Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Termokimia ............................................................................................. 3
B. Entalpi dan entalpi reaksi ................................................................................................ 4
C. Kalor jenis dan Kapasitas kalor ...................................................................................... 8
D. Kalorimeter ................................................................................................................... 10
E. Hukum Hess .................................................................................................................. 13
F. Entalpi reaksi dari pembentukan panas standar ............................................................ 18
G. Aplikasi Termokimia dalam Kehidupan Sehari-hari .................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 26

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara tradisional, penduduk Imdonesia menggunakan tungku dari kayu untuk
memasak. Pada perkembangannya, digunakan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk
memasak (menggunakan kompor minyak). Namun, saat ini kompor minyak sudah jarang
digunakan karena pemerintah telah menerapkan program penggunaan gas LPG sebagai
pengganti minyak tanah. Hal ini karena LPG lebih efisien dan lebih murah. Benarkah
pemakaian LPG lebih murah dan efisien dari kinyak tanah? Jawaban dari permasalahan
ini dapat dipahami apabila telah memahami konsep termokimia (Sudarmo, 2014: 41).
Termokimia merupakan materi yang harus dipahami dengan baik karena di
dalamnya berhubungan dengan materi lainnya, seperti hukum termodinamika I, kalor
reaksi, kerja, entalpi, kalorimeter, hukum Hess, penentuan H reaksi, dan energi ikatan.
Maka dari itu, dalam makalah ini disajikan materi termokimia secara ringkas dan mudah
dipahami.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar termokimia?
2. Apa yang dimaksud dengan entalpi dan entalpi reaksi?
3. Apa perbedaan antara kapasitas panas dan kapasitas panas spesifik?
4. Apa yang dimaksud dengan kalorimeter dan apa saja jenis-jenisnya?
5. Bagaimana perhitungan entalpi reaksi?
6. Bagaimana aplikasi termokimia dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar termokimia
2. Untuk mengetahui perbedaan antara reaksi eksoterm dan reaksi endoterm
3. Untuk mengetahui perbedaan antara kapasitas panas dan kapasitas panas spesifik
4. Untuk mengetahui kalorimeter dan apa saja jenis-jenisnya
5. Untuk mengetahui perhitungan entalpi reaksi
6. Untuk mengetahui aplikasi termokimia dalam kehidupan sehari-hari

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Termokimia


Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi, yaitu
pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia. Karena dalam sebagian besar reaksi kimia
selalu disertai dengan perubahan energi yang berwujud perubahan kalor, baik kalor yang
dilepaskan maupun diserap. Kalor merupakan salah satu bentuk dari energi. James
Prescott Joule (1818-1889) merumuskan Asas Kekekalan Energi:
“Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah
dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain” (Permana,
2009).
Perubahan energi yang dimaksud sampai sejauh ini timbul dari kerja mekanik
langsung terhadap sistem (seperti sebuah kincir yang digerakkan dengan sebuah beban
jatuh) atau dari terjadinya kontak kalor antara dua sistem pada suhu yang berbeda. Dalam
kimia, sumber perubahan energi tambahan yang penting berasal dari kalor yang diberikan
atau diambil dari lintasannya suatu reaksi kimia. Penelitian tentang pengaruh kalor ini
disebut termokimia. Karena reaksi kimia biasanya dipelajari pada tekanan tetap, kalor
reaksi diukur pada tekanan tetap. Nilai tersebut ditabelkan dalam bentuk entalpi reaksi
(Oxtoby, 2001:204-205).
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan energi),
umumnya dalam bentuk kalor. Kalor (heat) adalah perpindahan energi termal antara dua
benda yangsuhunya berbeda. Kita sering mengatakan “aliran kalor dari benda panas
kebanda dingin. Walaupun “kalor itu sendiri mengandung arti perpindahan energi, kita
biasanya menyebut “kalor diserap” atau “kalor dibebaskan”. Ketika menggambarkan
perubahan energi yang terjadi selama proses tersebut. Ilmuyang mempelajari perubahan
kalor yang menyertai reaksi kimia disebut termokimia (termochemistry) (Chang, 2004 :
161).
Termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu diberikan atau yang dapat
diperoleh dari reaksi-reaksi kimia, tetapi juga perlu sebagai pengetahuan dasar untuk
pengkajian teori ikatan kimia dan struktur kimia. Fokus bahasan dalam termokimia adalah
tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi serta cara

3
pengukuran kalor reaksi. Termokimia merupakan penerapan hukum pertama
termodinamika terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai
reaksi kimia (Sudarmo, 2014: 41).
Persamaan Termokimia
Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi yang menyertakan perubahan
entalpinya (ΔH). Nilai perubahan entalpi yang dituliskan pada persamaan termokimia
harus sesuai dengan stoikiometri reaksi, artinya jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi
sama dengan koefisien reaksinya (Utami, 2009:44).
Contoh: Diketahui persamaan termokimia:
H2(g) + ½ O2(g) ⎯⎯→ H2O(l) ΔH = –285,85 kJ/mol
Artinya, pada pembentukan 1 mol H2O dari gas hidrogen dan gas oksigen
dibebaskan energi sebesar 285,85 kJ (reaksi eksoterm).

B. Entalpi dan entalpi reaksi


1. Entalpi
Keadaan volume-konstan seringkali merepotkan dan kadang kala tidak mungkin
untuk dilakukan. Kebanyakan reaksi dilakukan padakeadaan tekanan konstan (biasanya
tekanan (atmosfer). Jika reaksi itu menghasilkan peningkatan total jumlah mol gas,
maka sistem itu melakukan kerja pada lingkungan (pemuaian), berdasarkan fakta
bahwa agar gas yang terbentuk dapat memasuki atmosfer, gas tersebut haru menekan
lingkungannya. Sebaliknya, jika lebih banyak molekul gas yang bereaksi daripada yang
dihasilkan, kerja dilakukan pada sistem oleh lingkungan (pemampatan). Akhirnya,
tidak ada kerja yang dilakukan jika tidak terdapat perubahan total jumlah mol gas dari
reaktan menjadi produk (Atkins, 1996 : 155).
Secara umum, untuk proses tekanan konstan kita menulis:
∆E = q + w
= qp - P∆V
Atau qp = ∆E + P∆V (1)

Dimana subskrip “p” melambangkan keadaan tekanan konstan.


Sekarang kita diperkenalkan pada fungsi termodinamika yang baru untuk suatu
sistem yang disebut entalpi (enthalpy) H, yang didefinisikan dengan persamaan
H = E + PV (2)

4
Dimana E adalah energi dalam sistem dan P dan V masing-masing adalah tekanan
dan volume sistem. Karena E dan PV memiliki satuan energi, entalpi juga memiliki
satuan energi. Lebih jauh lagi, E, P, dan V semuanya merupakan fungsi keadaan, yaitu,
perubahan (E+PV) hanya bergantung pada keadaan awal dan akhir. Dengan demikian,
perubahan H, atau ∆H, juga hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir.
Jadi, H adalah fungsi keadaan.
Untuk setiap proses, perubahan entalpi menurut persamaan 2 adalah
∆H = ∆E + ∆(PV) (3)
Jika tekanannya dibuat konstan, maka
∆H = ∆E + P∆V (4)
Dengan membandingkan persamaan 4 dan persamaan 1, kita lihat bahwa untuk
prose tekanan konstan, qp = ∆H. Sekali lagi, walaupun q bukan merupakan fungsi
keadaan, perpindahan kalor pada tekanan konstan sama dengan ∆H karena
“lintasannya” terdefinisi dan karena itu hanya dapat memiliki nilai tertentu. Kita
sekarang mempunyai dua kuantitas ∆H dan ∆E yang dikaitkan dengan reksi. Jika reaksi
yang berlangsung pada keadaan volume konstan, maka kalor yang dipindahkan, qV,
sama dengan ∆E. Disisi lain, jika reaksi berlangsung pada tekanan konstan, kalor yang
dipindahkan, qp, sama dengan ∆H (Sudarmo, 2014 : 44-45)
2. Entalpi reaksi
Karena sebagian besar reaksi adalah proses tekanan konstan, kita dapat
menyamakan pertukaran kalor dalam kasusu ini dengan perubahan entalpi. Untuk setiap
reaksi:
Reaktan  Produk
Kita mendefenisikan perubahan entalpi, yang disebut entalpi reaksi (enthalpy of
reaction), sebagai selisih antara entalpi produk dan entalpi reaktan:
∆H = H(produk) – H(reaktan) (5)
Entalpi reaksi dapat bernilai positif atau negatif, bergantung pada prosesnya.
Untuk proses endotermik (kalor diserap oleh sistem dari lingkungan), ∆H bernilai
positif (yaitu, ∆H > 0). Untuk proses eksotermik (kalor dilepaskan oleh sistem
kelingkungan), ∆H bernilai negatif (yaitu, ∆H < 0).
Secara matematis, perubahan entalpi (ΔH) dapat diturunkan sebagai berikut:
∆H = E + W (1)
Pada tekanan tetap:
ΔH = ΔE + PΔV (2)

5
ΔE = q + W (3)
Wsistem = –PV (4)
Substitusi persamaan (3) dan (4) dalam persamaan (2):
H = (q + W) + PΔV
H = (q – PΔV) + PΔV
H=q
Jadi, pada tekanan tetap, perubahan entalpi (ΔH) sama dengan kalor (q) yang
diserap atau dilepas (Brady, 1990 : 272).
3. Perubahan Entalpi Standar (ΔH°)
Perubahan entalpi standar (ΔH°) adalah perubahan entalpi (ΔH) reaksi yang
diukur pada kondisi standar, yaitu pada suhu 298 K dan tekanan 1 atm. Satuan ΔH
adalah kJ dan satuan ΔH molar reaksi adalah kJ/mol (Gillespie dkk).
a. Entalpi Pembentukan Standar (ΔHf ° = Standard Enthalpy of Formation)
Entalpi pembentukan standar adalah ΔH untuk membentuk 1 mol
persenyawaan langsung dari unsur-unsurnya yang diukur pada 298 K dan tekanan 1
atm. Contoh:
1. H2(g) + ½ O2(g) ⎯⎯→ H2O(l) ΔHf ° = –285,85 kJ

Koefisien 1 berarti 1 mol H2O
Artinya, pada pembentukan 1 mol H2O dari unsur hidrogen dan unsur
oksigen dibebaskan energi sebesar 285,85 kJ (tanda negatif pada ΔHf berarti
dibebaskan energi atau reaksi eksoterm).
2. 4 C(s) + 2 H2(g) ⎯⎯→ 2 C2H2(g) ΔH = + 454 kJ

Koefisien 2 berarti 2 mol C2H2, maka semua koefisien reaksi
dibagi 2 termasuk ΔH
Reaksi menjadi:
2 C(s) + H2(g) ⎯⎯→ C2H2(g) ΔH = + 227 kJ
Artinya, pada pembentukan 1 mol C2H2 dari unsur karbon dan unsur
hidrogen dibutuhkan panas sebesar 227 kJ (endoterm) (Anis, 2017:76).
b. Entalpi Penguraian Standar (ΔHd° = Standard Enthalpy of Dissosiation)
Entalpi penguraian standar adalah ΔH dari penguraian 1 mol persenyawaan
langsung menjadi unsur-unsurnya (adalah kebalikan dari ΔH pembentukan). Sesuai

6
dengan asas kekekalan energi, maka nilai entalpi penguraian sama dengan entalpi
pembentukannya, tetapi tandanya berlawanan. Contoh:
Tuliskan persamaan termokimia penguraian H2O apabila diketahui ΔHfo H2O =
–285,85 kJ/mol!
Jawab: Reaksi penguraian adalah kebalikan dari reaksi pembentukan, sehingga zat
yang terurai di sebelah kiri anak panah.
H2O(l) ⎯⎯→ H2(g) + ½ O2(g) ΔHd° = +285,85 kJ

• Koefisien 1 untuk 1 mol zat yang diuraikan
• Tanda ΔHd° berlawanan dengan ΔHf° (Anis, 2017 : 76).
c. Entalpi Pembakaran Standar (ΔHc° = Standard Enthalpy of Combustion)
Entalpi pembakaran standar adalah perubahan entalpi (ΔH) untuk pembakaran
sempurna 1 mol senyawa atau unsur dengan O2 dari udara, yang diukur pada 298 K
dan tekanan 1 atm. Satuan ΔHc° adalah kJ/mol. Pembakaran dikatakan sempurna
jika:
1. karbon (C) terbakar sempurna menjadi CO2
2. hidrogen (H) terbakar sempurna menjadi H2O
3. belerang (S) terbakar sempurna menjadi SO2
4. senyawa hidrokarbon (CxHy) terbakar sempurna menurut reaksi:
CxHy + O2 ⎯⎯→ CO2 + H2O (belum setara)
Contoh soal:
Pada pembakaran 570 gram isooktana (C8H18), salah satu komponen yang ada
dalam bensin, pada keadaan standar/STP dibebaskan kalor sebesar 27.500 kJ.
Hitunglah besarnya ΔHc° dan tulislah persamaan termokimia pembakaraan
isooktana tersebut!
Jawab:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
• Mol isooktana = 𝑀𝑟 𝐶8𝐻12
570
= 114

= 5 mol
• Untuk 1 mol C8H18 maka ΔHc° = 1/5 × (–27.500) = –5.500 kJ
• Persamaan termokimia:
C8H18(l) + 25/2 O2(g) ⎯⎯→ 8 CO2(g) + 9 H2O(g) ΔHc° = –5.500 kJ/mol.
(Brady, 1990 : 276)

7
d. Entalpi Molar Lainnya (Entalpi Penetralan, Pelarutan, dan Peleburan)
1. Entalpi Penetralan
Entalpi penetralan adalah perubahan entalpi (ΔH) yang dihasilkan pada reaksi
penetralan asam (H+) oleh basa (OH–) membentuk 1 mol air. Satuan entalpi
penetralan adalah kJ/mol.
Contoh:
NaOH(aq) + HCl(aq) ⎯⎯→ NaCl(aq) + H2O(l) ΔH = –890,4 kJ/mol
2. Entalpi Pelarutan
Entalpi pelarutan adalah perubahan entalpi (ΔH) pada pelarutan 1 mol zat.
Satuan ΔH pelarutan adalah kJ/mol.
Contoh:
NaOH(s) ⎯⎯→ Na+(aq) + OH–(aq) ΔH = –204 kJ/mol
3. Entalpi Peleburan
Entalpi peleburan adalah perubahan entalpi (ΔH) pada perubahan 1 mol zat dari
bentuk padat menjadi bentuk cair pada titik leburnya. Satuan ΔH peleburan
adalah kJ/mol.
Contoh:
NaCl(s) ⎯⎯→ NaCl(l) ΔH = –112 kJ/mol
(Ted Lister & Janet Renshaw, 2000).

C. Kalor jenis dan Kapasitas kalor


Kalor jenis (specific heat) (s) suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 gram zat sebesar 1oC. Kapasitas kalor (Heat Capacity)(C) suatu zat
adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sejumlah zat sebesar 1OC.
Kalor jenis merupakan sifat intensif, sedangkan kapasitas kalor merupakan sifat ekstensif.
Hubungan antara kapasitas kalor dan kalor jenis suatu zat adalah
C = ms (6)
Dimana m adalah masa zat dalam gram. Misalnya, kalor jenis air adalah 4,184
J/gOC, dan kapasitas kalor 60 gram air adalah
(60,0 g) (4,184 J/g0C) = 251 J/0C
Perhatikan bahwa kalor jenis mempunyai satuan J/g . 0C sedangkan kapasitas kalor
mempunyai satuan J/0C.

8
Tabel 1. Kalor Jenis Beberapa Zat
Zat Kalor Jenis (J/g 0C)
Al 0,900
Au 0,129
C (grafit) 0,720
C (Intan) 0,502
Cu 0,385
Fe 0,444
Hg 0,139
H2 O 4,184
C2H5OH (Etanol) 2,460

Jika kita mengetahui kalor jenis dan jumlah suatu zat, maka jumlah kalor (q) yang
telah diserap atau dilepaskan pada suatu proses dapat diketahui berdasarkan perubahan
suhu sampel (∆t). Persamaan untuk menghitung perpindahan kalor ini diberikan oleh
q = ms∆t (7)
atau q = C∆t (8)
dimana m adalah masa sampel dalam gram dan ∆t adalah perubahan suhu:
∆t = takhir – tawal
Kesepakatan tanda untuk q sama dengan kesepakatan tanda untuk perubahan entalpi;
q bernilai positif untuk proses endotermik dan negatif untuk proses eksotermik.
Contoh 1:
Suatu samp el 466 g air dipanaskan dari 8,500C ke 74,60 0C. Hitunglah jumlah
kalor yang diserap oleh air.
Penjelasan dan Penyelesaian:
Dengan menggunakan massa dan kalor jenis air dan perubahan suhu pada persamaan
7, hitunglah perpindahan kalor nya sebagai berikut:
q = ms∆t
= (466 g) (4,184 J/g . 0C) (74,60 0C – 8,5 0C)
= 1,29 x 105 J
= 129 kJ
(Ebbing, 2009)

9
D. Kalorimeter
Kalorimeter adalah suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang diserap atau
dibebaskan sistem. Data H reaksi yang terdapat pada tabel-tabel pada umumnya
ditentukan secara kalorimetri (Anis, 2017 : 79).
1. Kalorimeter volume konstan

Gambar 3. Kalorimeter Bom


Kalor pembakaran biasanya diukur dengan menempatkan senyawa yang massa
nya diketahui dalam wadah baja yang disebut kalorimeter boom volume konstan, yang
diisi dengan oksigen pada tekanan 30 atm. Boom tertutup itu dicelupkan kedalam air,
seperti ditunjukkan pada gambar 2. Sampel itu dihubungkan ke listrik, dan kalor yang
dihasilkan oleh reaksi pembakaran dapat dihitung secara tepat dengan mencatat
kenaikan suhu air. Kalor yang dilepas oleh sampel diserap oleh air dan boom.
Kalorimeter yang dirancang secara khusus itu memungkinkan kita untuk
mengasumsikan bahwa tidak ada kalor atau massa yang hilang kelingkungan selama
waktu pengukuran. Jadi kita dapat menyebut boom itu dan air tempat pencelupannya
sebagai sistem terisolasi. Karena tidak ada kalor yang masuk atau meninggalkan sistem
selama proses berlangsung, perubahan kalor sistem (qsistem) harus 0 dan kita dapat
menulis:
qsistem = qkal + qreaksi
=0 (9)
Dimana qkal dan qreaksi berturut-turut adalah perubahan kalor untuk kalorimeter
dan reaksi. Jadi
qreaksi = -qkal (10)

10
Untuk menghitung qkal, kita perlu mengetahui kapasitas kalor kalorimeter (Ckal)
dan kenaikan suhu, yaitu
qkal = Ckal∆t
Kuantitas Ckal dikalibrasi dengan membakar suatu zat yang sudah diketahui kalor
pembakarannya secara tepat. Sebagai contoh telah diketahui bahwa pembakaran 1 gram
asam benzoat (C6H5COOH) membebaskan 26,42 kJ kalor. Jika kenaikan suhunya
adalah 4,673 0C, maka kapasitas kalor kalorimeter adalah
qkal
Ckal = ∆𝑡
26,42 𝑘𝐽
= = 5,654 kJ/0C
4,673 °𝐶

Begitu Ckal telah ditentukan, kalorimeter itu dapat digunakan untuk mengukur
kalor pembakaran zat-zat yang lain (Brady, 1990 : 273).
2. Kalorimeter Tekanan Konstan
Plastik merupakan bahan nonkonduktor, sehingga jumlah kalor yang diserap atau
yang berpindah ke lingkungan dapat diabaikan. Jika suatu reaksi berlangsung secara
eksoterm, maka kalor sepenuhnya akan diserap oleh larutan di dalam gelas. Sebaliknya,
jika reaksi tergolong endoterm, maka kalor itu diserap dari larutan di dalam gelas. Jadi,
kalor reaksi sama dengan jumlah kalor yang diserap atau yang dilepaskan larutan di
dalam gelas. Jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan larutan dapat ditentukan
dengan mengukur perubahan suhunya (Ted Lister and Janet Renshaw, 2000).

Gambar 4. Kalorimeter Coffe Cup


Peralatan yang lebih sederhana dibanding kaloritemer volume konstan adalah
kalorimeter tekanan konstan, yang digunakan untuk menentukan perubahan kalor untuk
reaksi selain pembakaran. Secara kasar, kalorimeter tekanan konstan dapat dibuat dari

11
dua cangkir kopi Styrofoam, seperti ditunjukkan pada gambar 3. Peralatan ini mengukur
pengaruh kalor pada berbagai reaksi, seperti peralatan asam-basa, kalor pelarutan, dan
kalor pengenceran. Karena tekanannya konstan, perubahan kalor untuk proses (qreaksi)
sama dengan perubahan entalpi (ΔH). Seperti dalam kalorimeter tekanan konstan, kita
memperlakukan kalorimeter sebagai sistem terisolasi. Lebih jauh lagi, dalam
perhitungan kita mengabaikan kapasitas kalor yang kecil dari cangkir kopi. Tabel 2
mencantumkan beberapa reaksi yang sudah dikaji dengan kalorimeter tekanan konstan.

Tabel 2. Kalor dari beberapa jenis reaksi diukur pada tekanan konstan
Jenis Reaksi Contoh ΔH (kJ)
Kalor Penetralan HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl(aq) + H2O(l) -56,2
Kalor Ionisasi H2O(l)  H+(aq) + OH- (aq) 56,2
Kalor Lebur H2O(s)  H2O(l) 6,01
Kalor Uap H2O(l)  H2O(g) 44,0*
Kalor Reaksi MgCl2(s) +2Na(l)  2NaCl(s) + Mg(S) -180,2
*Diukur pada suhu 250C. Pada suhu 1000C nilainya 40,79 kJ.

Contoh 2:
Sejumlah 1,00 x 102 mL HCl 0,500 M dicampur dengan 1,00 x 102 mL NaOH
0,500 M dalam kalorimeter tekanan konstan. Suhu awal larutan HCl dan NaOH
adalah sama, yaitu 22,500C, dan suhu akhir larutan campuran adalah 25,860C.
Hitunglah perubahan kalor untuk reaksi penetralan:
NaOH(aq) + HCl(aq)  NaCl(aq) + H2O(l)
Asumsikan kerapatan dan kalor jenis larutan adalah sama seperti air (masing-
masing 1,00 g/mL dan 4,184 J/g0C).
Penjelasan dan Penyelesaian:
Dengan mengasumsikan tidak ada kalor yang hilang ke lingkungan dan dengan
mengabaikan kapasitas kalor kalorimeter, kita tulis:
qsistem = qlarutan + qreaksi
=0
atau qreaksi = -qlarutan
dimana qlarutan adalah kalor yang diserap oleh larutan campuran. Karena kerapatan
larutan adalah 1,00 g/mL, massa 100 mL larutan adalah 100 g. Jadi:
qlarutan = (1,00 x 102 g + 1,00 x 102 g)(4,184 j/g0C)(25,860C – 22,500C)

12
= 2,81 x 103 J
= 2,81 kJ
dan qreaksi = -2,81 kJ
dari molaritas yang diberikan, kita tahu bahwa terdapat 0,0500 mol HCl dalam 1,00
x 102 mL larutan HCl dan 0,0500 mol NaOH dalam 1,00 x 102 mL larutan NaOH.
Jadi kalor penetralan ketika 1,00 mol HCl bereaksi dengan 1,00 mol NaOH adalah:
−2,81 kJ
Kalor Penetralan = 0,0500 mol = -56,2 kJ/mol

(Brady, 1990 : 274)

E. Hukum Hess
1. Berdasarkan Entalpi (ΔH) dari Beberapa Reaksi yang Berhubungan
Pada tahun 1848, Germain Hess dari Jerman melalui berbagai eksperimen
mengemukakan bahwa setiap reaksi memiliki H yang tetap dan tidak tergantung pada
jalan reaksi atau jumlah tahap reaksi (Gillespie dkk).
Hukum Hess dapat digambarkan secara skematis sebagai berikut:
Diketahui diagram Hess reaksi A ⎯⎯→C

Perubahan A menjadi C dapat berlangsung 2 tahap.


Tahap I (secara Iangsung)
A⎯⎯→C ΔH1
Tahap II (secara tidak langsung)
A ⎯⎯→B ΔH2
B ⎯⎯→C ΔH3 +

A ⎯⎯→C ΔH2 + ΔH3


Berdasarkan Hukum Hess maka harga ΔH1 = ΔH2 + ΔH3
(Harnanto, 2009:66).
Satu alasan mengapa konsep entalpi begitu berguna adalah karena bayak sekali
kalor reaksi dapat dihitung dari sejumlah kecil pengukuran. Keistimewaan perubahan
entalpi (∆H) berikutini membuatnya memungkinkan.

13
1. ∆H adalah bersifat ekstensif. Perhatikan perubahan entalpi standar pembentukan
NO(g) dari unsur-unsurnya pada 250C.
N2(g) + O2(g)  2NO(g) ∆H = 180,50 kJ
Untuk menyatakan perubahan entalpi dari satu mol NO(g). kita bagi semua koefisien
dan nilai ∆H dengan dua.
1 1 1
N2(g) + 2O2(g)  NO(g) ∆H = 2 x180,50 = 90,25 kJ
2

Perubahan entalpi berbanding lurus dengan banyaknya satu mol NO(g).


2. ∆H berubah tanda jika dibalik. Jika proses dibalik, maka perubahan fungsi keadaan
berubah tanda. Jadi, ∆H untuk dekomposisi satu mol NO(g) adalah-∆H untuk
pembentukan satu mol NO(g).
1 1
NO(g)  2N2(g) + 2O2(g) ∆H = -90,25 kJ

3. Hukum Hess mengenai penjumlahan kalor konstan. Untuk mendeskripikan


perubahan entalpi standar dalam pembentukan NO2(g) dari N2(g) dan O2(g).
1
N2(g) + O2(g)  NO2(g) ∆H = ?
2

Reaksi ini berlangsung dalam dua langkah: pertama kita membentuk NO(g) dari
NO2(g) dan O2(g), dan kemudian NO2(g) dari NO(g) dan O2(g). Jika persamaan untuk
kedua langkah dijumlahkan dengan nilai ∆H0 individual dan khasnya itu, kita
dapatkan persamaan keseluruhan dari ∆H0 yang kita cari.
1 1
N2(g) + 2O2(g)  NO(g) ∆H = +90,25 kJ
2
1
NO(g) + 2O2(g)  NO2(g) ∆H = -57,07 kJ
1
N2(g) + O2(g)  NO2(g) ∆H = +33,18 kJ
2

Gambar 5. Diagram entalpi yang mengilustrasikan hukum Hess.

14
Perhatikan bahwa dalam menjumlahkan dua persamaan NO2(g), suatu spesies
yang akan muncul pada sisi persamaan keseluruhan akan saling meniadakan. Gambar 4
menggunakan diagram entalpi untuk mengilustrasikan persamaan diatas. Kebanyakan
senyawa tidak dapat disintesis secara langsung dari unsur-unsurnya. Dalam beberapa
kasus, reaksi berlangsung terlalu lambat, atau terjadi reaksi samping yang menghailkan
zat-zat selain senyawa yang diharapkan. Dalam kasus-kasus ini ∆H0f dapat ditentukan
dengan cara pendekatan tidak langsung, yang didasarkan pada hukum penjumlahan
kalor (atau hukum Hess) (Atkin, 1996 : 45).
Hukum Hess menyatakan prinsip yang kita gunakan sebagai berikut: “jika suatu
proses terjadi dalam beberapa tahapatau langkah (meskipun hanya hipotesis), maka
perubahan entalpi untuk proses keseluruhan adalah penjumlahan perubahan-perubahan
entalpi dalam langkah-langkahnya. Dengan kata lain, jika kita dapat membagi reaksi
menjadi beberapa tahap reaksi dimana ∆H0reaksi dapat diukur, kita dapat menghitung
∆H0reaksi untuk keseluruhan reaksi. Hukum Hess sebenarnya adalah konsekuensi dari
sifat fungsi keadaan dari entalpi. Apapun lintasan yang diambil dari keadaan awal ke
keadaan akhir, ∆H (atau ∆H0 jika proses dilakukan pada kondisi standar) memiliki nilai
yang sama (Brady, 1999: 178).
Analogi yang berguna untuk hukum Hess adalah sebagai berikut. Andaikan anda
pergi dari lantai dasar ke lantai keenam suatu bangunan dengan tangga berjalan.
Kenaikan energi potensial gravitasi yang dapat (yang bersesuaian dengan perubahan
entalpi keseluruhan proses) akan sama terlepas apakah anda pergi langsung ke atas atau
berhenti disetiap lantai dalam perjalanan ke atas (membagi reaksi dalam beberapa
tahap).
Selain itu, kita lihat entalpi pembentukan standar metana (CH4). Kita dapat
mewakili sintesis CH4 dari unsur-unsurnya sebagai:
C (grafit) + 2H2(g)  CH4(g)
Tetapi, reksi ini tidak berlangsung seperti tertuli diatas, jadi kita tidak dapat
mengukur entalpi secara langsung. Kita harus melaksanakan cara tidak langsung, yang
didasarkan pada hukum Hess. Untuk memulainya, reaksi berikut yang melibatkan
C(grafit), H2, dan CH4 dengan O2 semuanya telah dikaji dan nilai-nilai ∆H0reaksi
diketahui secara tepat.
a) C (grafit) + O2 (g)  CO2(g) ∆H0reaksi = -393,5 kJ
b) 2H2 (g) + O2 (g)  2H2O (l) ∆H0reaksi = -571,6 kJ
c) CH4 (g) + 2O2 (g)  CO2 (g) + 2H2O ∆H0reaksi = -890, 4 kJ

15
Karena kita ingin memperoleh satu persamaan yang hanya mengandung C dan H2
sebagai reaktan dan CH4 sebagai produknya, kita harus membalik reaksi (c) untuk
mendapatkan
d) CO2 (g) + 2H2 (l)  CH4(g) + 2O2(g) ∆H0reaksi = 890, 4 kJ
Tahap berikutnya adalah menambah persamaan (a), (b), dan (d):
a) C (grafit) + O2 (g)  CO2(g) ∆H0reaksi = -393,5 kJ
b) 2H2 (g) + O2 (g)  2H2O (l) ∆H0reaksi = -571,6 kJ
d) CO2 (g) + 2H2 (l)  CH4(g) + 2O2(g) ∆H0reaksi = 890, 4 kJ
e) C (grafit) + 2H2  CH4 ∆H0reaksi = -74,7 kJ
Semua spesi yang tidak diperlulkan (O2, CO2, dan H2O) hilang dalam operasi ini.
Karena persamaan ini mewakili sintesis 1 mol CH4 dari unsur-unsurnya, kita peroleh
∆H0reaksi (CH4) = -74,7 kJ (Sudarmo, 2014 : 54-55).
2. Energi Ikatan
Pada dasarnya reaksi kimia terdiri dari dua proses, yaitu pemutusan ikatan antar
atom-atom dari senyawa yang bereaksi (proses yang memerlukan energi) dan
penggabungan ikatan kembali dari atom-atom yang terlibat reaksi sehingga membentuk
susunan baru (proses yang membebaskan energi) (Utami, 2009: 57)
Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan. Proses ini
selalu disertai perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan 1 mol
ikatan kimia dalam suatu molekul gas menjadi atomatomnya dalam fase gas disebut
energi ikatan atau energi disosiasi (D). Untuk molekul kompleks, energi yang
dibutuhkan untuk memecah molekul itu sehingga membentuk atom-atom bebas disebut
energi atomisasi. Harga energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan atom-
atom dalam molekul tersebut. Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua atom,
seperti H2, O2, N2, atau HI yang mempunyai satu ikatan, maka energi atomisasi sama
dengan energi ikatan. Energi yang diperlukan untuk reaksi pemutusan ikatan telah
diukur. Contoh untuk molekul diatom dicantumkan pada tabel 2.2. Misalnya, energi
untuk memutuskan 1 mol ikatan H – H dalam suatu molekul gas H2 menjadi atom-atom
H adalah 436 kJ mol–1. (Sudarmo, 2014 : 59).
H2(g) ⎯⎯→ 2 H DH–H = 436 kJ mol–1.
Energi dibutuhkan untuk memutuskan molekul CH4 menjadi sebuah atom C dan
4 atom H:
CH4(g) ⎯⎯→ C(g) + 4 H(g)

16
Besarnya perubahan entalpi reaksi tersebut dapat dihitung dengan entalpi
pembentukan standar sebagai berikut:
ΔH = ΔHf° (C, atomik) + 4 ΔHf° (H, atomik) – ΔHf° (CH4(g))
= (716,7 kJ mol–1) + (218, kJ mol–1) – (–74,5 kJ mol–1)
= 1.663,2 kJ mol–1
Saat perubahan entalpi tersebut setara untuk memutuskan 4 ikatan (–H) maka
besarnya energi ikatan rata-rata C–H adalah 415,8 kJ mol–1, selanjutnya kita sebut
energi ini sebagai energi ikatan rata-rata karena empat ikatan C–H dalam CH4 putus
dalam waktu yang sama

Energi atomisasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan menggunakan entalpi


pembentukan senyawa tersebut. Secara matematis, hal tersebut dapat dijabarkan
dengan persamaan:
ΔHreaksi = Σ energi pemutusan ikatan – Σ energi pembentukan ikatan
ΔHreaksi = Σ energi ikatan di kiri – Σ energi ikatan di kanan
Energi ikatan rata-rata merupakan energi rata-rata yang diperlukan untuk
memutus sebuah ikatan dari seluruh ikatan suatu molekul gas menjadi atom-atom
gas. Contoh:

CH4 (g)  CH3(g) + H(g) H = + 425 kJ/mol

17
CH3 (g)  CH2(g) + H(g) H = + 480 kJ/mol

CH2 (g)  CH (g) + H (g) H = + 425 kJ/mol

CH (g)  C (g) + H (g) H = + 335 kJ/mol

Jika keempat reaksi tersebut dijumlahkan maka akan diperlukan energi 1664
kJ/mol, maka dapat dirata – rata untuk setiap ikatan didapatkan harga +146 kJ/mol.
Jadi energi ikatan rata-rata dari ikatan C – H adalah 416 kJ/mol.

Energi ikatan rata-rata merupakan besaran yang cukup berarti untuk meramalkan
besarnya energi dari suatu reaksi yang sukar ditentukan melalui pengukuran langsung dengan
kalorimeter, meskipun terdapat penyimpangan – penyimpangan. Energi ikatan dapat sebagai
petunjuk kekuatan ikatan dan kesetabilan suatu molekul. Molekul dengan energi ikatan besar
berarti ikatan dalam molekul tersebut kuat yang bearti stabil. Molekul dengan energi ikatan
kecil berarti mudah terurai (Anis 2017 : 82).

F. Entalpi reaksi dari pembentukan panas standar


1. Keadaan standar
Disini dapat kita lihat bagaimana Hukum Hess digunakan untuk menentukan nilai
ΔH dari jumlah reaksi yang besar sekali. Untuk memulai kita harus memperhitungkan
variabel termodinamika, seperti ΔH, ysng bervariasi dengan keadaan. Sehingga untuk
menggunakan panas reaksi, para ahli kimia memperkenalkan keadaan standar,
serangkaian dari kondisi dan konsentrasi yang spesifik:

18
- Untuk gas, keadaan standar gas untuk gas alami pada tekanan 1 atm
- Untuk cairan atau padatan: keadaan standar untuk wujud cair dan padat merupakan
zat murni didalam bentuknya paling stabil pada tekanan 1 atm.
- Untuk zat di dalam larutan: keadaan standar utuk zat didalam standar merupakan
konsentrasi tepatnya pada 1 Molaritas (Brady, 1999: 275).
2. Perubahan Entalpi standar
Perubahan entalpi pada proses reaksi kimia ketika seluruh reaktan dan produk
merupakan keadaan standar mereka. Tanda derajat mengindikasikan keadaan standar.
Adapun jenis-jenis perubahan entalpi reaksi yaitu:
a. Entalpi pembentukan standar
Perubahan kalor yang dihasilkan ketika 1 mol suatu senyawa dibentuk dari
unsur-unsurnya pada tekanan 1 atm. Pentingnya entalpi pembentukan standar bahwa
sekali kita mengetahui nilainya, kita dapat segera menghitung entalpi reaksi standar
0
(standard enthalpy of reaction), ΔHreaksi , yang didefiniskan sebagai entalpi reaksi
yang berlangsung pada tekanan 1 atm. Misalnya, perhatikan reaksi:
aA + bB → cC + dD
0
dimana a, b, c dan d merupakan koefisien stoikiometri. Untuk reaksi ini ΔHreaksi ,
diberikan dengan:
0
ΔHreaksi = [cΔHf0 (C) + dΔHf0 (D)] – [a ΔHf0 (A) + bΔHf0 (B)] (6.1)
Kita dapat menggeneralisasi persamaan (6.1) sebagai:
0
ΔHreaksi = ∑ nΔHf0 (produk) - ∑ m𝛥Hf0 (reaktan) (6.2)
Dimana m dan n menyatakan koefisien stoikiometri (dalam mol) untuk reaktan
dan produk dan ∑ (sigma) menandakan “jumlah dari”. Catatan bahwa dalam
perhitungan, koefisien stoikiometri hanya sebuah angka tanpa satuan.
0
Untuk menggunakan persamaan (6.2) untuk menghitung ΔHreaksi kita harus
mengetahui nilai ΔHf0 dari senyawa yang mengambil bagian dalam reaksi. Nilai
ini dapat ditentukan dengan mengaplikasikan metode langsung dan metode tidak
langsung (hukum Hess). Berikut beberapa data panas pembentukan standar pada
tekanan standar, suhu 250C (Atkins, 1996).

19
Tabel 3. Data Panas Pembentukan Standar pada suhu 250C (298 K)

Contoh soal: Menghitung panas reaksi dari panas pembentukan


Asam nitrat digunakan untuk membuat beberapa produk, termasuk pupuk,
perwarna, dan bahan peledak. Tahap pertama dalam proses produksi adalah
oksidasi amonia:
4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(g)
0
Hitunglah ΔHreaksi dari nilai ΔHf0
0
ΔHreaksi = ∑ nΔHf0 (produk) - ∑ m𝛥Hf0 (reaktan)
= {4ΔHf0 [NO(g)] + 6ΔHf0 [H2O(g)]} - {4ΔHf0 [4NH3(g)] + 5ΔHf0 [O2(g)]}
= (4 mol)(90,3 kJ/mol) + (6 mol)(-241,8 kJ/mol)
= - [(4 mol)(-45,9 kJ/mol) + (5 mol)(0 kJ/mol)]
= 361 kJ – 1451 kJ + 184 kJ – 0 kJ
= - 906 kJ (Sudarmo, 2014 : 62).

20
b. Entalpi Pembakaran
Panas yang dilepaskan untuk pembakaran senyawa dari unsur-unsurnya pada
keadaan standar. Untuk menghitung entalpi pembakaran standar (standard
enthalpy of combustion), ΔHc⦵ , kitaharus mengetahui nilai ΔHf0 dari senyawa yang
mengambil bagian dalam reaksi. Dimana simbol “⦵” menunjukkan keadaan
standar (STP). Untuk menghitung nilai ΔHc⦵ dapat digunakan persamaan:

Adapun data entalpi standar pembakaran untuk beberapa senyawa kimia pada
keadaan standar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Data Entalpi Pembakaran Standar pada suhu 250C (298 K)

hitunglah nilai dari entalpi pembakaran metana pada 250C menggunakan entalpi
molar pembentukan

ΔHc⦵ = [(-393,52) + (2 x -285,83)] – [(1 x -74,81) + (2 x 0)] kJ/mol


ΔHc⦵ = - 965,17 – (-74,81) kJ/mol
ΔHc⦵ = -886,36 kJ/mol (Brady, 1999: 274).
c. Entalpi Larutan dan Entalpi Hidrasi
Entalpi larutanPanas larutan atau entalpi larutan (ΔHlarutan ) merupakan panas
yang dihasilkan atau diserap ketika jumlah tertentu dari larutan di larutkan di dalam
jumah tertentu dari pelarut. Banyaknya ΔHlarutan menunjukkan perbedaan antara

21
entalpi akhir larutan dan entalpi komponen-komponen aslinya (seperti telarut dan
pelarut) sebelum adanya pencampuran. Sehingga,
ΔHLarutan = HLarutan − Hkomponen (6.19)
Baik HLarutan maupun Hkomponen dapat di hitung. Seperti perubahan entalpi
lainnya, ΔHLarutan akan bernilai positif untuk peoses endotermik (panas diserap) dan
negatif untuk proses eksotermik (panas dihasilkan). Berdasarkan proses panas
larutan dimana senyawa ion merupakan zat terlarut dan air merupakan zat pelarut.
Contohnya, apa yang terjadi ketika padatan NaCl di larutkan didalam air?

Pertama, ion-ion Na+ dan Cl- dalam kristal padat dipisahkan dari satu sama
lainnya dan diubah menjadi keadaan gas:

Energi yang dibutuhkan untuk memisahkan satu mol dari senyawa padatan ion
menjadiion-ion gas disebut energi kisi (U). energi kisi dari NaCl adalah 788 kJ/mol.
Dengan kata lain, kita akan perlu memasukkan energi sebesar 788 kJ untuk
memutuskan 1 mol padatan NaCl menjadi 1 mol ion Na+ dan 1 mol ion Cl-

Perubahan entalpi dihubungkan dengan proses hidrasi yang disebut dengan


panas hidrasi, (ΔHHidrasi ). Dengan menerapkan hukum Hess, memungkinkan untuk
menentukan Δ HLarutan sebagai jumlah dari energi kisi (U) dan panas hidrasi
ΔHhidrasi ditunjukkan dalam Gambar 6.11:
ΔHLarutan = U + ΔHhidrasi
Sehingga,

22
G. Aplikasi Termokimia dalam Kehidupan Sehari-hari
Kimia dalam Kontekstual kehidupan sehari-hari

(Chemistryn in Contextual and Day Life)

KANTUNG PENYEKA (PENYEKA PORTABEL)

Pada pertandingan sepak bola kadang-kadang terjadi tackling keras oleh pemain
sehingga dapat pemain yang terkena tackling kesakitan. Pada saat itu kemudian ofisial dan
petugas kesehatan tim akan segeran masuk ke lapangan dan menyeka bagian yang sakit
dengan kantung penyeka (alat penyeka potable).
Salah satu alat P3K yang dibawa oleh pelatih sepakbola dalam mengantisipasi
terjadinya kram atau terkilir adalah packing penyeka portable. Cara kerja packing
penyeka portabel tersebut adalah pemanfaatan reaksi endoterm dan eksoterm secara
langsung.
Packing penyeka dingin merupakan kantong plastik dua lapis. Bagian luar yang
kuat berisi serbuk amonium nitrat (NH4NO3) dan plastik bagian dalam (yang mudah
pecah) berisi air. Apabila akan dipakai maka kantong plastik tersebut ditekan dan airnya
akan keluar melarutkan amonium nitrat. Proses pelarutan amonium nitrat adalah proses
endoterm sehingga terjadi penurunan suhu.

23
Penurunan suhu pada kantong yang mengandung
120 gram kristal amonium nitrat (Mr = 80) dan
500 mL air dapat dihitung sebagai berikut:

NH4NO3(a
NH4NO3 = 120 gram q)
= 120/ 80 mol
total kalor diserap = 1,5 mol x 26 kJ/ mol H = + 26 kJ/mol
= 39 kJ = 39.000 J NH4NO3(s) + H2O(l)
Jika
q = m x c x t
39.000 = 500 x 4,2 x t
t = 18,6 oC
Jadi suhu larutan akan turun sebesar 18,6oC
Packing dingin yang berisi amonium nitrat tidak dapat didaur ulang (sekali pakai) sebab
larutan amonium nitrat sukar dikristalkan kembali, selain itu harga amonium nitrat realtif
murah.

Packing tipe penyeka panas berisi natrium tiosulfat cair


Na2S2O3 (l)
(Na2S2O3). Natrium tiosulfat bertahan dalam kondisi cair
dibawah titik bekunya (48oC), fenomena ini disebut
keadaan super-cool. Pada kondisi super-cool ini bila ada H = - 56 kJ/mol
sedikit saja kristal Na2S2O3 akan diikuti pengkristalan
seluruh Na2S2O3 cair. Kristalisasi ini dapat dilakukan
dengan menekan kristal induk Na2S2O3 yang ada pada
Na2S2O3 (s)
pojok packing ke dalam cairan Na2S2O3 . Proses
keristalisasi ini merupakan reaksi eksoterm yang dapat
menaikkan suhu packing sampai 48oC. Packing ini dapat
dipakai ulang dengan memanaskan packing pada air
hangat hingga natrium tiosulfat akan mencair kembali.

24
Packing penyeka panas portabel yang lain adalah berisi serbuk besi dan garam dapur serta gas
oksigen. Packing ini berupa kantong plastik yang sangat kuat agar tidak ada gas oksigen yang
bocor serta dapat menahan tekanan gas oksigen.
Reaksi yang terjadi adalah :
4 Fe(s) + 3 O2(g)  2 Fe2O3(s) H = - 1648 kJ/mol
Pada saat campuran tersebut dikocok oksigen akan keluar dari larutan NaCl dan terjadi reaksi
antara besi dengan gas oksigen yang dikatalisis oleh NaCl dan air. Pengocokan tidak boleh
terlalu kuat sebab reaksi yang terjadi menghasilkan kalor yang besar dan dapat menghasilkan
panas yang terlalu tinggi karena reaksinya sangat cepat. Model packing ini hanya dapat
digunakan sekali pakai.
(sumber : Ted Lister . 1991. Understanding Chemistry. London : Stanley Thornes Pub.)

25
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, Petter. 1996. The Elements of Physical Chemistry. Penerjemah Indarto Purnomo
Wahyu. Jakarta: Erlangga.
Brady, James E. (Sukmariah Maun).1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Edisi
Kelima. Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara.
Brady, James E. (Sukmariah Maun).1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Edisi
Kelima. Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara.
Budi Utami, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan Bakti
Mulyani. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
Ebbing, Darrell D and Steven D. Gammon. 2009. General Chemistry Ninth Edition. by
Houghton Mifflin Compan.
Harnanto, Ari dan Ruminten ;2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,
Jespersen, Neil D., James E. Brady; In collaboration with Alison Hyslop. 2012. Chemistry:
the molecular nature of matter 6th ed. USA: John Wiley & Sons.
Lister, Ted and Renshaw, Janet. 2000. Chemistry For Advanced Level, Third Edition.
London: Stanley Thornes Publishers Ltd.
Oxtoby, Gillis dan Nachtrieb. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Ke-4 Jilid 1.
Erlangga: PT. Gelora Aksara Pratama.
Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 2 : SMA/MA Untuk Kelas XI, Semester 1 dan 2.
Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
Petrucci, Ralph H., F. Geoffrey Herring, Jeffry D. Madura, and Carey Bissonnette. 2011.
General Chemistry; Principles and Modern Applications Tenth Edition. New Jersey:
Pearson Education, Inc.
Raymond Chang. 2010. Chemistry Tenth Edition. New York: McGraw-Hill.
Silberberg, Martin S. 2000. Chemistry The Molecular Nature of Matter and Change, Second
edition. USA: Mc. Graw Hill Companies.
Silberberg, Martin S. 2010. Principles of general chemistry 2nd ed. New York: McGraw-
Hill.
Tro, Nivaldo J. Principles Of Chemistry; A Molecular Approach. New York: Prentice
HallChemistry: the molecular nature of matter 6th ed. USA: John Wiley & Sons.

26

Anda mungkin juga menyukai