Kelompok 5
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2018
TABLET GRANULASI KERING
1. Formula
1.1 Formula yang akan dibuat
R/ Paracetamol 250 g
PVP 11,25 g
Etanol qs
Starch 1500 37,5 g
Laktosa 48,125 g
Amilum kering 16,99 g
Magnesium Stearat 4,262 g
Talk 5,096 g
2. Metode
2.1 Metode yang Digunakan
Granulasi Basah
3. Studi Praformulasi
3.1 Bahan Tambahan/Eksipien
3.1.1 Laktosa
Struktur molekul
3.1.2 Talkum
Struktur Molekul 3MgO • 4SO2 • H2O
(HOPE 6th ed, hal 728)
Rumus Molekul 3MgO • 4SO2 • H2O
3.1.4 Amilum
Struktur molekul
Struktur molekul
3.1.6 Etanol
Zat Etanol
Sinonim Alkohol; etil hidroxida; grainalkohol; metil carbinol.
(HOPE Edisi 6 2009 hal. 17)
Struktur
92,5
= x 750 mg = 693,75 mg
100
Paracetamol = 500 mg
= 193,75 mg
3
PVP = x 750 mg = 22,5 mg
100
Etanol = qs (± 12 mL) dimana kelarutan PVP sangat mudah larut dalam etano
< 1 Ml
10
Starch 1500 = x 750 mg = 75 mg
100
1,5
Talk = x 314,3 g = 5,096 g
92,5
5
Amilum kering = x 314,3 g = 16,99 g
92,5
= 373,222 g
314,3 g
= x 500 butir
346,875 g
= 453 tablet
314,3 g+26,348 g
=
453tablet
= 0,751 g = 751 mg
Talk = 5,096 g
6. Evaluasi
6.1 Evaluasi Massa Cetak
6.1.1 Uji Sudut Istirahat
Penetapan sudut istirahat dilakukan dengan menggunakan corong
getar. Masa siap cetak dimasukkan ke dalam corong, lalu dialirkan melalui
ujung corong dan ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus : α = tan -1
2H/D. Persyaratan : uji dikatakan memenuhi syarat apabila 25⁰ > α < 40⁰
(Voight, 1994).
7. Hasil Evaluasi
7.1 Hasil Evaluasi Massa Cetak
7.1.1 Disribusi Ukuran Partikel
Ʃ ( % tertahan ) x ( rataan )
Diamater ukuran partikel=
100
86,56
¿ =0,8656 mm
100
Distribusi Ukuran Partikel Distribusi Normal
80
70
60
% tertahan serbuk
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
nomor ayakan mesh
7.1.3 Kompresibilitas
Volume Curah = 66 ml
ρ Curah = 0,455 g/ml
Volume Mampat = 60 ml
ρ Mampat = 0,5 g/ml
% Kompresibilitas =
ρ Mampat
Rasio Hausner = ρ Curah
0,5 g /ml
¿
0,455 g /ml
= 1,098
7.1.4 Replikasi Persentase (Syarat : LOD < 2%) LOD (Lost
LOD 1 1,86% On
LOD 2 1,74% Drying) /
LOD 3 1,95% Susut
Pengeringan
Rata-rata 1,85 %
A B
25 mg atau kurang 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
151 – 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10
5
Penyimpangan Kolom A = × 750 mg = 37,5 mg
100
Maka, 750 mg ± 75 mg
Rentang kolom B = 675 mg – 825 mg
Syarat : jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang
dari rentang bobot yang dipersyaratkan kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun
yang menyimpang dari rentang bobot yang dipersyaratkan kolom B.
rata-rata 753,55
SD 19,56
3 7 √
4 7 √
5 6 √
6 7 √
7 6 √
8 7 √
9 8 √
10 9 √
rata-rata = 7,2
SD = 0,919
Perhitungan % Friabilitas
Perhitungan % Friksibilitas
X% Friksibilitas =
% Friksibilitas = 0,571 %
Hasil : Memenuhi syarat, dimana % friabilitas kurang dari 1 % dan %
friksibilitas kurang dari 0,8 %
92+75
x̄ = = 83,5 detik atau 1 menit 23 detik
2
Hasil : memenuhi syarat, dimana nilai waktu hancur kurang dari 30 menit
8. Pembahasan
Praktikum teknologi dan formulasi sediaan solid kali ini yaitu formulasi tablet
Paracetamol dengan dosis 500 mg dan bobot tablet 750 mg atau jika dalam
persentase jumlah zat aktif dalam sediaan ini adalah 66,67%. Metode yang
digunakan dalam pembuatan tablet paracetamol menggunakan metode granulasi
basah. Hal ini dikarenakan paracetamol memiliki sifat alir yang buruk dan
paracetamol pun tahan terhadap lembab dan pemanasan, sehingga baik bila
menggunakan metode granulasi basah.
Dalam pembuatan tablet yang dilakukan, selain bahan aktif parasetamol maka
ditambahkan juga bahan eksipien yaitu dari starch 1500 sebanyak 10% sebagai
penghancur (disintegran) PVP sebanyak 3% sebagai pengikat (binder), etanol
sebagai pelarut pengikat , laktosa sebagai pengisi (diluent), amylum kering
sebanyak 5% sebagai desintegran dan pengikat ekstra granular menjadi tablet,
Mg. stearat sebanyak 1 % sebagai pelicin (lubrikan), dan Talk sebanyak 1,5%
sebagai glidan. Pada metode granulasi basah, tiap bahan tambahan dibagi
kedalam 2 fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif,
pengikat, pengisi, dan penghancur 10%. Fase luar terdiri dari 5% penghancur,
pelicin, dan glidan. Fase dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat
menjadi massa granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang membantu aliran
granul fase dalam yang telah dibuat.
Sebagai pelincir digunakan Talk dan Magnesium Stearat, penggunaan Talk
dan Magnesium Stearat secara bersamaan ini dimaksudkan untuk memberikan
efek pelincir yang baik karena Magnesium Stearat dengan konsentrasi maksimal
1% mempunyai efek antiadheren dan lubrikan yang baik, sedangkan sifat
glidannya kurang. Penggunaan Talk 1 – 5 % mempunyai sifat glidan dan anti
adheren yang baik, tapi sifat lubrikannya kurang, sehingga dengan kombinasi
Magnesium Stearat dan Talk diharapkan dapat meningkatkan aliran bahan
memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya massa cetak pada punch dan
die.
Adapun tahapan dalam pembuatan tablet dimulai dengan proses milling.
Proses milling dilakukan pada semua bahan dengan menggunakan ayakan mesh
60. Tujuan dilakukannya milling untuk menyeragamkan ukuran partikel. Dimana
ukuran partikel dapat mempengaruhi ukuran bobot tablet dan dosis pada tablet.
Ukuran partikel yang berbeda dapat menyebabkan gesekan dan memiliki
kecepatan alir yang berbeda saat serbuk masuk kedalam die.
Selain itu, banyaknya fines (serbuk halus) yang dihasilkan jika tidak dilakukan
milling berpengaruh pada saat proses tabletasi, karena akan menghambat
pergerakan massa cetak saat mengalir dari hopper ke dalam die. Dimana granul
yang berukuran besar akan mengalir terlebih dahulu karena memiliki energi
kinetik yang lebih besar atau disebut juga dengan Trajectory Segregation.
Sementara serbuk yang berukuran kecil akan mengendap kebawah karena
pengaruh gravitasi, dimana partikel-partikel kecil akan mencari ruang untuk dapat
turun kebawah atau disebut dengan Percolation Segregation. Selain itu,
banyaknya serbuk halus juga berpengaruh pada proses pengempaan, banyaknya
serbuk halus menjadikan tablet yang dihasilkan kurang kompak dan cenderung
rapuh.
Proses mixing fasa dalam dilakukan dengan cara 1 : 1 yang bertujuan agar
bahan aktif terdistribusi secara merata pada setiap bagian sehingga dapat
mendekati perfect mix. Yakni keadaan dimana partikel satu dengan partikel yang
lain berada sedekat mungkin, meskipun keadaan ini tidak mungkin dicapai.
Namun dengan cara seperti ini, setidaknya dalam proses pencampuran telah
dilakukan secara optimal dan dapat meminimalisir distribusi ukuran yang tidak
seragam.
Perbedaan proses mixing fasa dalam dan fasa luar yakni pada lama waktu
pencampurannya. Mixing fasa dalam dilakukan selama 5 menit pada tiap campur,
hal ini bertujuan agar partikel lebih homogen menyatu karena jumlah fasa dalam
yang banyak sehingga membutuhkan waktu lebih untuk pencampuran. Sementara
pada mixing fasa luar yang terdiri dari Magnesium Stearat dan Talk dengan waktu
yang relatif lebih singkat dari pada mixing fase dalam, yakni 2 menit. Hal ini
dilakukan untuk menjaga stabilitas Magnesium Stearat sebagai lubrikan. Pasalnya
lubrikan tidak akan berefek jika massa cetaknya didominasi serbuk halus (fines),
sedangkan fines (serbuk halus) akan banyak terbentuk jika proses pencampuran
dilakukan cukup lama atau disebut juga dengan over-lubrikasi. Atau dengan kata
lain, saat massa fasa dalam bercampur dengan massa fasa luar pada waktu yang
tepat, partikel-partikel antar keduanya akan saling mengikat sehingga dapat
memperbaiki sifat alirnya. Namun ketika pencampuran melebihi dari waktu yang
ditentukan, maka partikel-partikel tersebut akan kembali ke bentuk yang semula,
tidak saling mengikat dan tidak memperbaiki sifat alir.
Dalam pembuatan tablet metode granulasi basah diperlukan pembuatan
larutan pengikat.. Larutan pengikat yang digunakan dalam formula yaitu PVP
(Polivinilpirrolidon), Pembuatan larutan pengikat ini dengan cara melarutkan
PVP dengan etanol. PVP merupakan zat yang mudah larut dalam etanol. Pelarut
etanol pun mempermudah granul menjadi kering saat proses pemanasan,
dikarenakan sifat dari etanol yang mudah menguap. Hal ini berpengaruh pada
susut pengeringan massa cetak tablet.
Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara
melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang
lebih besar . Pada tahap ini dilakukan pencampuran larutan pengikat dengan
serbuk yang sudah di mixing pada proses mixing untuk membentuk massa basah.
Larutan pengikat kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam campuran
bahan sambil diaduk.
Proses granulasi bertujuan untuk menghasilkan bentuk struktural yang
diperlukan, mempersiapkan kuantitas tertentu dari bahan untuk diolah dengan
peningkatan sifat aliran untuk penakaran (ke dalam alu kempa) dan pengempaan
menjadi tablet, meningkatkan tampilan produk, mengurangi kemungkinan
terjadinya “cacking”, meningkatkan bobot jenis ruahan untuk penyimpanan dan
bahan untuk dikempa, membentuk dan menyediakan campuran yang tidak
memisah (nonsegregating) dimana idealnya terbentuk distribusi komponen kunci
(bahan aktif) secara uniform, mengendalikan kelarutan dan profil disolusi,
mengontrol porositas, kekerasan, rasio luas permukaan terhadap volume dan
ukuran partikel.
Granul yang telah terbentuk pada saat proses granulasi kemudian diayak
dengan menggunakan ayakan mesh 24/16. Pengayakan ini bertujuan untuk
menyeragamkan ukuran granul.
Sesudah dilakukan proses granulasi, hasil granulasi berada dalam bentuk massa
basah di mana cairan (liquid) harus dihilangkan karena keberadaan air akan
menimbulkan masalah pada sifat aliran dan ketidakstabilan secara kimiawi.
Metode yang digunakan yaitu pemanasan menggunakan oven pada suhu 500C
sampai nilai LOD 1-2%.
Pemeriksaan massa cetak merupakan tahap pertama pengembangan suatu
bentuk sediaan sebelum dilakukan tahap selanjutnya. Evaluasi massa cetak
dilakukan untuk mengetahui sifat massa cetak sebelum dicetak menjadi tablet.
Kualitas massa cetak akan menentukan kualitas dari tablet yang dibuat, sehingga
kualitas massa cetak harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan pada
monografi. Evaluasi massa cetak meliputi, homogenitas dan distribusi ukuran
partikel, kompressibilitas, waktu alir dan sudut istirahat.
Evaluasi distibusi ukuran partikel menggunakan ayakan mesh 10, 14, 16, 24,
32 dan 40 dimulai dari nomor ayakan yang rendah sampai ayakan yang tinggi.
Semakin banyak zat yang tertinggal dalam ayakan maka semakin kasar zat
tersebut. Uji ukuran partikel bertujuan agar diperoleh ukuran partikel yang
seragam serta mengetahui tingkat kehalusan dari suatu zat. Dari hasil evaluasi
serbuk diperoleh konsentrasi tertahan yang paling banyak terdapat pada mesh 16
dengan ukuran partikel rata-rata 0,67 mm yaitu sebanyak 70,91% yang
membentuk satu puncak ditengah, artinya ukuran partikel sedang yang
mendominasi massa cetak.
Sifat alir merupakan faktor penting dalam pembuatan tablet. Aliran massa
tablet yang baik dapat menjamin keseragaman bobot tablet yang dihasilkan.
Penentuan sifat alir dapat dilakukan dengan metode laju alir dan juga dengan
sudut diam (Lachman, 1994). Pada penentuan dengan menggunakan laju alir
didapatkan hasil serbuk mengalir dengan kecepatan 10,344 gram/s, hal ini
menunjukan bahwa sifat alir dari serbuk baik dimana laju alir yang baik adalah
>10 gram/s (Siregar dan Wikarsa, 2010). Parameter lain dalam pengujian sifat
alir adalah menggunakan metode sudut istirahat. Semakin kecil sudut istirahat
yang terbentuk semakin baik sudut diamnya (Lachman, 1994). Dalam evaluasi
massa cetak diperoleh sudut diam 24,41o hasil tersebut memenuhi syarat, dimana
sudut diam yang baik < 25o. Besar kecilnya sudut istirahat sangat dipengaruhi
oleh besar kecilnya gaya tarik dan gaya gesek antar partikel. Jika gaya tarik dan
gaya gesek kecil, maka serbuk akan lebih cepat dan mudah mengalir. Selain itu
sudut istirahat juga dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil ukuran
partikel maka kohesivitas partikel semakin tinggi yang akan mengurangi
kecepatan alirnya sehingga sudut istirahat yang terbentuk semakin besar (Banker
dan Anderson, 1986).
Uji kompressibilitas bertujuan untuk mengetahui kemampatan campuran
serbuk pada saat dikempa yang dapat menentukan massa cetak untuk membentuk
massa tablet yang stabil bila diberi tekanan. Massa cetak yang memiliki nilai
kompressibilitas yang baik, hanya membutuhkan sedikit tekanan pengempaan
untuk menghasilkan tablet yang keras (Sulaiman, 2007). Selain itu
kompressibiltas juga dapat digunakan sebagai metode penentuan sifat alir secara
tidak langsung (Goeswin, 2012).
Penentuan nilai kompressibilitas dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
menggunakan perhitungan % indeks kompressibilitas dan hausner ratio.
Perhitungan % indeks kompressibilitas berdasarkan penurunan volume serbuk
berdasarkan hentakan atau getaran. Semakin kecil % indeks kompressibiltas
semakin baik (Aulton, 1988). Dalam formulasi ini didapatkan 8 % yang termasuk
kategori istimewa (Goeswin, 2012). Penentuan nilai kompressibilitas dengan
menggunakan hausner ratio berdasarkan perbandingan antara bobot jenis mampat
dan bobot jenis ruahan (Raman dan Abdul, 2010). Nilai rasio hausner pada massa
cetak adalah 1,08 yang termasuk dalam kategori istimewa (Goeswin, 2012).
Evaluasi tablet terdiri dari keseragaman sediaan yang meliputi keseragaman
sediaan, friabilitas dan friksibilitas, waktu hancur, keseragaman ukuran, dan
kekerasan tablet. Uji keseragaman sediaan bertujuan untuk menjamin
keseragaman kandungan zat aktif dalam sediaan tablet. Berdasarkan Farmakope
Indonesia Edisi V pengujian keseragaman sediaan meliputi keseragaman bobot
dan keseragaman kandungan. Perbedaan antara keduanya ialah jika kandungan
bahan aktif dalam sediaan ≤ 25 mg dilakukan uji keseragaman kandungan.
Sedangkan jika kandungan bahan aktif dalam sediaan ≥ 25 mg maka cukup
dilakukan uji keseragaman bobot.
Karena kandungan parasetamol dalam formula tablet 750 mg maka uji
keseragaman sediaan yang dilakukan ialah keseragaman bobot. Pengujian ini
dilakukan dengan menimbang satu per satu tablet sebanyak 20 tablet. Berdasarkan
Farmakope Indonesia Edisi III, dengan bobot tablet sediaan 750 mg termasuk
dalam rentang bobot tablet >300 mg dengan persyaratan kolom A 5 % dan kolom
B 10 %. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa uji keseragaman bobot
memenuhi persyaratan, karena tidak ada satu pun tablet yang diluar rentang
persyaratan kolom A dan B.
Evaluasi keseragaman ukuran tablet bertujuan untuk menjamin penampilan
tablet yang baik. Adapun prinsip evaluasinya ialah pengukuran dilakukan
terhadap diameter dan tebal tablet dengan menggunakan jangka sorong. Hasil uji
dari evaluasi ini ialah diameter yang didapat tidak boleh lebih dari 3 kali tebal
tablet dan tidak boleh kurang dari 1×1/3 kali tebal tablet. Dalam uji keseragaman
ukuran ini diperoleh diameter tablet yang tidak lebih dari 3 kali tebal tablet.
Mendapatkan hasil yang baik dikarenakan sifat alir granul yang baik pula.
Kekerasan tablet menggunakan alat yang dinamakan hardness tester yang
bertujuan untuk menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses,
pengemasan dan penghantaran. Prinsip dari evaluasi ini ialah pengujian dilakukan
dengan memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah.
Hasil uji yang didapat ialah, tablet dikatakan lolos uji jika tablet dengan bobot
400 mg - 700 mg memiliki kekerasan 4 – 8 kg/cm 2. Hasil evaluasi menunjukkan
tablet ini memenuhi syarat kekerasan tablet, dengan bobot tablet 750 mg dari 10
tablet uji memiliki kekerasan rata-rata 7,2 kg/cm2 yakni diantara rentang 4 – 8
kg/cm2. Hal ini dapat disebabkan dari gaya mekanik yaitu besarnya tekanan pada
proses pengempaan yang sesuai sehingga menjadikan tablet kompak dan ikatan
antar partikel dalam massa cetak yang kuat.
Evaluasi friabilitas dan friksibilitas menggunakan alat friability tester
bertujuan untuk menjamin ketahanan tablet terhadap gaya gesekan pada saat
proses, pengemasan dan penghantaran. Perbedaan antara friabilitas dan
friksibilitas yaitu, jika friabilitas untuk dilihat ketahanan tablet saat dijatuhkan
dari ketinggian tertentu, sementara friksibilitas yaitu dilihat ketahanan tablet saat
bergesekn dengan tablet lainnya. Pengukuran evaluasi ini berdasarkan persentase
bobot tablet yang hilang selama diputar dan bergesekan dalam waktu tertentu.
Hasil uji menunjukkan bahwa tablet dikatakan lolos uji jika % friabilitas yang
diperoleh < 1 % dan % friksibilitas < 0,8 %. Hasil uji friabilitas dan friksibilitas
pada tablet memenuhi syarat, dimana nilai friabilitas yang diperoleh sangat besar
yaitu 0,566% dan nilai friksibilitas sebesar 0,571%. Hal ini menunjukkan tablet
sangat rapuh karena banyaknya fines.
Uji waktu hancur bertujuan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet
dan kapsul (kecuali dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained relase). Suatu obat
akan diabsorpsi secara efisien oleh tubuh jika sediaan hancur (terdisintegrasi)
menjadi agregat kecil yang diekspose pada cairan saluran cerma. (Goeswin,
2012).
Prinsip evaluasi ini berdasarkan pengukuran waktu hancur dengan
memasukkan tablet pada tabung dengan menggunakan media larutan yang
disyaratkan, jika tidak maka digunakan aquadest sebanyak 900 ml bersuhu 370 ±
20C. Hasil evaluasi waktu hancur dari 6 tablet yaitu dalam waktu 2 menit 8 detik.
Hasil tersebut dikatakan memenuhi syarat yaitu kurang dari 30 menit seperti yang
tertera pada Farmakope Indonesia Edisi V. Waktu hancur yang relatif cepat
mengindikasikan tablet cepat terdisintegrasi sehingga mempercepat proses
biofarmasetika obat, tablet mudah terdisolusi dan selanjutnya dapat mempercepat
timbulnya efek.
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, tablet parasetamol memnuhi
syarat keseragaman bobot, keseragaman ukuran, waktu hancur dan kekerasan
tablet. Tetapi tablet parasetamol memenuhi persyaratan friabilitas dan
friksibilitas. Seharusnya friabilitas dalam persyaratan %kehilangan bobot < 1%
(USP 30, NF 25) dan friksibilitas dalam persyaratan % kehilangan bobot < 0,8%
(Voight, 1994). Dan hasil pengamatan nilai friabilitas sebesar 0,566% dan nilai
friksibilitas sebesar 0,571%.
Begitu juga evaluasi massa cetak, dimana formula ini memenuhi syarat
seluruh evaluasi massa cetak yang meliputi distribusi ukuran partikel, sifat alir,
sudut istirahat dan kompressibilitas.
Banker, S.G., and Anderson, R.N., 1986, Tablet In Lachman, L. Lieberman, The
Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3 rd ed., Lea and Febiger,
Philadelphia
Connors KA, Amidon GL, Stella ZJ. 1986. Chemical Stability of Pharmaceuticals: A
Handbook for Pharmacists, 2nd edn. New York: Wiley Interscience.
DFEPharma-Direct Compression
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri.
Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press;
Martin A, Swarbrick J, Cammarata A.. 1993. Farmasi Fisik II. Edisi 3. Terjemahan :
Yoshita. Jakarta: UI Press.