Proposal Penelitian
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1
Diajukan Oleh :
HALAMAN JUDUL
Kepada
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
Januari 2019
PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN
Sesuai dengan hasil seminar Pra Proposal Penelitian, maka telah dilakukan
perbaikan pada aspek substansial, metodologik dan tata cara penulisan proposal
penelitian.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
iii
G. Uji Mutu Fisik Granul ....................................................................14
1. Waktu alir ................................................................................14
2. Sudut diam ...............................................................................15
3. Kelembaban .............................................................................15
4. Uji disolusi ..............................................................................15
H. Uji Mutu Fisik Tablet .....................................................................16
1. Keseragaman bobot .................................................................16
2. Kekerasan ................................................................................16
3. Waktu larut ..............................................................................17
4. Uji stabilitas .............................................................................17
I. Metode Factorial Design ...............................................................17
J. Landasan Teori ...............................................................................19
K. Hipotesis .........................................................................................21
iv
7.
Penentuan konsentrasi optimum komponen effervescent
asam sitrat dan PEG 6000 berdasarkan hasil uji mutu
fisik granul ...............................................................................27
8. Pembuatan tablet effervescent meloksikam .............................27
9. Uji mutu fisik tablet .................................................................27
9.1. Uji keseragaman bobot. .................................................27
9.2. Uji kekerasan. ................................................................27
9.3. Uji waktu larut. ..............................................................28
9.4. Uji stabilitas. ..................................................................28
E. Analisa Hasil ..................................................................................28
1. Pendekatan secara teoritis .......................................................28
2. Pendekatan statistik .................................................................28
F. Jadwal Kegiatan..............................................................................30
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4. Rancangan formula konsep percobaan desain faktorial untuk dua level
dan dua faktor ......................................................................................... 18
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
bobot molekul rendah maka semakin rendah pula titik leburnya, sehingga dapat
menghasilkan campuran yang homogen lebih cepat. Dispersi padat menggunakan
pembawa PEG 6000 dibuat dengan metode pelelehan (Shenoy & Pandey 2008).
Pada penelitian ini, pembuatan dispersi padat mengkombinasikan komponen
effervescent asam sitrat dan PEG 6000 dengan tujuan mencegah terjadinya reaksi
effervescent dini antara asam sitrat dan natrium bikarbonat yang menghasilan gas
CO2 apabila dicampur bersamaan, karena menurut (Lachman et al. 1994)
kelembaban udara selama proses pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk
memulai reaktivitas effervescent. Kadar air dalam bahan baku dan kelembaban
ruangan perlu dikendalikan tetap rendah untuk mencegah ketidakstabilan produk
(Lachman et al. 1994) dengan kelembaban relatif 25% pada suhu 25˚C (Mohrle
1989). Asam sitrat memiliki rasa asam yang tinggi (Siregar & Wikarsa 2010)
sehingga diharapkan dapat mengurangi rasa pahit pada zat aktif meloksikam.
Jumlah penderita penyakit sendi di Indonesia terus meningkat mengikuti
pertambahan usia penderita. Berdasarkan temuan radiologis, didapat data bahwa
70% dari pasien yang berumur lebih dari 65 tahun menderita osteoarthritis
(Arismunandar 2015) dan banyak dari mereka yang mengalami kesulitan
penggunaan obat dalam sediaan padat seperti kapsul atau tablet konvensional.
Pembuatan tablet effervescent dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi
solusi bagi pasien lansia yang mengalami kesulitan dalam menelan obat dan
penanganan terapi penyakit dapat dilakukan dengan cepat.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan optimasi pengembangan formula
tablet effervescent meloksikam menggunakan metode optimasi factorial design.
Formula disusun menggunakan metode optimasi factorial design untuk
menentukan konsentrasi komponen effervescent asam sitrat dan PEG 6000 yang
tepat, kemudian dilakukan optimasi untuk menentukan konsentrasi optimum
antara komponen effervescent asam sitrat, PEG 6000, dan meloksikam. Factorial
design adalah metode optimasi untuk mengetahui interaksi antara faktor-faktor
yang diuji (Bolton & Bon 2004). Pada penelitian ini, diharapkan kombinasi antara
komponen effervescent asam sitrat dan PEG 6000 mampu menghasilkan sediaan
4
tablet effervescent meloksikam yang memenuhi persyaratan mutu fisik tablet dan
stabilitas tablet
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Pertama, berapa konsentrasi optimum komponen effervescent dan PEG
6000 berdasarkan program Factorial design dengan menggunakan 3 titik kritis
sudut diam, kelembaban, dan disolusi (Q5) ?
Kedua, bagaimana karakterisasi tablet effervescent meloksikam
berdasarkan konsentrasi optimum komponen effervescent dan PEG 6000 terhadap
beberapa parameter meliputi ; keseragaman bobot, kekerasan, waktu larut, dan
stabilitas tablet ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini bertujuan :
Pertama, mengetahui konsentrasi optimum komponen effervescent dan
PEG 6000 berdasarkan program Factorial design dengan menggunakan 3 titik
kritis sudut diam, kelembaban, dan disolusi (Q5).
Kedua, mengetahui karakterisasi tablet effervescent meloksikam
berdasarkan konsentrasi optimum komponen effervescent dan PEG 6000 terhadap
beberapa parameter meliputi ; keseragaman bobot, kekerasan, waktu larut, dan
stabilitas tablet.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pilihan bentuk sediaan
meloksikam yang lebih nyaman untuk dikonsumsi masyarakat, dapat memberikan
informasi pengetahuan kepada industri farmasi dalam upaya pengembangan
sediaan tablet effervescent meloksikam yang memiliki mutu fisik tablet dan
stabilitas tablet yang baik dan optimum dengan mengkombinasikan komponen
effervescent dan PEG 6000.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Meloksikam
Struktur molekul meloksikam menurut PubChem (2018) dapat dilihat pada
gambar berikut :
5
6
B. Tablet Effervescent
Tablet effervescent merupakan sediaan tablet yang dibuat dengan cara
pengempaan bahan-bahan aktif seperti asam sitrat dan natrium bikarbonat. Tablet
effervescent akan menghasilkan reaksi kimia antara komponen asam dan basa
apabila dimasukkan kedalam air, sehingga menghasilkan gas CO2 (Fudholi &
Hadisoewignyo 2013). Tablet effervescent merupakan metode yang nyaman untuk
pemberian sejumlah zat aktif atau bahan kimia yang telah diukur sebelumnya
dengan disolusi yang relatif cepat. Larutan effervescent berkilau, lezat, dan
menyediakan zat aktif dalam bentuk larutan dengan ketersediaan hayati yang
terjamin bagi orang yang sulit menelan tablet atau kapsul biasa (Siregar &
Wikarsa 2010). Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet
yang sesuai digunakan untuk pasien lanjut usia. Banyak pasien lanjut usia yang
mengalami kesulitan menelan sehingga mereka akan menolak apabila diberikan
obat dalam bentuk sediaan padat karena khawatir tersedak (Sari et al. 2018).
C6H8O7.H2O + 3NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2
Asam sitrat Na. Bikarbonat Na. Sitrat Air Karbon dioksida
Berdasarkan reaksi diatas, dibutuhkan tiga molekul natrium bikarbonat
untuk menetralisir satu molekul asam sitrat (Ansel 2011). Reaksi kimia
effervescent antara asam dan natrium bikarbonat tidak dikehendaki terjadi
sebelum effervescent dilarutkan , oleh karena itu kadar air bahan baku dan
kelembaban lingkungan perlu dikendalikan tetap rendah untuk mencegah
ketidakstabilan produk (Lachman et al. 1994). Tablet effervescent memiliki
7
digunakan yaitu ; PEG 400, PEG 6000, PEG 8000 (2-10%), magnesium lauril
sulfat dan natrium lauril sulfat (1-3%). Mekanisme bahan pelicin dalam
memperbaiki sifat alir yaitu dengan cara penutupan atau pengisian permukaan
partikel yang kasar atau berlekuk-lekuk sehingga permukaan partikel manjadi
lebih licin dan partikel mudah mengalir (Fudholi & Hadisoewignyo 2013). Serbuk
natrium benzoat dan PEG 8000 yang dimikronisasi merupakan lubrikan yang
efektif larut dalam air (Siregar & Wikarsa 2010).
3. Pengolahan tablet effervescent
3.1 Granulasi basah. Prinsip untuk pembuatan granul pada tablet
effervescent pada dasarnya sama dengan granulasi untuk tablet konvensional.
Teknik granulasi basah melibatkan pencampuran bahan-bahan kering dengan
cairan penggranulasi untuk menghasilkan massa yang mungkin bersifat plastik
dan kohesif, dihaluskan sampai diperoleh distribusi ukuran partikel yang optimum
dan dikeringkan untuk menghasilkan granul yang dapat dikempa. Granulasi yang
lebih tidak konvensional untuk tablet effervescent yaitu dengan menambahkan
cairan penggranulasi dalam jumlah yang sangat kecil (0,1-0,5%) pada suatu
campuran partikel-partikel yang melekat longgar. Campuran yang berpenampilan
seperti kering itu dikempa menjadi tablet, dan segera diikuti dengan pengeringan.
Granulasi basah dapat disiapkan dengan tiga cara berbeda, yaitu dengan
menggunakan panas, dengan cairan non reaktif, dan cairan reaktif (Siregar &
Wikarsa 2010).
3.2 Granulasi kering. Granulasi kering dapat dikerjakan dengan
peralatan pengolahan khusus yang dikenal sebagai kompaktor gulung (roller
compactor) atau chilsonator. Mesin ini mengempa serbuk pencampur di antara
dua rol besi tahan karat yang berputar berlawanan di bawah tekanan yang sangat
kuat. Bahan hasil berbentuk pita rapuh atau lempengan, atau potong-potongan
tergantung pada bentuk rol. Bahan yang dikempa dihaluskan menjadi ukuran yang
sesuai untuk digunakan sebagai granul tablet. Prosedur granulasi kering yang lain
pembongkahan (slugging), campuran serbuk dikempa menjadi bongkah atau
tablet besar menggunakan peralatan kempa tablet besar dan kemudian digiling
menjadi granul dengan karakteristik yang dikehendaki (Siregar & Wikarsa 2010).
10
C. Dispersi Padat
Metode dispersi padat merupakan teknik untuk meningkatkan kelarutan
suatu obat. Metode dispersi padat ini memberikan keuntungan pada golongan obat
yang memiliki kelarutan buruk, dengan menggunakan pembawa yang umumnya
bersifat larut dalam air. Metode ini disebabkan oleh partikel zat obat yang
tersimpan pada daerah permukaan pembawa inert yang membantu menurunkan
ukuran partikel dari obat dan meningkatkan kelarutannya (Kiran et al. 2009).
Sistem dispersi padat merupakan salah satu metode yang cukup berhasil dalam
memperbaiki kelarutan suatu obat yang sukar larut dalam air sehingga disolusi
dan bioavailabilitas obat juga meningkat. Sistem dispersi padat didasarkan pada
konsep bahwa bahan obat terdispersi di dalam pembawa atau polimer yang inert,
biasanya menggunakan metil sellulosa, urea, laktosa, asam sitrat, polivinil
pirolidon (PVP), polietilen glikol (PEG) 4000 dan 6000 (Mogal et al. 2012).
11
1. Keuntungan
Keuntungan utama dari dispersi padat adalah dapat meningkatkan
kelarutan obat yang mempunyai kelarutan air buruk dalam komposisi sediaan dan
menghasilkan penghancuran obat yang cepat sehingga dapat meningkatkan
bioavailabilitas obat. Keuntungan lain dari dispersi padat yaitu ; mengurangi
ukuran partikel pada keadaan terakhir, meningkatkan keterbasahan partikel,
2. Kelemahan
Kelemahan dari metode dispersi padat yaitu terutama terkait dengan
ketidakstabilan. Ketidakstabilan terjadi pada sistem kristalinitas dan penurunan
laju disolusi dengan penyimpanan lama dan dapat stabil kembali melalui
pencampuran fisik seperti penumbukan dan penyimpanan. Dispersi padat
biasanya disusun dengan pembawa yang mudah larut air, memiliki titik leleh
rendah, dan memiliki polimer sintesis seperti PVP, manitol, atau PEG. Pemisahan
fase, pertumbuhan kristal atau konversi dari amorf ke bentuk kristal selama
penurunan penyimpanan dan laju disolusi dapat mengakibatkan variabel
bioavailabilitas oral juga menurun (Belasaheb et al. 2014).
3. Komponen dispersi padat
3.1 PEG 6000. Polietilen glikol 6000 merupakan polimer etilen oksida
yang memiliki formula sama, yaitu HOCH2(CH2OCH2)nCH2OH;n menunjukkan
jumlah rata-rata kelompok (gugus) oksietilen (Belasaheb et al. 2014). PEG 6000
memiliki bobot molekul 5600-6400, bentuk serbuk putih, licin, praktis tidak
berbau, tidak berasa, mudah larut dalam air, metanol, kloroform, dan tidak larut
dalam eter. Suhu lebur 56-63˚C dan suhu didih sekitar 250˚C (Anwar 2013).
Formulasi tablet yang paling sesuai yaitu menggunakan PEG 6000 atau
8000, karena PEG dengan bobot molekul rendah dan titik cair lebih rendah
(kurang dari 50˚C) dapat meningkatkan pembentukan tablet yang memiliki
pinggiran kasar berupa goresan secara vertikal (binding) dan terkupil (picking)
selama proses pengempaan. Semakin tinggi persentase bahan dengan titik cair
12
rendah maka akan semakin besar pula kecenderungan tablet untuk melekat dan
terkupil. Penggunaan PEG berbobot tinggi dalam granulasi tidak menunjukkan
keuntungan yang melebihi PEG 6000 dan 8000 dalam memperbaiki karakteristik
pengempaan dan dalam meminimalisir pengulipan dan perlekatan (Siregar &
Wikarsa 2010). Penggunaan PEG 6000 pada suatu formulasi dapat meningkatkan
kekerasan yang dapat dicapai oleh banyak pembawa tablet kempa langsung dan
dapat diterima untuk memperbaiki kompresibilitas beberapa granulasi yang tipis
(Belasaheb et al. 2014).
4. Metode pembuatan dispersi padat
4.1 Metode peleburan. Metode ini dilakukan dengan membuat campuran
fisik antara senyawa aktif dan matriks larut air yang dipanaskan hingga melebur.
Leburan didinginkan dengan cepat agar pada saat leburan memadat obat terjerap
dalam lelehan matriks dengan cepat. Metode ini tidak menggunakan pelarut dalam
proses pembuatannya sehingga relatif sederhana dan ekonomis, namun metode
peleburan tidak bisa digunakan untuk obat atau matriks yang tidak stabil terhadap
pemanasan (Swarbrick 2007).
4.2 Metode pelarutan. Metode ini dilakukan dengan membuat campuran
fisik antara zat aktif dan matriks yang dilarutkan dalam pelarut yang sama
kemudian pelarut diuapkan pada tekanan rendah. Kerugian metode ini adalah pada
proses pembuatannya diperlukan biaya yang relatif lebih tinggi, penggunaan
jumlah pelarut yang besar, kesulitan dalam proses penguapan pelarut secara
sempurna, kesulitan dalam pemilihan pelarut yang cocok, dan kesulitan dalam
pembuatan serbuk (Swarbrick 2007).
serapan yang tidak menunjukkan adanya pergeseran pita serapan yang tajam
(fluktuasi) pada bilangan gelombang meloksikam menunjukkan bahwa tidak ada
interaksi yang dapat mempengaruhi efek terapi meloksikam (Berlianti 2017) atau
meloksikam tidak terdispersi dengan medium pendispersi.
E. Monografi Bahan
1. Pearlitol® 400DC
Pearlitol® berfungsi sebagai filler-binder dengan manitol sebagai
komponen penyusun utama (Prakash et al. 2011). Pearlitol® merupakan manitol
dalam bentuk granul. Pearlitol® 400DC merupakan bahan tambahan yang baik
untuk digunakan karena memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik.
Pearlitol tepat digunakan pada metode kempa langsung yang berfungsi sebagai
bahan pengisi dan pengikat, serta dapat meningkatkan sifat alir dan
kompresibilitas campuran serbuk (Roquette 2015).
Pemilihan Pearlitol® 400DC juga mempertimbangkan rasanya yang manis
dan tidak memberikan tekstur berpasir sehingga tepat digunakan dalam formulasi
yang diharapkan memiliki rasa yang menyenangkan. Kombinasi Pearlitol®
400DC dan croscarmellose sodium berpengaruh terhadap sifat fisik FDT
hidroklorotiazid. Peningkatan proporsi Pearlitol® 400DC dapat meningkatkan
kerapuhan dan waktu pembasahan (Christianti & Sulaiman 2016). Sifat
higroskopisitas Pearlitol® 400DC yang rendah dapat memberikan keuntungan
dalam formulasi, karena dapat digunakan bersama dengan zat aktif yang sensitif
terhadap kelembaban. Umumnya, Pearlitol® 400DC digunakan sebanyak 10-905
b/b dalam formulasi tablet (Armstrong 2009).
2. Sodium stearil fumarate
Sodium stearyl fumarate adalah pelicin tablet yang sangat efektif. Tablet
yang disiapkan dengan sodium stearyl fumarate memiliki dampak yang lebih kecil
terhadap variasi kekerasan. Pada tablet natrium stearil fumarate memiliki waktu
disintegrasi kurang dan itu merilis obat lebih efektif dengan waktu yang lebih
sedikit dibandingkan dengan magnesium stearat dan talk. Pada konsentrasi 0,5
hingga 1,5% konsentrasi sodium stearil fumarat telah ditemukan menjadi sifat
14
aliran yang sangat baik. Aspek masa depan termasuk, sodium stearyl fumarate
adalah lembam, pelumas hidrofilik untuk semua bentuk sediaan oral padat dan
memainkan peran yang sangat penting dalam semua jenis persiapan dilepas
langsung, tablet disintegrasi oral dan pelarutan mulut (Kanugo & Mathur 2013).
Menurut Fudholi dan Hadisoewignyo (2013) konsentrasi sodium stearil fumarate
sebagai bahan pelicin dalam tablet effervescent antara rentang 0,5-2%.
F. Kempa Langsung
Metode kempa langsung merupakan suatu proses yang sederhana. Serbuk
zat aktif dapat secara langsung dicampur dengan eksipien kemudian dikempa
menjadi tablet. Kempa langsung merupakan metode pembuatan tablet yang paling
tepat karena metode ini menggunakan penanganan bahan-bahan paling sedikit dan
tidak membutuhkan tahap pengeringan. Metode kempa paling efisien energi,
paling cepat, dan paling ekonomis untuk memproduksi tablet. Harga bahan
mentah untuk kempa langsung lebih mahal, tetapi penghematan biaya tenaga
kerja, waktu, dan energi dapat dicapai dengan peniadaan granulasi, pengeringan,
dan pembentukan ukuran bahan mentah yang sesuai (sizing). Kempa langsung
tidak dapat dilakukan pada zat aktif dosis kecil, zat aktif dengan masalah
keseragaman kandungan, dan zak aktif dosis besar yang tidak dapat dikempa
langsung (Siregar & Wikarsa 2010). Pemilihan metode kempa langsung harus
memperhatikan beberapa parameter yaitu homogenitas, kecenderungan terjadinya
pengendapan, kemampuan mengalir, sifat kompresibilitas dan kompaktibilitas,
seta sifat gesekan dan adhesi antar bahan (Harbir 2012).
2. Sudut diam
Pengukuran sudut diam (α), tinggi kerucut (h), dan jari-jari (r) dasar
kerucut granul yang terbentuk dilakukan setelah granul mengalir bebas (Fudholi
1983). Sudut diam dapat dihitung menggunakan persamaan (2) berikut :
tinggi kerucut (h)
Sudut diam = tan ...................................... (2)
jari-jari (r)
Tabel 2. Hubungan antara sudut diam dengan sifat alir
Sudut diam (α) Sifat alir
>10 Sangat baik
4-10 Baik
1,6-4 Cukup
<1,6 Sangat buruk
Sumber : Aulton 2002
3. Kelembaban
Kandungan lembab dapat mempengaruhi sifat fisika kimia sediaan
effervescent. Keseimbangan kandungan air dapat mempengaruhi aliran dan
karakterisasi kompresi serbuk, kekerasan granul, serta stabilitas obat. Persyaratan
kandungan lembab tablet effervescent yaitu antara 0,4%-0,7% (Fausett et al.
2000). Mohrle (1989) menyatakan bahwa kelembaban ruangan pembuatan granul
effervescent sebaiknya dikendalikan kurang dari 25% dan suhu 25˚C.
4. Uji disolusi
Pengujian ini menggunakan alat disolution tester. Uji disolusi digunakan
untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam
masing-masing monografi untuk sediaan tablet. Metode pada uji disolusi ada dua
yaitu ; metode basket dan metode dayung. Metode basket menunjukkan suatu
16
2. Kekerasan
Kekerasan tablet dapat diukur dengan alat penguji kekerasan seperti
Stokes-Mosanto hardness tester. Kekerasan dinyatakan dalam satuan kilogram
(kg) dari tenaga yang diperlukan untuk memecahkaan tablet. Nilai kekerasan yang
diperoleh kemudian diukur reratanya. Persyaratan kekerasan tablet effervescent
adalah berkisar antara 2-4 kg/cm2, nilai tersebut dianggap sebagai batas minimum
untuk menghasilkan tablet effervescent yang baik (Palanisamy et al. 2011). Tablet
A ditempatkan pada alat penguji kekerasan dan diukur dengan cara memberikan
beban yang diperlukan untuk menghancurkan tablet (Siraj 2010).
17
3. Waktu larut
Waktu larut tablet effervescent adalah waktu yang diperlukan oleh tablet
effervescent supaya pecah menjadi bagian yang terlarut (Mohrle 1989). Waktu
larut tablet effervescent kurang dari 5 menit pada suhu 25˚C (British
Pharmacopoeia Commission 2009). Menurut Depkes (2014) dinyatakan bahwa
waktu melarut sempurna untuk dua tablet effervescent asetosal adalah 5 menit
dalam 180 ml air pada suhu 17,5˚± 2,5˚C.
4. Uji stabilitas
Tujuan utama dari uji stabilitas dalah untuk identifikasi kondisi-kondisi
penyimpanan stabil untuk obat dalam keadaan padat dan identifikasi dari bahan
tambahan untuk suatu formulasi. Penentuan profil stabilitas keadaan padat dari
senyawa dilakukan dengan menimbang dan menempatkan sampel-sampel dalam
vial terbuka dengan tutup derat dan dipaparkan secara langsung pada berbagai
temperatur, kelembaban, dan intensitas cahaya (Lachman et al. 2007).
menunjukkan aras dan (n) menunjukkan jumlah faktor (Kurniawan & Sulaiman
2009).
Garis yang sejajar menggambarkan efek dalam sebuah kurva bahwa tidak
terjadi interaksi antara faktor yang digunakan, namun apabila kurva menunjukkan
garis yang tidak sejajar dapat dikatakan bahwa ada interaksi antara faktor dalam
menentukan respon. Persamaan desain faktorial dengan dua level dan dua faktor :
Y = b0 + b1 (A) + b2 (B) + b12(A)(B)...........................(3)
Keterangan :
Y = respon hasil atau sifat yang diamati
(A)(B) = level faktorial A dan B, yang nilainya antara -1 sampai 1
b0,b1,b2,b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
Nilai level harus berada dalam rentang baku -1 sampai +1, sehingga nilai
sebenarnya harus diubah terlebih dahulu menjadi bentuk yang berada dalam
rentang angka baku tersebut. Cara pengubahan dengan menggunakan persamaan :
x-rata-rata dua level
X= 1 ' ................................................... (4)
x perbedaan level
2
Keterangan :
X = level dalam bentuk baku
X’ = nilai sesungguhnya
Konsep percobaan design factorial untuk dua level dan dua faktor dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rancangan formula konsep percobaan desain faktorial untuk dua level dan dua
faktor
Formulasi Faktor A Faktor B Interaksi A-B
1 -1 -1 +1
A +1 -1 -1
B -1 +1 -1
AB +1 +1 +1
(ab+a)-(b+1)
Efek A = ...............................................(5)
2
(ab+b)-(a+1)
Efek B = ...............................................(6)
2
(1+ab)-(a+b)
Interaksi A dan B = ...............................................(7)
2
Interaksi diketahui dengan cara membuat grafik hubungan respon dan
level faktor interaksi. Kurva tidak sejajar berarti menunjukkan adanya interaksi
antar faktor dalam menentukan respon, sedangkan apabila garis sejajar
menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara faktor yang digunakan. Menurut
terminologi statistik, apabila efek yang dihasilkan dari kombinasi faktor lebih
kecil dibandingkan faktor tunggal maka disebut interaksi. Persamaan diperoleh
dengan membuat contour plot tiap parameter, kemudian dibuat superimposed
contour plot untuk menentukan formula optimum. Desain faktorial memiliki
beberapa keuntungan, yaitu memiliki efisiensi yang maksimal untuk
memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon. Keuntungan utama
dari metode ini yaitu memungkinkan untuk mengidentifikasi efek dari masing-
masing faktor (Bolton & Bon 2004).
J. Landasan Teori
Meloksikam merupakan salah satu obat AINS (Anti Inflamasi Non
Steroid) dari golongan oksikam yang digunakan untuk pengobatan rheumatoid
arthritis, osteoarthritis, dan penyakit sendi lainnya (Kumar & Mirsha 2006).
Berdasarkan Biopharmaceutical Clasification System (BCS), meloksikam
termasuk dalam golongan kelas 2 dengan karakteristik permeabilitas tinggi dan
kelarutan rendah (Eroglu et al. 2010). Tablet effervescent adalah tablet yang
menghasilkan gas karbondioksida (CO2) sebagai hasil reaksi antara senyawa asam
dan senyawa karbonat dengan air. Tablet effervescent dapat terlarut atau
terdispersi secara keseluruhan dalam beberapa menit, tanpa perlu ditelan maupun
dikunyah. Keuntungan tablet effervescent diantaranya adalah memiliki onset yang
20
cepat, lebih mudah dalam penggunaan dan tidak perlu ditelan seperti tablet
konvensional atau kapsul (Patel et al. 2012).
Metode dispersi padat adalah salah satu teknik untuk meningkatkan
kelarutan dari suatu obat (Kiran et al. 2009). Metode dispersi padat adalah metode
yang yang paling efektif untuk meningkatkan kelarutan meloksikam dengan
pembuatan meloksikam dalam bentuk dispersi padat dengan PEG 6000 sebagai
matriks (Kumar & Mirsha 2006). Pencampuran asam sitrat, PEG 6000, dan
meloksikam dibuat dengan metode dispersi padat dengan tujuan untuk
menghindari terbentuknya gas karbondioksida karena reaksi dari asam sitrat dan
natrium bikarbonat. Asam sitrat diikat oleh PEG 6000 sehingga dapat
meningkatkan kestabilan dari tablet effervescent meloksikam. Asam sitrat
memiliki rasa asam yang tinggi diharapkan dapat mengurangi rasa pahit dari zat
aktif meloksikam.
Optimasi didasarkan pada hasil pengujian mutu fisik granul dengan
menggunakan tiga parameter kritis yaitu ; sudut diam, kelembaban, dan disolusi
(Q5) yang dimasukkan ke dalam program factorial design. Berdasarkan keempat
konsentrasi dispersi padat yang dibuat dengan mengkombinasikan komponen
effervescent asam sitrat (aras atas 52,17 mg dan aras bawah 26,08 mg) dan PEG
6000 dengan konsentrasi setengah dari asam sitrat (aras atas 26,085 mg dan aras
bawah 13,04 mg) akan diperoleh satu konsentrasi yang optimum. Perhitungan
konsentrasi komponen effervescent disesuaikan dengan persamaan stoikiometri
dari reaksi effervescent. Menurut Bolton dan Bon (2004) persamaan dalam
factorial design diperoleh dengan membuat contour plot pada tiap parameter,
kemudian dibuat superimposed contour plot untuk menentukan formula optimum.
Kelarutan meloksikam dalam dispersi padat akan meningkat seiring
dengan penambahan jumlah PEG 6000 dalam formula obat (Kumar & Mirsha
2006). Berlianti (2017) menyatakan bahwa kombinasi asam sitrat dan natrium
bikarbonat sebagai variabel bebas pada formulasi tablet effervescent meloksikam,
menunjukkan hasil bahwa semakin besar konsentrasi asam sitrat yang digunakan
dalam formula dapat meningkatkan kekerasan tablet. Berdasarkan penelitian
Gupta dan Saini (2011) pembuatan dispersi padat Aseklofenak-PEG 6000
21
K. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang ada, dapat disusun hipotesis dari
penelitian ini adalah :
Pertama, kombinasi komponen effervescent dan PEG 6000 akan
menghasilkan konsentrasi optimum berdasarkan program Factorial design dengan
menggunakan 3 titik kritis berupa sudut diam, kelembaban, dan disolusi (Q5).
Kedua, karakterisasi tablet effervescent meloksikam berdasarkan
konsentrasi optimum komponen effervescent dan PEG 6000 dapat berpengaruh
terhadap beberapa parameter meliputi ; keseragaman bobot, kekerasan, waktu
larut, dan stabilitas tablet.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Variabel Penelitian
1. Identifikasi variabel utama
Variabel utama dalam penelitian ini adalah konsentrasi komponen
effervescent dan PEG 6000 dalam empat macam perbandingan serta pengujian
mutu fisik granul dan mutu fisik tablet effervescent meloksikam.
2. Klasifikasi variabel utama
2.1. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
komponen effervescent dan PEG 6000.
2.2. Variabel tergantung. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah
respon yang ingin diketahui yaitu ; sudut diam, kelembaban, disolusi (Q5),
keseragaman bobot, kekerasan, waktu larut, dan stabilitas tablet.
2.3. Variabel terkendali. Variabel terkendali pada penelitian ini adalah
metode pembuatan dispersi padat, proses pembuatan atau pencetakan sediaan
tablet effervescent meloksikam, bobot tablet, jumlah bahan aktif, jumlah bahan
tamabahan, peralatan yang digunakan, lingkungan, dan peneliti atau manusia.
3. Definisi operasional variabel utama
Tablet effervescent meloksikam adalah tablet yang dapat terlarut atau
terdispersi secara keseluruhan dalam beberapa menit tanpa perlu ditelan maupun
dikunyah dan dibuat secara kempa langsung dengan bahan aktif meloksikam.
22
23
Sudut diam adalah pengukuran sudut, tinggi kerucut, dan jari-jari dasar
kerucut granul yang terbentuk setelah granul mengalir bebas.
Kelembaban adalah pengukuran kandungan air dalam granul.
Disolusi (Q5) adalah metode untuk mengetahui besarnya kelarutan suatu
zat dalam matriks pada suhu dan kecepatan pergerakan pada menit ke 5.
Keseragaman bobot adalah banyaknya penyimpangan bobot pada tiap
tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai syarat yang ditentukan
dalam Farmakope Indonesia Edisi V.
Kekerasan tablet adalah ketahanan tablet yang dinyatakan dengan besar
tekanan yang diperlukan untuk memecahkan tablet effervescent meloksikam yang
diukur dengan alat hardness tester.
Waktu larut tablet adalah waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur atau
melarut.
Stabilitas tablet adalah penyimpanan sediaan selama jangka waktu tertentu
dengan kondisi penyimpanan meliputi suhu, cahaya, udara, dan kelembaban
sedian bahan obat yang tersimpan dalam ruangan.
D. Jalannya Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi dan
Laboratorium
Analisis Farmasi Universitas Setia Budi di Surakarta.
2. Komposisi formula tablet effervescent meloksikam
Rancangan formula dapat dilihat pada tabel 5 dengan penentuan proporsi
sebagai berikut :
Tabel 5. Rancangan formula factorial design
Formula (mg) Xa Xb Xa Xb
1 (Formula I) -1 -1 13,04 26,08
a (Formula II) +1 -1 26,085 26,08
b (Formula III) -1 +1 13,04 52,17
ab (Formula IV) +1 +1 26,085 52,17
angka yang tertera pada alat. Menghitung nilai rata-rata kekerasan tablet dan
standard deviasi.
9.3. Uji waktu larut. Memasukkan 2 tablet masing-masing ke dalam 180
ml air dalam beaker glass. Suhu air yang digunakan kisaran 17-20˚C. Tablet
effervescent melarut dengan baik apabila waktu melarut kurang dari 5 menit.
Pengujian dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
9.4. Uji stabilitas. Mengambil 3 tablet dan disimpan pada suhu ruang
25˚C dalam keadaan terbuka. Melakukan pengecekan kestabilan tablet selama 7
hari (Siregar & Wikarsa 2010).
E. Analisa Hasil
1. Pendekatan secara teoritis
Hasil penelitian dilakukan analisis dan dilihat kesesuaian dengan
persyaratan baku uji mutu fisik (keseragaman bobot, kekerasan, waktu larut, dan
stabilitas tablet) sesuai ketentuan dari sediaan tablet effervescent meloksikam
yang terdispersi PEG 6000. Data hasil penelitian yang diperoleh dibandingkan
dan dianalisis dengan berbagai artikel, jurnal penelitian, literatur maupun buku
untuk menghindari adanya kesalahan dalam penelitian.
2. Pendekatan statistik
Prediksi konsentrasi optimum komponen effervescent asam sitrat dan PEG
6000 ditentukan dari perolehan data hasil pengujian mutu fisik granul dispersi
padat komponen effervescent asam sitrat dan PEG 6000 dengan menggunakan
Software Design Expert versi 7.1.6. Pendekatan statistik dengan uji t dengan taraf
kepercayaan 95% untuk menguji perbedaan nilai mean (rata-rata) dari kelompok
uji secara statistik dan mengetahui besarnya signifikan.
29
Formula konsentrasi
optimum
Gambar 2. Pembuatan dispersi padat komponen effervescent asam sitrat, PEG 6000, dan
meloksikam.
30
F. Jadwal Kegiatan
No Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Tahun 2018-2019
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1. Studi Pustaka
2. Penentuan formula
3. Pembuatan dispersi padat
4. Pencetakan tablet effervescent
5. Uji karakterisasi dengan FTIR
6. Uji kualitas granul
7. Uji mutu fisik tablet
8. Uji disolusi
9. Pengumpulan data dan analisis
10. Penyusunan laporan akhir
DAFTAR PUSTAKA
Anief M. 2003. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Aulton ME. 2002. Tablet. Dalam Pharmaceutics The Science of Dosage Form
Design. London : Churchill Livingstone.
Depkes. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta : Pengawas Obat dan
Makanan Departemen Kesehatan Indonesia.
Elbary AA, Adel AA, Heba MA. 2012. Enhanced Dissolution of Meloxicam from
Orosdispersible Tablets Prepared by Different Methods. Bull Fac Pharm,
Cairo University.
31
32
Kanugo AY, Mathur VB. 2013. Evaluation and comparison of highly soluble
sodium stearyl fumarate with other lubricants in vitro. Indo american
Journal of Pharmaceutical Research. 2231-6876.
Kumar SGV, dan Mirsha DN. 2006. Preparation, characterization and in vitro
dissolution studies of solid dispersion of meloxicam with PEG 6000.
Journal of the Pharmaceutical Society of Japan. 126(8):657-664.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri
II. Edisi Ketiga. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 2007. Teori dan Praktek Farmasi Industri
I. Edisi Ketiga. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Mogal SA, Gurjar PN, Yamgar, Kamod AC. 2012. Solid dispersion technique for
improving of some poorly soluble drugs. Scholars Research Der
Pharmacia Letter. 4(5) : 1574.
Siregar CJP, Wikarsa S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet : Dasar - Dasar
Praktis. Jakarta : EGC.