Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apabila pemakaian obat harus secara oral atau dalam bentuk kering, maka bentuk
kapsul dan tablet yang paling sering digunakan. Sediaan tablet semakin popular
pemakaiannya dan merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi. Tablet
merupakan sediaan yang banyak mengalami perkembangan dari segi formulasi.
Beberapa keuntungan sediaan tablet diantaranya adalah sediaan kompak , biaya
pembuatannya lebih murah, dosis tepat, mudah pengemasannya, sehingga
penggunaannya lebih praktis jika dibandingkan dengan sediaan lain (Lachman, dkk.
1994).
Suatu sediaan dibuat dalam bentuk tablet adalah untuk memberikanobat melalui
mulut dalam bentuk yang memadai, dalam jumlah yang tepat atau melalui waktu
yang tepat, ditempat yang diinginkan serta mempunyai integritas kimia yang
lindungi.
Beberapa keunggulan tablet adalah dosis pemakaiannya tepat, mudah
pemakaiannya, sifat kimia dari bahan obat relative stabil sehingga memungkinkan
tablet disimpan lebih lama . Oleh karena itu bidang pengembangan dan produksinya
terus meningkat. ( Voight, 1994).

1.2 Tujuan

a). Mahasiswa dapat membuat sediaan tablet dengan metode cetak langsung dan
evaluasinya.
b). Mahasiswa mengetahui dan memahami pengaruh eksipien terhadap
karakteristik fisik tablet
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya , dapatdigolongkan sebagai tablet cetak
dan tablet kempa. Selain bahan pengisi digunakan juga zat tambahan lain yang
berfungsi sebagai bahan pengembang, pengikat, pelicin, pembasah atau zat lain yang
cocok. ( Ditjen POM,1995)

Tablet adalah bentuk sediaan padat kompak yang dibuat dengan pengempaan
atau percetakaan berbentuk tabung pipih atau sirkul erat atau bentuk lain yang sesuai
dengan punch dan dies dengan permukaan yang rata atau cembung rangkap yang
mengandung satu atau lebih bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan dan
bervariasi dalam bentuk, ukuran, kekerasaan, bobot sesuai dengan tujuan penggunaan
dan metode pembuatannya dibuat dengan mengempa bahan obat tergranulasi dibawah
tekanan beberapa ratus kg per cm3 bahan obat.

Metode kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa langsung


campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis dan cepat pengerjaannya.
Namun, hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya dan zat
aktif yang tidak tahan terhadap panas dan lembab. ( Chaerunnissa, dkk.2009 )

 Keuntungan Metode Kempa Langsung :


a. Lebih singkat prosesnya, karena proses yang dilakukan lebih sedikit,
maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih
singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga sedikit.
b. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan
lembab.
c. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses
granul, tetapi langsung menjadi partikel, tablet kempa langsung berisi
partikel halus, sehingga tidak melaului proses dari granul ke partikel
halus terlebih dahulu. ( Syamsuni, 2006)

 Kerugian Metode Kempa Langsung :


a. Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan
pengisi dapat seragamnya kandungan zat aktif didalam tablet.
b. Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa langsung
karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan
proses pengempaan sehingga yang dibutuhkan pun makin banyak dan
mahal.
c. Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus
bersifat mudah mengalir, kompresibilitas yang baik, kohesifitas yang
baik dan adhesifitas yang baik.
BAB III

SUDI PREFORMULASI

A. Preformulasi zat aktif


Nama Zat Jumlah
Vitamin C 50 mg
Explotab 3%
Avicel 102 Qs
Mg stearat 2%
Talk 3%
Aerosil 0.5%

B. Uraian Bahan
1. Vitamin C
Nama senyawa : Acidum ascorbat, Asam askorbat
Struktur molekul :
Rm/Bm : 176,13 g/mol
Pemerian : serbuk atau hablur, putih atau agak kuning, tidak
berbau rasa asam, oleh pengaruh cahaya lambat laun
menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap diudara
dalam larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) p, praktis tidak mudah larut dalam
klorofom p, praktis tidak larut dalam larut dalam
kloroform, dalam eter, dan dalam benzen p.
Khasiat :Antiskorbut
Pustaka : FI III hal.47
2. Explotab
Nama Senyawa : Sodium starch glycolat
Pemerian : Berwarna putih tidak berbau, tidak berasa sebagai
salah satu merk dagang natrium amilum glicolate
Explotab.
Kelarutan :-
Khasiat :Penggunaannya dalam pembuatan tablet sebagai bahan
penghancur yang lebih murah dari
karboksimetilselulosa, digunakan dengan konsentrasi
rendah yaitu 1-8% dilaporkan 4 % optimum. ( Banker
and Anderson, 1994).

3. Avicel 102
Nama senyawa : Avicel PH 102 ( mikrokristalin selulosa )
Pemerian :Selulosa yang terdepolimerasi parsial berwarna putih,
tidak berasa, tidak berbau, serbuk kristal yang terdiri
dari atas partikel porous, tidak larut dalam asam encer
dan sebagian pelarut organik ( Rowe dkk,2006)
Kelarutan :-
Khasiat :Sebagai bahan pengisi

4. Mg.stearat
Nama senyawa : MAGNESII STEARAS, Magnesium Stearat
Pemerian : Serbuk halus ; putih; licin dan mudah melekat pada
kulit; bau lemah khas
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol ( 95 % ) p
dan dalam eter p.
Khasiat : Antasidum
Pustaka : FI EDISI III HAL. 354
5. Talk
Nama senyawa : TALCUM, Talk
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada
kulit, bebas dari butiran; warna putih atau putih kelabu
Pelarut : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Khasiat : Zat tambahan
Pustaka : FI EDISI III HAL. 591
6. Aerosol
Nama senyawa : CELLULOSA GEL, FIBROCEL, TABULOSE,
VIVAPUR, Aerosil
Pemerian : Berbentuk silica submikroskopik dengan ukuran
partikel 15 mm, berwarna mengkilat, berbentuk hablur,
warna putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk amorf.
Kelarutan :-
Khasiat : Glidant, zat tambahan
Pustaka : Wade dkk, 1995
BAB IV

PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN BAHAN

A. Perhitungan bahan
Akan dibuat 200 tablet vitamin c dengan bobot pertablet 300
Bobot tablet : 200 tab x 300 mg = 60,000 mg> 60 g
1. Vitamin C : 50mg x 200 = 10 g
2. Explotab : 3% x 60 = 1,8 g
3. Mg stearate : 2%x60 =1,2 g
4. Talk : 3%x60 =1,8 g
5. Aerosil : 0,5%x60 =0,3 g
6. Avicel 102 qs = 60 - (10g+1,8g+1,2g+1,8g+0,3g)
=60 - 15,1 g
=44,9 g
B. Penimbangan bahan
1. Vitamin C = 10 g
2. Explotab = 1.8 g
3. Mg.Stearat = 1,2 g
4. Talk = 1,8 g
5. Aerosil = 0.3 g
6. Avicel 102 = 44,9 g
BAB V
PROSEDUR KERJA

Cara kerja

1. Timbang semua bahan sesuai dengan penimbangan bahan


2. Vitamin c ditambahkan dengan avicel 102, explotab, aerosol, aduk ad
homogeny selama 15 menit, ayak melalui ayakan mesh 40
3. Tambahkan talcum dan magnesium stearat melalui ayakan mesh 40, aduk ad
homogen 5 menit
4. Lakukan evaluasi terhadap campuran pada bagian 3, meliputi uji granulasi dan
uji kompresibilitas
5. Cetak dengan mesin tablet single penuh dengn bobot rata-rata tablet 200 dan
diameter 10mm
6. Lakukan evaluasi terhadap tablet, meliputi uji kekerasan kerenyakan waktu
hancur dan keseragaman
A. EVALUASI GRANUL
1. Uji Kadar Lemba

Kadar lembab yang terlalu rendah meningkatkan terjadinya capping dan


laminasi , sedangkan kandungan lembab yang terlalu tinggi meningkatkan
terjadinya penempelan pada dinding die sehingga tablet menjadi gumpil

Alat :

Cawan / kaca arloji


Oven / lemari pengering

Cara:
Timbang seksama 5,0 granul, panaskan dalam lemari pengering sampai
bobot konstan (105 ℃) selama 2 jam

Perhitungan:

𝑊0−𝑊1
%MC = x 100%
𝑊0

MC = Moisture content, kandungan lembab


W0 = bobot granul awal
W1 = bobot granul setelah pengeringan

Persyaratan : 2 – 4 %
Untuk granul effervescent, kadar lembab yang baik memiliki kandungan
lembab 0,4 – 0,7%

Data yang didapat


W0 = g
W1 = g

𝑔− 𝑔
% lembab = x 100%
𝑔
% lembab = %
2. Sifat alir
Untuk mendapatkan sifat alir yang baik maka bahan harus mempunyai
bentuk yang sama dan memiliki kontak antar partikel yang kecil.
Pengukuran sifat alir dapat dengan metode langsung, yaitu mengukur
kecepatan air granul dan metode sudut diam/ sudut baring. Kecepatan
air merupakan hal yang sangant berpengaruh terhadap keseragaman
bobot tablet yang dihasilkan.

Alat :
Corong alat uji waktu alir (metode langsung)
Stopwatch

Cara :
Timbang 25,0 g granul yang ditempatkan pada corong alat uji waktu
alir dalam keadaan tertutup, penutupnya biarkan granul mengalir, catat
waktunya, lalukan 3 kali

Persyaratan :
100 g granul waktu alirnya lebih dari 10 detik.

Data yang didapat


Data B2
Percobaan ke Berat Granul Waktu yang
(g) didapat
(detik )
1 25g 0,9
2 25g 1,1
3 25g 0,83
Rata – rata 25g 0,94g/s

Data C2
Percobaan ke Berat granul Waktu yang
(g) didapat
(detik)
1 25g 1,1
2 25g 1,3
3 25g 0,9
Rata-rata 25g 1,1 detik
Data A2
Percobaan ke Berat granul Waktu yang
(g) didapat
(detik)
1 25g 00.75
2 25g 01.10
3 25g 00.94
Rata-rata 25g 0,93

3. Uji sudut diam


Merupakan salah satu metode untuk mengevaluasi fluiditas granul
secara tidak langsung menggunakan alat silinder tetap dengan
penyangga dengan cara memasukan sejumlah granul ke dalam silinder
dalam keadaan lubang bagian bawah ditutup kemudian setelah
pengisian selesai penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir. Sudut
diam yang diukur merupakan tinggi gundukan granul yang terdapat di
atas penyangga dibagi dengan diameter penyangga.
Nilai sudut diam dapat menggambarkan seberapa baik fluidas granul
yang diukur, dimana jika granul memiliki fluiditas yang kurang baik
maka akan sulit mengalir melalui lubang dibagian dasar silinder
sehingga akan membentuk gundukan yang tinggi diatas peyangga
.Sebaliknya jika granul memiliki fluiditas baik akan lebih mudah
mengalir melalui lubang silinder sehingga gundukan yang tersisa
diatas penyangga tidak terlalu banyak.
Data yang didapat
tg ɑ = h/r ( Lachman, Ed III 615 )
h = tinggi gundukan
d = diameter
2
Data B2 = 3,5
= 0,57cm
Data C2 = 2/6
= 0,33cm
2
Data A2 = 8,5 x 100%
= 0,23
A (angle of repose ) Tipealiran

<25 Excellent

25 — 30 Good

30 — 40 Passable

>40 Very poor

4. Kompresibilitas
Kompresibilitas merupakan salah satu factor penting dalam
menentukan kemampuan granulat untuk menjadi bentuk lebih stabil
Jika mendapat tekanan, dan akhirnya menjadi massa yang kompak dan
stabil. Kompresibilitas juga berhubungan dengan sifat alir granul.

Alat :
Jouling volumeter

Cara :
Timbang seksama 200 gram granul
Masukan kedalam gelas ukur dari alat joulimg volumeter Catat
volume awal (ml) Hitung 100 ketukan. Catat volumenya sampai
volume konstan

Perhitungan :

Vo  Vn
x100 %
Kp = Vo

Kp = % pemampatan/ kompresibilitas bobot granul awal


V0 = Volume Awal
Vn = Volume pada jumlah tiap ketukan persyaratan

Persyaratan :
Jika Kp (%Pemampatan) kurang dari 20% keteraturan fabrikasi akan
tercapai.
Data yang didapat
Data B2
Ketukan V0(ml) V1(ml)
100 ketukan 49 ml 40 ml
100 ketukan 50 ml 41 ml
100 ketukan 52 ml 40 ml

49 𝑚𝑙−40 𝑚𝑙
Kp = 𝑥 100%
49 𝑚𝑙

Kp = 18,36%

Data C2
Ketukan V0(ml) V1(ml)
100 ketukan 40 38
100 ketukan 38 34
100 ketukan 40 35

40−35
Kp = 𝑥 100%
40
Kp = 12,5%
Data A2
Ketukan V0(ml) V1(ml)
100 ketukan
100 ketukan 40 33
100 ketukan
40−33
Kp = 40 𝑥 100%

Kp = 17,5%

5. Waktu Larut (Granul Effervescent)


Masukkan granul sesuai bobot granul pada formula ke dalam gelas
berisi 200 mL air. Catat waktu yang diperlukan granul untuk larut
dalam air dengan stopwatch. Waktu larut yang baik adalah kurang dari
120 detik dan membentuk larutan yang jernih, sehingga residu yang
tidak terlarut dalam air harus seminimal mungkin.
A. TABLET
1. Keseragaman Bobot
Bobot tablet diatur untuk mengontrol kualitas dari granulat yang
ekuivalen dengan dosis pemberian atau takaran suatu bahan aktif.
Penyimpangan dari bobot tablet akan sangat mempengaruhi dosis obat
untuk mencapai tujuan terapi yang diharapkan.
Alat:
Timbangan
Cara:
Timbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan
tidak boleh 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-
rata lebih dari harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10
tablet dan tidak ada 1 tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot
rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A dan B.

Persyaratan :

Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata (%)

A B

25 mg atau kurang 15 30

26 mg – 150 mg 10 20

151- 300 mg 7,5 15

Lebih dari 300 mg 5 10


Data yang didapat
Penimbangan 20 tablet = mg
Bobot rata-rata 1 tablet = 100 mg

Penimbangan kembali satu-persatu tablet


Data B2
Tablet ke Berat (mg) Tablet ke Berat (mg)
1 94 1 98
2 91 2 92
3 88 3 94
4 93 4 92
5 96 5 91
6 95 6 98
7 91 7 95
8 91 8 98
9 96 9 97
10 94 `10 96
A% penyimpangan dari bobot rata-rata = 10%
B% penyimpangan dari bobot rata-rata = 20%
Data C2
Tablet ke Berat (mg) Tablet ke Berat (mg)
1 88 1 84
2 88 2 91
3 87 3 87
4 89 4 87
5 86 5 86
6 87 6 89
7 88 7 88
8 89 8 87
9 89 9 90
10 89 `10 86
A% penyimpangan dari bobot rata-rata = 10%
B% penyimpangan dari bobot rata-rata = 20%
Data A2

Tablet Ke Berat (mg) Tablet Ke Berat (mg)


1 99 11 101
2 124 12 103
3 102 13 91
4 101 14 105
5 105 15 83
6 90 16 90
7 103 17 100
8 92 18 93
9 102 19 97
10 101 20 94
A% penyimpangan dari bobot rata-rata = 10%
B% penyimpangan dari bobot rata-rata = 20%

2. Keseragaman Ukuran
Ketebalan tablet yang diinginkan tergantung pada volume dan berat
bahan yang diisikan dan juga pada gris tengah cetakan dan tekanan
pada bahan yang diisikan selama proses kompresi. Keseragaman
ukuran digunakan untuk tujuan estetika.

Alat :
Jangka sorong
Cara :
Menggunakan 20 tablet, ukur diameter dan ketebalannya
menggunakan jangka sorong. Hitung rata-rata dan SD nya.

Persyaratan :
Kecuali dinyatakan lain, diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 4/3 kali tebal tablet.Tebal tablet pada umumnya tidak lebih
besar dari 50% diameter.
Data yang didapat : B2
Tablet ke Diameter (mm) Ketebalan (mm)
1 6,8 mm 3,8 mm
2 6,8 mm 3,8 mm
3 6,4 mm 3,92 mm
4 6,8 mm 3,94 mm
5 6,1 mm 3,9 mm
6 6,1 mm 3,9 mm
7 6,1 mm 3,9 mm
8 6,1 mm 3,9 mm
9 6,8 mm 3,84 mm
10 6,8 mm 3,9 mm
Rata-rata 6,84 mm 3,808 mm
Range : memenuhi syarat Range : tidak memenuhi syarat
Data C2
Tablet ke Diameter (mm) Ketebalan (mm)
1 4,9mm 3,6 mm
2 4.8 mm 3,6 mm
3 5,9 mm 3,5 mm
4 5,8 mm 3,5 mm
5 5,8 mm 3,3 mm
6 5,8 mm 3,4 mm
7 5,8 mm 3,4 mm
8 5,7 mm 3,4 mm
9 5,7 mm 3,4 mm
10 5,8 mm 3,1 mm
Rata-rata 5,6 mm 3,38 mm
Range : memenuhi syarat Range : tidak memenuhi syarat
Data A2
Tablet Diameter (mm) Ketebalan (mm)
Ke
1 6,16 3,8
2 6,18 3,4
3 6,22 3,6
4 6,2 3,02
5 6,22 3,4
6 6,18 3,7
7 6,2 3,5
8 6,2 3,8
9 6,2 3,4
10 6,08 3,4
Rata- 6.184 9.502
rata

Range : memenuhi syarat Range : tidak memenuhi syarat

3. Kekerasan
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar dapat
bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik saat manifacturi
packaging dan shipping.

Alat :
Pengukur Kekerasan (Hardness Tester)

Cara :
Ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat ukur kekerasan.
Hitung rata-rata dan SD nya.

Persyaratan :
Ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2, maksimal 10
kg/cm2.
Data yang didapat
Data B2
Tablet ke Ukuran yang didapat
(kg/cm2)
1 0,63
2 0,99
3 0,77
4 0,64
5 0,61
6 1,09
7 0,74
8 0,76
9 0,36
10 0,9
Rata-rata 7,49
Range : 0,749 mg/cm2
Data C2
Tablet ke Ukuran yang didapat
(kg/cm2)
1 0,04
2 0,08
3 0,08
4 0,09
5 0,13
6 0,07
7 0,03
8 0,08
9 0,05
10 0,04
Rata-rata 0,64
Range : 0,64 mg/cm2
Data A2
Tablet ke Ukuran yang didapat
(kg/cm2)
1 1,36
2 1,52
3 2,95
4 2,7
5 1,95
6 2,73
7 3,38
8 4,79
9 1,91
10 2,23
Rata-rata 2,552
Range : 2,552 mg/cm2

4. Friabilitas (Kerenyahan)
Merupakan cara untuk menguji kerapuhan tablet terhadap bantingan
atau gesekan selama waktu tertentu.

Alat :
Flibilator

Cara :
Ambil 20 tablet, bersihkan dari serbuk halus, timbang. Masukkan ke
dalam alat uji (Fribilator), putar sebanyak 100 putaran. Keluarkan
tablet, bersihkan dari serbuk yang terlepas dan timbang kembali.
Hitung % friabilitas (F)
Perhitungan :

W0−W1
F = x 100%
W0

Wo = Bobot Awal W1 = Bobot setelah pengujian

Persyaratan :
Nilai F dinyatakan baik jika <1%, Jika F >1% maka tablet dapat
diperbaiki dengan meningkat/menambah kekerasan tablet.

Data yang didapat


Data B2
W0 = 1,84 mg
W1 = 1,68 mg

1,86 𝑚𝑔−1,77 𝑚𝑔
F= 𝑥 100%
1,86 𝑚𝑔
F = 4,83%

Data C2
W0 = 1,55 mg
W1 = 1,54 mg
1,55−1,54
F= x 100%
1,55
F = 0,64%

Data A2
W0 = 1,95 mg
W1 = 1,93 mg

1,95−1,93
F= x 100%
1,95
F = 1,02%
5. Waktu Hancur
Uji ini penting dilakukan untuk tablet yang diberikan lewat mulut,
kecuali untuk tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan, atau tablet
lepas lambat. Sediaan dinyatakan hancur sempurna, bila sisa sediaan
yang tertinggal pada ayakan (kasa) alat uji merupakan massa lunak
yang tidak mempunyai inti yang jelas.

Alat :
Disintegration tester

Cara :
Masukkan masing-masing 1 tablet ke dalam tabung dari alat uji waktu
hancur, masukkan 1 cakram pada tiap tabung dan jalankan alat.
Gunakan air sebagai media dengan suhu 37ºC. Semua tablet harus
hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya. Tidak kurang dari 16 dari 18 tablet
yang diuji harus sempurna.
Persyaratan :
Kecuali dinyatakan lain semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15
menit untuk tablet yang tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit
untuk tablet salut selaput.

Data yang didapat


Data B2
Tablet ke Waktu hancur ( menit: detik )
1 3 detik
2 3detik
3 3 detik
4 4 detik
5 4 detik
6 4 detik
Range: tidak lebih dari 15 menit
Data C2
Tablet ke Waktu hancur ( menit: detik )
1 00.30.12
2 00.31.20
3 00.34.10
4 00.35.05
5 00.36.10
6 00.20.41
Range : tidak lebih dari 15 menit
Data A2
Tablet ke Waktu hancur ( menit: detik )
1 0.1.29,92
2 0.2.00,64
3 02.25,38
4 04.15,14
5 04.31,70
6 04.39,39
Range : tidak lebih dari 15 menit
BAB VI

KEMASAN
BAB VII

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan tablet kempa langsung sebanyak
200 tablet dan tiap bobot tablet 300 mg. Metode kempa langsung merupakan metode
pembuatan tablet dengan mengabungkan langsung campuran zat aktif dan bahan
eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini biasanya
digunakan pada bahan obat yang tidak tahan terhadap pemanasan dan kelembapan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji kecepatan waktu alir diatas diketahui
bahwa ketiga formula memenuhi persyaratan dimana setiap 25gr granul yang diuji
mempuyai waktu alir ≤ 25 detik artinya granul pada semua formulasi menunjukkan
sifat alir yang baik.

Uji keseragaman bobot dari ketiga formula menunjukkan tidak ada satupun tablet
yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dan 20% itu artinya ketiga formula
memenuhi syarat keseragaman bobot.

Uji kekerasan tablet ketiga formula tidak memenuhi syarat dikarenakan kurang
dari 4 kg disetiap formula karna menurut lachman (1994) menyatakan bahwa tablet
yang baik mempunyai kekerasan diatas 4 kg., sementara ketiga formula tidak
memenuhi syarat semua.

Uji kerapuhan dari pengujian ketiga formula tidak ada yang memenuhi syarat
semua kerapuhannya sangat tiak baik semua/buruk

Uji waktu hancur dari ketiga data formula menunjukkan tidak ada yang lebih dari
15 menit waktu hancurnya itu artinya waktu hancurya memenuhi syarat.
BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa metode kempa langsung
menggunakan bahan obat yang tidak tahan terhadap pemanasan dan kelembapan. dan
beberapa kelompok tidak memenuhi syarat oleh karena itu. Tablet dapat diperbaiki
dengan meningkatkan/menambah keseragaman, kekerasan, dan kerapuhan tablet
Sehingga masing-masing kelompok dalam pengujian granul maupun tablet memiliki
hasil yang lebih baik.

B. Saran
Perhatikan ketelitian dan berhati - hati dalam proses pembuatan tablet dengan
metode kempa langsung agar tidak terjadi kontaminasin dan mendapatkan hasil uji
evaluasi sediaan yang sesuai dan termasuk dalam persyaratan yang telah ditentukan
range table per evaluasi granulasi dan tablet tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Aldeborn, G., Nystrom, C., 1996. Pharmaceutical Powder


Compaction Technology, Marcel Dekker Inc, New York.

Ansel, H. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,


Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, ED IV, Universitas Indonesia, Jakarta. Amrita B,
Jagtap S, Rina M, Jain D, 2012. Development of directly compressible ascorbic acid
tablets using novel excipients. Journal of Advanced Scientific Research 3. Bandelin,
F.J., 1980. Compressed Tablets by Wet Granulation. Dalam Lieberman H.A,
Lachman, L., and Schartz,

J.B. (Eds). Pharmecutical Dosage Form Tablet Vol.I Marcel Dekker, New York.
Banker, G. S., and Anderson, N. R., 1986. Tablet In The Theory

and Practice of Industrial Pharmacy, Ed III, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, 643-
704, UI- Press, Jakarta. Banne, Yos, Selfie P. J Ulaen, dan Fifiliane Lombeng, 2012.
Uji Kekerasan, Keregasan, Dan Waktu Hancur Beberapa Tablet Ranitidin, Jurnal
Ilmiah Farmasi

Bolhuis, G.K. and Z.T. Chowhan, 1996. Material for Direct Compaction in:
Pharmaceutical Powder Compaction Technology, G. Alderborn and C. Nystrom
(eds.), Marcel Dekker, Inc. Basel, New York

Depkes, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta. Harbir K., 2012.
Processing Technologies for Pharmaceutical Tablet : A review. International research
Journal of Pharamacy Vol 3 No 7.
Kemkes RI, 2016. farmasifisik,
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Far masi-
Fisik-Komprehensif.pdf. Diakses 7 Juni 2018.

Lestari, Nova, 2013. Pengaruh Kondisi Penyimpanan Obat Terhadap Kualitas Tablet
Vitamin C Di Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota, Skripsi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai