Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA SEMISOLIDA (NON STERIL)


SUSPENSI DOMPERIDONE
Disusun Oleh :
Kelompok 3 / Shift D

Destiani Nuraini H (10060316017)


Sari Nur Hayati (10060316018)
Siti Sundari (10060316019)
Destini Amalia R (10060316020)
Mahbubah (10060316021)
Weda Maharani (10060316023)

Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 25 Oktober 2018


Hari/Tanggal Penyerahan: Kamis, 02 November 2018

Asisten :
Septiani Siti Maulidina, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT E


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018 M / 1440 H
PERCOBAAN IX
SUSPENSI DOMPERIDONE
I. TEORI DASAR
1.1 Suspensi Cair
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan kedalam suspensi
adalah sediaan seperti tersebut di atas, dan tidak termasuk kelompok suspensi
yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal dan lain- lain (Dirjen
POM, 2014). Macam macam suspensi diantaranya:
- Suspensi oral: sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai,
yang ditujukan untuk penggunaan oral.
- Suspensi topikal: sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam cairan pembawa cair yang di tunjukkan untuk
penggunaan kulit.
- Suspensi tetes telinga: sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus
yang ditunjukan untuk di teteskan pada telinga bagian luar.
- Suspensi oftlamik: sedian cair steril yang mengandung partikel sangat halus
yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
- Suspensi untuk injeksi terkontitusi: sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi. Steril setelah penambahan bahan yang sesuai.

Bahan yang didistribusikan disebut sebagai dispersi atau fase terdispersi


dan pembawa nya disebut media dispersi atau fase pendispersi. Dispersi yang
berisi partikel kasar biasanya dengan ukuran 1 sampai 100 mikron, disebut
dispersi kasar dan mencakup suspensi serta emulsi. Dispersi yang mengandung
partikel dengan ukuran lebih kecil disebut dispersi halus (Ansel, 1989).
Suspensi dibagi dalam dua jenis yaitu suspensi yang siap digunakan atau
yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang
sesuai sebelum digunakan (Dirjen POM, 1979). Syarat-syarat suspensi Menurut
FI edisi III :
- Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
- Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
- Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
- Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia
dituang
- Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama.

Suspensi memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan


sediaan susensi:
1. Suspensi oral merupakan bentuk sediaan yang menguntungkan untuk
penggunaan pada anak-anak atau orang dewasa yang mengalami kesulitan
dalam menelan tablet atau kapsul
2. Rasa yang tidak enak dapat ditutupi dengan penggunaan suspensi dari obat atau
derivatif dari obat sebagai contoh yang terikat kloramfenikol palmitat.
3. Cairan yang mengandung bahan tidak larut memberikan keuntungan baik untuk
pemakaian dalam maupun untuk pemakaian luar untuk aksi perlindungan dan
juga aksi diperpanjang (Santi, sinila, 2016: 92).

Kerugian Bentuk Sediaan Suspensi :


1. Formulasi dalam pencampuran dimana terdapat pengaruh gaya gravitasi bumi
yang menyebabkan terjadinya sedimentasi sehingga terjadi ketidakseragaman
bobot dan dosis dari obat.
2. Sedimentasi atau endapan yang kompak akan sulit didispersikan kembali ke
dalam pelarutnya.
3. Produknya cair dan secara relatif massanya berat (Santi, sinila. 2016).

Terdapat dua macam sistem dalam proses pembuatan bentuk suspensi,


yaitu sistem flokulasi dan sistem deflokulasi. Pemilihan metode ini tergantung
dari bagaimana partikel atau bahan tersebut terdispersi ke dalam cairan.
Deflokulasi Flokulasi

Partikel berada dalam suspensi Partikel membentuk agregat bebas


dalam wujud yang memisah (ukurannya besar.
(ukurannya kecil)

Laju pengendapan lambat karena Laju pengendapan tinggi karena partikel


partikel mengendap terpisah dan mengendap sebagai flokulasi
ukuran partikel minimal
Endapan yang terbentuk lambat Endapan yang terbentuk cepat

Endapan biasanya menjadi sangat Partikel tidak mengikat kuat dan keras
padat karena berat dari lapisan satu sama lain tidak terbentuk lempeng.
atas dari bahan endapan yang Endapan mudah untuk didispersikan
mengalami gaya tolak menolak kembali dalam bentuk suspensi aslinya
antara partikel dan cake yang
keras terbentuk dimana
merupakan kesulitan jika
mungkin didispersi kembali
Penampilan suspensi menarik Suspensi menjadi keruh karena
karena tersuspensi untuk waktu pengendapan yang optimal dan
yang lama, supernatannya keruh supernatannya jernih. Hal ini dapat
bahkan ketika pengendapan dikurangi jika volume endapan dibuat
terjadi. besar, idealnya volume endapan hanya
meliputi volume suspensi

(Santi, sinila, 2016).

Salah satu faktor yang paling berperan dalam pembuatan suspensi farmasi
adalah pemilihan suspending agent yang sesuai. fungsi suspending agent dalam
yaitu untuk mmemberi viskositas dan dengan demikian menghambat sedimentasi
partikel, sehingga tercapai rheologi yang diinginkan. Agen pensuspensi dapat
diklasifikasikan ke dalam turunan selulosa, clay, gom alami, dan gom sintetis,
dalam banyak kasus, eksipien ini digunakan dalam kombinasi (Mahesh , chaubal,
2006).
Agen pensuspensi digunakan untuk menjaga sediaan suspensi dalam
kondisi stabil. Bahan penstabil adalah zat yang dapat menstabilkan, mengentalkan
atau memekatkan makanan yang dicampur dengan air untuk membentuk
kekentalan tertentu. Zat-zat yang termasuk penstabil adalah gum arab, gelatin,
agar-agar, natrium alginat, pektin, dan carboxymethyl cellulose (CMC), PGA
(Triani, siti ulfah, 2011).

II. DATA PREFORMULASI


1. Domperidone

Rumus struktur: Gambar 1

Nama Kimia : 5-kloro-1-[1-[3- (2-okso-2,3-dihidro-1H-


benzimidazol-1-il) propil]piperidin-4-il]-1,3-
dihidro-2H-benzimidazol-2-on
Rumus Molekul : C22H24ClN5O2
Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut
dimetilformamida, sedikit larut etanol (96%) dan
metanol.
Berat Molekul : 425,9
pKa : 7,9
Berat molekul : 425,9
Titik lebur : 242,5°C
Stabilitas : disimpan dalam wadah yang tidak terkena cahaya
Khasiat : antiemetik
(Moffat et al 2005 dan british pharmacopeia, 2009).

2. Aquadest
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Titik Lebur : 0°C
Titik didih : 100°C
Bobot jenis : 1 g/cm3
pH larutan :7
Stabilitas : Stabil pada semua keadaan fisik (es, cair, dan uap)
Kegunaan : Pelarut
Inkompatibilitas : Bereaksi dengan obat dan zat lainnya yang rentan
terhadap hidrolisis.
(Dirjen POM, 1979: 96 dan Rowe et al, 2006: 767).

3. Gliserin

Rumus Molekul : C3H8O3


Pemerian : cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak
berbau; manis diikuti rasa hangat, higroskopik.
Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah
dapat memadat membentuk massa hablur berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih
kurang 20 derajat.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol
(95%) ;praktis tidak larut dalam kloroform P,
dalam eter P, dan dalam minyak lemak.
Berat Molekul : 92,09
Titik didih : 290 ˚C
Titik leleh : 17,8 ˚C
Stabilitas : higroskopis dengan adanya udara dari luar (mudah
teroksidasi) mudah terdekomposisi dengan adanya
pemanasan, mengkristal dalam suhu rendah, kristal
tidak akan mencair sampai dengan suhu 200 C,
akan timbul ledakan jika dicampur dengan bahan
teroksidasi
Inkompatibilitas : KmnO4 , CrO3. Dalam larutan cair prosesreaksi
terjadi lambat dengan beberapa produk teroksidasi
dan berubah warna dengan adanya cahaya atau
setelah kontak dengan zink oksida ( bismut nitrat).
Gliserin membentu asam borat kompleks, asam
gliseroborat, yang merupakan asam kuat dibanding
asam borat.
Kegunaan : Wetting agent
Rentang : ≤ 30%
(Dirjen POM. 1979: 271 dan rowe et al. 2006 ; 301).

4. Sukrosa
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur
atau berbentuk kukus atau serbuk hablur putih;
tidak berbau; rasa manis, stabil di udara.
Polimorfisme : hablur bentuk kubus
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut
dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter.
Titik leleh : 160-186 ˚C
pKa : 12,62
Bobot jenis : 1,2865 – 1,321 g/cm3
Stabilitas : memiliki stabilitas baik pada suhu ruangan dan
pada kelembaban relatif sedang. Mengabsorbsi
hingga 1% kelembaban saat pemanasan pada 90˚C.
Larutan sukrosa kemungkinan mengalami
fermentasi dengan mikroorganisme tetapi tahan
busuk pada konsentrasi tinggi.
Inkompatibilitas : serbuk sukrosa dapat terkontaminasi logam berat,
yang dapat mempengaruhi inkompatibilitas dengan
komposisi aktif seperti asam askorbat. Dapat
terkontaminasi dengan sulfite dari proses
penyulingan.
Kegunaan : Pemanis
(Dirjen POM, 1979: 762 dan Rowe et al, 2006: 744)

5. Metil Paraben (Nipagin)

Pemerian : Serbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau;


tidak mempunyai rasa; diikuti rasa tebal.
Polimorfisme : Kristal
Ukuran Partikel :-
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air
mendidih, 3,5 bagian etanol (95%) dan dalam 3
bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam
larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian
gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
Titik Lebur : 1250-1280C
pKa/pKb :-
Bobot Jenis : 1,352 g/cm3
pH larutan : 3-6
Stabilitas : Metil paraben pada larutan pH 3-6 harus
disterilisasi dengan autoklaf 1200C selama 20
menit tannpa penguraian. Pada larutan pH 3-6
tersebut metil paraben stabil (kurang dari 10%
penguraian) hingga 4 tahun pada suhu ruangan.
Pada pH 8 cenderung terhidrolisis.
Inkompabilitas : Inkompatibel dengan zat lain seeperti bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragakan, Na-alginat,
essential oil, sorbitol dan atropin. Metil paraben
juga bereaksi dengan macam macam gula.
Rentang : 0,015 – 0,25 %
Khasiat : Pengawet
(Dirjen POM, 1979: 378; Rowe et al, 2006: 466)

6. Propil Paraben
Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : sangat sukar larut didalam air, dalam air mendidih,
mudah larut dalam etanol dan mudah larut dalam
eter
Titik Lebur : 96oC dan 99 oC
pKa/pKb : pKa 8,4
Bobot Jenis : 1,288g/cm3
pH larutan : 3-6
Stabilitas : pada Ph 3-6 dapat disterilisasi dengan autoklaf
pada suhu 120 oC selama 20 menit tanpa
dikomposisi pada pH 3-6 stabil (dekomposisi) 10%
sampai 4 tahun pada suhu ruang saat pH kurang
lebih 8 dapat mengalami hidrolisis
Inkompabilitas : aktivitas antimikroba propil paraben dapat
berkurang secara khusus jika terdapat surfaktan
sebagai hasil pembentukan misel. Magnesium,
alumunium silikat, magnesium trisilikat,
ultramarine blue, mengurangi aktivitas pengawet.
Kegunaan : sebagai pengawet

Rentang : 0,01 – 0,02%


(Dirjen POM, 1979.V: 1072; Rowe et al, 2006: 597).

7. CMC Na (Carboxy Methyl Cellulose Sodium)

Pemerian : Serbuk granul, putih/hampir putih, tidak berbau,


tidak berasa, higroskopis setelah pengeringan.
Kelarutan : terdispersi dalam air, membentuk suspensi
koloidal, praktis tidak larut dalam aseton, alkohol
95%
Titik Lebur : 2270-2580C
pKa/pKb : 3-4
Bobot Jenis : 0,52 g/cm3
pH larutan : 2-10
Kegunaan : suspending agent
Rentang :1–2%
Stabilitas : menyerap banyak air (>50%), higroskopis
Inkompabilitas : tidak kompatible dengan larutan asam kuat dan
garam terlarut dari besi dan beberapa logam
lainnya.
(Dirjen POM, 1995;175, 1979;193 dan Rowe et al, 2006: 117-118).

III. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Batang pengaduk 1. Aquadest
2. Corong kaca 2. CMC Na
3. Gelas ukur 3. Domperidon
4. Gelas kimia 4. Gliserin
5. Gelas matkan 5. Metil paraben
6. Kertas perkamen 6. Propil paraben
7. Mortar dan stamper 7. Sirup simpleks
8. pH universal
9. Pipet tetes
10. Spatel
11. Timbangan analitik
12. Tabung sedimentasi
13. Penangas air

IV. Perhitungan dan penimbangan bahan


4.1. Perhitungan Bahan
Nama zat Konsentrasi Untuk 100 mL
Domperidon 5 mg/5 mL 100 mg
CMC Na 1% 1
× 100 𝑚𝐿 = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Air untuk CMC 1 :20 g 20 × 1 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 20 𝑚𝐿
Na
Propil paraben 0,02% 0,02
× 100 𝑚𝐿 = 0,02 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Metil paraben 0,18% 0,18
× 100 𝑚𝐿 = 0,18 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Gliserin 15% 15
× 100 𝑚𝐿 = 15 𝑚𝐿
100
Sir simpleks 15% 15
× 100 𝑚𝐿 = 15 𝑚𝐿
100
Aquadest 65% 65
× 15 𝑚𝐿 = 9,75 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Sukrosa 35% 35
× 15 𝑚𝐿 = 5,25 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Metil paraben 0,25% 0,25
× 15 𝑚𝐿 = 0,038 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Aquadest ad 100 ml ad 100 ml

4.2. Penimbangan
Nama zat Untuk 100 mL
Domperidon 100 mg
CMC Na 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
Air untuk CMC Na 20 𝑚𝐿
Propil paraben 0,02 𝑔𝑟𝑎𝑚
Metil paraben 0,18 𝑔𝑟𝑎𝑚
Gliserin 15 𝑚𝐿
Sir simpleks 15 𝑚𝐿
Aquadest 9,75 𝑔𝑟𝑎𝑚
Sukrosa 5,25 𝑔𝑟𝑎𝑚
Metil paraben 0,038 𝑔𝑟𝑎𝑚
Aquadest Ad 100 mL

V. Prosedur pembuatan
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dikalibrasi botol ad 100
mL. CMC Na dikembangkan dengan cara menaburkan serbuk CMC Na sedikit
demi sedikit kedalam mortar yang telah di isi dengan air panas, kemudian di aduk
ad membentuk mucilago. Domperidone dimasukkan kedalam mortar gerus ad
homogen, tambahkan gliserin ad homogen.
Syrupus simplex dibuat dengan cara masukan sukrosa dan metil paraben
kedalam gelas kimia. Kemudian masukan aquadest yang sudah dipanaskan ad
larut. Kemudian metil paraben dan propil paraben dilarutkan dengan air panas ad
larut. Dimasukan semua bahan kedalam gelas matkan tambahkan aquadest ad
100mL, kemudian di stirrer ad homogen. Dimasukan kedalam botol, dikemas lalu
di beri etiket dan label. Dilakukan evaluasi akhir.

VI. Data Pengamatan


Organoleptis ph homogenitas Volume Kecepatan Volume
sedimentasi redispersi terpindahkan
Warna bau rasa 10 20 30 0 100 mL
Putih Tidak manis 7 homogen 0 0 0
berbau

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan untuk zat aktif
domperidone. Dilihat dari kelarutan zat, domperidone memiliki kelarutan praktis
tidak larut dalam air. Karena domperidone tidak larut dalam air maka sediaan
yang dibuat adalah suspensi cair. Suspensi merupakan sediaan yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa, zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika
dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali, dapat
mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi, kekentalannya
tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Suspensi yang
dibuat segar dengan mencampurkan bahan padat dengan cairan pembawa sebelum
digunakan dan harus memenuhi persyaratan (Dirjen POM, 1979 : 32). Tujuan
pembuatan sediaan suspensi yang berupa larutan dengan sistem heterogen dimana
zat aktif hanya terdistribusi merata dan tidak bercampur untuk memudahkan
dalam penggunaan terutama bagi pengguna yang tidak bisa menelan obat dalam
bentuk solid dan absorpsi obatnya cepat karena tidak memerlukan proses liberasi
zat aktif obat.
Pada praktikum pembuatan sediaan suspensi terlebih dahulu dilakukan
proses preformulasi. Tujuan preformulasi yaitu menggambarkan proses optimasi
suatu obat melalui penentuan atau identifikasi sifat-sifat fisika dan kimia yang
dianggap penting dalam menyusun formulasi sediaan yang stabil, efektif, dan
aman. Data preformulasi akan membantu dalam memberikan arah yang lebih
sesuai untuk membuat suatu rencana bentuk sediaan.
Pada praktikum pembuatan sediaan suspensi, komponen bahan yang
digunakan yaitu zat aktif, dan bahan pembantu. Zat aktifnya berupa Domperidon
yang berfungsi sebagai antiemetik (Moffat et al 2005 dan british pharmacopeia,
2009) dan bahan pembantu yang digunakan terdiri dari zat pengsuspensi yaitu
CMC Na penggunaan bahan tersebut dikarenakan larut dalam air dingin dan panas
pada perendaman, lebih sensitif terhadap pH dibandingkan metilselulosa.
Digunakan pada konsentrasi 0.5 - 1%. CMC Na digunakan sebagai suspending
agent dalam sediaan cari baik parenteral, oral maupun eksternal. Dapat digunakan
sebagai penstabil emulsi dan melarutkan endapan dari resin-resin tinctur. Faktor
lain kelompok kami memilih CMC Na karena CMC Na bertindak sebagai
suspending agent yang berfungsi untuk memperlambat proses pengendapan zat
aktif dengan cara meningkatkan viskositas sediaan, kemudian zat pembasah yang
digunakan adalah gliserin untuk memodifikasi sudut kontak sehingga bahan aktif
dapat terbasahi sempurna oleh pelarut. Gliserin dipilih karena sifatnya yang tidak
rentan mengalami oksidasi pada suasana basa dan stabil dengan kadar 15 %
sebagai wetting agent. Selain itu, gliserin diharapkan juga berfungsi untuk
menambah viskositas sediaan sehingga mudah dituang dan menambah
aksestabilitas sediaan. pemilihan gliserin dapat digunakan sebagai pembasah
golongan humektan yang berfungsi menghilangkan lapisan udara disekitar zat
padat yang terdispersi sehingga lebih mudah terbasahi, kemudian pemanis yang
digunakan sirupus simpleks dengan penambahan metil paraben sebagai pengawet
untuk mencegah pertumbuhan bakteri, dan pengawet yang digunakan adalah metil
paraben yang dikombinasikan dengan propil paraben adapun alasan penggunaan
bahan pengawet secara kombinasi adalah dalam rangka untuk meningkatkan
kemampuan spektrum antimikroba, metil paraben dan propil paraben umumnya
digunakan dalam bentuk kombinasi dengan perbandingan 9:1 untuk meningkatkan
aktivitas antimikrobanya, Propil paraben memiliki kelarutan yang rendah dalam
air sehingga kombinasi dapat membantu meningkatkan kelarutan propil, dan
Pemilihan aquadest sebagai pelarut universal karena aquadest memiliki ikatan
polar yaitu ikatan hidrogen, sehingga ikatannya cenderung kuat dan mengikat
senyawa berikatan polar lainnya.
Sebelum dilakukan pembuatan sediaan suspensi, hal pertama yang
dilakukan adalah terlebih dahulu dilakukan penaraan botol 100 mL yang bertujuan
agar volume sediaan akurat, dan sama seperti yang tercantum pada etiket. zat yang
diperlukan ditimbang terlebih dahulu agar diperoleh keakuratan dosis yang
maksimal sehingga menghasilkan sediaan yang baik dan tidak berefek toksik.
Kemudian CMC Na dibuat dengan cara menaburkan serbuk CMC Na dengan
sedikit demi sedikit agar tercampur secara merata dan tidak terjadi penggumpalan
kedalam mortar yang telah di isi dengan air panas, kemudian di aduk ad
membentuk mucilago. Bahan – bahan kemudian di stirrer. Stirrer berfungsi untuk
menghomogenkan suatu emulsi dengan pengadukan.
Setelah sediaan suspensi domperidone selesai dibuat, kemudian dilakukan
beberapa evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang
sudah dibuat layak dikonsumsi nantinya, proses evaluasi yang dilakukan meliputi:
1. Evaluasi organoleptik
Evaluasi organoleptik dilakukan dengan menggunakan indera manusia sebagai
alat utama untuk pengukuran evaluasi sediaan. Dilakukan evaluasi terhadap bau,
warna, dan rasa. Berdasarkan percobaan, sediaan suspensi domperidone memiliki
rasa manis yang disebabkan oleh zat tambahan sirupus simplek, berwarna putih
dan tidak berbau.
2. Volume terpindakan
Evaluasi ini bertujuan untuk menyesuaikan dengan volume yang tertera pada
etiket, karena jika volume tidak sesuai dengan volume yang tertera pada etiket
maka akan mempengaruhi dosis pada suatu sediaan. Hasil dari evaluasi volume
terpindahkan untuk sediaan suspensi domperidone adalah 100 %.
3. Pengukuran pH larutan
pH merupakan salah satu parameter yang penting karena nilai pH yang stabil
dari larutan menunjukkan bahwa proses distribusi dari bahan dasar dalam sediaan
merata. Nilai pH yang dianjurkan untuk larutan adalah berkisar antara 4 – 7 (Ria
Wijayanty M. Husen, 2015). pH dari sediaan suspensi domperidone adalah 7,
menunjukkan bahwa sediaan memenuhi parameter nilai pH yang dipersyaratkan
menurut Ria Wijayanty dkk (2015).
4. Volume Sedimentasi
Pengukuran volume sedimentasi diukur menggunakan tabung sedimentasi,
dengan prinsip perbandingan antara voulme akhir (Vu) sedimen dengan volume
awal (Vo) sebelum terjadi pengendapan. Semakin besar nilai Vu, maka semakin
baik suspendibilitasnya. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan volume
sedimentasi suspensi domperidone adalah 0.
5. Kecepatan Redispersi
Kecepatan redispersi ini ditujukan untuk mengukur kemampuan redispersi
sediaan yang telah dibuat. Kecepatan redispersi yang baik yaitu bila suspensi telah
terdispersi sempurna dengan pengocokan tangan maksimum 30 detik.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama 30 menit kecepatan
redispersi suspensi domperidone adalah 0 karena tidak terjadi pengendapan pada
suspensi yang dibuat.
6. Homogenitas
Untuk pengujian homogenitas dilakukan dengan cara melihat kelarutan dari
sediaan suspensi yang dibuat. untuk suspensi domperidone memiliki homogenitas
yang baik.

VIII. Kesimpulan
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Salah satu keuntungan suspensi yaitu tertutupnya
rasa tidak enak atau rasa pahit obat yang kebanyakan kurang disukai oleh anak-
anak. Sedangkan kerugiannya adalah pada sistem penyimpanan kemungkinan
terjadi perubahan sistem dispersi.
Berdasarkan hasil pengamatan Domperidone memiliki pH 7, Homogenitas
nya baik, tidak mudah mengendap dan dapat didispersikan kembali. Artinya
suspensi domperidone termasuk suspensi yang baik dan masuk kedalam
persyaratan suspensi.
IX.Daftar Pustaka

Ansel HC. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Ibrahim F,
Asmanizar, Aisyah I, penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Terjemahan dari: Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms.British
British Pharmacopoiea Commision. (2009). British pharmacopoeia. London: The
Pharmaceutical Press.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. (1979). Farmakope Indonesia
edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. (1995). Farmakope Indonesia
edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. (2014). Farmakope Indonesia
edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Galichet L.Y. (ed), Moffat A.C., Osselton M.D., Widdop B. (2005), Clarke’s
Analysis of Drugs and Poisons, 3rd edition, Pharmaceutical Press.
Mahesh v, chaubal. (2006). Excipient Development for Pharmaceutical,
Biotechnology, and Drug Delivery system. London: RC press.
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Santi, Sinila. 2016. Farmasi Fisik. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Triani, Siti Ulfah. (2011). Pengaruh Waktu Sonikasi dan Amplitudo Gelombang
Ultrasonik Terhadap Stabilitas Suspensi dan Mutu Sari Kacang Hijau.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Lampiran Pertanyaan

1. Mengapa metil paraben dan propil paraben dikombinasikan?


Jawab : metil paraben dan propil paraben dikombinasikan karena jika tidak
dikombinasikan pada salah satu pengawet kelarutannya ada yang tidak
larut yaitu propil paraben dengan kelarutan sangat sukar larut dalam air.
2. Mengapa sediaan tidak dibuat suspense rekonstitusi ?
Jawab : karena zat aktif yang digunakan mempunyai kelarutan praktis
tidak larut dalam air tetapi hanya terdispersi secara merata. Dengan kata
lain, bahan-bahan obat yang tidak dapat larut dapat dibuat dalam bentuk
suspensi.
3. Jika pada hari ke 27 sediaan suspensi menjadi larutan di perbolehkan atau
tidak dan apa saja yang mempengaruhi sediaan suspensi menjadi tidak
stabil?
Jawab : tidak boleh, karena berarti sediaan sudah tidak stabil lagi

Anda mungkin juga menyukai