Anda di halaman 1dari 5

Termodinamika menjelaskan hubungan antara kalor dengan bentuk-bentuk energi lain.

Pengembangannya, yang merupakan pencapaian ilmiah penting dalam abad 19,disebabkan oleh
usaha-usaha para fisikawan dan insinyur-insinyur yang ingin mencapai efisiensi tinggi dalam
mesin kalor. Minat untuk memperbaiki mesin kalor sekali lagi menjadi penting karena perlunya
menggunakan bahan bakar fosil secara efektif. Namun, dalam 75 tahun terakhir , penerapan
penting termodinamika adalah dalam bidang kimia. Hukum termodinamika merupakan alat
penting untuk mempelajari reaksi kimia. Termokimia yakni pengaruh kalor yang menyertai
reaksi kimia. Hukum termodinamika kedua terutama menjadi dasar untuk menurunkan tetapan
tetapan kesetimbangan dari sifat sifat termodinamika,dalam hukum termodinamika ketiga akan
disingkap titik awal untuk melihat sifat sifat termodinamika secara
percobaan(Petrucci.1987:225).

Setiap sistem mempunyai energi karena partikel-partikel materi ( padat, cair, atau gas )
selalu bergerak acak dan beraneka ragam. Ada gerak translasi, rotasi, dan ubrasi(bergetar).
Disamping itu, dapat terjadi perpindahan tingkat energi elektron dalam atom atau molekul.
Setiap gerakan, dipengaruhi oleh banyak faktor dan dapat berubah bentuk bila saling
bertumbukan. Akibatnya, besar energi garakan suatu partikel akan berbeda dengan yang lain.
Jumlah total energi semua partikel akan berbeda dengan yang lain. Jumlah total energi semua
partikel dalam sistem disebut energi dalam(U). Karena itu, nilai mutlak U tidak dapat dihitung.
Hukum pertama termodinamika membahas perubahan energi yang menyertai peristiwa ,
dan berguna untuk menghitung kalor yang masuk atau keluar sistem. Dengan persamaan : q = aU
– w . hukum kedua , yang akan dibicarakan membahas perubahan yang spontan dan tidak
spontan. Hukum kedua termodinamika berbunyi proses alami menambah entropi atau entropi
alam semestah bertambah, dan hukum termodinamika ketiga berbunyi suatu unsur atau senyawa
yang murni dalam bentuk kristal sempurna mempunyai entropi nol pada suhu
0°C(Syukri.1999:74).

Penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia disebut


termodinamika, yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia. Reaksi kimia
termasuk proses isotermal, dan bila dilakukan diudara terbuka maka kalor reaksi qp=∆H .
akibatnya, kalor dapat dihitung dari perubahan entalpi reaksi q=∆H=Hhasil reaksi-Hpereaksi . supaya
terdapat keseragaman harus ditetapkan keadaan standar, yaitu suhu 25°C dan tekanan 1 Atm.
Dengan demikian, perhitungan termodinamika didasarkan pada keadaan
standar(Syukri.1999:84).

Termokimia adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perubahan energy secara kimia
atau fisis. Dalam percobaan ini, kita akan menyelidiki perubahan energi dalam bentuk kalor,
yang mengiringi reaksi kimia (termokimia). Menurut hukum termokimia, perubahan energy yang
menyertai perubaha wujud dinyatakan dalam rumus:

∆E = Q – W
dengan Q = kalor yang diserap oleh sistem
W = kalor yang dilkaukan oleh sistem
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap. Kerja dirumuskan dengan persamaan :
W = P . ∆V
dengan W = tekanan gas
∆V= Perubahan volume untuk sistem gas
Oleh karena pada tekanan tetap :
∆E = Q - ∆V
Bila ∆V = 0, maka ∆E = 0. Kuantitas kalor yang diserap pada tekanan tetap disebut entalpi (∆H).

Untuk reaksi kimia, ∆H adalah kalor reaksi ∆H suatu reaksi kimia dapat ditetapkan
dengan mengukur perubahan suhu yang mengiringi reaksisejumlah reagen tertentu, lalu koreksi
dengan kalor yang diserap oleh kalorimeter (tetapan kalorimeter). Untuk reaksi eksotermik, kalor
diberikan oleh sistem reaksi ke sekeliling, tanda Q reaksi adalah negative. Untuk reaksi Q reaksi
endodermik, Q reaksi positif. Sama halnya, untuk reaksi eksotermik, ∆H reaksi negative dan
untuk reaksi endotermik ∆H reaksinya positif.
Panas dan kerja, keduanya adalah bentuk perpindahan energy ke dalam atau keluar system; maka
dapat dibayangkan sebagai energy dalam keadaan singgah. Jika perubahan energy disebabkan
kontak mekanik system dengan lingkungannya, maka kerja dilakukan : jika perubahan itu
disebabkan oleh kontak kalor (menyebabkan perubahan suhu), maka kalor dipindahkan. Dalam
banyak proses, kalor dan keduanya menembus batas system, dan perubahan energy dalam system
adalah jumlah dari kedua kontribusi itu. Pernyataan ini disebut hukum pertama termodinamika,
yang mempunyai rumus matematika :

E=q+w

Suatu system dapat dibayangkan mengandung kerja atau kalor, sebab kerja dan kalor
keduanya mengacu bukan pada keadaan system, tetapi pada proses yang mengubah suatu
keadaan kedalam lainnya. Perubahan keadaan yang sama dari system dapat dilakukan dengan
memindahkan kalor ke system tanpa melakukan kerja sehingga : E = q + w. karena q dan w
tergantung pada proses tertentu atau (lintasan) yang menghubungkan keadaan, maka mereka
bukanlah fungsi keadaan (Oxtoby, 2001: 197).
Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai kalor. Jadi, lebih tepat
apabila istilah disebut kalor reaksi. Alat yang dipakai untuk mengukur kalor reaksi disebut
kalorimeter. Ada beberapa macam bentuk alat ini, yaitu kalorimeter volume-konstan dan
kalorimeter tekanan-konstan. Kalorimeter volume-konstan biasanya digunakan untuk mengukur
kalor pembakaran dengan menempatkan senyawa yang massanya diketahui ke dalam wadah baja
yang diisi dengan oksigen pada tekanan 30 atm. Sementara itu peralatan yang lebih sederhana
dibandingkan kalorimeter volume-konstan adalah kalorimeter tekanan-konstan yang digunakan
untuk menentukan perubahan kalor untuk reaksi selain pembakaran. Kalorimeter tekanan-
konstan yang terbuat dari dua cangkir kopi styrofoam. Cangkir luar membantu menyekat
campuran reaksi dari lingkungan. Dua macam larutan yang diketahui volumenya yang
mengandung reaktan pada suhu yang sama dicampurkan secara hati-hati dalam kalorimeter.
Kalor yang dihasilkan atau diserap oleh reaksi dapat ditentukan dengan mengukur
perubahan suhu. Peralatan ini mengukur pengaruh kalor pada berbagai reaksi seperti penetralan
asam-basa, kalor pelarutan dan kalor pengenceran. Karena tekanannya konstan, perubahan kalor
untuk proses (qreaksi) sama dengan perubahan entalpi (DH) seperti dalam kalorimeter volume-
konstan, kita memperlakukan kalorimeter sebagai sistem terisolasi. Lebih jauh lagi, dalam
perhitungan kita mengabaikan kapasitas kalor yang kecil dari cangkir kopi. Dalam prinsip kerja
kalorimeter dikenal pula istilah tetapan kalorimeter, yaitu jumlah kalori yang diserap oleh
kalorimeter untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat. Harga dari tetapan kalorimeter dapat
diperoleh dengan membagi jumlah kalor yang diserap kalorimeter dibagi dengan perubahan suhu
pada kalorimeter (Chang, 2004 : 173).
Ditinjau dari jenisnya, terdapat empat jenis kalor, yaitu kalor pembentukan, kalor
penguraian, kalor penetralan dan kalor reaksi. Kalor pembentukan ialah kalor yang menyertai
pembentukan satu mol senyawa langsung dari unsur-unsurnya. Kalor penguraian (kebalikan
kalor pembentukan) adalah kalor yang menyertai penguraian satu mol senyawa langsung
menjadi unsur-unsurnya. Kalor penetralan yaitu kalor yang menyertai suatu reaksi dengan
koefisien yang paling sederhana. Kalor reaksi dapat ditentukan dengan percobaan laboratorium
atau dengan perhitungan.dengan perhitungan ada tiga cara yaitu berdasarkan hukum Hess, data
kalor pembentukan standar dan data energi ikatan (Syukri, 1999 : 85).
Menurut G.H Hess panas reaksi (panas yang timbul atau yang diserap) dari suatu reaksi
kimia hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir dari reaksi. Tidak bergantung pada
bagaimana reaksi tersebut berlangsung. Hal ini berarti bila suatu reaksi dapat berjalan bertingkat,
maka panas reaksinya sama besar. Apakah reaksi itu berjalan secara langsung atau bertingkat.
Dengan kata lain, bila suatu reaksi berjalan bertingkat atau langsung, maka panas reaksinya
sama. Hukum Hess ini sangat berguna, karena dengan menerapkan hukum Hess kita dapat
menentukan besarnya perubahan entalpi reaksi-reaksi yang secara langsung sukar untuk
ditentukan. Sebagai contoh jika zat A dapat berubah langsung menjadi zat C, tetapi zat A juga
dapat berubah menjadi zat B kemudian zat C, maka panas reaksi yang terjadi akan sama. Jadi
dengan menggunakan hukum Hess kita dapat menentukan besarnya perubahan entalpi yang
sukar dilakukan dengan eksperimen (Alberty, 1992 : 113).
Jika reaksi kimia terjadi pada tekanan konstan, panas diserap dengan perubahan entalpi
sistem. Hal ini disebut entalpi reaksi dari proses entalpi reaksi mungkin positif atau negatif. Jika
reaksi kimia meningkatkan panas, sistem kehilangan panas, dan panas tersebut hilang pada
tekanan konstan adalah berkurangnya dalam entalpi (AH < 0). Reaksi seperti itu dengan ΔH
negatif adalah eksotermik. Dalam reaksi endotermik, panas diserap oleh reaksi dari lingkungan
membuat Qp dan ΔH positif, hukum Hess dapat digunakan untuk menentukan perubahan entalpi,
hukum Hess berbunyi : jika dua atau lebih persamaan kimia bergabung dengan penambahan atau
pengurnagan untuk memberikan persamaan kimia baru, kemudian penambahan atau
pengurangan perubahan entalpinya, dalam operasi paralel memberikan perubahan entalpi untuk
reaksi yang digambarkan oleh persamaan baru (Atkins, 1990 : 84).

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total
entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
Hukum keseimbangan / kenaikan entropi: Panas tidak bisa mengalir dari material yang
dingin ke yang lebih panas secara spontan. Entropi adalah tingkat keacakan energi. Jika satu
ujung material panas, dan ujung satunya dingin, dikatakan tidak acak, karena ada konsentrasi
energi. Dikatakan entropinya rendah. Setelah rata menjadi hangat, dikatakan entropinya naik.
Proses termodinamik yang berlanggsung secara alami seluruhnya disebut proses ireversibel
(irreversibel process). Proses tersebut berlanggsung secara spontan pada satu arah tetapi tidak pada
arah sebaliknya. Contohnya kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
rendah.
Proses reversibel adalah proses termodinamik yang dapat berlanggsung secara bolak-balik.
Sebuah sistem yang mengalami idealisasi proses reversibel selalu mendekati keadaan
kesetimbangan termodinamika antara sistem itu sendiri dan lingkungannya. Proses reversibel
merupakan proses seperti-kesetimbangan (quasi equilibrium process) (Halliday, 1998)
Agus. 2009.Kimia Dasar Universitas.Jakarta:Erlangga.
Petrucci, Raip H. 1992. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga
Sukardjo. 1990. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
Susanto. 2003. Panduan Belajar Sukses SPMBPTN. Yogyakarta: UGM
Syukri. 1999. Kimia Dasar I. Bandung: ITB

1. Alberty, R.A dan Daniel, F . 1992 . “ Kimia Fisika “ . Jilid I . Edisi 5 . Penerjemah : Sudja .
Erlangga . Jakarta
2. Atkins, P.W . 1990 . “ Kimia Fisika “ . Jilid I . Edisi 6 . Penerjemah : Kartohadiprojo .
Erlangga . Jakarta
3. Chang Raymond . 2004 . “Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 3” . Jakarta : Erlangga
4. Oxtoby, D.W, Gills, H.P dan Nachtrieb, N.H . 2001 .” Prinsip-prinsip Kimia Modern “ . Jilid II
. Edisi 6 . Penerjemah : Suminar . Erlangga . Jakarta
5. Syukri,S . 1999 . “Kimia Dasar” . Bandung : ITB

Halliday, Resnick. 1998. Fisika Edisi Ke 3. Jakarta; Erlangga

Anda mungkin juga menyukai