Anda di halaman 1dari 36

Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 1

MATERI 1

GRANULASI BASAH

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
• Mahasiswa dapat membuat tablet antalgin dengan metode granulasi basah
• Mahasiswa dapat melakukan pengujian dan menentukan sifat fisik mutu tablet

II. TEORI DASAR


Tablet merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan (Depkes, 1995). Tablet digunakan baik
untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Pengobatan lokal misalnya:
1. Tablet untuk vagina, berbentuk oval, digunakan sebagai antiinfeksi, antifungi, penggunaan
hormon secara lokal.
2. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal di mulut dan tengorokan, umumnya
digunakan sebagai antiinfeksi (Anief, M., 2005).
Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan
masuk perut terdapat pula yang lain seperti:
1. Tablet bukal digunakan dengan cara dimasukkan di antara pipi dan gusi dalam rongga
mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui mukosa mulut masuk
peredaran darah.
2. Tablet sublingual digunakan dengan jalan dimasukkan di bawah lidah, biasanya berisi
hormon steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah.
3. Tablet implantasi berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara implantasi
dalam kulit badan.
4. Tablet hipodermik dilarutkan dalam air steril untuk injeksi untuk disuntikkan di bawah
kulit (Anief, M., 2005).
Metode pembuatan tablet di bagi menjadi 3, yaitu:
1. Metode granulasi basah
2. Metode granulasi kering
3. Metode kempa langsung

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 2

Metode granulasi basah merupakan metode yang sering digunakan dalam


pembuatan tablet. Metode ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya homogenitas
bahan-bahan dalam tablet yang baik , menghasilkan tablet yang kompak (kekerasan tinggi
dan tingkat kerapuhan rendah). Untuk membuat tablet selain zat aktif, juga diperlukan zat
tambahan berupa:
1. Zat pengisi (diluents) dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet sesuai yang
diinginkan. Biasanya digunakan laktosa, pati, kalsium sulfat, sukrosa dll.
2. Zat pengikat (binder) dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat
sehingga dapat meningkatkan kekuatan ikatan antara bahan-bahan dalam tablet.
Biasanya yang digunakan adalah gelatin, pati, poli vinil pirolidon (PVP) dan metil selulosa.
3. Zat penghancur (disintegrant) dimaksudkan agar tablet dapat hancur setelah tablet di
minum. Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering, gelatinum, agar-agar,
natrium alginate.
4. Zat pelicin (lubricant) berfungsi untuk meningkatkan sifat alir granul sehingga dihasilkan
bobot yang seragam selain itu dapat di gunakan untuk mencegah melekatnya tablet pada
cetakan . Biasanya digunakan talkum, magnesium stearat, asam stearat.
Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah secara garis besar dapat di lakukan
sebagai berikut:
1. Percampuran bahan obat dengan bahan pengisi dan penghancur.
2. Pembuatan larutan bahan pengikat kemudian dicampurkan ke campuran no.1.
3. Pembuatan granul
4. Percampuran granul dengan bahan pelicin.
5. Pengempaan granul menjadi tablet.
Setelah mendapatkan sejumlah tablet maka harus dilakukan pengujian sifat fisik
tablet sehingga kualitas tablet dapat di ketahui. Kualitas sediaan farmasi secara fisika dapat
di ketahui setelah dilakukan pengujian seperti: Uji kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur.
Secara kimiawi di lakukan pengujian ; Uji penetapan kadar bahan obat dalam sediaan. Secara
biologi yaitu dilakukan pengujian uji potensi antibiotik, uji sterilitas.
Uji kekerasan dan kerapuhan tablet adalah uji mengenai kekompakan mekanis
tablet. Pengujian ini perlu dilakukan untuk menjamin bahwa tablet akan tetap utuh, tidak
pecah/ terkikis baik selama proses pengemasan, maupun selama proses transportasi dari
industri sampai ke tangan konsumen.

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 3

Uji waktu hancur (uji disintegrasi) tablet adalah uji invitro yang dilakukan sebagai
persyaratan awal mengenai kelarutan secara invitro (uji disolusi), sedangkan disolusi
merupakan persyaratan terjadinya absorbsi.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat : Seperangkat alat homogenizer Hardness tester
Pengayak Friabilator
Oven Disintegration.
Single punch,
Bahan : Antalgin Explotab
Laktosa Mg stearat
Gelatin Aquades

IV. FORMULASI TABLET ANTALGIN


Bahan Bobot (mg) 1 batch ……… tablet

Antalgin 500 ….

Laktosa 44 ….

Gelatin 20 ….

Explotab 30 ….

Mg. Stearat 6 ….

Aquadest Qs ….

Bobot total 600 ….

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 4

V. PROSEDUR PERCOBAAN:
1. Pembuatan granul
1. Campur antalgin, laktosa, explotab di dalam mortir hingga homogen.
2. Larutkan gelatin dengan aquadest di dalam cawan porselin, kemudian panaskan
diatas waterbath dan biarkan beberapa saat (kurang lebih 5 menit)
3. Masukkan mucilago gelatin (larutan gelatin) ke dalam campuran serbuk di dalam
mortir, aduk hingga homogen dan terbentuk massa yang siap di granulasikan.
(tambahkan aquadest jika diperlukan)
4. Ayak adonan lembab dengan no.ayakan 16.
5. Keringkan di dalam oven suhu 50-60 oC
6. Setelah kering, ayak dengan ayakan no.18
7. Timbang granul yang diperoleh
2. Penabletan
1. Campur granul dengan bahan pelicin (Mg Stearat) di dalam botol kosong
(percampuran proses “tumbling”) selama 5 menit.
2. Lalu kempa dengan mesin pencetak tablet dengan bobot 600 mg.

3. Pengujian sifat fisik tablet


3.1 Uji kekerasan
1. Letakkan tablet dengan posisi tegak pada landasan
2. Atur jarak landasan dan baut pegas yang ada diatasnya sehingga tablet pada
posisi berhimpit
3. Atur kekerasan pada posisi nol.
4. Tahan pengungkit sampai tablet pecah.
5. Catat angka yang ditunjukkan pada skala kekerasan (kg).
3.2 Uji kerapuhan
1. Bersihkan 20 tablet dari debu yang melekat pada tablet
2. Timbang 20 tablet tersebut (a gram)
3. Masukkan ke dalam alat friabilator
4. Putar sebanyak 100 x putaran atau putar selama 4 menit dengan kecepatan
25 rpm.
5. Keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu, kemudian timbang (b gram).
6. Hitung angka kerapuhan (f) dengan rumus:

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 5

Keterangan: a: berat awal, b: berat akhir

3.3 Uji waktu hancur


1. Masukkan air ke dalam alat
2. Panaskan air pada suhu 37 2 oC
3. Masukkan 6 tablet (tiap tabung 1 tablet) pada alat penguji waktu hancur
4. Hidupkan alat dan stopwatch secara bersamaan
5. Catat waktu hancur tiap-tiap tablet
6. Bandingkan dengan persyaratan yang ada di Farmakope Indonesia

BAHAN DISKUSI
1. Berapa persyaratan kekerasan dan kerapuhan tablet yang baik!
2. Bagaimana kriteria hasil pada pengujian waktu hancur di FI edisi 4 dan 5!
3. Mengapa terdapat tablet yang tidak memenuhi uji waktu hancur, apa
penyebabnya!

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 6

JURNAL PRAKTIKUM/LAPORAN SEMENTARA


Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..

Judul : ..................................................................................................................................................

1. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 7

2. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 8

3. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)

Surakarta, .................................2017

Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,

________________________________ _____________________

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 9

MATERI 2
GRANULASI KERING

I. TUJUAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
• Mahasiswa dapat membuat tablet asetosal dengan metode granulasi kering
• Mahasiswa dapat melakukan pengujian dan menentukan sifat fisik mutu tablet

II. TEORI DASAR


Metode granulasi kering merupakan salah satu metode yang dapat menjadi solusi
apabila ada suatu permasalahan bahwa suatu bahan obat tidak memungkinkan dibuat tablet
dengan metode granulasi basah. Bahan- bahan obat yang rusak dengan adanya air/ tidak
tahan panas, maka metode granulasi kering merupakan suatu alternatif.
Secara skema proses pembuatan tablet dengan metode granulasi kering sebagai
berikut:
Penimbangan bahan Percampuran bahan obat dan bahan tambahan (pengisi,
pengikat, pelican, dan penghancur) Pengembangan (dengan tekanan besar)
Slug/lempengan Penghancuran Pengayakan Penimbangan
Percampuran (dengan bahan pelican/penghancur) Pengempaan tablet
Pada metode granulasi kering diperlukan tekanan yang besar pada waktu
pengempaan masa menjadi slug (tablet dengan diameter besar) atau menjadi lempengan-
lempengan. Hal ini bertujuan supaya granul yang dihasilkan cukup keras atau tidak rapuh.
Granulasi kering dilakukan terhadap campuran kering kandungan formulasi tablet, dengan
tidak menggunakan cairan penggranulasi. Prinsip dari metode granulasi ini adalah
membentuk granul secara mekanis, tanpa penambahan pelarut ke dalam massa serbuk.
Ikatan antar partikel terbentuk karena pinggir-pinggir granul yang saling bertautan, gaya
adhesi dan kohesi antar partikel padat. Granulasi kering merupakan alternatif dalam
pembuatan granul dengan keuntungan yaitu peralatan dan tahap pengerjaan lebih sedikit
dibandingkan dengan metode granulasi basah dan cocok digunakan untuk zat aktif yang
tidak tahan panas dan lembab.
Ada berbagai keterbatasan dengan proses pengempaan bongkahan, yaitu proses
bets tunggal, lebih banyak beralih pemeliharaan, skala ekonomi yang buruk dan hasil rendah,
hasil perjam rendah, pengendalian proses yang buruk, persyaratan sistem pendukung yang

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 10

berlebihan, ergonomi yang buruk, polusi udara dan bunyi yang berlebihan, wadah dan ruang
penyimpanan meningkat dan lebih banyak energi diperlukan untuk menghasilkan 1 kg
bongkahan (slugging) daripada menghasilkan 1 kg kompak gulung.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat : Alat percampu atau mikser
Alat pencetak tablet
Neraca analitis digital
Bahan : Asetosal
Avicel PH 102
Mg stearat

IV. FORMULASI TABLET ASETOSAL

Bahan Bobot (I) Bobot (II) Bobot (III) 1 batch……

Acetosal 300 mg 300 mg 300 mg …

Avicel PH 102 200 mg 250 mg 150 mg …

Mg Stearat 5 mg 5 mg 5 mg …

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Campur semua bahan dengan percampuran “tumbling” selama 10 menit
2. Kempa menjadi slug dengan tekanan yang cukup keras
3. Hancurkan slug kemudian ayak dengan ayakan No.16
4. Kempa menjadi tablet dengan bobot… mg/tablet

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 11

JURNAL PRAKTIKUM/LAPORAN SEMENTARA


Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..

Judul : ..................................................................................................................................................

1. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 12

2. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 13

3. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)

Surakarta, .................................2017

Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,

________________________________ _____________________

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 14

MATERI 3
PENENTUAN KADAR AIR SERBUK ATAU GRANUL

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
• Melakukan pengujian kadar air (susut pengeringan) pada sediaan serbuk atau
granul.

II. TEORI DASAR


Kadar merupakan salah satu parameter yang perlu diukur dalam penentuan kualitas
bahan. Dalam penerimaaan bahan baku (baik bahan obat maupun bahan tambahan),
parameter kadar air menjadi pertimbangan juga dalam menerima dan menolak suatu bahan
yang digunakan suatu industri khususnya farmasi. Biasanya bunyi persyaratan tersebut
adalah bahwa kadar air bahan X tidak lebih dari…..%.
Kadar air perlu ditetapkan karena dengan adanya kadar air yang tinggi pada suatu
bahan akan menyebabkan bahan tersebut semakin cepat rusak. Hal ini disebabkan air
merupakan bahan yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri, jamur,
biasanya air merupakan media terjadinya reaksi kimiaawi.
Kadar air dapat dinyatakan dengan 2 cara yaitu LOD (Lost On Drying)/ susut
pegeringan maupun MC ( Moisture Content)/ kandungan lembab.

Cara menghitung LOD:

Cara menghitung MC:

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 15

III. ALAT DAN BAHAN


Alat : Botol timbang
Oven
Exicator
Neraca analitis digital
Bahan : Granul

IV. FORMULASI : -
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Panaskan botol timbang di dalam oven pada suhu 105 OC hingga bobot konstan.
2. Timbang bahan serbuk/granul yang akan diuji, kemudian masukkan di dalam botol
timbang.
3. Panaskan didalam oven (jika tidak disebut lain 105 OC), tutup botol dibuka, pemanasan
hingga bobot konstan. Catatan : tiap kali dari oven masukkan dulu dalam exicator,
setelah dingin baru ditimbang.
4. Hitung nilai LOD dan MC nya.

BAHAN DISKUSI
1. Berapa persyaratan kadar air LOD yang baik untuk smpel serbuk bahan baku obat!
2. Jelaskan akibat jika granul terlalu lembab, begitu juga sebaliknya!

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 16

JURNAL PRAKTIKUM/LAPORAN SEMENTARA


Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..

Judul : ..................................................................................................................................................

1. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 17

2. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 18

3. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)

Surakarta, .................................2017

Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,

________________________________ _____________________

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 19

MATERI 4
PENENTUAN SUDUT DIAM

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu:
• Memahami prinsip penentuan sudut diam
• Melakukan cara pengukuran sudut diam dan waktu alir

II. TEORI DASAR


Untuk menentukan sifat alir bahan serbuk atau granul diantaranya dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengukuran sudut diam dan waktu alir. Sudut diam adalah sudut
yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap bidang datar setelah serbuk tersebut
mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit. Alat yang biasa digunakan biasanya
corong. Semakin kecil sudut diam maka semakin mudah serbuk tersebut mengalir. Selain
sudut diam, waktu alir dapat digunakan untuk menentukan sifat alir serbuk atau granul.
Semakin baik sifat alirnya maka akan semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk
mengalirkan sejumlah berat tertentu serbuk / granul.

Tg α = (h) / (1/2 x D)
α = sudut diam, h = tinggi kerucut tumpukan serbuk
D = diameter tumpukan serbuk.

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 20

III. ALAT DAN BAHAN


Alat : Jangka sorong
Klem dan statif
Neraca analitis digital
Stop Watch
Bahan : Granul atau serbuk ( 3 jenis yang berbeda)

IV. FORMULASI : -
V. PERCOBAAN
1. Penentuan sudut diam
1. Pasang corong seperti gambar
2. Timbang sejumlah serbuk (missal 100 g) masukkan kedalam corong tutup bagian
bawahnya
3. Lepaskan tutupnya biar serbuk mengalir semuanya.
4. Ukur tinggi (h) dan diameter (D) tumpahan serbuk
5. Hitung sudut diam (α) dengan rumus diatas.
6. Percobaan diulang sebanyak 6 kali.
7. Lakukan dengan cara yang sama untuk serbuk lain ( B dan C ).
2. Penentuan waktu alir
1. Pasang corong seperti gambar.
2. Timbang 100 g serbuk A masukkan kedalam corong tertutup bagian bawahnya.
3. Lepaskan penutupnya Bersama dengan menghidupkan stop watch.
4. Catat waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan 100 g serbuk tersebut.
5. Percobaan diulang sebanyak 6 kali.
6. Lakukan dengan cara yang sama untuk serbuk B dan C

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 21

JURNAL PRAKTIKUM/LAPORAN SEMENTARA


Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..

Judul : ..................................................................................................................................................

1. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 22

2. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 23

3. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)

Surakarta, .................................2017

Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,

________________________________ _____________________

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 24

MATERI 5
UJI DISOLUSI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu:
• Mahasiswa dapat melakukan pengujian disolusi sediaan tablet dan dapat
menyimpulkan hasil pengujian.

II. TEORI DASAR


Uji disolusi atau uji kelarutan pada sediaan tablet, dimaksudkan untuk mengetahui
beberapa jumlah obat yang sudah melarut dalam pelarut yang digunakan pada media disolusi.
Hasil pengujian ini dinyatakan dalam % yang dihitung dengan rumus:
Jumlah obat yang terlarut x 100%
Jumlah obat yang tertera
Pengujian disolusi bukan hanya pada sediaan tablet, namun juga dapat menguji
sediaan kapsul pengujian ini dianggap lebih baik dari pengujian waktu hancur, hal ini
disebabkan pada uji waktu hancur tidak diketahui apakah obat yang ada pada tablet atau
kapsul sudah larut atau belum dalam media (pelarut) yang digunaka.
Di Indonesia persyaratan adanya uji disolusi sediaan tablet baru setelah terbitnya
farmakope Indonesia edisi ke empat (1995). Sebelumnya produk tablet atau kapsul yang
dibuat oleh industry farmasi belum dipersyaratkan diadakan uji disolusi.
Alat uji disolusi ada 2 tipe yaitu tipe 1 (basket/keranjang)yang kedua adalah tipe
dayung / paddle. Media disolusi yang digunakan tertera pada tiap – tiap monografi mungkin
aquadest, larutan HCl, larutan dapar fosfat dan sebagainya.vSuhu pengujian pada media
disolusi diatur 37oC ± 0,5oC, syarat kululusan pengujian dapat dilihat pada tabel penerimaan
uji disolusi FI IV halaman 1083.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat : Alat Uji Disolusi Neraca analitis digital
Pipet volume dengan berbagai ukuran Alat-alat gelas lainya
Pipet ukur dengan bebagai ukuran
Labu takar dengan bernagai ukuran
Bahan : Asetosal
Aquadest
Dapar asetat 0,05 M

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 25

IV. KONDISI PENGUJIAN


Bahan : Tablet acetosal
Media disolusi : Dapar asetat 0,05 M
Alat : Tipe 1 (tipe keranjang)
Kecepatan rotasi : 50 rpm
Waktu : 30 menit
Persyaratan (Q) : Dalam waktu 20 menit harus larut tidak kurang dari 80% acetosal,
dari jumlah yang tertera pada etiket.

V. PERCOBAAN
1. Buat larutan dapar asetat dengan cara melarutkan 2,99 gran Natrium asetat trihidrat
dan 1,66 ml asam asetat glasial P dengan air hingga 1000 ml.
2. Masukkan 500 ml larutan dapar asetat pada labu disolusi.
3. Atur suhu media 37oC ± 0,5oC
4. Masukkan tablet pada keranjang, kemudian pasang / masukkan pada media disolusi.
5. Putar dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit.
6. Setelah 30 menit hentikan dan ambil cuplikan dan tetapkan kadarnya.
7. Hitung % disolusi, dan bandingkan dengan ketentuan harga Q pada label penerimaan.
Catatan : pengujian tahap 1 dilakukan dengan 6 tablet
Rumus perhitungan % disolusi :

V x Fu x (Au/Ab) x (Cb/Ke) x 100%


V = volume media disolusi
Fu = factor pengenceran cuplikan
Au = serapan larutan uji
Ab = serapan larutan baku
Cb = konsentrasi larutan baku
Ke = jumlah (mg) kandungan obat tiap tablet yang tertera pada etiket

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 26

JURNAL PRAKTIKUM/LAPORAN SEMENTARA


Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..

Judul : ..................................................................................................................................................

1. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 27

2. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 28

3. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)

Surakarta, .................................2017

Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,

________________________________ _____________________

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 29

MATERI 6

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu:
• Memahami prinsip pembuatan suppositoria
• Membuat sediaan suppositoria parasetamol

II. TEORI DASAR


Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu
tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa
zat aktif yang bersifat lokal atau sistemik. Sediaan supositoria sesuai untuk pemberian obat
terutama untuk anak-anak yang sangat muda (bayi) atau orang yang sangat tua.
Secara khas, sediaan supositoria mengandung dispersi zat aktif dalam suatu matriks
iner, umumnya terdiri atas basis padat atau setengah padat. Secara ideal dispersi ini tidak
menimbulkan interaksi kimia antara zat aktif atau pelepasannya dari supositoria. Dalam
keadaan terbatas, fase terdispersi dapat dimasukkan kedalam supositoria sebagai suatu
padatan (misalnya serbuk) atau suatu cairan, misalnya larutan berair, larutan alkoholik,
larutan glikolik, minyak ekstrak, dan lain-lain.
Supositoria memberikan sejumlah keuntungan seperti efektif mengurangi secara
besar eliminasi lintas pertama (hepatic first-pass elimination), dan karena itu meningkatkan
ketersediaan hayati. Ini terjadi karena perbedaan fisiologis dalam aliran vena rektum; darah
yang mengalir dari bagian bawah rektum berbeda nyata dengan aliran darah dari saluran
cerna bagian atas, tidak segera lewat ke dalam sirkulasi (dan sesudah itu kedalam hatiuntuk
degradasi enzimatik) .
Perbedaan rektal suatu sediaan obat bertujuan zat aktif memasuki sirkulasi umum
merupakan pengganti yang baik untuk pemberian oral dalam keadaan berikut :
i. Jika pasien mempunyai kesulitan meminum yang rasanya sangat buruk, hal ini
pertama terjadi pada anak-anak.
ii. Jika pasien mempunyai kesulitan dengan masalah menelan;
iii. Jika pasien mengalami mual dan muntah;

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 30

iv. Jika kesadaran pasien rendah


v. Jika pasien tidak koperatif; hal ini satu sama lain dapat terjadi pada anak kecil dan
pasien yang terganggu jiwanya.
vi. Jika diduga salah penggunaan atau mengancam kehidupan; lewat dosis lebih sulit
pada pemberian rektal
vii. Jika pasien dengan pemberian oral mngalami keluhan saluran cerna yang serius;
misalnya indometosa pemberian rektal dengan dosis yang sama lebih baik
manfaatnya dari pada pemberian oral; hal ini akibat dari pelepasan zat aktif rektal
yang lebih lambat.

Basis supositoria yang lazim dibagi dalam dua kelompok utama: basis lipofil dan
hidrofil. Basis lipofil mencakup lemak alam, lemak setengah sintetis ester dari gliserin dan
asam lemak. Basis hidrofil mencakup polietilenglikol dan dasar yang terdiri dari campuran
gelatin, gliserin dan air.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat : Neraca analitis digital Penangas air
Cetakan suppositoria Alat-alat gelas lainya
Cawan porslein
Bahan : Parasetamol Cera alba
Lemak coklat
Setil alkohol

IV.FORMULASI
FORMULA A FORMULA B FORMULA C

(Basis oleum cacao) (Basis oleum cacao-setil alkohol) (Basis oleum cacao-cera alba)

Parasetamol 100 mg Parasetamol 100 mg

Parasetamol 100 mg Oleum cacao Oleum cacao

Oleum cacao ad 2 g
94 : 6 94 : 6

Setil alkohol ad 2 g Cera alba ad 2 g

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 31

V. PERCOBAAN
1. Cetakan supositoria disiapkan, cetakan harus bersih dan kering.
2. Gliserin dioleskan ke dalam cetakan, kemudian cetakan ditelungkupkan agar tidak ada
penumpukan gliserin di dalam cetakan.
3. Setil alkohol dilelehkan terlebih dahulu kemudian ketika sudah meleleh sempurna
biarkan agak dingin. Masih dalam keadaan meleleh tambahkan sejumlah yang sama
oleum cacao yang telah diiris tipis ke dalam lelehan tersebut, kemudian digerus
sehingga diperoleh campuran yang homogen (akan diperoleh campuran yang lengket
dan mendekati padat).
4. Campuran tersebut diatas dilelehkan kembali (perhatikan bahwa suhu pemanasan
harus dibawah 400 C, agar oleum cacao tidak berubah sifat kristalnya. Kemudian ke
dalam lelehan tersebut tambahkan sejumlah yang sama (bobot bahan dalam lelehan)
irisan tipis oleum cacao kemudian digerus hingga homogen. Lakukan percobaan ini
hingga oleum cacao habis ditambahkan.
5. Ke dalam lelehan tersebut tambahkan parasetamol dan aduk hingga homogen.
6. Lelehan yang hampir memadat kemudian dimasukkan ke dalam cetakan (suhu cetakan
sebaiknya sama dengan lelehan) dengan bantuan batang pengaduk.
7. Campuran dibiarkan memadat pada suhu kamar, kurang lebih 15 menit.
8. Campuran dimasukkan ke dalam lemari pendingin (suhu 8-100 C) selama 10 menit,
kemudian dimasukkan ke dalam freezer selama 5 menit.
9. Setelah memadat kelebihan massa dipotong, kemudian supositoria dikeluarkan dari
cetakan.
10. Supositoria kemudian dievaluasi.

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 32

JURNAL PRAKTIKUM/LAPORAN SEMENTARA


Modul/Materi ke : ....... Kelompok ….. / …..

Judul : ..................................................................................................................................................

4. PROSEDUR KERJA
(Tuliskan dalam bentuk bagan alir/skematis)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 33

5. DATA / PENGAMATAN
(Tuliskan dengan selengkap dan sejelas mungkin)

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 34

6. HASIL DISKUSI
(Tuliskan hasil diskusi selama praktikum, singkat saja)

Surakarta, .................................2017

Mengesahkan
Dosen/Asisten Praktikum Praktikan,

________________________________ _____________________

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 35

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida


Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solida 36

REFERENSI
Attwood, D., Florence, A.T., (2006). Physicochemical Principles of Pharmacy, 4th ed, PhP
Pharmaceutical Press, London, Chicago.
Lachman L. et al; The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lea and Febringer, 1986.
Lachman L. et al; The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Lea and Febringer, 1986.
Lieberman H.A. et al, Pharmaceutical Dosage Forms; Tablet Volume 1, Second Edition,
Revised and Expanded, Marcel Dekker Inc. 1989.
Parikh D.M,m Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology, Marcel Dekker Inc.
1997.
Penuntun Praktikum Teknologi Solida, Sekolah Farmasi ITB, Bandung
Sinko, P.J., (2006). Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceuticals Science, 5th ed,
Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore.
Swarbrick, J. and Boylan J.C, Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Volume 4, Marcel
Dekker Inc. 1991.
Voight, R., 1995, Lehrburch der Pharmazeutishen Technology, Diterjemahkan Oleh
Soendoro Noerono, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 566-567

Laboratorium Formulasi dan Teknologi Sediaan Solida

Anda mungkin juga menyukai