Anda di halaman 1dari 9

PEMBAHASAN

Asam urat merupakan gangguan metabolik yang sudah dikenal oleh


Hipokrates pada zaman Yunani kuno. Pada waktu itu asam urat dianggap sebagai
penyakit kalangan sosial elit yang disebabkan karena terlalu banyak makan dan
minum anggur. Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga
keberadaanya bisa normal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa dari
metabolisme protein makanan yang mengandung purin juga bisa menghasilkan
asam urat. Oleh karena itulah kadar asam urat dalam darah bisa meningkat bila
seseorang terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi.
Asam urat merupakan gangguan metabolik yang sudah dikenal oleh Hipokrates
pada zaman Yunani kuno. Pada waktu itu asam urat dianggap sebagai penyakit
kalangan sosial elit yang disebabkan karena terlalu banyak makan dan minum
anggur. Penyakit asam urat erat kaitannya dengan obesitas. Pola hidup kurang
olahraga, konsumsi makanan berlemak, berkadar gula tinggi, daging merah,
jeroan dan santan. Kebiasaan makan yang tidak sesuai kaidah sehat maka dapat
mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan. Kebiasaan makan yang
tidak sehat dalam memilih jenis makanan juga dapat berdampak pada masalah
kelebihan berat badan (overweight) dan berakhir dengan obesitas. Obesitas terjadi
karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang
keluar. Sedangkan menurut Dariyo (2004) yang dimaksud dengan obesitas adalah
kelebihan berat badan dari ukuran normal sebenarnya. Masa remaja adalah masa
yang menyenangkan, namun juga masa yang kritis dan sulit, karena merupakan
masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang
ditandai dengan perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, dalam
Galih Tri Utomo 2012). Asam urat sangat erat kaitannya dengan pola makan.
Umumnya karena pola makan yang tidak seimbang. Periode remaja merupakan
tahap transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada periode ini terjadi banyak
perubahan, salah satu perubahan adalah perilaku dalam pemilihan makanan yang
dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya dan lingkungan. Remaja akan cenderung
mengkonsumsi makanan cepat saji. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kadar asam urat adalah makanan yang mengandung tinggi purin. Pengelompokkan
makanan berdasarkan kandungan purin adalah sebagai berikut:
1) Golongan A:

Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg) yaitu jeroan, udang, remis,
kerang, sardine, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta
makanan dalam kaleng.

2) Golongan B:

Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg) yaitu ikan yang tidak
termasuk golongan A, daging sapi, kacang-kacangan, kembang kol, bayam,
asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya dan kangkung. Golongan
C: makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg) yaitu keju, susu, dan
telur. Kurangnya aktivitas fisik dan kehidupan yang disertai stres mulai
menunjukkan dampak dengan meningkatnya masalah obesitas. Kesalahan dalam
memilih makanan dan kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan
timbulnya masalah gizi yang akhirnya mempengaruhi status gizi. Status gizi yang
baik hanya dapat tercapai dengan pola makan yang baik, yaitu pola makan yang
didasarkan atas prinsip menu seimbang, alami dan sehat.

Penyakit asam urat

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai atau
penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh
tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di dalam persendian
dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit,
nyeri, dan meradang (Sutanto, 2013). Selain itu asam urat merupakan hasil
metabolisme normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati,ginjal,
dan beberapa jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian
senyawa purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal,feses, atau keringat
(Sustrani et al. 2008). Asam urat merupakan salah satu dari beberapa penyakit
yang sangat membahayakan, karena bukan hanya mengganggu kesehatan tetapi
juga dapat mengakibatkan cacat pada fisik (Asaidi, 2010). Menurut Sustrani et al
(2008) faktor– faktor yang mempengaruhi kadar asam urat dalam darah adalah
faktor keturunan, jenis kelamin, konsumsi pangan yang kaya akan purin,
konsumsi alkohol yang berlebihan, obesitas, gangguan ginjal yang mengakibatkan
terhambatnya pembuangan purin, penggunaan obat tertentu yang dapat
meningkatkan kadar asam urat. Asupan purin merupakan faktor utama yang
berhubungan dengan kadar asam urat darah. Dimana, semakin tinggi pemasukan
zat purin, maka asam urat juga semakin meningkat (Utami, 2010).

Purin merupakan senyawa basa organik yang bisa menyusun asam nukleat (asam
inti dari sel) yang termasuk dalam kelompok asam amino, dan unsur yang bisa
membentuk protein (Wahyuningsih, 2013). Berdasarkan hasil sebuah penelitian
mengemukakan bahwa ketika mengkonsumsi makanan yang tinggi purin terdapat
kaitannya dengan hiperurisemia karena dapat mempengaruhi kadar asam urat, hal
ini disebabkan tahap akhir dari metabolisme purin yang dibantu oleh enzim xantin
oksidase berupa asam urat (Lina dan Setiyono, 2014). Ketika makanan yang
dikonsumsi mengandung purin, maka didalam usus asam nukleat ini dibebaskan
dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan. kemudian, asam nukleat akan dipecah
menjadi purin dan pirimidin. Purin ini akan membentuk adenosin, yang
selanjutnya dideaminasi oleh adenosin deaminase (ADA) yang membentuk
inosin. Inosin dan guanosin akan dipecah dengan cara memotong basa purin dari
gula ribosa menghasilkan ribosa 1-fosfat, hipoxantin dan guanin secara berurutan
yang dibantuan oleh enzim purin nukleosida fosforilase. Guanin dideaminasi
membentuk xantin, sedangkan hipoxantin dioksidasi akan membentuk xantin oleh
enzim xantin oksidase. Akhir dari tahapan tersebut yaitu penguraian purin pada
manusia dilakukan oleh enzim xantin oksidase. Yang kemudian xantin akan
dioksidasi lagi oleh xantin oxidase membentuk asam urat (Murray, Granner dan
Rodwell, 2006)

Ada peningkatan luar biasa untuk prevalensi gout (asam urat), yang sangat
berkolerasi dengan perkembangan ekonomi seperti yang dituturkan oleh pola
makan dan gaya hidup.penyakit pirai (gout) atau atritis (gout) adalah penyakit
yang di sebabkan oleh tumpukan asam urat/kristal pada jaringan, terutama pada
jaringan sendi. Gout berhubungan erat dengan gangguan metabolism purin yang
mmicu peningkatan kadat asam urat dalam darah (hiperurisemia) (Junaidi, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan perhitungan kadar asam urat
dalam tubuh :
A sampel
Asam urat (mg/dL) = x konsentrasi standar (mg/dL)
A standar

Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat fotometer, dimana dilakukan


pengukuran absorban untuk larutan standar terlebih dulu, kemudian dilakukan
pengukuran absorban untuk larutan sampel. Pada pengujian ini dilakukan terhadap
pasien dengan jenis kelamin perempuan.

 Diketahui :

Absorban strandar = 0,118 nm


Absorban sampel = 0, 072 nm
Konsentrasi larutan standar asam urat = 6 mg/dL

 Penyelesaian :

0 , 072
Kadar asam urat = x 6 mg/dL
0 , 118

A sampel
= x 6 mg/dL
A standar

= 3,66 mg/dL

Interpretasi hasil pemeriksaan kadar asam urat pada pasien tersebut adalah
normal. Dimana kadar asam urat pada pasien adalah 3,66 mg/dL artinya, tidak
melebihi batas kadar normal yang telah ditetapkan yakni pada peremuan, kadar
normal asam urat ada pada rentang 2,6 -6 mg/dL atau < 6 mg/dL pada perempuan.
Berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki dan
yang paling sedikit adalah jenis kelamin perempuan sebanyak. Faktor yang
mempengaruhi tingginya kadar asam urat tinggi adalah jenis kelamin. Laki-laki
memilki kadar serum asam urat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan, sehingga meningkatkan potensi terkena penyakit artitis gout sebelum
usia 30 tahun. Kadar normal asam urat pada laki-laki yaitu 3,4-7,7 mg/dL. Hal
tersebut dikarenakan laki-laki tidak memiliki hormonn esterogen dimana hormon
ini akan berfungsi untuk uricosuric agent. Uricosuric agent merupakan suatu
bahan kimia yang membantu eksresi asam urat melalui ginjal (Setyoningsih,
2009). Mekanisme dari uricosuric agent dalam eksresi asam urat yaitu dengan
cara menghambat URAT1 (urate trasporter-1) yang berasal dari lumen ke sel
tubular proksimal yang terjadi saat terjadinya pengaturan keseimbangan cairan
elektrolit (Elisabet dan Choi, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam urat dalm tubuh :

1. Gangguan metabolisme purin serta sintesa purin


Kadar asam tidak normal karena adanya gangguan metabolisme purin serta
sintesa purin yang berlebih karena banyak mengkonsumsi sumber purin
tinggi seperti kacangkacangan, ayam, sarden dan jeroan. Pola makan
berpengaruh terhadap peningkatan kadar asam urat.
2. Mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi
Tingginya asupan purin pada responden yang melebihi 600 mg per hari
karena pola konsumsi yang salah. Ketidaktahuan responden terhadap efek
dari purin menyebabkan responden tidak membatasi dalam mengkonsumsi
makanan yang mengandung purin tinggi seperti makanan yang digoreng
dan makanan yang terbuat dari usus sapi dan jeroan.
3. Konsumsi makanan yang tinggi protein
Pola makan dengan konsumsi makanan yang tinggi protein, dalam hal ini
misalnya ikan laut merupakan pemicu kejadian penyakit gout di negara
Jepang. Pola makan sangan menentukan kesehatan seseorang. Jika pola
makan benar, kesehatan terjaga, sebaliknya jika pola makan tidak benar
besar kemungkinan kita akan terkena berbagai penyakit. Ada pepatah
mengatakan bahwa kesehatan manusia terletak pada perut (Fauziyah,
2013). Bila perut di jejali dengan makanan yang mengandung sampah,
racun maupun zat-zat yang sangat membahayakan tubuh (Ramayulis,
2008).
4. Rendahnya asupan vitamin C
Menurut analisa peneliti, rendahnya asupan vitamin C pada responden
yang kurang dari 60 mg/hari karena kurangnya mengkonsusmsi makanan
yang mengandung sumber vitamin C. Hal ini 8 dilihat dari hasil food
frequency questionare (FFQ) semi quantitative pada responden karena
hanya sebagian kecil yang Cukup mengkonsumsi sumber vitamin C.
5. Asupan cairannya rendah.
Dengan tingkat asupan cairannya rendah. Dimana separuh dari responden
sudah mengetahui manfaat konsumsi air yang cukup bagi tubuhnya.
Menurut analisa peneliti, tingginya asupan cairan pada responden dapat
dikatakan sudah baik. Dimana responden mengkonsumsi cairan lebih dari
1500 ml per hari. Hal ini didapatkan dari hasil wawancara yang dilakukan
peneliti kepada responden, kebanyakan responden mengkonsusmsi air
lebih dari 2 liter sehari. Sehingga asupan Cairan responden terpenuhi
untuk satu hari.
6. Tekanan darah rendah.
Asam urat dapat merangsang sistem renin angiotensi, sehingga memicu
peningkatan tekanan darah dan menyebabkan penebalan dinding arteri di
ginjal, khusunya pembuluh arteriol afferen, sehingga terjadi
arteriosklerosis yang selanjutnya menyebabkan tekanan darah tinggi.
Tidak adanya hubungan antara tekanan darah dengan kejadian asam urat
disebabkan karena rata-rata responden memiliki tekanan darah yang
normal.
7. Aktifitas fisik terhadap kejadian asam urat
Kurangnya aktivitas fisik dan kehidupan yang disertai stress dapat
mempengaruhi meningkatnya masalah gizi lebih (obesitas). Seseorang
dengan berat badan lebih berkaitan dengan kenaikan kadar asam urat dan
menurunnya ekskresi asam urat melalui ginjal. Asam urat merupakan
produk akhir metabolisme purin yang berasal dari metabolisme dalam
tubuh/faktor endogen (genetik) dan dari luar tubuh/faktor eksogen (sumber
makanan).
8. Status gizi terhadap kejadian asam urat
Status gizi mempunyai hubungan dengan resiko terjadinya berat badan
lebih yang akan berakibat pada terganggunya metabolisme asam urat
dalam tubuh. Tetapi pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan kejadian asam urat. Tidak adanya
hubungan diduga karena hampir semua responden memiliki status gizi
normal.
9. Jenis kelamin
Kadar normal asam urat pada laki-laki yaitu 3,4-7,7 mg/dL. Hal tersebut
dikarenakan laki-laki tidak memiliki hormonn esterogen dimana hormon
ini akan berfungsi untuk uricosuric agent.

Adapun penanganan yang dilakukan jika kadar asam urat tinggi yaitu dengan
melakukan menghindari asupan makanan yang mengandung tingginya kadar
purin, mengatur pola diet, mengkonsumsi vitamin dan mineral yang cukup,
olahraga secara rutin, berhenti merokok, pengobatan untuk terapi farmakologi.
Selain itu bisa juga dengan melakukan pengobatan herbal (Sari & Syamsiyah,
2017), salah satunya yaitu seledri. Dalam selerdri terdapat kandungan flavonoid
dan apiin yang bersifat diuretik sehingga bisa menambah jumlah air yang bisa
megeluarkan purin dalam tubuh melalui urin (Ambarwati, 2017).
Berdasar dengan teori, dimana mengkonsumsi makanan tinggi purin dapat
meningkatkan kadar asam urat. Serta juga sesuai dengan penelitian Diantari dkk
(2013) dengan hasil ada hubungan yang signifikan antara konsumsi purin,
aktivitas, konsumsi alkohol dan umur dengan kadar asam urat. Adanya hubungan
yang signifikan antara asupan purin dengan kejadian asam urat didasari pada
tingkat konsumsi makanan yang mengandung purin. Tingkat konsumsi purin yang
tinggi mempunyai peluang yang lebih besar menderita asam urat dibandingkan
dengan tingkat konsumsi purin rendah. asam urat dapat merangsang sistem renin
angiotensi, sehingga memicu peningkatan tekanan darah dan menyebabkan
penebalan dinding arteri di ginjal, khusunya pembuluh arteriol afferen, sehingga
terjadi arteriosklerosis yang selanjutnya menyebabkan tekanan darah tinggi. Tidak
adanya hubungan antara tekanan darah dengan kejadian asam urat disebabkan
karena rata-rata responden memiliki tekanan darah yang normal.

KESIMPULAN
Pemeriksaan kadar asam urat pada pasien Ny.X (perempuan) dengan
menggunakan alat fotometer menunjukan hasil kadar asam urat normal yakni 3,66
mg/dl. Dengan itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadinya Hiperurisemia
(meningkatnya kadar asam urat) pada pasien tersebut. Maka kecil kemungkinan
pasien untuk terkena penyakit gout atau penyakit yang disebabkan kadar asam
urat (purin) yang tinggi. Karena semakin tinggi purin semakin tinggi pula kadar
asam urat dalam darah yang dapat berakibat terhadap penyakit gout.
Daftar pustaka

Nurhamidah, N., & Nofiani, S. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Asam Urat Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis's Health
Journal), 2(2).

Ngantung, E. P., Manampiring, A. E., & Bodhi, W. (2016). Profil Kadar Asam
Urat Pada Remaja Obes di Kota Bitung. eBiomedik, 4(1).

Palu, S. W. N. (2018). HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA


PENYAKIT GOUT (ASAM URAT) DI DESA LIMRAN KELURAHAN
PANTOLOAN BOYA KECAMATAN TAWELI. Jurnal KESMAS, 7(6).

Wahyuningsih, R. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien.Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Lina, N dan Stiyono, A. 2014. Analilis Kebiasaan Makan yang Menyebabkan
Peningkatan Kadar Asam Urat. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia.
2014;10:2.
Murray, RK., Granner, DK., Rodwell, VW. 2006.Biokimia Harper. Alih bahasa:
Brahm U.
Jakarta: EGC.
Setyoningsih, R. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hiperurisemia pada Pasien Dr.Kariadi Semarang. Skripsi. Semarang:Fakultas
Kedokteran UNDIP.

Anda mungkin juga menyukai