Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dikutip dari unisba.ac.id, ada pula alternatif cangkang kapsul yang lain
seperti HPMC (hidroxypropylmethylcellulose) atau PVA (Poly Vinyl Alkohol)
yang masih dalam proses penelitian hingga kini.
Diindonesia, penyebaran kapsul dari gelatin yang halal (sapi) dan gelatin
haram (babi) boleh dibilang masih sama banyak karena kebanyakan gelatin yang
digunakan dalam industri masih bersumber dari impor dari negeri non-muslim
yang mana tidak semua terjamin kehalalannya.
1
beragama Islam dan tentunya harus mempertimbangkan kembali aspek halal,
haram, maupun syubhat segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh.
B. RUMUSAN MASALAH
2
C. TUJUAN PENULISAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kapsul
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Kapsul adalah sediaan padat yang
terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang
umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Kapsul terdiri dari beberapa jenis :
4
2) Bila terbuat dari gelatin, komposisi pembuatnya adalah gelatin, air dan
gula.
3) Pewarna.
Karena komposisi dasar kapsul tidak berasa dan tidak berwarna, maka
banyak pabrik menambahkan zat pewarna sebagai variasi pada
pembuatan cangkang kapsul. Bahan pengawet untuk mencegah
timbulnya jamur pada cangkang kapsul.
Merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau silindris, atau bulat telur
(globula). Kapsul lunak bisa diisi cairan, suspensi, pasta ataupun serbuk kering.
Kandungan air kapsul cangkang lunak sekitar 6-13%. Dapat digunakan untuk rute
oral, vaginal, rektal dan topikal. Kandungan air kapsul cangkang lunak sekitar 6-
13%.
Selain itu pembuatan kapsul lunak, mengisi bahan obat dan penyegelannya harus
dibuat secara berkesinambungan.
5
Pembuatan formulasi serta pemilihan ukuran kapsul.
Pengisian cangkang kapsul.
Pembersihan dan pemolesan kapsul yang telah terisi.
4) Ukuran kapsul
Pada kapsul yang disiapkan dalam skala kecil maupun besar mungkin ada
serbuk dan formulasinya yang berceceran diluar kapsul. Serbuk ini mungkin pahit
atau tidak enak rasanya sehingga harus dibersihkan sebelum dikemas dan
diedarkan demi penyempurnaan penampilannya dan untuk memelihara mutunya
supaya tidak mempunyai rasa lain dalam pemakaiannya.
Pada produksi skala kecil, kapsul ini dapat dibersihkan satu per satu
dengan kain kasa atau kain potongan kecil. Pada produksi skala besar umumnya
mesin pengisi kapsul digabungkan dengan alat pembersih kapsul yang
membersihkan bahan yang berlebih sebelum kapsul itu dilepaskan dari
peralatannya.
6
Serbuk yang mempunyai bobot jenis ringan atau berbentuk kristal harus
digerus terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam kapsul.
Bahan cairan kental dalam jumlah sedikit dapat dikeringkan dengan
menambahkan bahan inert baru dimasukkan ke dalam kapsul.
Untuk minyak lemak dapat langsung dimasukkan dalam kapsul kemudian
ditutup tetapi minyak yang mudah menguap harus diencerkan terlebih
dahulu dengan minyak lemak sampai kadarnya 40% sebelum dimasukkan
ke dalam kapsul agar tidak merusak dinding kapsul.
6) Komponen kapsul
1. Zat aktif obat
2. Cangkang kapsul
3. Zat tambahan
Bahan pengisi, contohnya adalah Laktosa. Sedangkan untuk obat
yang cenderung mencair diberi bahan pengisi magnesium karbonat,
kaolin atau magnesium oksida atau silikon oksida.
Bahan pelicin ( magnesium stearat ).
Surfaktan / zat pemabasah.
7
tahun 1846 famasis paris lainnya J.C. Lebhubby mematenkan kapsul 2 bagian
yang sampai saat ini masih digunakan.
8
cottonii mengalami peningkatan pada tahun 2000 sekitar 27.000 ton/tahun
menjadi 85.000 ton/tahun pada tahun 2009. Ketersediaan bahan baku yang
melimpah dan kehalalan yang terjamin, diharapkan dapat menggantikan kapsul
gelatin sebagai kapsul komersial.
Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau bahan lainnya yang sesuai.
Berbeda dengan kapsul lunak,pembuatan kapsul keras khususnya yang berasal
dari gelatin dapat dilakukan secara terpisah yakni pembuatan cangkang yang
dilanjutkan dengan pengisisian serbuk obat atau minyak atsiri yang tidak
mengganggu stabilitas cangkang gelatin.
C. Karakteristik Karagenan
Hasil analisis menunjukkan bahwa karagenan komersial mengandung
kadar air sebesar 18,38%. Hasil tersebut lebih besar bila dibandingkan kadar air
menurut FAO (2007) sebesar 12%, penelitian Eveline et al. (2011) sebesar 9,09%
dan Agustin (2012) sebesar 10,03%. Kadar air suatu produk biasanya ditentukan
oleh kondisi pengeringan, pengemasan, dan cara penyimpanan (Diharmi et al.
2011). Penelitian yang dilakukan Widyastuti (2010) menunjukkan bahwa kadar
air karagenan semakin menurun sejalan dengan bertambahnya waktu panen.
Fenomena tersebut berkaitan dengan pembentukan polimer karagenan dan
karbohidrat yang melepaskan molekul air dalam proses sintesis polimer tersebut.
Abu merupakan zat anorganik hasil pembakaran suatu bahan organik.
Hasil analisis kadar abu karagenan sebesar 17,58%. Kadar abu ini lebih kecil
dibandingan dengan penelitian Lewerissa (2006) yaitu sebesar 22,36-33,83% dan
Diharmi et al.(2011) sebesar 26,32%. Kadar abu pada penelitian ini masih
termasuk dalam kisaran standar FAO (2007) yaitu sebesar 15-40%. Rumput laut
termasuk bahan pangan yang mengandung mineral tinggi, yaitu Na, K, Cl, Mg,
Fe, dan S. Rumput laut tumbuh di atas karang-karang batu, hal ini diduga
menyebabkan rumput laut mengandung kadar abu yang tinggi (Lewerissa 2006).
Basmal et al. (2003) menyatakan bahwa kadar abu dalam karagenan selain
diperoleh dari bawaan rumput laut juga merupakan akibat perlakuan yang
digunakan yaitu penggunaan KOH untuk memisahkan kappa- karagenan dari
bahan lain. Penelitian Basmal et al. (2003) menunjukkan peningkatan kadar abu
9
sebanding dengan pemakaian konsentrasi KOH. Widyastuti (2010) menyatakan
bahwa umur panen dapat mempengaruhi kadar abu karagenan, hal tersebut
berkaitan dengan meningkatnya kadar karagenan dan nutrisi sejalan dengan
bertambahnya umur tanaman.
Karagenan yang dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan kapsul
cangkang keras memiliki kadar air 18,38%; abu 17,58%; sulfat 17,90%; dan
viskositas 124 cp. Konsentrasi karagenan terbaik yang digunakan untuk
pembuatan kapsul yaitu konsentrasi 5% (b/v) mL. Karakteristik kapsul yang
diperoleh yaitu panjang kapsul bagian badan 18,45 mm dan tutup 11,42 mm,
diameter badan 7,37 mm dan tutup 7,69 mm, volume 0,63 mL, ketebalan 0,107
mm, dan berat kapsul 0,096 g. Nilai viskositas karagenan saat pencetakan kapsul
yaitu 6.100-10.333 cp. Cangkang kapsul memiliki kadar air 17,43%, dan waktu
hancur 20,59 menit.
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12