Anda di halaman 1dari 14

PEMBUATAN TABLET VITAMIN C DENGAN METODE KEMPA LANGSUNG

Tablet Vitamin C:
Kandungan Paracetamol per Tablet : 50mg
Bobot Tablet : 300mg
Jumalah Tablet yang dibuat : 300mg

Formulasi D
(Penghancur Amprotab 10%)

Vitamin C 50mg
Amprotab (10%)
Avicel q.s
Mg stearat 1%
Talk 2

1. TUJUAN
 Mahasiswa mengetahui cara pembuatan tablet yang baik dan benar
 Mahasiswa mengetahui evaluasi granul dan tablet yang benar
 Mahaiswa mampu menggunakan mesin kempa tablet

2. DASAR TEORI
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (FI
IV, 1995).
Metode kempa langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung
campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode
ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun, hanya
dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya dan zat aktif yang tidak tahan
terhadap panas dan lembab (Chaerunissa dkk, 2009).
Zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah:
1. Alirannya baik Kompresibilitasnya baik
2. Bentuknya Kristal
3. Mampu menciptakan adhesifitasdan kohesifitas dalam massa tablet
(Musfikah, 2012).
Komponen-komponen dalam formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif,
bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan. Selain itu, tablet dapat juga
mengandung bahan pewarna dan lak (bahan warna yang diabsorpsikan pada alumunium
hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma, dan bahan pemanis (Syamsuni,
2006).
Vitamin C / Asam Askorbat Merupakan zat aktif yang digunakan pada tablet kempa
langsung ini. Vitamin Cberkhasiat sebagai skorbut, difesiensi vitamin C atau kekurangan
vitamin C, serta dapat juga berkhasiat sebagai antioksidan. Pada pembuatan vitamin C dengan
metoda kempa langsung ini digunakan vitamin C sebanyak 50 mg/tabletnya dengan bobot
tablet 300 gr. Berarti dalam 1 tablet mengandung vitamin C 50/300 × 100% = 16,6%.
Persyaratan tablet yang baik:
1. Kuat dan tahan akan gesekan-gesekan yang terjadi pada saat pentabletan, pengemasan,
transportasi, dan penggunaannya. Untuk itu, perlu dilakukan uji kekerasan dan
kerapuhan tablet, meskipun persyaratan kekerasan dan kerapuhan tablet tidak
tercantum dalam Farmakope Indonesia (persyaratan non-kompendial).
2. Kadar obat harus terpenuhi, sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam
Farmakope Indonesia.
3. Memenuhi uji keseragaman bobot dan kadar zat aktif didalam tablet, sesuai dengan
persyaratan yang tercantum dalam Farmakope Indonesia.
4. Memenuhi uji ketersediaan hayati. Pada tahap awal, kecepatan dan banyaknya obat
yang dilepaskan dari tablet, dapat ditentukan oleh waktu hancur tablet.
5. Penampilan yang baik dan menarik, oleh karena itu sering kali diperlukan bahan
pewarna , perasa, dan pemberi aroma.
6. Dapat mempertahankan sifat-sifatnya, yaitu tablet harus tetap akseptabel, aman dan
manjur bila digunakan. (Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013)
Bentuk sediaan tablet memiliki beberapa keuntungan, antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Tablet memiliki ketepatan dosis dalam tiap tablet atau dalam tiap unit pemakaian.
2. Tablet lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karen aberada dalam bentuk
kering dengan kadar air yang rendah.
3. Tablet mudah dalm pengemasan (blister atau strip) dan transportasi.
4. Tablet dapat dibawa dengan mudah oleh pasien.
5. Bau, rasa dan warna yang tidak menyenangkan pada tablet dapat ditutupi melalui
penyalutan tablet.
6. Tablet dapat dengan mudah digunakan sendiri oleh pasien tanpa bantuan tenaga
medis.
7. Dibandingkan dengan kapsul, tablet lebih tamperproff (sulit dipalsukan).
(Hadisoewignyo L dan Fudholi A, 2013
3. MONOGRAFI
1. Vitamin C
 Struktur :

 Rumus Struktur : C6H6O6


 Nama : Vitamin C
 Nama Lain : Asam askorbat
 Nama Kimia : 3-okso-L-gulfuranoiakton
 Berat Molekul : 176,13
: Serbuk atau hablur, putih atau agak kuning, tidak
 Pemerian
berbau, rasa asam.
 Suhu :
 Ph :
 Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) P, praktis tidak larut dalam klorofom P, eter P
dan benzene P
 Stabilitas :
 Inkompatibilitas :

 Penyimpanan : Dalam waddah tertutup baik, terlindung dari cahaya

2. Amprotab
 Struktur Kimia :

 Rumus Struktur
 Nama : (C6H10O5)n
 Nama Lain : Pati singkong
 Nama Kimia : Amilum Manihot
 Berat Molekul :
:
 Pemerian
: Serbuk halus dengan gumpalan tidak berbau tidak
Berwarna
 Suhu
:
 Ph
: Decomp
 Kelarutan
:
 Stabilitas
: Praktis tidak larut dalam air dan etanol
: Dalam keadaan kering stabil terhadap bahan kimia lain
oleh mikroroorganisme dalam bentuk pasta/basah
 Inkompatibilitas mudah rusak
 Penyimpanan : dengan pengoksidasian kuat
: dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering
3. Avicel
 Struktur Kimia :

 Rumus Molekul :
 Nama : Avicel PH 102
 Nama Lain : Microcoystaline cellulose
 Berat Molekul :
 Nama Kimia : Polivinilpirolidin
: Serbuk krotalin dengan partikel berpori, berwarna
 Pemerian
putih, tidak berbau, dan tidak berasa
 Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air
 Stabilitas
: Material higroskopis yang stabil
: Inkompatibel dengan agen pengoksidasi yang kuat.
 Inkompatibilitas
 Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup Rapat

4. Mg Stearat
 Struktur Kimia :

 Rumus Kimia : [CH3(CH2)16COO]2Mg


 Nama : Magnesium Stearat
 Nama Lain : Magnesii Steaears
 Berat Molekul :
 Pemeriaan : Serbuk halus, Putih, Licin
:
 Suhu Lebur
:
 Ph
: praktis tidak larut dalam air, etanil, eter,
 Kelarutan : Magnesium stabil dan harus disimpan diwadah
 Stabilitas tertutup,
 Inkompatibilitas ditempat yang sejuk dan kering
: Tidak kompotibel dengan asam kuat/alkali, dan garam
 Penyimpanan besi.
: dalam wadah tertutp baik

5. Talk
 Struktur Kimia :

 Rumus Kimia :
 Nama : Talk
 Nama Lain : Talcum
 Berat Molekul :
 Pemerian : Serbuk halbur, sangat halus, licin
 Suhu :
 Ph :
 Keluratn : Tidak larut hampir dalam semua pelarut
 Stabilitas : merupakan bahan yang stabi
 Inkompantibilitas : Senyawa amilum kuarter
: dalam wadah tertutup baik
 penyimpanan

4. ALAT DAN BAHAN


1. Bahan-bahan : 2. Alat yang digunakan :
 Paracetamol  Neraca analitik
 Amprotab  Wadah
 Oven
 Avicel Ph 102
 Mesh
 Mg. Stearat
 Mesin tabet
 Talak

5. PERHITUNGAN
Tablet Vitamin C
Vitamin tiap tablet : 50mg
Bobot tablet : 300mg
Jumlah tablet yang dibuat : 300 tablet
Vitamin C : 50mg x 300 Tablet = 15gram

Amprotab 10% : 10/100 x 300mg x 300 Tablet = 9 gram

Mg Strearat : 1/100 x 300mg x 300 Tablet = 0,9gram

Talk : 2/100 x 300mg x 300 Tablet = 1,8 gram

Total granul : 100% x 300mg x 300 tab = 90 gram

Avicel PH 102 q.s : 90 – ( 15 + 9 + 0,9 + 1,8 )

= 63,3gram

6. PENIMBANGAN
 Vitamin C 15gram
 Amprotab 9gram
 Mg Stearat 0,9gram
 Talk 1,8gram
 Avicel 63,3gram
7. PROSEDUR

Campur bahan kecuali


Timbang semua bahan
Mg dan Talk campur 15
sesuai kebutuhan
menit hingga homogen

Campurkan Mg dan Talk


Lakukan evaluasi
homogenkan sebanyak 2
terhadap masa kempa
menit

Masa kempa ditabletasi


dengan menggunakan Lakukan evaluasi
puch 6-8mm terhadap tablet

8. EVALUASI GRANUL
1. Kecepatan Aliran
a. Metode Corong
Alat yang digunakannya yaitu flow tester, prinsipnya granul yang mengalir
melalui alat tersebut dengan jangka waktu tertentu.
Pada pengujian daya alir granul yaitu dengan waktu 17 detik
b. Metode Sudut Istirhat
Alat yang digunakan yaitu flow tester, pengukuran sudut yang terbentul dari
lereng timbunan granul yang mengali.
Pada percobaan ini mengalir dengan sudut 250 masa tablet memenuhi syarat
2. Bobot Jenis/Kerapatan
a. Bj Nyata
Cara kerjanya granul dimasukan pada gelas ukur dan volmunya di catatat.

𝑊
𝑃=
𝑉

Ket. P= Bj Nyata, W= Bobot, V= Volume Granul tanpa pemapatan


Hasil yang diperoleh pada evaluasi ini dengan nilai W= 87,298 gram dan nilai
V= 175 ml
87,298
𝑃= = 0,498 𝑔𝑟𝑎𝑚
175

b. Bj Mampat
Granul dimasukan pada gelas ukur, dan gelas ukur diketuk sebanyak 10 kali dan
500 kali catat volumenya (V10 dan V500)

𝑊
𝑃𝑛 =
𝑉𝑛

Ket. Pn = bj pada n ketukan, w= bobot granul, Vn= volume granul pada n


ketukan

87,298
𝑃10 = = 0,545 𝑔𝑟𝑎𝑚
160

87,298
𝑃500 = = 0,623 𝑔𝑟𝑎𝑚
140

c. Kadar Pemampatan
Prinsipnya sama dengan Bj

𝑣𝑜 − 𝑣500
𝑘𝑝 = 𝑥 100%
𝑉𝑜

Ket. Kp = Kadar pemampatan, V0= volume granul sebelum pemampatan,


V500= volume granul pada 500 kali ketukan.

175 − 140
𝑘𝑝 = 𝑥 100% = 20%
175

Granul memenuhi syarat jika Kp ≤ 20%

d. Perbandingan Houssner
Prinsipnya sama dengan Bj
𝐵𝑗 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐻𝑎𝑢𝑠𝑠𝑛𝑒𝑟 =
𝐵𝑗 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
0,623
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝐻𝑎𝑢𝑠𝑠𝑛𝑒𝑟 = = 1,25
0,498

Granul memnuhi syarat jika angka haussner = 1

9. CETAK TABLET

Penyetakan Tablet Hasil Penyetakan Tablet


1. Evaluasi Tablet
a. SifaT fisika kimia
 Uji Pengujian organoleptik
Rupa : Bulat, pipih, sedikit cembung, tidak rata
Bau : Tidak Berbau
Rasa : Tidak berasa
 Keseragana Tebal
No. Tablet Skala Utama Skala Nonius Jumlah
1 4,5mm 46 x 0,04 = 0,46 4,96mm
2 4,5mm 45 x 0,01 = 0,45 4,95mm
3 4,5mm 36 x 0,01 = 0,36 4,86mm
4 4,5mm 47 x 0,01 = 0,47 4,97mm
5 4,5mm 44 x 0,01 = 0,44 4,94mm
6 4,5mm 42 x 0,01= 0,42 4,92mm
7 4,5mm 42 x 0,01 = 0,42 4,92mm
8 4,5mm 37 x 0,01 = 0,37 4,87mm
9 4,5mm 35 x 0,01 = 0,35 4,85mm
10 4,5mm 42 x 0,01 =0,42 4,85mm
11 4,5mm 39 x 0,01 = 0,39 4,89mm
12 4,5mm 28 x 0,01 = 0,28 4,78mm
13 4,5mm 45 x 0,01 = 0,45 4,95mm
14 4,5mm 43 x 0,01 = 0,43 4,93mm
15 4,5mm 39 x 0,01 = 0,39 4,89mm
16 4,5mm 43 x 0,01 = 0,43 4,93mm
17 4,5mm 49 x 0,01 = 0,49 4,99mm
18 4,5mm 45 x 0,01 = 0,45 4,95mm
19 4,5mm 44 x 0,01 = 0,44 4,94mm
20 4,5mm 38 x 0,01 = 0,38 4,88mm
Jumalh 98,29mm
Rata-rata 98,29/20 =
4,9145mm

 Keseragaman Diameter
No. Tablet Skala Utama Skala Nonius Jumalah
1 10mm 1 x 0,01 = 0,01 10,01mm
2 10mm 3 x 0,01 = 0,03 10,03mm
3 10mm 4 x 0,01 = 0,04 10,04mm
4 10mm 3 x 0,01 = 0,03 10,03mm
5 10mm 2 x 0,01 = 0,02 10,02mm
6 10mm 3 x 0,01 = 0,03 10,03mm
7 10mm 1 x 0,01 =0,01 10,01mm
8 10mm 4 x 0,01 = 0,04 10,04mm
9 10mm 3 x 0,01 = 0,03 10,03mm
10 10mm 1 x 0,01 = 0,01 10,01mm
11 10mm 3 x 0,01 = 0,03 10,03mm
12 10mm 5 x 0,01 = 0,05 10,05mm
13 10mm 5 x 0,01 = 0,05 10,05mm
14 10mm 4 x 0,01 = 0,04 10,04mm
15 10mm 2 x 0,01 = 0,02 10,02mm
16 10mm 3 x 0,01 = 0,03 10,03mm
17 10mm 2 x 0,01 = 0,02 10,02mm
18 10mm 1 x 0,01 = 0,01 10,01mm
19 10mm 1 x 0,01 = 0,01 10,01mm
20 10mm 2 x 0,01 = 0,02 10,02mm
Rata-Rata 200,53 ∶ 20 = 10,0265

 % penyimpangan
No. Tablet Bobot Tablet % penyimpangan
1 -0,0187 -1,87%
2 -0,0112 -1,12%
3 -0,0112 -1,12%
4 0,0112 1,12%
5 -0,0187 -1,87%
6 -0,0187 -1,87%
7 -0,0150 -1,50%
8 0,0037 0,37%
9 0,0864 8,64%
10 -0,0263 -2,63%
11 0,0676 6,76%
12 0,0150 1,50%
13 -0,0187 1,87%
14 -0,0263 2,63%
15 -0,0075 -0,75%
16 -0,0150 1,50%
17 0,0263 2,63%
18 -0,0332 -3,32%
19 -0,0037 -0,37%
20 0,0488 4,88%
10. PEMBAHASAN
Menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan tablet
dengan menggunakan bahan aktif yaitu parasetamol atau asetominofen. Khasiat dari
parasetamol yaitu sebagai analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang.(Obat – Obat
Penting , hlm : 318).
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan metode cetak langsung dan metode
granulasi. Metode kempa langsung adalah proses pembuatan tablet dengan cara mengempa
langsung zat aktif atau campuran zat aktif dan eksipien tanpa penanganan pendahuluan baik
granulasi basah atau kering. Metode ini banyak digunakan karena dukungan perkembangan
teknologi mulai dari mesin tablet hingga bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
tablet yang mempunyai kompresibilitas dan aliran baik. Titik kritis dalam kempa langsung ini
adalah pilihan bahan pembantu baik dalam sifat aliran massa tablet maupun ketepatan
formulasi terhadap kompresibilitas.
Vitamin C atau yang disebut asam askorbat banyak memiliki manfaat bagi kesehatan
tubuh. Manfaat vitamin C berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, tulang, sendi, dan sebagainya.
Kandungan vitamin C dapat ditemukan di buah jeruk dan beberapa makanan lainnya
Pada praktikum granulasi basah baham paracetamol, amprotab, laktosa dan pvp di
homogenkan dengan cara diaduk kemudiaan ditambahkan etanol secukupnya yang berjuaan
untuk melarutkan pvp dan untuk daya pengikat, masa serbuk tidak terlalu lembek dan hancur
di kepal dan diayak dengan menggunakan mesh 60 sehingga geranul berseragam, selanjutnya
yaitu peroses pengengeringan dengan menggunakan metode tray drying dengan menmpatkan
granul pada loyang dengan dimasukan pada over dengan mengatur suhu 450C karena suhu ini
berdasrkan stabilitas paracetamol yang terurai pada suhu 450C.
Evaluasi granul dilakukan dengan mencakup kecepatan aliran, bj nyata, bj mampat, bj
sejati, kadar pemampatan, perbandingan haussner, persen komprensibilitas, dan granulometri.
Pada uji waktu alir granul ini tidak terlalu baik karen harus menghabiskan waktu 15 detik
sedangkan ketentuaan tidak lebih dari 10 detik hal ini terjadi karena corong yang digunakan
bukan alat flow tester tetapi pada metode suduh di peroleh sudut 30-380 granul mudah
mengalir. Pada evaluasi bj nyata dan bj mampat diperoleh hasil 0,418 gram untuk bj nyata
sedangkan bj mampatdengan jumlah ketukan diperoleh hasil 0,541 gram dan untuk ketukan
500 kali diperoleh hasil 0,70 gram. Tetapi untuk perbandingan haussner sangat jelek yaitu
lebiih dari 1. Begitu juga dengan persen kompresibilitas yang jelek yaitu lebih dari 26%.
Setelah tahap evaluasi granul selanjutnya yaitu penambahan fase luar dengan
menanmbahkan mg stearat sebanyak 1gram, talk sebanyak 2gram, amprotab 5 gram untuk
285,7 tablet Fungsi dari penambahan fase luar utamanya adalah untuk memperbaiki sifat alir
granul dan mencegah friksi antara serbuk dengan die dari mesin pencetak tablet. Pengadukan
pada fase luar tidak lebih dari 5 menit yaitu sekitar 2 – 3 menit. Hal itu disebabkan karena
salah satu zat yang merupakan fase luar yaitu magnesium stearate sangat berpengaruh
terhadap disolusi dari tablet di saluran cerna. Jika pemcampuran terlalu lama maka
kehomogenitasan magnesium stearate dengan bahan lain menjadi tinggi dan menyebabkan
granul dilapisi oleh magnesium stearate yang memiliki sifat hidrofob (suka minyak). Sifat
hidrofob yang dihasilkan oleh magnesium stearate ini akan menyulitkan tablet melarut di
saluran cerna yang banyak mengandung air, sehingga dapat menyebabkan disolusi tablet
berkurang dan menyebabkan waktu mula kerja obat lambat.
Selanjautnya untuk kompresi / mencetak tablet harus diperhatikan kekerasan tablet
rentang keras tablet harus 70-120 N. Kemudiaan langkah selanjutnya untuk mengevaluasi
tablet meliputi, keseragaman tebal, diameter dan keseragaman bobot.
Pada evaluasi keseregaman ukuran yang meliputi keseragaman diameter dan tebal
1
tidak lebih dari 3 dan tidak kurang dari 1 3 kali tebal tablet, untuk keseragaman ini formulasi b
1
memenuhi syarat karen nilai rata-rat kurang dari 3 dan lebih dari 1 3 kali tablet. Untuk

evaluasi keseragaman bobot tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetepka, pada evaluasi ini tablet tidak lolos
karena banyak persen penyimpanan yang lebih dikarnakan pengambilan tablet yang diacak
dari setiap kelompok.

11. KESIMPULAN
Menurut Farmakope IV (1995), tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Pada praktikum kali ini akan dibuat sediaan tablet
dengan menggunakan bahan aktif yaitu parasetamol atau asetominofen. Khasiat dari
parasetamol yaitu sebagai analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang.(Obat – Obat
Penting , hlm : 318). Pada pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah dengan
pvp cara kering dengan penambahan etanol secukupnya, pada evaluasi granul uji alir, kadar
pemampatan, perbandingan haussner serta persen kompresibilitas tidak memenuhi syarat. Dan
pada evaluasi tablet persen penyimpangan juga tidak memenuhi syarat dikarna rendem atau
acak tablet yang diambil untuk di evaluasi.

12. DAFTAR PUSTAKA


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indoneia,. edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,
Jakarta: Departemen Kesehatan.

Ansel,Howard C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV, Jakarta: Universitas
Indonesia.

Rowe, Raymond C, Paul J, Sheskey., & Marian E, Quinn. 2009. Handbook of


Pharmaceutical Excipients. 6th ed., London : Pharmaceutical Press.

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi
Ketiga. Vol II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994. hal. 1355

Tjay. H.T dan Rahardja, Kirana. 2003, Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat, Bandung : ITB
PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL DENGAN METODE GRANULASI
BASAH (PVP KERING)

LAPORAN TEKNOLOGI FARMASI

Untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktek Teknologi Farmasi

RYAN APRIANDI
NIM. 1604010006
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERJUANGAN
TASIKMALAYA
2018

Anda mungkin juga menyukai