan
fruktosa memberikan pengaruh terhadap kekentalan, aroma serta warna namun tidak
memengaruhi rasa pada sirup. (Rizka dkk., 2019).
Di Indonesia, masyarakat lebih memilih mengkonsumsi obat dalam bentuk sirup karena
kemudahan dalam mengkonsumsinya terutama bagi mereka yang susah menelan obat
dalam sediaan padat, dan dapat menutupi rasa pahit yang tidak disukai anak-anak
(Herdaningsih dan Kartikasari,2022).
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Sirup terdiri dari dari zat aktif, pelarut, pemanis, zat penstabil, pengawet, pengental,
pewarna, pewangi, perasa, dan pengisotonis. Zat aktif merupakan zat utama / zat yang
berkhasiat dalam sediaan sirup. Pelarut merupakan cairan yang dapat melarutkan zat aktif
atau biasa disebut sebagai zat pebawa. Contoh pelarut adalah air, gliserol, propilenglikol,
etanol, eter. Pemanis merupakan zat tambahan dalam suatu sirup, pemanis ditambahkan
untuk memberikan rasa manis pada sirup. Zat penstabil dimaksudkan untuk menjaga agar
sirup dalam keadaan stabil contoh dari zat penstabil adalah antioksidan, pendapar,
pengkompleks. ( Fickri, 2018).
Sirup merupakan sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa. Rasa dan
kelarutan merupakan faktor penting dalam pembuatan sirup karena sirup merupakan
sediaan oral. Sukrosa adalah pemanis dengan jumlah kalori cukup tinggi yaitu sebesar 3,94
kkal/g. Pemakaian sukrosa yang terlalu tinggi dapat menyebabkan meningkatnya kadar
gula dalam tubuh, sehingga dapat memicu penyakit degeneratif seperti diabetes melitus.
Untuk itu diperlukan bahan pemanis pengganti sukrosa. Penambahan propilen glikol dalam
sediaan sirup dapat meningkatkan kelarutan senyawa ekstrak tumbuhan obat dalam sediaan
sirup. Oleh karena itu perlu dilakukan optimasi formula agar dihasilkan sirup dengan sifat
fisik seperti yang diharapkan yaitu dengan variasi konsentrasi propilen glikol sebagai co-
solvent. Propilen glikol 12% dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan sirup meliputi
viskositas, pH dan durasi stabilitas pada sediaan sirup. Selain itu, penambahan propilen
glikol 11% dapat mempengaruhi rasa dan penampilan, tingkat kekentalan, dan endapan
pada sediaan sirup (Hidayati dkk., 2019). Untuk memperoleh formula optimum sirup maka
perlu dilakukan optimasi. Salah satu metode optimasi yangdigunakan adalah dengan
metode Simplex Lattice Design (SLD). Penggunaan metode optimasi memberikan
beberapa keuntungan yaitu praktis, cepat, dan menghindari penentuan formula dengan
coba–coba (trial and error) (Hidayati dkk., 2019).
Pilihan formulasi antara sirup dan parasetamol terdispersi tergantung pada kenyamanan
pasien dan penerimaan merek (rasa, warna). Selain itu, sebagian besar antipiretik
memiliki efek terkait lainnya, seperti analgesia, yang juga dapat mempengaruhi keputusan
pasien untuk menggunakan produk bahkan tanpa demam. Sirup dapat kehilangan rasa,
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
berubah keadaan atau bahkan praendapan. Demikian pula, tablet (dispersible inclusive)
dapat hancur, mengeras atau telah mengubah waktu pembubaran jika terpapar dari waktu
ke waktu sebelum kita (Okereke dkk., 2021).
III. RESEP
1. Resep 1 [ Emulsi ]
2. Resep 2 [ Sirup ]
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2. Resep 2 [ Sirup ]
e. Struktur Kimia :-
e. Struktur Kimia :-
(Rowe, 2009)
C. PGA
e Struktur Kimia :-
(Rowe dkk, 2009, hal. 1)
D. Gliserin
E.
b. Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa
O
manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam/tidak
enak); higroskopik; larutan netral terhadap lakmus.
e. Struktur Kimia :
leum Cinnamon
F. Aquadest
e. Struktur Kimia :
2. Resep 2 [ Sirup ]
A. Paracetamol
B. Gliserin
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
e. Struktur Kimia :
C. Propilen Glikol
a. Nama Bahan (nama lain) : Propylene glycol
e. Struktur Kimia :
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
D. Sirpus Simplex
e. Struktur Kimia :-
(Caeol, 2019, Hal 1-2).
E. Sodium Benzoat
e. Struktur Kimia :
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
F. Aquadest
e. Struktur Kimia :
5. Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sukrosa yang memutus bidang
polarisasi. Gula invert tidak digunakan karena lebih encer sehingga mudah berjamur
berwarna tua seperti caramel. Oleh karena itu, ditambahkan bahan pengawet.
VII. PENIMBANGAN
1. Resep 1 [ Emulsi ]
No Nama Bahan Perhitungan Penimbangan
1. Ol. Olivae 25 gram 25 gram
2. PGA 15 gram 15 gram
3. Gliserin 5 gram 5 gram
4. Ol. Cinnamon 5 tetes 5 tetes
5. Aquadest 37,5 gram 37,5 gram
Perbandingan
olive oil : PGA : air Olive oil = 22,75 22,5 gram
=3:2:1 PGA = 15 15 gram
= 22,5 : 15 : 7,5 Aquadest = 7,5 7,5 gram
Sisa bahan korpus :
Olive oil 25 gram – 22,5 gram = 2,5 gram 2,5 gram
Aquadest 37,5 gram – 7,5 gram = 30 gram 30 gram
2. Resep 2 [ Sirup ]
No Nama Bahan Perhitungan Penimbangan
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
A. Alat
2. Resep 2 [ Sirup ]
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
A. Alat
IX. HASIL
1. Resep 1 [ Emulsi ]
Pemerian : Cairan kental, warnah putih susu sedikit coklat.
Jumlah : 1 botol emulsi dengan volume ± 107,7 gram
Khasiat : Untuk pemakaian oral sebagai suplemen makanan,
mengurangi resiko terkena kanker dan penyakit jantung
Etiket : LABORATORIUM FARMASETIKA
S1 FARMASI – FMIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2. Resep 2 [ Sirup ]
Pemerian : Cairan, kuning bening, tidak ada endapan, bauk has sirup
simplex.
Jumlah : 1 botol sirup dalam volume ± 60mL
Khasiat : Analgesik dan antipiretik ; menurunkan suhu badan dan
demam.
Etiket : LABORATORIUM FARMASETIKA
S1 FARMASI – FMIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
X. PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum sediaan emulsi dan sirup ini adalah agar mahasiswa diharapkan
dapat meracik bentuk sediaan emulsi dan sirup dengan baik dan benar.
Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti minyak
dan air. Perlu ditambahkan zat tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang dapat
membantu dua cairan dapat bercampur secara homogen dan stabil, Emulsi adalah sistem
dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan
kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang
disebut dengan emulgator (emulsifying agent).
Sediaan sirup merupakan sediaan cair yang berupa larutan yang ditandai dengan rasa manis
dengan kandungan sakrosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Sirup
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
merupakan sediaan obat dalam bentuk larutan. Sediaan obat dalam larutan mempunyai
banyak keuntungan, selain mudah dalam pemakaian terutama bagi anak kecil, juga
mempunyai keuntungan seperti lebih cepat diabsorbsi dalam saluran cerna, sehingga obat
cepat diabsorbsi dan semakin cepat pula tercapainya efek terapetik. Namun tidak semua
obat dapat dibuat dalam bentuk sediaan larutan karena tidak semua obat stabil dalam
larutan.
Sebelum melakukan praktikum, praktikan melakukan skrining pada resep sediaan emulsi
dan sirup yang akan dibuat. Setelah melakukan skrining kepada resep sediaan emulsi dan
sirup dapat disimpulkan bahwa resep sediaan masing-masing emulsi dan sirup dapat
dibuat/ dikerjakan karena dari parameter skrining administrarif memenuhi standart yaitu
dari nama dokter , nomer telepon, nomor SIP, kota pembuatan resep, tanggal pembuatan
resep, dan ttd/paraf dokter sehingga resep bisa dikatakan sudah lolos skrining administratif
sehingga praktikan bisa membuat resep yang sudah diberikan.
Praktikum pertama yaitu praktikan membuat sediaan emulsi . Sediaan emulsi yang dibuat
pada praktikum kali ini adalah emulsi tipe minyak dalam air atau oil in water (o/w) . karena
jumlah fase minyak yang ditambahan lebih sedikit dibandingkan denhan jumlah fase air.
Pemakaaian obat sediaan emulsi mempunyai keuntungan dan kerugian yang bisa
dipertimbangkan oleh pasien sebelum menggunakan sediaan.
Keuntungan sediaan emulsi :
1. Sifat teurapetik dan kemampuan menyabar konstituen lebih meningkat.
2. Rasa dan bau dari minyak dapat ditutupi.
3. Absorpsi dan penetrasi lebih mudah dikontrol.
4. Aksi dapat diperpanjang dan efek emmollent lebih besar.
5. Air merupakan eluen pelarut yang tidak mahal pada pengaroma emulsi.
6. Dapat membentuk sediaan yang homogen dan mudah Bersatu.
7. Mudah ditelan.
Kekurangan sediaan emulsi :
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Sediaan emulsi yang dibuat pada praktikum kali ini berfungsi untuk mencegah kerentanan
terhadap sifat oksidatif dan sebagai sifat antioksidan sehingga dapat menurunkan tekanan
darag dan memperbaiki kolestrol. Karena didalam emulsi mengandung minyak zaitun
sebagai emulgatornya. Setiap bahan pada sediaan emulsi mempunyai khasiat dan fungsi
masing masing. Bahan yang digunakan di resep emulsi yaitu :
a. Minyak Zaitun
Minyak zaitun merupakan minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji
masak Olea europaea. Minyak zaitun berfungsi untuk mencegah dan mengatasi kanker
seperti kanker payudara, kanker Rahim, kanker lambung, kanker usus, menekan resiko
akibat radang usus besar dan mengurangi kolestrol berbahaya. Minyak zaitun juga
mengandung beberapa macam vitamin yang penting bagi tubuh, salah satu diantaranya
adalah vitamin D yang menjaga anak-anak dari penyakit lumpuh. Minyak zaitun juga
dapat menambah daya pikir dan kecerdasan serta sangat berguna bagi penderita
diabetes, hipertensi dan jantung coroner. Manfaat minyak zaitun yang beragam dapat
menunjang Kesehatan manusia, akan tetapi rasanya yang kurang disukai oleh pasien.
Untuk mengatasi rasa yang kurang enak maka minyak zaitun bisa dikombinasikan
dengan emulgator untuk dijadikan sediaan emulsi.
b. PGA
Tahap awal dalam pebuatan emulsi adalah pemilihan zat pengemulsi. Zat pengemulsi
harus mempunyai kualitas tertentu, salah satunya ia harus dapat dicampurkan dengan
bahan formulative lainnya dan tidak boleh menganggu stabilitas zat terapeutik, dan
kemampuannya dari zat pengemulsi untuk membentuk emulsi dan menjaga stabilitas
emulsi tersebut. PGA merupakan zat pengemulsi yang paling sering digunakan dalam
preparat emulsi. PGA juga digunakan untuk menaikkan viskositas hingga dapat
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan factor yang penting
karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang
digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah zat aktif permukaan atau
yang biasa disebut surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan
permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globuk
fase terdispersinya. Pada percobaan kali ini menggunakan emulgator alam yaitu PGA,
PGA merupakan emulgator yang mudah larut dalam air. Maka dari itu digunakanlah
pembuatan emulsi dengan metode basah. Metode basah yaitu suatu metode dalam
pembuatan emulsi dengn cara zat pengemulsi ditambahkan kedalam air (zat pengemulsi
umumnya larut dalam air) agar membentuk suatu mucilage, kemudian minyak perlahan
lahan ditambahkan dan membentuk emulsi, kemudian diencerkan dengan sisa air.
Pada perhitungan yang awalnya perbandingan Ol. Lecoris Aselli ; PGA ; Air yaitu 3 : 2 : 1
dirubah menjadi 1 : 1 : 1 karena perbandingan yang begitu besar sehingga di mungkinkan
sediaan tidak akan jadi. Juga karena PGA membutuhkan banyak air untuk mengembang.
Langkah pertama yang dilakukan praktikan adalah menimbang semua bahan, lalu
selanjutnya yaitu mengembangkan PGA dengan air sedikit demi sedikit didalam mortar,
praktikan harus mengaduk PGA yang mengembang dengan kuat sambal digerus secara
perlahan hingga PGA mengembang secara sempurna. Lalu ditambahkan dengan minyak
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
zaitun diaduk kuat hingga terbentuk korpus emulsi, setelah dirasa homogen korpus emulsi
ditambahkan dengan gliserin dengan tujuan agar mengental. Campuran homogen
ditambahkan dengan sisa air, emulsi juga ditetesi oleh oleum cinnamon sebanyak 5 tetes.
Emulsi dimasukkan kedalam botol dan diberi etiket berwarna putih karena termasuk
sediaan oral.
Pada praktikum ini dihasilkan emulsi berwarna bening kental putih dan berbau sedikit
oleum cinnamon. Untuk sediaan emulsi dilakukan pengocokan terlebih dahulu untuk
menjamin fase dalam yang merata dalam pembawa. Untuk penyimpanan sediaan emulsi
kecuali dinyatakan lain, di simpan didalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dalam
botol atau pot sesuai dengan viskositas emulsi. BUD / beyond use date emulsi yaitu 14 hari
dari kemasan emulsi dibuka.
Praktikum kedua yang dilakukan praktikan yaitu membuat sirup. Sirup merupakan sediaan
cair yang berupa larutan yang ditandai dengan rasa manis dengan kandungan sukrosa.
Sirup sering digunakan kepada pasien anak-anak karena anak-anak cenderung sulit
menerima obat dalam bentuk kapsull/tablet. Selain itu sirup juga mengandung pemanis
yang membuat anak-anak cenderung menyukainya daripada sediaan yang lain.Namun,
sirup juga mempunya keuntungan dan kerugian antara lain :
Keuntungan sediaan sirup :
1. Sesuai untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, Parkinson, anak-anak)
2. Obat terlarut lebih mudah teradsorbsi.
3. Pendosisan fleksibel.
4. Varian rasa obat banyak.
Kerugian sediaan sirup :
1. Tidak cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan.
2. Formulasi sulit untuk bahan berkelarutan rendah.
3. Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air.
Sirup yang dibuat pada praktikum kali ini yaitu sirup simplex yang berkhasiat untuk
meredakan rasa nyeri dan menurunkan demam. Setiap bahan pada sediaan sirup
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
mempunyai khasiat dan fungsi masing masing. Bahan yang digunakan di resep sirup yaitu :
a. Paracetamol
Paracetamol adalah obat untuk meredakan demam dan nyeri. Paracetamol diketahui
bekerja pada pusat pengaturan suhu yang ada diotak untuk menurukan suhu tubuh saat
seseorang sedang mengalami demam.
b. Propile glikol
Propilen glikol dapat berfungsi sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, humektan,
solven, stabilizer untuk vitamin dan kosolven yang dapat bercampur dengan air. Bisa
untuk disinfektan; pelembab kulit, sebagai pengawet mikroba; sebagai agen penstabil
c. Gliserin
Gliserin merupakan bahan tambahan yang digunakan dalam formula obat humektan,
pemanis dan dapat meningkatkan kekentalan obat. Dalam sirup gliserin berfungsi
sebagai pengstabil dan anticaplocking.
d. Sirupus Simplex
Sirupus simplex digunakan sebagai pembawa yang memberikan rasa manis dan aroma
pada sediaan sirup yang dibuat.
e. Sodium benzoate
Sodim benzoat digunakan sebagai pengawet dalam sediaan sirup (memperpanjang
umur simpan).
f. Aquadest
Sebagai pelarut dalam sediaan sirup.
Langkah pertama pembuatan sediaan sirup yaitu penimbangan semua bahan dengan sesuai,
setelah itu paracetamol ditambahkan dengan propilen glikol, diaduk hingga homogen lalu
ditambahkan dengan gliserin dan ditambahkan dengan aquadest. Setelah semua tercampur
dengan homogen, sirup ditambahkan dengan sodium benzoat guna untuk pengawet
didalam sediaan sirup, lalu ditambahkan dengan air, dan ditambah dengan sirup simplex.
Sediaan sirup siap digunakan.
Pada praktikum kali ini dihasilkan sirup didalam botol . namun, pada praktikum sediaan
sirup kali ini dihasilkan sediaan sirup yang kurang larut. Hal ini disebabkan karena
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
kelarutan paracetamol dalam air adalah agak sukar larut. Praktikan mencoba melarutkan
Kembali sediaan sirup dengan cara memanaskan dengan harapan paracetamol dapat larut
sempurna dan homogen dalam larutan sediaan sirup. Larutan atau sirup disimpan di tempat
kering dan sejuk pada suhu 15º – 25º C. Dan tidak dianjurkan disimpan didalam kulkas,
karena dapat membuat obat beku dan dapat merusak struktur obat. BUD / beyond use date
sediaan sirup yaitu sirup yang sudah dibuka / dipakai bisa digunakan kembali maksimal 14
hari setelah kemasan dibuka dengan catatan cara penyimpanan baik dan benar serta obat
tidak mengalami perubahan warna, bau, ataupun tekstur
XI. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat meracik sediaan emulsi dan sirup
dengan baik dan benar. Setelah membuat sediaan emulsi dan sediaan sirup dapat
disimpulkan bahwa sediaan emulsi digunakan untuk antioksidan, emmbantu mengontrol
kadar kolestrol, peningkat fungsi liver dan jantung. Dan sediaan sirup digunakan untuk
obat anti nyeri dan menurunkan demam . Dapat disimpulkan juga bahwa dalam meracik
obat sediaan kita harus sudah memiliki cukup ilmu dan persiapan yang cukup. Kita yang
sudah seharusnya mengetahui cara perlakuan, langkah kerja, dan kegunaan setiap
komponen bahan yang akan diracik. Sehingga, bisa menghasilkan sediaan yang baik,
stabil, dan dapat berfungsi dengan baik saat digunakan oleh pasien.
Herdaningsih, S. and Kartikasari, D., 2022. Formulasi Sediaan Sirup Ekstra Etanol Daun
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Iler (Coleus atropurpureus (L.) Benth) dan Uji Aktivitas Mukolitik Secara In Vitro.
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 5(1).119-129.
Hidayati, N., Nuryanto, I. and Zukhri, S., 2019. Optimasi Formula Sirup Ekstrak Etanol
Daun Sukun (Artocarpus altilis) Dengan Pemanis Sorbitol dan Co–Solvent Propilen
Glikol. CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, 10(2). 67-77.
Hisprastin, Y., 2018.Review Artikel : Perbedaan Emulsi dan Mikroemulsi pada Minyak
Nabati.. Farmaka, 16(1). 133-140.
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Kementriaan
Kesehatan Indonesia.
Ningsih, A.I.F., Pahmi, K. and Khaerudin, K., 2018. Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan
Emulsi Minyak Ikan Dengan Menggunakan Serbuk Biji Durian (Durio Zibethinus
L.) Lokal Sebagai Emulgator. Jurnal Ilmu Kesehatan dan Farmasi, 6(2). 40-43.
Okereke, B., Ibeleme, O. and Bisi-Onyemaechi, A., 2021. Randomised comparative trial of
the efficacy of paracetamol syrup and dispersible tablets for the treatment of fever
in children. Journal of International Medical Research, 49(3). 1-8.
Rizka, S.R., Susanti, S. and Nurwantoro, N., 2019. Pengaruh Jenis Pemanis Yang Berbeda
Terhadap Viskositas dan Nilai pH Sirup Ekstrak Daun Jahe (Zingiber
Officinale). Jurnal Teknologi Pangan, 3(1). 152-154.
Rowe, R. C., Sheskey, P., & Quinn, M. 2009. Handbook of pharmaceutical excipients.
Libros Digitales-Pharmaceutical Press.
Ulfa, M., Himawan, A. and Kalni, S.A., 2019. Formulation of Noni (Morinda citrifolia L.)
Oil Lotion as Mosquito Repellent. Journal of Pharmaceutical and Medicinal
LABORATORIUM FARMASETIKA
KELOMPOK KEILMUAN FARMASETIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI, FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Wulanawati, A., Epriyani, C. and Sutanto, E., 2019. Analisis Stabilitas Lotion
Menggunakan Emulsifier Hasil Penyabunan Minyak dan Alkali. Jurnal
Farmamedika (Pharmamedika Journal), 4(1). 23-28.
Wulandari, R.L., Mahmud, E. and Mufrod, M., 2018. Formulasi Sirup Ekstrak Etanol Daun
Pare (Momordica charantia L.) Dengan Gelatin Sebagai Pengental Dan Aktivitas
Mukolitiknya. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik, 15(2).54-61.
LEMBAR KOREKSI
Mengetahui,
Asisten Pengkoreksi,
(…………………………..)