I.
Termodinamika
Berdasarkan buku Kimia Dasar karangan Ralph H. Petrucci, termodinamika
adalah salah satu cabang kimia yang menjelaskan tentang hubungan antara kalor
dan bentuk-bentuk energy lain. Dalam pengembangannya di bidang kimia, hukum
termodinamika adalah alat yang penting untuk mempelajari reaksi-reaksi kimia.
Hukum Termodinamika akan dijelaskan pada subbab dibawah ini.
I.1. Hukum Termodinamika Pertama
Dalam hukum termodinamika pertama ini, hukum kekekalan energi
sangat berpengaruh. Hukum ini menjadi sebuah dasar kalorimeter (alat yang
digunakan untuk mengukur kalor) misalnya yang digunakan sebagai dasar
penggunaan kalorimeter, misalnya yang dirumuskan pada kalorimeter bom.
qreaksi + qair + qkalori = 0
Pada persamaan di atas, menyatakan bahwa jumlah seluruh kalor dalam
sebuah proses ialah nol. Atau semua kalor yang dilepas oleh sebuah system
diterima oleh sekeliling lingkungannya. Atau energy tak dapat diciptakan
ataupun dihilangkan dalam suatu proses.
Hukum pertama termodinamika ini merupakan pernyataan ulang dari
hukum kekekalan energy, yang dalam bentuknya memperhatikan energy
dalam (internal) dari suatu sistem, dan memisahkan adanya dua bentuk dasar
pengalihan energi, yaitu kalor dan kerja. Dalam suatu sistem terisolasi, energi
total tetaplah sama. Atau, jika suatu sistem menukar dan/atau kerja dengan
sekelilingnya, maka proses ini harus mengakibatkan sebuah energi dalam (E),
kalor (q), dan kerja (w) maka:
E = q-w
E adalah perubahan energi dalam suatu sistem dalam proses tertentu.
q bernilai positif jika kalor diserap sistem (q>0)
q bernilai negatif jika kalor diserap sistem (q<0)
w bernilai positif jika kalor diserap sistem (w>0)
w bernilai positif jika kalor diserap sistem (w<0)
I.2. Kriteria Perubahan Spontan
Proses spontan atau proses alami adlaah proses yang terjadi dengan sendirinya
dalam suatu sistem, tidak diperlukan usaha luar untuk proses ini. Perubahan
spontan berlangung hingga sistem itu mencapai keadaan kesetimbangan.
Kemudian tak terjadi lagi perubahan bersih. Dari perubahan spontan ini
didapatkan 2 poin yang penting, yaitu:
a. Jika suatu proses dikatakan spontan, maka proses kebalikannya adalah
proses yang tidak spontan.
b. Baik proses spontan dan tidak spontan mungkin dapat terjadi,tetapi hanya
proses spontan yang terjadi secara alami, sedangkan proses tidak spontan
terjadi dengan adanya usaha lain.
Ada satu poin penting lagi yang berfaedah, poin ini memungkinkan kita untuk
memprediksi apakah arah perubahannya ke kanan atau ke kiri.
Untuk sistem kimia, sifat perubahan spontan dapat dikatakan sebagai energi
dalam (entalpi). Tahun 1870an, kimiawan Prancis, P. Berthelot dan kimawan
Denmark, J. Thomsen mengajukan bahwa arah perubahan spontan ialah menuju
sistem dengan entalpi lebih rendah. Penurunan entalpi berarti bahwa kalor dilepas
oleh sistem ke sekeliling lingkungan. Kesimpulannya, pada waktu itu ialah bahwa
reaksi eksoterm harus spontan, tetapi ada pula beberapa reaksi endoterm yang
merupakan proses spontan.
I.3. Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi.Tidak ada bunyi untuk
hukum kedua termodinamika yang ada hanyalah pernyataan kenyataan
eksperimental yang dikeluarkan oleh kelvin-plank dan clausius. Pernyataan
clausius: tidak mungkin suatu sistem apapun bekerja sedemikian rupa sehingga
hasil satu-satunya adalah perpindahan energi sebagai panas dari sistem dengan
temperatur tertentu ke sistem dengan temperatur yang lebih tinggi. Pernyataan
kelvin-planck:
tidak
mungkin
suatu
sistem
beroperasi
dalam
siklus
yang diisi oleh gas lainnya, atau dapat dikatakan gas bercampur. Pencampuran gas
terus terjadi hingga tekanan parsialnya stabil di setiap ruangan. Karena proses
pencampuran gas ideal merupakan proses yang spontan, maka ada beberapa siat
yang berubah pada sistem dalam percobaan percampuran dua gas ideal ini.
Energi dalam dan entalpi suatu gas ideal hanya tergantung pada suhu, tidak
pada tekanan ataupun volume dari gas itu. Pada pencampuran gas ideal dalam suhu
tetap, karena tidak adanya gaya antar molekul, maka E=H= 0
Tetapi ada satu ciri dari sistem yang berubah banyak dengan pencampuran ini
yaitu: rusaknya derajat keteraturan. Dalam keadaan awal pada gambar 1.1
dijumpai keteraturan paling tidak semua molekul 1 terdapat dalam salah satu sisi
sumbat sedangkan molekul 2 pada sisi yang lain. Setelah kedua molekul ini
bercampur, molekul telah mencapai keadaan pencampuran/ ketidakteraturan yang
maksimum.
Sifat
termodinamika
yang
berhubungan
dengan
derajat
A(g) + B(g)
pada
ion).
Namun,
kecenderungan
keteraturan
ini
tidak
sebesar
ketidakteraturan yang diakibatkan oleh hancurnya padatan kristal asli, sekali lagi,
ketidakteraturan dan entropi meningkat dalam proses pelarutan. Pada umumnya
entropi yang meningkat disertai dengan beberapa proses yakni:
a.
b.
c.
d.
Sejauh ini, konsep entropi digunakan secara kualitatif. Entropi seperti hanya entalpi,
harus didefinisikan suatu fungsi keadaan. Entropi harus mempunyai nilai tertentu
untuk setiap keadaan S juga memiliki nilai yang khas, dilihat darisegi lain dari
definisi entropi sendiri, tentu saja didasarkan dari kuantitas yang dapat diukur. Dua
kuantitas itu adalah kuantitas yang dapat mempengaruhi derajat ketidakteraturan
suatu sistem yaitu kalor dan suhu. Misalnya penambahansejumlah kalor kepada
padatan yang mempunyai titik cair yang lebih besar, dan semakin banyak kalor yang
diserap, maka semakin tinggi juga ketidakteraturan yang dihasilkan. Kemampuan
sejumlah kalor untuk menghasilkan ketidakteraturan akan lebih tinggi jika kalor
diserap oleh suatu sistem yang telah memiliki ketidakteraturan yang tinggi (suhu
tinggi). Rumus dari entropi berikut sesuai dengan pernyataan pernyataan yang sudah
dikemukakan di atas yaitu S berbanding langsung terhadap q dan berbanding
terbalik terhadap T.
S=
qrev
T
H
T
sistem terisolasi: tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan
lingkungan. Contoh dari sistem terisolasi adalah wadah terisolasi, seperti tabung
gas terisolasi.
sistem tertutup: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi
pertukaran benda dengan lingkungan. Rumah hijau adalah contoh dari sistem
tertutup di mana terjadi pertukaran panas tetapi tidak terjadi pertukaran kerja
dengan lingkungan. Apakah suatu sistem terjadi pertukaran panas, kerja atau
keduanya biasanya dipertimbangkanh sebagai sifat pembatasnya:
Perlu diketahui bahwa energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.
Pada tingkat makroskopis, kita bisa menemukan begitu banyak contoh perubahan
bentuk energi. Buah mangga yang menggelayut di tangkainya memiliki energi
potensial gravitasi. Pada saat buah mangga jatuh ke tanah, energi potensialnya
berkurang sepanjang lintasan geraknya menuju tanah. Ketika mulai jatuh, energi
potensial berkurang karena jarak vertikal buah mangga dari tanah makin kecil. EP
tersebut berubah bentuk menjadi energi kinetik translasi karena kecepatan buah
mangga bertambah akibat percepatan gravitasi yang bernilai konstan. Energi
potensial elastis yang tersimpan pada ketapel yang diregangkan dapat berubah
menjadi energi kinetik translasi batu apabila ketapel kita lepas, busur yang
melengkung juga memiliki energi potensial elastis. Energi potensial elastis pada
busur yang melengkung dapat berubah menjadi energi kinetik translasi anak panah.
Pada tingkat mikroskopis,kita juga bisa menemukan contoh perubahan bentuk energi.
Ketika kita menyalakan lampu neon, pada saat yang sama terjadi perubahan energi
listrik menjadi energi cahaya. Contoh lain adalah perubahan energi listrik menjadi
energi gerak (kipas angin) dll. Proses perubahan bentuk energi listrik ini sebenarnya
disebabkan oleh adanya perubahan antara energi potensial dan energi kinetik pada
tingkat atom atau molekul.
Dalam hukum pertama termodinamika, kita diperkenalkan dengan sebuah
besaran baru, yakni energi dalam (U). Energi dalam merupakan jumlah total energi
kinetik molekul-molekul dan energi potensial yang timbul akibat adanya interaksi
antara atom-atom penyusun molekul atau interaksi antara molekul-molekul penyusun
suatu benda atau makhluk hidup. Setiap benda tersusun dari atom-atom atau molekulmolekul. Dengan demikian, setiap benda yang ada di alam semesta ini pasti punya
energi dalam. Setiap proses perpindahan energi yang melibatkan Kalor dan Kerja
akan mengakibatkan perubahan energi dalam. Hal ini yang kita bahas dalam hukum
pertama termodinamika. Hukum pertama termodinamika adalah hukum kekekalan
energi.
Hukum II Termodinamika, yang dianggap sebagai salah satu hukum dasar
ilmu fisika, menyatakan bahwa pada kondisi normal semua sistem yang dibiarkan
tanpa gangguan cenderung menjadi tak teratur, terurai dan rusak sejalan dengan
waktu. Seluruh benda, hidup atau mati, akan aus, rusak, lapuk, terurai dan hancur.
Akhir seperti ini mutlak akan dihadapi semua makhluk dengan caranya masingmasing dan menurut hukum ini, proses yang tak terelakkan ini tidak dapat dibalikkan.
Kita semua mengamati hal ini. Sebagai contoh, jika Anda meninggalkan
sebuah mobil di padang pasir, Anda tidak akan menemukannya dalam keadaan lebih
baik ketika Anda menengoknya beberapa tahun kemudian. Sebaliknya, Anda akan
melihat bannya kempes, kaca jendelanya pecah, sasisnya berkarat, dan mesinnya
rusak. Proses yang sama berlaku pula pada makhluk hidup, bahkan lebih cepat.
Hukum II Termodinamika adalah cara mendefinisikan proses alam ini
dengan persamaan dan perhitungan fisika.
Hukum ini juga dikenal sebagai "Hukum Entropi". Entropi adalah selang
ketidak teraturan dalam suatu sistem. Entropi sistem meningkat ketika suatu keadaan
yang teratur, tersusun dan terencana menjadi lebih tidak teratur, tersebar dan tidak
terencana. Semakin tidak teratur, semakin tinggi pula entropinya. Hukum Entropi
menyatakan bahwa seluruh alam semesta bergerak menuju keadaan yang semakin
tidak teratur, tidak terencana dan tidak terorganisir.
I.7. Penerapan Termodinamika
1.7.1. Mesin Kalor
Prinsip dasar dari hukum termodinamika kerdua diturunkan dari insinyur
militer Prancis bernama Sadi Carnot, yang pada tahun 1824 mempelajari efisiensi
dari mesin kalor. William Thomson ( Lord Kelvin) mengetahui pentingnya penelitian
Carnot dan melihatnya sebagai dasar hukum termodinamika kedia dan skala suhu
mutlak.
Prinsip dasar dari mesin kalor adalah kalor (q t) diserap oleh senyawa kerja
dari mesin pada suhu tinggi (Tt). Kalor ini sebagian diubah menjadi kerja (w)
sedangkan sisanya dilepaskan ke sekeliling lingkungan pada suhu yang lebih rendah
(Tr).
Efisiensi dari mesin diatur oleh nisbah w/qt. apabila semua kalor yang diserap
dapat diubah menjadi kerja, mesin mempunyai efisiensi maksimal atau 100%. Hukum
termodinamika kedua telah membatasi efisiensi mesin kalor yaitu tidak pernah
mencapai 100%. Rumus yang diperoleh adalah:
Efisiensi=
w Tt Tr
=
qt
Tt
1
( ThT
Th )
qh qh x
T1
Th
Kerja yang dapat diperoleh dari sejumlah kalor (qt) sama dengan banyaknya kalor
dikurangi sebagian dari jumlah tersebut. Suku kedua persamaan
DAFTAR PUSTAKA